LD-PCNU Kab KEDIRI
1.61K subscribers
429 photos
24 videos
30 files
2.02K links
LD-PCNU KAB KEDIRI
Download Telegram
Ngaji Kitab Aqidatul Awam bag03

ثم الصلاة والسلام سرمدا # على النبي خير من قد وحدا
وآله وصحبه ومن تبع # سبيل دين الحق غير مبتدع
"Kemudian shalawat dan salam selamanya semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi, sebaik-baiknya orang yang benar-benar telah mentauhidkan (Allah) dan pada keluarga, sahabat serta orang-orang yang mengikuti jalan agama yang benar, bukan pelaku bid'ah (yang sesat)".


Penjelasan
Setelah membaca basmalah dan hamdalah as Syaikh Ahmad al Marzuki membaca shalawat pada Nabi, keluarga, para sahabat serta seluruh orang yang mengikuti agama yang benar, yaitu Islam.
👆Membaca shalawat adalah untuk mengikuti perintah al Qur'an, Allah ta'ala berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا
[Surat Al-Ahzab 56]
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat bersholawat kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman bersholawat salamlah kalian kepadanya"
➡️Allah bersholawat kepada Nabi artinya Allah merahmati Nabi.
➡️Malaikat bershalawat kepada Nabi artinya para malaikat beristighfar untuk Nabi.
➡️ Orang-orang beriman bersholawat kepada Nabi artinya meminta kepada Allah tambahan keagungan dan kemuliaan untuk nabi Muhammad shallallahu alayhi wasallam.
➡️Orang-orang mukmin mengucapkan salam kepada Nabi artinya meminta kepada Allah agar hal-hal yang dikhawatirkan Nabi terjadi pada umatnya tidak terjadi.
As Syaikh Ahmad al Marzuki juga bershalawat untuk keluarga, sahabat dan seluruh umat Islam.
➡️Sahabat Nabi adalah (1) orang pernah yang bertemu dengan Nabi (2) di masa hidup beliau, (3) beriman dengan beliau dan (4) mati dalam keadaan beriman.
👆Orang yang hidup pada masa nabi dan beriman kepadanya, tetapi tidak pernah bertemu dengan nabi tidak disebut sahabat seperti Ashhamah an Najasyi.
👆Orang yang bertemu dan melihat nabi dalam mimpi juga tidak disebut sahabat, meskipun orang yang bermimpi bertemu dengan Nabi benar-benar dia telah melihat Nabi.
💛 Rasullullah ﷺ bersabda:
مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَخَيَّلُ بِي
"Siapa melihatku dalam mimpi, berarti ia telah melihatku, sebab setan tidak bisa menjelma sepertiku" HR al Bukhori
👆Orang-orang yang bertemu dengan Nabi di masa hidup beliau, tetapi dia tidak beriman kepada Nabi bukan disebut sahabat seperti Abu Thalib, Abu Lahab dan semacamnya.
👆Orang-orang yang bertemu dengan nabi di masa hidup beliau, kemudian beriman kepada beliau tetapi kemudian murtad dan mati dalam keadaan murtad tidak disebut sahabat, seperti orang-orang yang murtad setelah wafatnya Rasulullah dan terbunuh dalam peperangan dengan umat Islam pada masa Sayyidina Abu Bakar.
➡️ Keluarga nabi adalah para istri nabi dan anak dan cucu Nabi.
➡️ Orang-orang yang mengikuti jalan agama yang benar adalah umat Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah (Asy'ariyah dan Maturidiyah) , bukan ahli bid'ah sesat dalam aqidah seperti Khawarij, Syi'ah, Qadariyah, Jabriyah, Murjiah, Muktazilah, musyabbihah, Wahhabi dan semacamnya.

Perhatian:
✔️Dalam membaca shalawat dengan shighot اللهم صل على سيدنا محمد, tidak boleh memanjangkan harakat lam pada kata (صل) sehingga menjadi (صلي), karena bacaan seperti ini akan merubah makna.
👆Dalam bahasa Arab bentuk fiil Amr seperti itu untuk perintah pada perempuan. Sehingga seakan-akan orang yang membacanya meyakini bahwa Allah itu perempuan. Padahal dalam akidah Ahlussunnah wal Jama’ah, Allah bukan laki-laki juga bukan perempuan.
👆Adapun bentuk fiil Amr yang menggunakan bentuk mudzakkar (laki-laki) itu mengacu pada lafadz jalalah (الله) yang berbentuk mudzakkar, tidak berarti bahwa Allah itu laki-laki.

والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري
t.me/ngajiaqidatulawam
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
TAFSIR AYAT AQIDAH bag14

أَفِی ٱللَّهِ شَكࣱّ فَاطِرِ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِۖ
[Surat Ibrahim 10]

Penjelasan**
Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada keraguan tentang adanya Allah.
👆Istifham dalam ayat di atas adalah Istifham inkariy (pertanyaan untuk mengingkari), bukan pertanyaan hakiki (pertanyaan untuk mencari tahu tentang sesuatu yang belum diketahui).
👆Sehingga makna ayat di atas adalah "Tidak ada keraguan tentang adanya Allah".
Ayat ini adalah salah satu dalil dari sekian banyak dalil dalam Al Qur'an tentang sifat wujud Allah.
Sedangkan dalil aqli (bukti rasional) tentang adanya Allah adalah adanya alam semesta ini.
➡️Akal mengatakan:
❤️Ada bangunan pasti ada yang membangun
❤️Ada tulisan pasti ada yang menulis
❤️Ada pukulan pasti ada yang memukul
❤️Ada perubahan pasti ada yang merubah
🙏Ada langit dengan segala isinya, bumi dengan segala isinya pasti ada pencipta yang mengadakannya dari tidak ada menjadi ada. Dan pencipta Alam semesta ini adalah Allah ta'ala.
Dengan akal, manusia bisa mengetahui bahwa alam semesta ini ada penciptanya. Tetapi dengan akalnya, mereka tidak bisa mengetahui nama sang Pencipta dan hal-hal yang bisa menyelamatkan mereka di akhirat.
👆Karena itu, Allah mengutus para nabi untuk memberitahukan kepada umat manusia bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah, dan memberitahu mereka tentang hal-hal yang akan bisa menyelamatkan mereka di akhirat.

Perhatian:
✔️Ragu terhadap adanya Allah adalah kufur. Demikian juga, ragu terhadap keesaan Allah, ragu terhadap kemaha kuasaan Allah serta ragu terhadap sifat-sifat wajib bagi Allah lainya.
✔️Jika muncul khothir dalam hati manusia tentang ada atau tidaknya Allah, maka dia harus segera membuangnya agar tidak menjadi keraguan, dengan membaca:
آمنت بالله ورسله
👆Khothir adalah sesuatu yang tiba-tiba muncul dalam hati manusia, tanpa dikehendaki.

والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
Ngaji Kitab Aqidatul Awam bag04
قال المؤلف رحمه الله تعالى :
وبعد فاعلم بوجوب المعرفة # من واجب لله عشرين صفة
"Dan setelah (membaca basmalah, hamdalah dan shalawat), ketahuilah tentang wajibnya mengenal (Allah), yaitu dengan mengetahui sifat wajib bagi Allah yang berjumlah 20 sifat"

Penjelasan
As Syaikh Ahmad al Marzuki menegaskan bahwa ma'rifatullah (mengenal Allah) adalah wajib bagi setiap mukallaf.
👆Karena benar dan salahnya i'tiqod (keyakinan) seseorang tergantung pada benar dan salahnya dalam mengenal Allah. Seseorang yang mengenal Allah secara benar, maka i'tiqodnya akan benar. Sebaliknya, seseorang yang mengenal Allah secara salah, maka i'tiqodnya juga akan salah.
👆Karena i'tiqod artinya ridlo dengan apa yang diketahui.
💛 Rasulullah ﷺ bersabda:
انا اعلمكم بالله واخشاكم له
"Aku adalah orang yang paling mengenal Allah dan orang yang paling takut pada Allah"
💜Imam Ahlussunnah wal Jama’ah, Al Imam Abul Hasan al Asy’ari radliyallahu 'anhu berkata:
أول ما يجب على العبد العلم بالله ورسوله ودينه
"Kewajiban pertama bagi seorang hamba adalah mengenal Allah, Rasul-Nya dan agama-Nya".
Ma'rifatullah (mengenal Allah) adalah dengan mengetahui sifat-sifat wajib bagi Allah, sifat-sifat mustahil bagi Allah dan sifat jaiz bagi Allah.
👆Mengenal Allah berbeda dengan mengenal makhluk. Mengenal makhluk adalah dengan mengetahui nama, alamat rumah, orang tuanya, warna kulitnya, tinggi badannya dan seterusnya, sedangkan mengenal Allah tidak dengan seperti itu karena Allah bukan benda dan tidak disifati dengan sifat benda.
Para ulama Asy’ariyah mutaqoddimin berpendapat bahwa sifat wajib bagi Allah berjumlah 13 sifat. Sedangkan menurut para ulama Asy’ariyah mutaakhirin, sifat wajib bagi Allah berjumlah 20 sifat.
👆Perbedaan keduanya hanya perbedaan lafdzi karena penjelasan tentang 7 sifat maknawiyah (kaunuhu qaadiran wa muriidan wa 'aaliman, wa hayyan, wa samii' an, wa bashiiran wa mutakalliman) sudah terkandung dalam 7 sifat ma'ani (qudroh, iradah, ilmu, hayah, sama', bashor, kalam).
✔️Para ulama mewajibkan setiap muslim untuk mengetahui 20 sifat wajib bagi Allah, karena:
1⃣ 20 sifat tersebut telah disebutkan dalam Al Qur'an dan hadits secara berulang-ulang, baik secara lafadz maupun makna.
2⃣ 20 sifat tersebut dapat diketahui dengan akal.
👆Jadi penwajiban mengetahui 20 sifat wajib bagi Allah, bukan berarti bahwa para ulama membatasi sifat Allah hanya 20 sifat sebagaimana tuduhan kelompok Wahhabi.

❤️Catatan:
➡️ Sifat wajib bagi Allah artinya sifat yang secara akal Allah pasti bersifat dengan sifat tersebut.
➡️Sifat mustahil bagi Allah artinya sifat yang secara akal Allah pasti tidak bersifat dengan sifat tersebut.


والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري
t.me/ngajiaqidatulawam
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
TAFSIR AYAT AQIDAH bag15

وُجُوهࣱ یَوۡمَىِٕذࣲ نَّاضِرَةٌ ۝ إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةࣱ
[Surat Al-Qiyamah 22 - 23]

Penjelasan
Ayat ini menjelaskan bahwa wajah penduduk surga berseri-seri karena sangat gembira pada saat mereka melihat Dzat Allah.
✔️Ayat ini adalah dalil bagi Ahlussunnah wal Jama’ah bahwa:
1⃣Allah dapat dilihat di akhirat.
☑️Penduduk surga (orang-orang mukmin) melihat Allah ketika mereka berada di dalam surga, sedangkan Allah (Dzat yang mereka lihat) ada tanpa arah dan tanpa tempat, tidak di dalam atau di luar surga, tidak di atas, di bawah, di depan, di belakang, di kanan dan di kiri.
💜Al Imam Abu Hanifah Radliyallahu anhu berkata:
والله تعالى يُرى في الآخرة يراه المؤمنون وهم في الجنة بأعين رؤوسهم بلا تشبيه ولا كيفية ولا كمية ولا يكون بينه وبين خلقه مسافة.
"Dan Allah ta'ala dilihat di akhirat, orang-orang mukmin melihat-Nya dan mereka berada di dalam surga dengan mata kepala mereka dengan tanpa tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk), tanpa kaifiyah (mensifati Allah dengan sifat makhluk) dan tanpa kammiyah (mensifati Allah dengan memiliki ukuran) serta tidak ada jarak di antara Allah dan makhluk-Nya ".
2⃣Melihat Dzat Allah (rukyatullah) adalah nikmat terbesar bagi penduduk surga.
👆Volume (sering dan jarangnya) penduduk surga dalam melihat Allah berbeda-beda, semakin tinggi derajat seseorang menurut Allah maka semakin sering Dia melihat Allah.
👆Orang kafir tidak dapat melihat Allah, Allah ta'ala berfirman:
إنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ
"Sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) pada hari itu (di akhirat) benar-benar ditutup dari melihat tuhan mereka".
💛Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لَا تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ
"Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini. Dan kalian tidak akan saling berdesakan dalam melihat-Nya" HR al Bukhori
👆Dalam hadits ini, Rasulullah ﷺ tidak menyamakan Allah dengan bulan, tetapi Rasulullah menyamakan melihat Allah dengan melihat bulan dalam hal sama-sama tidak ada keraguan tentang yang dilihatnya.
➡️Sebagiamana orang yang melihat bulan di malam purnama tidak ragu dengan yang dilihatnya bahwa itu adalah bulan, demikian juga penduduk surga ketika melihat Allah, mereka tidak ragu bahwa yang dilihatnya adalah Allah.
☝️Hadits ini juga menguatkan keyakinan Ahlussunnah wal Jama’ah bahwa ketika penduduk surga melihat Allah di dalam surga, Allah yang dilihatnya ada tanpa tempat. Karena seandainya Allah berada pada suatu tempat tertentu pasti terjadi desak-desakan ketika melihatnya.

Perhatian:
✔️Penafsiran kelompok mu'tazilah terhadap إلى ربها ناظرة dengan 'menunggu nikmat tuhannya' adalah tidak benar, dengan dua argumentasi:
1⃣Dalam bahasa Arab kata نظر إلى hanya memiliki makna melihat dengan mata, tidak bisa dimaknai dengan menunggu.
2⃣ Surga adalah tempat kenikmatan, di sana tidak ada sedih, susah, sakit dan bosan. Sementara perbuatan menunggu adalah perbuatan yang membosankan, bukan merupakan kenikmatan, sehingga tidak mungkin penduduk surga menunggu nikmat di dalam surga.
✔️Alasan mu'tazilah dalam menakwilkan ayat di atas dengan 'menunggu nikmat' adalah karena dalam bayangan mereka sesuatu yang bisa dilihat itu harus berupa benda, sedangkan Allah itu bukan benda.
👆Ini hanyalah khayalan yang tidak benar, karena tidak disyaratkan sesuatu yang bisa dilihat itu harus berupa benda, tetapi syarat sesuatu yang bisa dilihat adalah ia ada.
💜Para ulama berkata:
فالبارئ موجود فيصح أن يرى
"Allah itu ada maka sah (secara akal) untuk bisa dilihat".

والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
Ngaji Kitab Aqidatul Awam bag05

قال المؤلف رحمه الله تعالى :
فالله موجود قديم باقي # مخالف للخلق بالاطلاق
"Allah itu ada, adanya tanpa permulaan dan tanpa penghabisan, berbeda dengan makhluk secara mutlak"

Penjelasan
As Syaikh Ahmad Marzuki menjelaskan tentang sifat wajib bagi Allah, sebagai berikut:

1⃣Wujud, artinya Allah itu ada, tidak ada keraguan terhadap adanya Allah.

➡️Dalil naqli tentang adanya Allah adalah firman Allah ta'ala:
أَفِی ٱللَّهِ شَكࣱّ فَاطِرِ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِۖ
[Surat Ibrahim 10]
" Tidak ada keraguan tentang adanya Allah, Dzat yang menciptakan langit dan bumi".

➡️Dalil aqli (bukti rasional) tentang adanya Allah adalah adanya alam semesta ini.

➡️Akal mengatakan:
❤️Ada bangunan pasti ada yang membangun
❤️Ada tulisan pasti ada yang menulis
❤️Ada pukulan pasti ada yang memukul
❤️Ada perubahan pasti ada yang merubah
🙏Ada langit dengan segala isinya, bumi dengan segala isinya pasti ada pencipta yang mengadakannya dari tidak ada menjadi ada. Dan pencipta Alam semesta ini adalah Allah ta'ala, berdasarkan berita dari para Nabi.

2⃣Qidam, artinya Allah itu qodim (adanya tanpa permulaan).

➡️Dalil naqli tentang sifat qidamnya Allah adalah firman Allah ta'ala:
هُوَ ٱلۡأَوَّلُ
[Surat Al-Hadid 3]
"Dia (Allah) Dzat yang tidak berpermulaan"

➡️Dalil aqli tentang sifat qidamnya Allah ta'ala adalah:
❤️Jika Allah tidak qodiim maka dia haadits (berpermulaan)
❤️Jika Allah adanya berpermulaan maka membutuhkan pada yang mengadakannya dari tidak ada menjadi ada.
Sesuatu yang diadakan dari tidak ada menjadi ada adalah makhluk (ciptaan), bukan Tuhan/al Khaaliq.
Sesuatu yang membutuhkan pada yang lain adalah lemah, dan sesuatu yang lemah bukanlah Tuhan.

3⃣ Baqo', artinya Allah itu baaqin (adanya tanpa berpenghabisan).

➡️Dalil naqli tentang baqo'nya Allah adalah firman Allah ta'ala:
وَیَبۡقَىٰ وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو ٱلۡجَلَـٰلِ وَٱلۡإِكۡرَامِ
[Surat Ar-Rahman 27]
"Dan abadi Dzat Tuhanmu yang memiliki keagungan dan kemuliaan".

➡️ Dalil aqli tentang baqo'nya Allah adalah:
❤️Telah terbukti baik secara naqli maupun aqli bahwa Allah adanya tanpa permulaan.
👆Sesuatu yang adanya tanpa permulaan, secara akal pasti adanya tanpa berpenghabisan.
❤️Maka Allah yang tidak berpermulaan pasti juga tidak berpenghabisan

4⃣Mukhalafatul lil hawaditsi, artinya Allah berbeda dengan makhluk, Dia bukan benda dan tidak disifati dengan sifat benda.
❤️Allah ada tanpa tempat dan arah
❤️Allah tidak berlaku bagi-Nya zaman
❤️Allah tidak memiliki bentuk dan ukuran
❤️Allah tidak beranggotakan tangan
❤️Allah tidak disifati dengan sifat-sifat makhluk lainnya.

➡️Dalil naqli tentang sifat Mukhalafatul lil hawaditsi adalah firman Allah ta'ala:
لَیۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَیۡءࣱۖ وَهُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡبَصِیرُ
[Surat Asy-Syura 11]
"Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah, baik dari satu segi maupun semua segi, dan Dia maha mendengar lagi maha melihat".

➡️Dalil aqli tentang sifat Mukhalafatul lil hawaditsi adalah:
💙Al Imam Abu Hanifah Radliyallahu anhu berkata:
انى يشبه الخالق مخلوقه
"Tidak mungkin sang Pencipta menyerupai ciptaannya"
💙 Yang membuat kursi tidak serupa dengan kursi
💙Yang membuat meja tidak serupa dengan meja
💙Yang membuat mobil tidak serupa dengan mobil
🙏Allah yang menciptakan manusia, malaikat, jin dan semua makhluk pasti tidak serupa dengan semua makhluk-Nya.

والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري
t.me/NgajiAqidatulAwam
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
TAFSIR AYAT AQIDAH bag16

لَّا تُدۡرِكُهُ ٱلۡأَبۡصَـٰرُ وَهُوَ یُدۡرِكُ ٱلۡأَبۡصَـٰرَۖ وَهُوَ ٱللَّطِیفُ ٱلۡخَبِیرُ
[Surat Al-An'am 103]

Penjelasan
لَّا تُدۡرِكُهُ ٱلۡأَبۡصَـٰرُ وَهُوَ یُدۡرِكُ ٱلۡأَبۡصَـٰرَۖ
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak dilihat dengan penglihatan mata di dunia. Sedangkan Allah melihat semua makhluk dan penglihatannya secara rinci, karena Allah yang telah menciptakannya.
👆Ayat ini tidak bertentangan dengan Q.S al Qiyamah 22-23 yang menjelaskan bahwa penduduk surga akan melihat Dzat Allah.
👆Karena ayat ini menafikan melihat Allah di dunia, sedangkan Q.S al Qiyamah 22-23 menetapkan melihat Allah di akhirat bagi para penduduk surga.
✔️Ayat ini selaras dengan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
لَنْ تَرَوْا رَبَّكُمْ حَتَّى تَمُوتُوا
"Kalian tidak akan melihat Tuhan kalian sampai kalian mati" HR Ahmad
✔️Menurut pendapat yang unggul pada malam mi'raj, Rasulullah ﷺ melihat Allah dengan hatinya, tidak dengan mata kepala.
👆Allah memberi kekuatan pada hati beliau untuk bisa melihat Dzat Allah ta'ala yang bukan berupa benda, ada tanpa tempat dan arah.

Ayat di atas juga semakna dengan firman Allah ta'ala:
قَالَ رَبِّ أَرِنِیۤ أَنظُرۡ إِلَیۡكَۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِی
[Surat Al-A'raf 143]
"Nabi Musa berkata, wahai Tuhanku perlihatkan kepadaku agar aku bisa melihat-Mu, Allah berfirman: kamu tidak akan melihatku".
👆Ayat ini juga menafikan ru'yatullah (melihat Allah) di dunia, tidak menafikan ru'yatullah (melihat Allah) di akhirat.
👆Permintaan nabi Musa kepada Allah agar Allah memperlihatkan Dzat-Nya yang tidak serupa dengan makhluk kepadanya menunjukkan bahwa ru'yatullah bukan sesuatu yang mustahil secara akal, karena jika itu mustahil pastilah nabi Musa tidak memintanya kepada Allah.
👆Ini juga membantah kelompok mu'tazilah yang menganggap ru'yatullah sebagai sesuatu yang mustahil.


وَهُوَ ٱللَّطِیفُ ٱلۡخَبِیرُ
✔️Allah itu al Lathiif artinya Dzat yang memberi kebaikan kepada para hamba-Nya tanpa disangka oleh mereka.
✔️Allah itu al Khobiir, artinya Dzat yang mengetahui hakekat dari segala sesuatu, tidak ada sesuatupun yang samar bagi Allah, Allah mengetahui seluruhnya baik secara global maupun terperinci.

والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
Ngaji Kitab Aqidatul Awam bag06

قال المؤلف رحمه الله تعالى :
وقائم غني وواحد وحي # قادر مريد عالم بكل شيء
"(Dan Allah itu adalah) Dzat yang yang tidak butuh pada selainnya, Dzat yang maha kaya, Esa (tidak ada sekutu bagi-Nya), Dzat yang maha hidup, Dzat yang maha kuasa, Dzat yang maha berkehendak, Dzat yang maha mengetahui terhadap segala sesuatu".

Penjelasan
As Syaikh Ahmad Marzuki melanjutkan penjelasan tentang sifat wajib bagi Allah, yaitu:

5⃣Qiyamuhu binafsihi, artinya Allah maha kaya, tidak membutuhkan pada selain-Nya.
❤️Allah ta'ala yang telah menciptakan manusia, malaikat dan jin tidak membutuhkan mereka semua.
❤️Allah ta'ala yang telah menciptakan langit, bumi, Arsy serta tempat-tempat yang lain tidak membutuhkan pada semua itu.
❤️Allah ta'ala yang telah menciptakan makhluk tidak membutuhkan pada makhluk.

➡️Dalil naqli tentang sifat Qiyamuhu binafsihi adalah firman Allah ta'ala:
فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِیٌّ عَنِ ٱلۡعَـٰلَمِینَ
[Surat Ali 'Imran 97]
"Sesungguhnya Allah itu Maha Kaya (tidak membutuhkan) pada alam semesta".

➡️Dalil aqli tentang sifat Qiyamuhu binafsihi adalah:
Jika Allah tidak bersifatan dengan qiyamuhu binafsihi pastilah bersifatan dengan sifat sebaliknya yaitu membutuhkan pada selain-Nya.
Sedangkan sesuatu yang membutuhkan kepada yang lain adalah lemah
Dan sesuatu yang lemah adalah bukan Tuhan.

Peringatan
✔️Tidak tepat pemaknaan qiyamuhu binafsihi dengan bahwa Allah berdiri sendiri.

6⃣Wahdaniyah, artinya Allah itu Esa dengan pengertian tidak ada sekutu bagi-Nya.
❤️Allah ta'ala Esa dalam Dzat, artinya Dzat Allah tidak serupa dengan Dzat makhluk.
👆Dzat Allah artinya hakekat Allah yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya Allah, sedangkan Dzat makhluk adalah badan atau jisimnya.
❤️Allah ta'ala Esa dalam sifat, artinya sifat Allah tidak serupa dengan sifat makhluk.
👆Sifat Allah azaliyah abadiyah, sedangkan sifat makhluk haaditsah (baharu/berubah-ubah).
❤️Allah Esa dalam perbuatan, artinya perbuatan Allah tidak serupa dengan perbuatan makhluk.
👆Perbuatan Allah azali abadi, sedangkan perbuatan makhluk adalah haadits/makhluk, Allah ta'ala yang telah menciptakannya pada manusia.
✔️Allah itu Esa tidak dari segi bilangan, tetapi dari segi bahwa Allah tidak ada sekutu bagi-Nya.
💜Al Imam Abu Hanifah Radliyallahu anhu berkata:
إن الله واحد لا من طريق العدد ولكن من طريق انه لا شريك له
"Sesungguhnya Allah itu Esa tidak dari jalan bilangan tetapi dari segi bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya"

➡️Dalil naqli tentang sifat wahdaniyah Allah adalah firman Allah ta'ala :
وَإِلَـٰهُكُمۡ إِلَـٰهࣱ وَ ٰ⁠حِدࣱۖ
[Surat Al-Baqarah 163]
"Dan Tuhan kalian adalah Tuhan yang Esa".

➡️Dalil aqli tentang sifat wahdaniyah Allah adalah:
Seandainya Tuhan itu tidak Esa pastilah dia berbilang
Dan apabila dia berbilang maka alam semesta itu tidak akan ada dan tidak akan teratur.
Tetapi faktanya alam semesta ini ada dan sangat teratur, maka pastilah Tuhan itu Esa.

7⃣ Kaunuhu Hayyan, artinya Allah itu disifati dengan sifat hayah (hidup).
👆Penjelasannya akan diuraikan dalam pembahasan sifat hayah pada nadzam berikutnya

8⃣Kaunuhu qaadiran, artinya Allah itu disifati dengan sifat qudroh.
👆Penjelasannya akan diuraikan dalam pembahasan sifat qudroh pada nadzam berikutnya

9⃣Kaunuhu muriidan, artinya Allah disifati dengan sifat iradah.
👆Penjelasannya akan diuraikan dalam pembahasan sifat iradah pada nadzam berikutnya

🔟 Kaunuhu 'Aliman, artinya Allah disifati dengan sifat ilmu.
👆Penjelasannya akan dijelaskan dalam pembahasan sifat ilmu pada nadzam berikutnya.

والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري
t.me/ngajiaqidatulawam
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
TAFSIR AYAT AQIDAH bag17

إِنَّ ٱلدِّینَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَـٰمُۗ
[Surat Ali 'Imran 19]

Penjelasan
Ayat ini menegaskan bahwa agama yang benar dan diridloi oleh Allah hanyalah agama Islam.
✔️Orang yang beragama dengan selain agama Islam maka di akhirat akan merugi.
💜Allah ta'ala berfirman:
وَمَن یَبۡتَغِ غَیۡرَ ٱلۡإِسۡلَـٰمِ دِینࣰا فَلَن یُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِی ٱلۡـَٔاخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِینَ
[Surat Ali 'Imran 85]
"Dan barang siapa yang mencari selain Islam sebagai agama maka dia tidak akan diterima dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi".
✔️Islam adalah agama seluruh para Nabi.
💛Rasulullah ﷺ bersabda:
الْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ دِينُهُمْ وَاحِدٌ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى
"Para nabi itu ibarat saudara satu ayah beda ibu, agama mereka satu (yaitu Islam) dan ibu-ibu (yakni syariat) mereka berbeda-beda"
❤️Nabi Ibrahim adalah seorang muslim dan berwasiat kepada anak-anaknya agar mati dalam keadaan muslim. Allah ta'ala berfirman:
وَوَصَّىٰ بِهَاۤ إِبۡرَ ٰ⁠هِـۧمُ بَنِیهِ وَیَعۡقُوبُ یَـٰبَنِیَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّینَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
[Surat Al-Baqarah 132]
❤️Keturunan Nabi Ya'qub mengakui bahwa mereka adalah orang-orang Islam. Allah ta'ala berfirman:
أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَاۤءَ إِذۡ حَضَرَ یَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِیهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِیۖ قَالُوا۟ نَعۡبُدُ إِلَـٰهَكَ وَإِلَـٰهَ ءَابَاۤىِٕكَ إِبۡرَ ٰ⁠هِـۧمَ وَإِسۡمَـٰعِیلَ وَإِسۡحَـٰقَ إِلَـٰهࣰا وَ ٰ⁠حِدࣰا وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ
[Surat Al-Baqarah 133]
❤️Nabi Sulaiman juga seorang muslim, Allah ta'ala berfirman:
إِنَّهُۥ مِن سُلَیۡمَـٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ. أَلَّا تَعۡلُوا۟ عَلَیَّ وَأۡتُونِی مُسۡلِمِینَ
[Surat An-Naml 30-31]
❤️Al Hawariyyun dihadapan nabi Isa memproklamirkan sebagai orang-orang Islam. Allah ta'ala berfirman:
فَلَمَّاۤ أَحَسَّ عِیسَىٰ مِنۡهُمُ ٱلۡكُفۡرَ قَالَ مَنۡ أَنصَارِیۤ إِلَى ٱللَّهِۖ قَالَ ٱلۡحَوَارِیُّونَ نَحۡنُ أَنصَارُ ٱللَّهِ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَٱشۡهَدۡ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ
[Surat Ali 'Imran 52]
❤️Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang membuktikan bahwa agama semua para nabi adalah Islam.

والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
Ngaji Kitab Aqidatul Awam bag7

قال المؤلف رحمه الله تعالى :
سميع البصير والمتكلم # له صفات سبعة تنتظم
"(Dan Allah itu adalah) itu Dzat yang maha mendengar, melihat dan berfirman. Allah memiliki tujuh sifat yang disebutkan secara tersusun".

Penjelasan
As Syaikh Ahmad Marzuki melanjutkan penjelasan tentang sifat wajib bagi Allah, yaitu:
1⃣1⃣Kaunuhu samii'an, artinya Allah disifati dengan sifat sama' (mendengar).
👆Penjelasannya akan diuraikan dalam pembahasan sifat sama' pada nadzam berikutnya.

1⃣2⃣Kaunuhu Bashiran, artinya Allah disifati dengan sifat bashor (melihat)
👆Penjelasan akan diutarakan pada pembahasan tentang sifat bashor pada nadzam berikutnya.

1⃣3⃣ Kaunuhu mutakalliman, artinya Allah disifati dengan sifat kalam (berfirman).
👆Penjelasan akan diuraikan dalam pembahasan tentang sifat kalam pada nadzam berikutnya.
Tujuh sifat terakhir yang telah disebutkan di atas disebut sifat ma'nawiyah.
✔️Pada umumnya para ulama menyebutkan tujuh sifat ma'nawiyah setelah tujuh sifat ma'ani, tetapi dalam mandzumah Aqidatul Awam ini, as Syaikh Ahmad al Marzuki menyebutkan sifat ma'nawiyah terlebih dahulu sebelum sifat ma'ani.
✔️Tentang sifat ma'nawiyah sendiri para ulama Asy’ariyah berbeda pendapat. Para ulama mutaqoddimin (generasi awal) tidak memasukkan sifat ma'nawiyah sebagai sifat wajib bagi Allah yang wajib diketahui oleh setiap muslim.
👆Karena orang yang meyakini 7 sifat ma'ani pasti juga meyakini 7 makna sifat ma'nawiyah.
❤️ Kaunuhu qoodiron artinya Allah memiliki sifat qudroh
❤️Kaunuhu muriidan artinya Allah memiliki sifat iradah.
❤️Kaunuhu 'Aliman artinya Allah memiliki sifat ilmu
❤️Kaunuhu samii'an, bashiiron, hayyan, mutakalliman artinya Allah memiliki sifat sama', bashor, hayah dan kalam

Catatan:
✔️Para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah mengelompokkan sifat wajib bagi Allah menjadi empat bagian, yaitu:
1⃣Sifat Nafsiyyah, yaitu sifat yang tidak masuk akal adanya Dzat tanpa sifat itu.
☝️Sifat Nafsiyyah hanya satu, yaitu sifat wujud.

2⃣Sifat Salbiyyah, yaitu sifat-sifat yang menunjukkan penafian terhadap sifat-sifat yang tidak layak bagi Allah.
☝️Sifat Salbiyyah ada lima, yaitu qidam, baqo', qiyamuhu binafsihi, Mukhalafatuhu lil hawaditsi, wahdaniyah

3⃣Sifat Ma'aniy, yaitu sifat-sifat Allahvyang apabila hijab maknawi dibuka dari kita maka kita akan bisa melihatnya.
☝️Sifat Ma'aniy ada tujuh, yaitu qudroh, iradah, ilmu, hayah, sama', Bashor, kalam.

4⃣Sifat Ma'nawiyyah, yaitu sifat-sifat Allah yang merupakan keniscayaan dari sifat-sifat ma'aniy.
☝️Sifat Ma'nawiyyah ada tujuh, yaitu Kaunuhu Qoodiron, Kaunuhu Muriidan, Kaunuhu Aaliman, Kaunuhu hayyan, Kaunuhu Samii'an, Kaunuhu Bashiiron, Kaunuhu Mutakalliman.

والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري
t.me/ngajiaqidatulawam
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
Ngaji Kitab Aqidatul Awam bag8-1

فقدرة إرادة سمع بصر #حياة العلم كلام استمر
"sifat qudroh, irodah, sama', bashor, ilmu, kalam"

Penjelasan
As Syaikh Ahmad Marzuki melanjutkan penjelasannya tentang sifat wajib bagi Allah, yaitu sifat ma'ani sebagai berikut:

1⃣4⃣ Qudroh, artinya Allah disifati dengan sifat qudroh (kuasa) yang sempurna.
👆Dengan sifat qudroh itu Allah mengadakan makhluk dari tidak ada menjadi ada (al Iijad)
👆Dengan sifat qudroh itu Allah meniadakan makhluk dari ada menjadi tidak ada.

➡️Dalil naqli tentang sifat qudroh adalah firman Allah ta'ala:
إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَیۡءࣲ قَدِیرࣱ
[Surat Al-Baqarah 20]

➡️Dalil aqli tentang sifat qudroh adalah:
Seanadainya Allah tidak memiliki sifat qudroh maka Ia lemah
👆Sesuatu yang lemah bukan tuhan.
👆Dan seandainya Allah itu lemah, pastilah alam semesta ini tidak ada.
🙏Faktanya, alam semesta ini ada maka pastilah Allah itu memiliki sifat qudroh

1⃣5⃣ Irodah, artinya Allah mengkhusukan/menentukan makhluk dengan sebagian sifat, tidak dengan sebagian sifat yang lain, dengan waktu tertentu tidak dengan waktu yang lain.
❤️Semua yang telah Allah khususkan/tentukan terjadinya pada azal, maka pasti terjadi sesuai dengan sifat-sifat dan waktu yang telah dikhususkan tersebut.

➡️ Dalil naqli tentang sifat iradah adalah firman Allah ta'ala:
(فَعَّالࣱ لِّمَا یُرِیدُ)
[Surat Al-Buruj 16]
"Allah melakukan apa saja sesuai dengan yang Ia kehendaki, tanpa ada seorang pun yang bisa menghalangi terjadinya".
💛Rasulullah ﷺ mengajarkan sebuah wirid kepada sebagian putrinya:
ما شاء الله كان وما لم يشأ لم يكن
"Apapun yang telah Allah kehendaki pada azal terjadinya maka pasti terjadi dan apapun yang tidak Allah kehendaki pada azal maka pasti tidak terjadi".

➡️Dalil aqli tentang sifat iradah adalah:
Seandainya Allah tidak memiliki sifat iradah maka pastilah alam semesta ini tidak ada.
☝️Karena adanya alam dengan segala sifat-sifatnya membutuhkan pada Dzat yang menentukan dan mengkhususkanya pada sifat-sifat tersebut.
🙏Faktanya alam semesta ini ada, maka Allah pasti memiliki sifat iradah.

1⃣6⃣ Sama', artinya Allah ta'ala mendengar segala sesuatu dengan pendengaran yang azali dan abadi.
👆Pendengaran Allah tidak sama dengan pendengaran makhluk. Allah mendengar tanpa membutuhkan pada telinga atau piranti lainya.

➡️Dalil naqli tentang sifat sama' adalah firman Allah ta'ala:
وَهُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡبَصِیرُ)
[Surat Asy-Syura 11]
"Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat".

➡️Dalil aqli tentang sifat sama' adalah:
Jika Allah tidak memiliki sifat sama' (mendengar) maka Ia tuli
☝️Tuli adalah sifat naqsh ataubsifat yang tidak layak bagi Allah.

1⃣7⃣ Bashor, artinya Allah melihat segala sesuatu dengan penglihatan yang azali dan abadi
👆Penglihatan Allah berbeda dengan penglihatan makhluk. Allah melihat tanpa membutuhkan mata atau piranti lainya.

➡️Dalil naqli tentang sifat bashor adalah firman Allah ta'ala:
وَهُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡبَصِیرُ)
[Surat Asy-Syura 11]
"Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat".

➡️Dalil aqli tentang sifat bashor adalah:
Jika Allah tidak memiliki sifat bashor maka berarti Ia buta
☝️Buta adalah sifat naqsh atau sifat yang tidak layak bagi Allah.

والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري
t.me/ngajiaqidatulawam
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
Ngaji Kitab Aqidatul Awam bag8-2
قال المؤلف رحمه الله تعالى:
فقدرة إرادة سمع بصر #حياة العلم كلام استمر
"Sifat qudroh, irodah, sama', bashor, ilmu dan kalam"

Penjelasan
As Syaikh Ahmad Marzuki melanjutkan penjelasannya tentang sifat ma'aniy, yaitu:

1⃣8⃣ Hayah, artinya Allah itu maha hidup, hidupnya Allah tidak seperti hidupnya makhluk.
👆Hidupnya Allah azaliyah (tidak berpermulaan) dan abadiyyah (tidak berpenghabisan), berbeda dengan hidupnya makhluk yang haaditsah (berpermulaan).
👆Hidupnya Allah tidak membutuhkan pada ruh, daging, tulang, darah dan piranti-piranti lainnya. Berbeda dengan hidup makhluk yang bergantung pada ruh, darah, daging, tulang dan piranti-piranti lainnya.
➡️Dalil naqli tentang sifat hayah adalah firman Allah ta'ala:
ٱللَّهُ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَیُّ
[Surat Al-Baqarah 255]
"Allah, tidak ada yang disembah dengan benar selain hanya Dia yang maha Hidup".
➡️Dalil aqli tentang sifat hayat adalah:
❤️Seandainya Allah tidak memiliki sifat hayah, pastilah Dia tidak memiliki sifat qudroh, iradah dan ilmu.
☝️Karena sesuatu yang tidak hidup seperti batu, pohon dan semacamnya tidak dapat disifati dengan berkuasa (qudroh), berkehendak (iradah) dan mengetahui (Ilmu).
☝️Dan seandainya Allah itu tidak hidup pastilah alam semesta ini tidak ada, namun faktanya alam semesta ini ada dan bisa disaksikan dengan mata.

1⃣9⃣ Ilmu, artinya Allah itu maha mengetahui dengan ilmu yang azaliy (tidak berpermulaan) dan abadiy (tidak berpenghabisan), berbeda dengan ilmu makhluk yang haaditsah (berpermulaan dan di dahului oleh kebodohan).
👆Dengan sifat ilmu yang azali dan abadiy, Allah mengetahui segala sesuatu.
Allah mengetahui sesuatu yang telah terjadi
Allah mengetahui sesuatu yang sedang terjadi
Allah mengetahui sesuatu yang akan terjadi
Allah mengetahui sesuatu yang tidak terjadi, seandainya terjadi, bagaimana terjadinya.
❤️Tidak ada sesuatupun yang samar bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun di langit.

Perhatian:
Allah ta'ala mengetahui segala sesuatu itu dengan secara rinci (tafshili), bukan hanya secara global (ijmaaliy), sebagaimana diyakini oleh Mu'tazilah.
➡️Dalil naqli tentang sifat ilmu adalah firman Allah ta'ala:
وَهُوَ بِكُلِّ شَیۡءٍ عَلِیمࣱ
[Surat Al-Baqarah 29]
"Dan Dia (Allah) mengetahui segala sesuatu".
➡️Dalil aqli tentang sifat ilmu adalah:
❤️Seandainya Allah tidak memiliki sifat ilmu, pastilah Dia bodoh
👆Sedangkan bodoh adalah naqsh atau sifat yang tidak layak bagi Allah ta'ala.
👆Dan seandainya Allah itu bodoh pastilah alam semesta ini tidak ada, karena tidak mungkin alam semesta yang begitu menakjubkan diciptakan oleh Dzat yang bodoh, tetapi faktanya alam semesta itu ada dan bisa disaksikan dengan mata.

2⃣0⃣ Kalam, artinya Allah maha berfirman dengan kalam yang azali (tidak berpermulaan) dan abadiy (tidak berpenghabisan), berbeda dengan kalam makhluk-Nya.
👆Karena itu, Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini bahwa kalam Allah itu bukan bahasa, bukan huruf dan juga bukan suara.
💜Al Imam Abu Hanifah Radliyallahu anhu dalam kitab al Fiqh al Akbar berkata:
والله يتكلم لا بآلة وحرف ونحن نتكلم بآلة وحرف
"Allah berfirman tidak dengan alat dan huruf, sedangkan kita berkata dengan alat dan huruf"
➡️Dalil naqli tentang sifat kalam adalah firman Allah ta'ala:
وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكۡلِیمࣰا
[Surat An-Nisa' 164]
"Dan benar-benar Allah telah memperdengarkan kalam-Nya kepada nabi Musa"
➡️Dalil aqli tentang sifat kalam adalah:
❤️Seandainya Allah tidak memiliki sifat kalam pastilah dia bisu.
👆Sedangkan bisu adalah naqs atau sifat yang tidak layak bagi Allah ta'ala.

والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري
t.me/ngajiaqidatulawam
t.me/ldnupckediri
Subscribe like & share 👇
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
Allah ta'ala berfirman:

مَّثَلُ ٱلَّذِینَ یُنفِقُونَ أَمۡوَ ٰ⁠لَهُمۡ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِی كُلِّ سُنۢبُلَةࣲ مِّا۟ئَةُ حَبَّةࣲۗ وَٱللَّهُ یُضَـٰعِفُ لِمَن یَشَاۤءُۚ وَٱللَّهُ وَ ٰ⁠سِعٌ عَلِیمٌ
[Surat Al-Baqarah 261]

"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha luas (rizkinya untuk semua makhluk-Nya), Maha Mengetahui.


Salurkan Zakat Infaq & Shodaqoh anda melalui LAZISNU Kab Kediri:

NU CARE-LAZISNU Kab. Kediri
=================
No rekening a.n : LAZISNU KAB. KEDIRI
Mandiri Syariah :
7-9999-5757-3
BRI SYARIAH No rek
1038497778
-----------------------
No rekening a.n NU CARE LAZISNU Kab. KEDIRI
Bank jatim syariah 6112020770
MUAMALAT 7410957589
BRI : 0555-01000790-567

WhatsApp. +62 82333220444

#LDNUKABKEDIRI #NU #NahdlatulUlama #LazisNU
KHUTBAH JUM'AT, 13 APRIL 2020

Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ ﴿البقرة: ٢٣٨﴾
*Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,*
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

*Hadirin yang dirahmati Allah,*
Di setiap bulan Rajab, kita selalu diingatkan oleh guru-guru kita, para kiai kita, bahwa pada saat Mi’raj, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima perintah shalat lima waktu. Begitu istimewanya shalat, sampai-sampai Allah mewahyukan perintah shalat di tempat yang istimewa. Di suatu tempat di atas langit ketujuh, di atas sidratul muntaha. Di suatu tempat yang tidak pernah sekali pun dilakukan kufur, syirik, dosa, dan maksiat di dalamnya.

*Hadirin yang dirahmati Allah,*

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا للهِ قَانِتِينَ ﴿البقرة: ٢٣٨﴾
Maknanya: “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha (shalat ‘Ashar). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk” (QS al-Baqarah: 238).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَـمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللهُ عَلَى الْعِبَادِ، فَمَنْ جَاءَ بِهِنَّ لَمْ يُضَيِّعْ مِنْهُنَّ شَيْئًا اسْتِخْفَافًا بِحَقِهِنَّ كَانَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدٌ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَمْ يَأْتِ بِهِنَّ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدٌ إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ وَإِنْ شَاءَ أَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ (رواه البيهقيّ)
Maknanya: “Ada lima shalat yang Allah wajibkan atas para hamba. Barangsiapa melaksanakannya dan tidak melalaikan salah satu darinya dengan tidak memenuhi haknya, maka ia mendapatkan janji dari Allah akan dimasukkan ke surga. Dan barangsiapa tidak melaksanakannya, maka ia tidak mendapatkan janji dari Allâh tersebut. Jika Allah menghendaki, maka Ia menyiksanya dan jika Allah menghendaki, maka Allah memasukkannya ke surga” (HR al Bayhaqi).
Jadi shalat kedudukannya sangat agung, karena ia adalah amal yang paling utama setelah iman. Barangsiapa yang menjaga dan memeliharanya, sungguh ia telah menjaga agamanya. Dan barangsiapa yang terhadap shalat ia lalai, maka terhadap selain shalat, pastilah ia lebih abai.
Begitu agungnya shalat, dalam beberapa ayat Al-Qur’an shalat sering disebutkan secara beriringan dengan iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Di antaranya:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿البقرة: ٢٧٧﴾
Maknanya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala yang diberikan Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS al-Baqarah: 277)
Apabila kita perhatikan juga, betapa banyak disebutkan dalam al-Qur’an secara beriringan antara perbuatan meninggalkan shalat dengan kekufuran. Allah ta’ala berfirman memberitakan tentang penduduk neraka ketika ditanya:
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ (٤٢) قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ (٤٣) وَلَمْ نَكُ
نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ (٤٤) وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ (٤٥) وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ (٤٦) ﴿المدثر: ٤٢-٤٦﴾
Maknanya: “Apakah yang memasukkan kalian ke dalam Saqar (neraka)?. Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin dan kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan kami mendustakan hari pembalasan” (QS al Muddatstsir: 42-46).

*Hadirin yang dirahmati Allah,*

Para ulama Ahlussunnah mengatakan bahwa, jika seseorang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya atau melecehkannya, maka ia telah kafir. Sedangkan jika ia meninggalkannya karena malas, maka ia tidak kafir, tetapi dihukumi fasiq, pelaku dosa besar.

*Hadirin,*
Janganlah kita menunda-nunda shalat sampai keluar waktunya. Janganlah kita bermalas-malasan melakukan shalat. Di dunia ini, kita bisa saja menunda jadwal perjalanan atau pekerjaan, sedangkan kematian adalah kepastian yang tidak bisa ditunda atau dibatalkan. Kita selamatkan diri kita sebelum lewat waktunya. Jatah umur kita terbatas, embusan napas kita ada penghabisannya dan kematian bagaikan pedang yang telah terhunus di atas leher kita, kita tidak tahu kapan ia turun dan menebas batang leher kita. Jika seseorang meninggalkan shalat, tidakkah ia malu kepada Allah yang telah menciptakannya dan menganugerahkan sekian banyak rahmat dan nikmat kepada-Nya?

*Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,*
Dari sahabat Jabir radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الصَّلَواتِ الخَمْسِ كَمَثَلِ نَهْرٍ جَارٍ غَمْرٍ عَلَى بَابِ أحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ ( رواه مسلم)
Maknanya: “Perumpamaan Shalat lima waktu adalah ibarat sungai yang melimpah airnya, yang mengalir ke arah pintu rumah salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air tersebut setiap hari sebanyak lima kali.” (HR Muslim).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلاةُ (أخرجه أحمد والنسائي والترمذي وغيرهم وقال: حديث حسن صحيح)
Maknanya: “Induk dari segala perkara adalah Islam dan tiangnya adalah shalat” (HR Ahmad, an-Nasaa’i, at-Tirmidzi dan lain-lain. At-Tirmidzi berkata: Hadits ini hasan shahih).
Allah telah menjadikan shalat sebagai penyejuk mata dan jiwa, serta pelipur lara bagi mereka yang dirundung kesedihan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memberikan teladan kepada kita bahwa ketika beliau sedang mengalami masa-masa sulit dan berat, beliau menghibur diri dengan mendirikan shalat (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلاةِ (أخرجه أحمد في مسنده والنسائي والبيهقي في السنن وصححه الحاكم في المستدرك وغيرهم)
Maknanya: “Telah dijadikan kesejukan mata dan jiwaku (kebahagiaanku) pada shalat” (HR Ahmad dalam Musnadnya, an-Nasaa’i, al-Baihaqi dalam as-Sunan, dan hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak).
Beliau juga terbiasa menyeru:
يَا بِلالُ، أَرِحْنَا بِالصَّلاةِ (أخرجه أحمد وغيره)
Maknanya: “Wahai Bilal, (kumandangkan iqamat), berilah kami kenyamanan dan kedamaian dengan (mengerjakan) shalat” (HR Ahmad dan lainnya).
Shalat menjadi kesenangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kedamaian kalbunya serta kebahagiaan hatinya.

*Hadirin yang dirahmati Allah,*
Marilah kita jadikan bulan Rajab, bulan peringatan mukjizat Isra’ dan Mi’raj, sebagai momentum untuk memperbaiki kualitas shalat kita. Shalat yang berkualitas adalah shalat yang sah dan diterima oleh Allah ta’ala. Shalat seseorang dikatakan sah apabila telah memenuhi seluruh syarat sah dan rukunnya serta menjauhi semua hal yang dapat membatalkannya.
Namun demikian, hadirin sekalian, shalat yang sah belum tentu diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir Ba’alawi dalam Sullamut Taufiq menjelaskan bahwa supaya shalat kita diterima oleh Allah, selain kita harus memenuhi syarat sah dan rukunnya, kita juga harus memenuhi syarat-syarat diterimanya shalat, yaitu:
- Berniat ikhlas karena
يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبٰى ويَنْهٰى عَنِ الفَحْشٰاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Biro Peribadatan & Hukum, Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto

#LDNU KAB KEDIRI
t.me/ldnupckediri
Subscribe like & share👇
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
mengharap ridha Allah semata.
- Makanan dan minuman yang ada di perut kita sewaktu shalat harus halal.
- Pakaian yang kita kenakan pada saat shalat harus halal.
Tempat yang kita gunakan shalat harus halal.
- Shalat yang kita lakukan harus disertai kekhusyukan, walaupun hanya sebentar. Semakin lama kadar khusyuk kita dalam shalat, maka semakin besar pahala yang kita dapat dari Allah ta’ala.
- Tidak ujub dengan shalat yang dilakukan. Ujub artinya apabila seseorang melihat bahwa kemampuannya menjalankan ibadah adalah keistimewaan dirinya, dan ia lalai untuk mengingat bahwa hal itu sejatinya adalah karunia dari Allah.

*Hadirin yang dirahmati Allah,*

Khusyuk adalah menghadirkan dalam hati rasa takut kepada Allah, disertai rasa cinta dan pengagungan kepada-Nya.
Khusyuk dalam shalat adalah perbuatan hati yang bisa diraih dan dilakukan dengan beberapa sebab dan cara. Di antaranya adalah memperbanyak mengingat kematian. Ketika kita akan memulai shalat, kita berucap dalam hati: “Mungkin ini adalah shalat terakhirku, setelahnya mungkin aku tidak akan merasakan kehidupan lagi di dunia ini.” Di antara sebab dan cara untuk menghadirkan khusyuk dalam shalat juga adalah dengan merenungkan dan menghayati makna yang terkandung dalam bacaan-bacaan shalat.

*Hadirin yang dirahmati Allah,*

Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, cicit Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saking khusyuknya dalam menjalankan shalat, sampai-sampai suatu ketika rumah beliau terbakar pada saat beliau mendirikan shalat. Orang-orang berteriak memanggilnya, “Api wahai Ali, api wahai Ali,” namun beliau tetap kokoh tak tergoyahkan dalam shalatnya. Pada waktu selesai shalat, beliau mengatakan: “Pikiranku disibukkan dengan api akhirat daripada api kalian.”

*Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah*,

Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan pada bulan Rajab ini kita senantiasa diberi kekuatan, kemudahan dan kemampuan untuk memperbanyak kebaikan dan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَارْضَ اللهم عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضٰالِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ، اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وآمِنْ رَّوْعَاتِنَا وَاكْفِنَا مَا أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ ما نَتَخوَّفُ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ
ANTARA PANCASILA DAN AGAMA

Oleh: KH. Busyrol Karim Abdul Mughni
Rois Syuriah PCNU Kabupaten Kediri

Beberapa waktu lalu, berbagai media memberitakan tentang kecaman banyak pihak terhadap ucapan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang baru dilantik awal Pebrari lalu yang menyatakan bahwa "Musuh terbesar Pancasila adalah agama".
Ucapan yang dilontarkan oleh Kepala BPIP itu menuai kecaman dari berbagai pihak, karena ucapannya itu dianggap sebagai pernyataan yang jelas2 salah. Tapi Kepala BPIP kemudian menjelaskan dan meluruskan ucapan yang pernah dilontarkannya itu.
Terlepas dari polemik tentang apa yang diucapkan oleh pejabat negara tersebut, sebagaimana kita ketahui, semua pemeluk agama ditanah air kita selain golongan Islam ekstrim, telah menyatakan bahwa tidak ada pertentangan antara Pancasila dengan ajaran Islam.
Sejak sebelum NKRI
diproklamasikan, cita2 mendirikan negara berdasarkan agama, khususnya agama Islam, memang berdengung dimasyarakat, namun dipihak lain, ada yang menginginkan negeri ini tidak harus berdasar agama.
Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, ketika dulu dilakukan sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), memang semua tokoh Islam pada sidang tersebut berjuang agar Islam secara eksplisit dijadikan dasar negara. Komprominya ialah Piagam Jakarta dengan Sila Pertama berbunyi: "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Karena ada penolakan dari kelompok umat non muslim dari wilayah timur Indonesia, maka demi berdirinya negara Republik Indonesia, para tokoh Islam setuju untuk menghapus tujuh kata Piagam Jakarta itu, untuk kemudian Sila pertama, diubah menjadi "Ketuhanan yang Maha Esa".
Namun perjuangan mendirikan negara Islam masih berlanjut dalam Konstituante pada 1956-1959, tetapi kembali gagal karena dalam pemungutan suara, kelompok Islam hanya mencapai suara sekitar 53 %. Lantaran karena ada kebuntuan politik, maka Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrir 5 Juli 1959 yang memberlakukan kembali UUD 1945. Dalam Dekrit itu, Piagam Jakarta dijadikan pertimbangan.
Pada kampanye Pemilu 1971, meski telah menerima Pancasila, tetapi masih ada pula partai2 Islam yang memperjuangkan negara berdasar Islam. Bahkan gesekan antara Partai Politik yang berasaskan Islam dengan Partai yang beradarkan Pancasila pun sering terjadi diwaktu masa kampanye menjelang Pemilu. Gesekan pun tak semata membumbung di jargon2, melainkan berubah bentrok ketika kedua kelompok massa berselisihan dijalan. Pada masa kampanye Pemilu 1982 misalnya, di Lapangan Banteng Jakarta pernah terjadi kerusuhan berdarah yang dikenal dengan Peristiwa Lapangan Banteng 1982. Disitu terjadu bentrok massa antar kedua kelompok Partai yang berlainan ideologi, yakni Golkar dengan PPP. Mereka saling kejar-kejaran bahkan batu-batu pun berhamburan. Setelah peristiwa itu ketika kemudian pemerintah Orde Baru menyerukan asas tunggal Pancasila kpd Partai dan ormas2 Islam, sebagian kaum muslimin pun menentang dengan keras, bahkan ada yang menyatakan murtad hukumnya bagi mereka yang menerima asas tunggal Pancadila.
Setelah melalui proses panjang, pada Munas 1983 Situbondo ketika kembali ke Khithah 1926/keluar dari PPP, NU menerima Pancasila sebagai dasar negara dan menerima asas tunggal Pancasila yang kemudian dipertegas dalam Muktamar Situbondo 1984. Langkah ini akhirnya diikuti oleh Ormas2 Islam lainnya.
Lalu pertanyaannya, mengapa diantara partai dan ormas2 Islam selama 40 tahun masih ada yang kekeh belum bisa menerima Pancasila menjadi dasar negara Republik Indonesia ?
Ada yang berpendapat bahwa hal tersebut. bisa terjadi karena Presiden Sukarno sebagai penggali Pancasila, dulu dengan rasa simpatinya, sering mengutip pendapat Kamal Attaruk, pendiri negara Turki yang mengatakan bahwa UUD negaranya menyatakan bahwa Turki adalah negara sekuler. Padahal hampir semua umat Islam tahu bahwa Kamal At Taruk ketika berkuasa, selalu menghambat dakwah dan perkembangan Islam dinegara yang dipimpinnya itu, bahkan dia mewajibkan adzan dengan
menggunakan bahasa Turki, sehingga kemudian banyak tokoh Islam dan pengikut mereka beranggapan bahwa negara yang berdasar Pancasila adalah negara sekuler yang menghambat agama sebagaimana Turki. Karena itulah, kelompok Islam di Indonesia dalam waktu yang lama belum menerima Pancasila secara total.
Baru pada 1984, ketika NU, menerima Pancasila sebagai asas tunggal, maka ormas2 Islam mengikutinya dan kemudian menyadari bahwa secara substansial, Pancasila memang sangat Islami. Sila pertama yang menjiwai sila2 yang lain mencerminkan Tauhid dalam aqidah keislaman. Sedangkan sila2 yang lain merupakan bagian dari representasi Syari'at.
Diantara bukti2 yang menunjukkan bahwa Pancasila sangat Islami, ialah diundangkannya UU Perkawinan pada 1974 yang memberi kesempatan bagi diterimanya ketentuan Syari'at Islam kedalam sistem hukum Nasional. Dengan demikian para tokoh Islam menyadari bahwa tanpa Islam menjadi dasar negara, ketentuan Syari'at Islam pun masih bisa masuk kedalam UU. Setelah UU Perkawinan, ada pula UU lain yang juga memuat ketentuan Syari'at Islam yakni UU Peradilan Agama pada 1989. Peradilan Agama yang semula berada didalam Kementerian Agama, beralih ke MA (Mahkamah Agung). UU ini kemudian dilengkapi dengan Inpres tahun I991 tentang Kompilasi Hukum Islam, dan kini Peradilan Agama menjadi Lembaga Peradilan kedua terbesar setelah Pengadilan Negeri.
Setelah itu lahir pula UU Perbankan Syari'ah, UU Zakat, UU Wakaf, UU Jaminan Produk Halal, UU Sesdiknas yang memberi tempat bagi pendidikan Islam dalam distem Pendidikan Nasional dan bahkan pada akhir Oktober 2019, telah disahkan UU tentang Pesantren yang kesemuanya itu merupakan bagian dari perpaduan ke Indonesiaan dan ke Islaman.
Jadi, sangat tepat apa yang telah dinyatakan oleh NU pada Munas Situbondo 1984 bahwa Negara Indonesia yang berdasarkan Pancalsila itu merupakan upaya final dalam arti tidak perlu mendirikan negara lain menggantikan negara ini. Yang harus dilakukan adalah menyempurnakan dan mengisinya dengan hal2 yang diridhoi oleh Allah ta'ala.

#ldnu t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
Ngaji Kitab Aqidatul Awam bag9
قال المؤلف رحمه الله تعالى:
وجائز بفضله وعدله # ترك لكل ممكن كفعله
"Dan boleh (bagi Allah) dengan fadl (karunia) dan keadilan-Nya untuk tidak menciptakan sesuatu yang mumkin seperti juga boleh bagi-Nya untuk menciptakannya".

Penjelasan
As Syaikh Ahmad al Marzuki menjelaskan tentang sifat jaiz bagi Allah.
✔️Sifat jaiz bagi Allah adalah فعل كل ممكن أو تركه (menciptakan perkara yang memkin atau tidak menciptakannya).
☝️Perkara yang mumkin artinya perkara yang akal menerima adanya dan tiadanya, yaitu seluruh makhluk.
✔️Bentuk-bentuk perkara yang jaiz bagi Allah di antaranya adalah:
❤️Menciptakan alam semesta, sebelum terciptanya alam semesta ini, jaiz bagi Allah untuk menciptakannya atau tidak menciptakannya.
☝️Tetapi Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan fadl (karunia) - Nya.
❤️Mengutus seorang Nabi, jaiz bagi Allah untuk mengutus seorang Nabi atau tidak mengutus seorang Nabi.
👆Tetapi Allah telah mengutus para nabi dengan fadl (karunia) - Nya.
❤️Memberikan nikmat kepada hamba-Nya, jaiz bagi Allah untuk memberi nikmat atau tidak memberi nikmat pada para hamba-Nya.
👆Allah telah memberi nikmat pada sebagian manusia dengan fadl (karunia) - Nya dan tidak memberikan nikmat pada sebagian manusia lainya dengan keadilan-Nya
❤️Memberikan rizki, jaiz bagi Allah untuk memberi rizki atau tidak memberi rizki hamba-Nya.
👆Allah telah memberi rizki yang melimpah pada sebagian manusia dengan fadl (karunia) - Nya dan tidak memberikan rizki pada sebagian manusia yang lain dengan keadilan-Nya.
❤️Memasukkan seorang hamba ke dalam surga, jaiz bagi Allah untuk memasukkan hamba-Nya ke dalam surga atau tidak memasukkannya ke dalam surga.
👆Allah memasukkan sebagian manusia ke dalam surga dengan fadl (karunia) - Nya dan memasukkan sebagian manusia yang lain ke dalam neraka dengan keadilan-Nya.
❤️Memberikan yang terbaik, jaiz bagi Allah untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi hamba-Nya atau tidak memberikannya.
👆Allah memberikan sesuatu yang terbaik dengan fadl (karunia) - Nya dan menimpakan keburukan pada sebagian manusia yang lain dengan keadilan-Nya.

Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini bahwa tidak ada sesuatu yang wajib dilakukan oleh Allah ta'ala.
💜Ibnu Ruslan dalam kitab az Zubad berkata:
وما على الإله شيء يجب
"Dan tidak ada sesuatu yang wajib (dilakukan) oleh Tuhan"

Kenikmatan yang Allah berikan kepada para hamba-Nya baik di dunia maupun di akhirat adalah fadl (karunia-pemberian cuma-cuma) dari-Nya, bukan merupakan kewajiban bagi-Nya.
👆Mushibah dan adzab yang Allah timpakan kepada para hamba-Nya adalah sebuah bentuk keadilan dari-Nya.
☝️Karena tidak terbayangkan bagi Allah selain keadilan, sebab dzalim artinya memperlakukan milik orang lain tanpa seizinnya. Sedangkan seluruh alam semesta ini adalah milik Allah, sehingga tidak ada yang mewajibkan Allah melakukan sesuatu atau melarangnya.
❤️Allah ta'ala berfirman:
لَا یُسۡـَٔلُ عَمَّا یَفۡعَلُ وَهُمۡ یُسۡـَٔلُونَ
[Surat Al-Anbiya' 23]
"Allah tidak ditanya tentang yang Dia lakukan, tetapi merekalah (manusia) yang akan ditanya (tentang apa yang mereka lakukan di dunia)"

Peringatan
✔️Waspadalah terhadap Aqidah sesat qodariyah yang menyatakan bahwa Allah wajib memberikan sesuatu yang terbaik untuk para hamba-Nya.

والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري
t.me/ngajiaqidatulawam
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
Ngaji Kitab Aqidatul Awam bag10-1

قال المؤلف رحمه الله تعالى :
ارسل انبيا ذوي فطانة # بالصدق والتبليغ والامانة
"Allah mengutus para Nabi yang memiliki sifat fathonah, juga sifat Shidq, tabligh dan amanah".

Penjelasan
As Syaikh Ahmad al Marzuki menjelaskan bahwa Allah mengutus para Nabi.
✔️Tugas dari para Nabi adalah (1) tabsyir, yaitu memberi kabar gembira dengan surga di akhirat bagi mereka yang beriman dan beramal shalih dan (2) indzar, yaitu memberi peringatan kepada orang-orang kafir dan bermaksiat dengan siksa neraka di akhirat.
❤️Allah ta'ala berfirman:
كَانَ ٱلنَّاسُ أُمَّةࣰ وَ ٰ⁠حِدَةࣰ فَبَعَثَ ٱللَّهُ ٱلنَّبِیِّـۧنَ مُبَشِّرِینَ وَمُنذِرِینَ
[Surat Al-Baqarah 213]
"Dahulu umat manusia adalah umat yang satu (beragama Islam kemudian mereka musyrik) sehingga Allah mengutus para Nabi untuk melakukan tabsyir dan indzar".
✔️Nabi dan Rasul pertama adalah Nabi Adam 'alayhissalam dan Nabi dan Rasul terakhir adalah nabi Muhammad ﷺ.

Waspadalah terhadap Aqidah Wahhabi yang mengatakan nabi Adam itu bukan Nabi dan Rasul, mereka meyakini nabi Nuh adalah nabi dan Rasul pertama.
☝️Keyakinan Wahhabi ini bertentangan dengan ayat:
إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰۤ ءَادَمَ وَنُوحࣰا وَءَالَ إِبۡرَ ٰ⁠هِیمَ وَءَالَ عِمۡرَ ٰ⁠نَ عَلَى ٱلۡعَـٰلَمِینَ
[Surat Ali 'Imran 33]
"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran (untuk menjadi Nabi) atas alam semesta".
☝️Aqidah Wahhabi tersebut juga bertentangan dengan hadits Rasulullah ﷺ:
وَمَا مِنْ نَبِيٍّ يَوْمَئِذٍ آدَمَ فَمَنْ سِوَاهُ إِلَّا تَحْتَ لِوَائِي
"Dan tidaklah ada seorang nabi pun pada hari itu, baik Adam atau selainnya kecuali berada di bawah benderaku saat itu" HR at Tirmidzi dan Ahmad

Waspadalah juga terhadap paham Ahmadiyah yang meyakini bahwa Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah nabi Muhammad.
☝️Keyakinan Ahmadiyah seperti ini bertentangan dengan firman Allah ta'ala:
وَخَاتَمَ ٱلنَّبِیِّـۧنَۗ
[Surat Al-Ahzab 40]
"Dan (Muhammad) adalah akhir dari para Nabi"
☝️Keyakinan Ahmadiyah ini juga bertentangan dengan hadits Nabi:
وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ
"Para nabi ditutup denganku." HR Muslim

Selanjutnya as Syaikh Ahmad al Marzuki menjelaskan tentang sifat wajib bagi para Nabi, yaitu:

1⃣ Fathonah (cerdas), artinya semua para Nabi itu cerdas, tidak ada satupun di antara mereka yang bodoh, dungu maupun bebal.
☝️Jika ada salah seorang umatnya berkata tentang sesuatu kepada para nabi, maka mereka langsung bisa memahaminya, tanpa harus meminta kepadanya untuk mengulangi atau menjelaskan pernyataan itu lagi.
☝️Apabila ada orang kafir yang mendebatnya maka mereka pasti bisa membantahnya dengan mudah.

❤️Contohnya, kecerdasan nabi Ibrahim ketika berdebat dengan Namrud, Allah ta'ala berfirman:
أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِی حَاۤجَّ إِبۡرَ ٰ⁠هِـۧمَ فِی رَبِّهِۦۤ أَنۡ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلۡمُلۡكَ إِذۡ قَالَ إِبۡرَ ٰ⁠هِـۧمُ رَبِّیَ ٱلَّذِی یُحۡیِۦ وَیُمِیتُ قَالَ أَنَا۠ أُحۡیِۦ وَأُمِیتُۖ قَالَ إِبۡرَ ٰ⁠هِـۧمُ فَإِنَّ ٱللَّهَ یَأۡتِی بِٱلشَّمۡسِ مِنَ ٱلۡمَشۡرِقِ فَأۡتِ بِهَا مِنَ ٱلۡمَغۡرِبِ فَبُهِتَ ٱلَّذِی كَفَرَۗ وَٱللَّهُ لَا یَهۡدِی ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّـٰلِمِینَ
[Surat Al-Baqarah 258]
"Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang dzalim"

والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري
t.me/ngajiaqidatulawam
t.me/ldnupckediri
Subscribe like & share 👇
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial