*Keutamaan Bulan Rajab dan Peristiwa-peristiwa Penting Di Dalamnya*
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ (التوبة: 36)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada hari Jum’at di penghujung bulan Februari ini, tidak terasa kita telah berada pada hari keempat bulan Rajab 1441 H, satu dari empat al Asyhur al Hurum, bulan-bulan haram, bulan-bulan yang suci dan mulia, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ (التوبة: 36)
Maknanya: “Sesungguhnya bilangan bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram” (Q.S. at-Taubah: 36).
Allah menyebut empat bulan tersebut sebagai bulan-bulan haram karena pada awalnya peperangan di dalamnya diharamkan.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Abu Nu’aim dan Ibnussunni meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap kali memasuki bulan Rajab, beliau membaca doa:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah, anugerahkanlah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah umur kami pada bulan Ramadlan.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Di antara keutamaan bulan Rajab bahwa malam satu Rajab adalah salah satu malam yang mustajab bagi doa sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm:
بَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ: إِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِي خَمْسِ لَيَالٍ: فِي لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ، وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى، وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ، وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ، وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
Maknanya: “Telah sampai berita pada kami bahwa dulu pernah dikatakan: Sesunguhnya doa dikabulkan pada lima malam: malam jum'at, malam hari raya Idul Adlha, malam hari raya Idul Fithri, malam pertama bulan Rajab dan malam nishfu Sya'ban.”
Hadirin yang dirahmati Alllah,
Pada bulan Rajab ini, kita dianjurkan untuk memperbanyak amal-amal kebaikan dan ketaatan. Salah satunya adalah memperbanyak puasa. Kita disunnahkan untuk memperbanyak puasa di bulan Rajab seperti halnya kita juga disunnahkan untuk memperbanyak puasa di tiga bulan haram yang lain, Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram. Memang tidak ada hadits shahih yang secara khusus menyatakan kesunnahan puasa Rajab. Namun di sisi lain juga tidak ada larangan secara khusus untuk berpuasa pada bulan Rajab. Para ulama mengatakan bahwa dalil-dalil umum mengenai anjuran berpuasa setahun penuh kecuali lima hari yang diharamkan, cukup dijadikan dalil atas kesunnahan puasa Rajab. Kesunnahan puasa Rajab juga dapat diambil dari dalil-dalil umum mengenai dianjurkannya berpuasa pada empat bulan haram.
Disebutkan
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ (التوبة: 36)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada hari Jum’at di penghujung bulan Februari ini, tidak terasa kita telah berada pada hari keempat bulan Rajab 1441 H, satu dari empat al Asyhur al Hurum, bulan-bulan haram, bulan-bulan yang suci dan mulia, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ (التوبة: 36)
Maknanya: “Sesungguhnya bilangan bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram” (Q.S. at-Taubah: 36).
Allah menyebut empat bulan tersebut sebagai bulan-bulan haram karena pada awalnya peperangan di dalamnya diharamkan.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Abu Nu’aim dan Ibnussunni meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap kali memasuki bulan Rajab, beliau membaca doa:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah, anugerahkanlah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah umur kami pada bulan Ramadlan.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Di antara keutamaan bulan Rajab bahwa malam satu Rajab adalah salah satu malam yang mustajab bagi doa sebagaimana hal itu ditegaskan oleh Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm:
بَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ: إِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِي خَمْسِ لَيَالٍ: فِي لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ، وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى، وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ، وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ، وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
Maknanya: “Telah sampai berita pada kami bahwa dulu pernah dikatakan: Sesunguhnya doa dikabulkan pada lima malam: malam jum'at, malam hari raya Idul Adlha, malam hari raya Idul Fithri, malam pertama bulan Rajab dan malam nishfu Sya'ban.”
Hadirin yang dirahmati Alllah,
Pada bulan Rajab ini, kita dianjurkan untuk memperbanyak amal-amal kebaikan dan ketaatan. Salah satunya adalah memperbanyak puasa. Kita disunnahkan untuk memperbanyak puasa di bulan Rajab seperti halnya kita juga disunnahkan untuk memperbanyak puasa di tiga bulan haram yang lain, Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram. Memang tidak ada hadits shahih yang secara khusus menyatakan kesunnahan puasa Rajab. Namun di sisi lain juga tidak ada larangan secara khusus untuk berpuasa pada bulan Rajab. Para ulama mengatakan bahwa dalil-dalil umum mengenai anjuran berpuasa setahun penuh kecuali lima hari yang diharamkan, cukup dijadikan dalil atas kesunnahan puasa Rajab. Kesunnahan puasa Rajab juga dapat diambil dari dalil-dalil umum mengenai dianjurkannya berpuasa pada empat bulan haram.
Disebutkan
dalam Shahih Muslim, hadits no. 1960:
عن عُثْمَانَ بْنِ حَكِيمٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبٍ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِي رَجَبٍ فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ
Dari Utsman bin Hakim Al Anshari bahwa ia berkata: Saya bertanya kepada sahabat Sa'id bin Jubair mengenai puasa Rajab, dan saat itu kami berada di bulan Rajab. Maka ia pun menjawab: Saya telah mendengar Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berpuasa hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan berbuka. Dan beliau juga pernah berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan puasa.
Imam an Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim mengomentari hadits di atas dengan mengatakan: “Zhahirnya, yang dimaksud sahabat Sa’id bin Jubair dengan pengambilan hadits ini sebagai dalil adalah bahwa tidak ada nash yang menyatakan sunnah ataupun melarang secara khusus terkait puasa Rajab. Karenanya, ia masuk dalam hukum puasa pada bulan-bulan yang lain. Tidak ada satu pun hadits tsabit terkait puasa Rajab, baik anjuran maupun larangan. Akan tetapi, hukum asal puasa adalah disunnahkan. Dalam Sunan Abi Dawud bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyatakan kesunnahan puasa pada bulan-balan haram (al Asyhur al Hurum, empat bulan yang dimuliakan), dan Rajab adalah salah satunya. Wa Allaahu a’lam.”
Sedangkan Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra menyatakan bahwa meskipun hadits-hadits mengenai keutamaan puasa Rajab tidak ada yang shahih, tapi bukan berarti semuanya palsu. Menurutnya, di antara hadits-hadits tersebut ada yang tidak palsu, melainkan berstatus dla’if dan boleh diamalkan dalam fadla’ilul a’mal (menjelaskan tentang keutamaan amal-amal kebaikan).
Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada bulan Rajab, ada beberapa peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah umat Islam. Hal ini tentu bukanlah kebetulan semata, akan tetapi menunjukkan bahwa Rajab adalah salah satu bulan yang mulia. Di antaranya adalah:
1. Sayyidah Aminah binti Wahb mulai mengandung janin yang kelak diberi nama Muhammad pada bulan Rajab. Setelah mengandung selama sembilan bulan, pada bulan Rabi’ul Awwal Sayyidah Aminah melahirkan makhluk yang paling mulia, baginda Nabi agung Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kelahirannya adalah rahmat yang Allah hadiahkan kepada alam semesta.
2. Pada 27 Rajab, terjadi peristiwa Isra’ dan Mi’raj, salah satu mu’jizat terbesar yang Allah anugerahkan kepada baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mengenai mu’jizat agung ini, penting untuk digarisbawahi bahwa maksud dan tujuan Isra’ dan Mi’raj bukan berarti Allah di atas lalu Rasulullah diperintah untuk naik ke atas untuk sowan bertemu dan menghadap Allah. Bukan seperti itu yang dimaksud dengan mu’jizat yang luar biasa ini. Para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah menegaskan bahwa Allah Maha Suci dari tempat dan arah. Dia ada namun keberadaan-Nya tidak membutuhkan pada tempat dan arah. Dia ada tanpa tempat dan arah sebelum terciptanya tempat dan arah, dan setelah menciptakan keduanya, Dia tidak berubah, tetap ada tanpa tempat dan arah. Maksud dan tujuan Isra’ dan Mi’raj adalah memuliakan Rasulullah, memperlihatkan kepadanya beberapa keajaiban dan tanda kekuasaan Allah dan menerima perintah shalat di tempat yang sangat mulia dan tidak pernah satu kali pun dilakukan maksiat di dalamnya.
3. Pada hari kesepuluh bulan rajab tahun 9 H, terjadi perang Tabuk.
4. Pada bulan Rajab tahun 9 H, an-Najasyi, raja al-Habasyah tutup usia dalam keadaan muslim.
5. Imam Syafi’i wafat pada bulan Rajab tahun 204 H dalam usia 54 tahun. Beliau dimakamkan di Mesir.
6. Pada bulan Rajab tahun 101 H, Khalifah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz meninggal dalam usia 39 tahun.
7. Pada tanggal 27 Rajab 583 H, Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil membebaskan Baitul Maqdis, Palestina. Ketika ingin membebaskan Palestina, Sultan Shalahuddin al Ayyubi tidak la
عن عُثْمَانَ بْنِ حَكِيمٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبٍ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِي رَجَبٍ فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ
Dari Utsman bin Hakim Al Anshari bahwa ia berkata: Saya bertanya kepada sahabat Sa'id bin Jubair mengenai puasa Rajab, dan saat itu kami berada di bulan Rajab. Maka ia pun menjawab: Saya telah mendengar Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berpuasa hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan berbuka. Dan beliau juga pernah berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan puasa.
Imam an Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim mengomentari hadits di atas dengan mengatakan: “Zhahirnya, yang dimaksud sahabat Sa’id bin Jubair dengan pengambilan hadits ini sebagai dalil adalah bahwa tidak ada nash yang menyatakan sunnah ataupun melarang secara khusus terkait puasa Rajab. Karenanya, ia masuk dalam hukum puasa pada bulan-bulan yang lain. Tidak ada satu pun hadits tsabit terkait puasa Rajab, baik anjuran maupun larangan. Akan tetapi, hukum asal puasa adalah disunnahkan. Dalam Sunan Abi Dawud bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyatakan kesunnahan puasa pada bulan-balan haram (al Asyhur al Hurum, empat bulan yang dimuliakan), dan Rajab adalah salah satunya. Wa Allaahu a’lam.”
Sedangkan Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra menyatakan bahwa meskipun hadits-hadits mengenai keutamaan puasa Rajab tidak ada yang shahih, tapi bukan berarti semuanya palsu. Menurutnya, di antara hadits-hadits tersebut ada yang tidak palsu, melainkan berstatus dla’if dan boleh diamalkan dalam fadla’ilul a’mal (menjelaskan tentang keutamaan amal-amal kebaikan).
Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada bulan Rajab, ada beberapa peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah umat Islam. Hal ini tentu bukanlah kebetulan semata, akan tetapi menunjukkan bahwa Rajab adalah salah satu bulan yang mulia. Di antaranya adalah:
1. Sayyidah Aminah binti Wahb mulai mengandung janin yang kelak diberi nama Muhammad pada bulan Rajab. Setelah mengandung selama sembilan bulan, pada bulan Rabi’ul Awwal Sayyidah Aminah melahirkan makhluk yang paling mulia, baginda Nabi agung Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kelahirannya adalah rahmat yang Allah hadiahkan kepada alam semesta.
2. Pada 27 Rajab, terjadi peristiwa Isra’ dan Mi’raj, salah satu mu’jizat terbesar yang Allah anugerahkan kepada baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mengenai mu’jizat agung ini, penting untuk digarisbawahi bahwa maksud dan tujuan Isra’ dan Mi’raj bukan berarti Allah di atas lalu Rasulullah diperintah untuk naik ke atas untuk sowan bertemu dan menghadap Allah. Bukan seperti itu yang dimaksud dengan mu’jizat yang luar biasa ini. Para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah menegaskan bahwa Allah Maha Suci dari tempat dan arah. Dia ada namun keberadaan-Nya tidak membutuhkan pada tempat dan arah. Dia ada tanpa tempat dan arah sebelum terciptanya tempat dan arah, dan setelah menciptakan keduanya, Dia tidak berubah, tetap ada tanpa tempat dan arah. Maksud dan tujuan Isra’ dan Mi’raj adalah memuliakan Rasulullah, memperlihatkan kepadanya beberapa keajaiban dan tanda kekuasaan Allah dan menerima perintah shalat di tempat yang sangat mulia dan tidak pernah satu kali pun dilakukan maksiat di dalamnya.
3. Pada hari kesepuluh bulan rajab tahun 9 H, terjadi perang Tabuk.
4. Pada bulan Rajab tahun 9 H, an-Najasyi, raja al-Habasyah tutup usia dalam keadaan muslim.
5. Imam Syafi’i wafat pada bulan Rajab tahun 204 H dalam usia 54 tahun. Beliau dimakamkan di Mesir.
6. Pada bulan Rajab tahun 101 H, Khalifah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz meninggal dalam usia 39 tahun.
7. Pada tanggal 27 Rajab 583 H, Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil membebaskan Baitul Maqdis, Palestina. Ketika ingin membebaskan Palestina, Sultan Shalahuddin al Ayyubi tidak la
ngsung menyiapkan tentara dan peralatan perang. Akan tetapi yang mula-mula beliau lakukan adalah mempersatukan umat Islam dalam satu ikatan aqidah yang benar, yaitu aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah. Kesatuan aqidah akan melahirkan kesatuan hati. Kesatuan hati antarumat Islam adalah kekuatan dahsyat yang tidak terkalahkan. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu, beliau memerintahkan setiap muadzdzin di semua wilayah yang beliau kuasai untuk mengumandangkan akidah Asy'ariyyah setiap hari sesaat sebelum adzan shubuh.
8. Pada 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan 31 Januari 1926, para ulama berkumpul di Surabaya menyepakati lahirnya Jam’yyah Nahdlatul Ulama, sebuah organisasi sosial dan keagamaan yang salah satu tujuan utamanya adalah memperjuangkan akidah Ahlussunnah wal Jama’ah dan sistem bermadzhab dalam beragama.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan pada bulan Rajab ini kita senantiasa diberi kekuatan, kemudahan dan kemampuan untuk memperbanyak kebaikan dan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Aamiiin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَارْضَ اللهم عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضٰالِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ، اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وآمِنْ رَّوْعَاتِنَا وَاكْفِنَا مَا أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ ما نَتَخوَّفُ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبٰى ويَنْهٰى عَنِ الفَحْشٰاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
_Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Biro Peribadatan & Hukum, Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto_
#LDNU KAB KEDIRI
8. Pada 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan 31 Januari 1926, para ulama berkumpul di Surabaya menyepakati lahirnya Jam’yyah Nahdlatul Ulama, sebuah organisasi sosial dan keagamaan yang salah satu tujuan utamanya adalah memperjuangkan akidah Ahlussunnah wal Jama’ah dan sistem bermadzhab dalam beragama.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan pada bulan Rajab ini kita senantiasa diberi kekuatan, kemudahan dan kemampuan untuk memperbanyak kebaikan dan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Aamiiin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَارْضَ اللهم عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضٰالِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ، اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وآمِنْ رَّوْعَاتِنَا وَاكْفِنَا مَا أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ ما نَتَخوَّفُ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبٰى ويَنْهٰى عَنِ الفَحْشٰاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
_Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Biro Peribadatan & Hukum, Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto_
#LDNU KAB KEDIRI
Rasulullah ﷺ :
مَا ءَامَنَ بِيْ مَنْ بَاتَ شَبْعَان وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ بِهِ
“Tidaklah beriman (dengan sempurna) seseorang yang bermalam dalam keadaan kenyang sedangkan tetangga di sampingnya kelaparan padahal dia mengetahuinya”
(HR al Thabarani)
Salurkan infaq anda melalui LAZISNU Kab Kediri:
NU CARE-LAZISNU Kab. Kediri
=================
No rekening a.n : LAZISNU KAB. KEDIRI
▶Mandiri Syariah :
7-9999-5757-3
▶BRI SYARIAH No rek
1038497778
-----------------------
No rekening a.n NU CARE LAZISNU Kab. KEDIRI
▶Bank jatim syariah 6112020770
▶MUAMALAT 7410957589
▶BRI : 0555-01000790-567
WhatsApp. +62 82333220444
مَا ءَامَنَ بِيْ مَنْ بَاتَ شَبْعَان وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ بِهِ
“Tidaklah beriman (dengan sempurna) seseorang yang bermalam dalam keadaan kenyang sedangkan tetangga di sampingnya kelaparan padahal dia mengetahuinya”
(HR al Thabarani)
Salurkan infaq anda melalui LAZISNU Kab Kediri:
NU CARE-LAZISNU Kab. Kediri
=================
No rekening a.n : LAZISNU KAB. KEDIRI
▶Mandiri Syariah :
7-9999-5757-3
▶BRI SYARIAH No rek
1038497778
-----------------------
No rekening a.n NU CARE LAZISNU Kab. KEDIRI
▶Bank jatim syariah 6112020770
▶MUAMALAT 7410957589
▶BRI : 0555-01000790-567
WhatsApp. +62 82333220444
TAFSIR AYAT AQIDAH bag08
فَلَمۡ تَقۡتُلُوهُمۡ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ قَتَلَهُمۡۚ وَمَا رَمَیۡتَ إِذۡ رَمَیۡتَ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ رَمَىٰ وَلِیُبۡلِیَ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ مِنۡهُ بَلَاۤءً حَسَنًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِیعٌ عَلِیمࣱ
[Surat Al-Anfal 17]
Penjelasan
✅Ayat ini adalah ayat yang memperkuat adanya kasb bagi manusia. Bahwa membunuh dan melempar adalah kasb manusia dan ciptaan Allah ta'ala.
⛔ فَلَمۡ تَقۡتُلُوهُمۡ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ قَتَلَهُمۡۚ
✔️Makna ayat ini, bukan kalian yang telah (menciptakan perbuatan) membunuh orang-orang musyrik, tetapi Allah lah yang (menciptakan perbuatan) membunuh terhadap orang-orang musyrik.
☝️Pada bagian awal Allah menafikan penciptaan perbuatan membunuh dari umat Islam. Karena manusia hanya melakukan kasb berperang dan membunuh orang-orang musyrik.
☝️Pada bagian kedua, Allah menegaskan bahwa Allah lah yang menciptakan perbuatan membunuh yang dikasbkan umat Islam terhadap orang-orang musyrik.
⛔ وَمَا رَمَیۡتَ إِذۡ رَمَیۡتَ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ رَمَىٰ
✔️Makna ayat ini, bukan kamu (menciptakan perbuatan) melempar (debu ke arah mata orang-orang musyrik) ketika kamu (berkasb) melemparkan debu tetapi Allah lah yang (menciptakan perbuatan) melempar tersebut.
☝️Pada bagian awal, Allah menafikan penciptaan perbuatan melempar debu dari Rasulullah yang telah melakukan kasb melempar.
☝️Pada bagian kedua, Allah menegaskan bahwa Allah lah yang menciptakan perbuatan melempar pada diri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
✔️Ayat ini terkait dengan perang Badar. Ketika itu jumlah umat Islam sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah orang-orang musyrik Quraisy. Dalam peperangan tersebut malaikat Jibril meminta kepada Nabi untuk melemparkan debu ke arah orang-orang musyrik. Debu itu dengan kehendak Allah sampai ke mata orang-orang musyrik, sehingga mereka terseibukkan dengan mata mereka, dan mengalami kekalahan.
والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
فَلَمۡ تَقۡتُلُوهُمۡ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ قَتَلَهُمۡۚ وَمَا رَمَیۡتَ إِذۡ رَمَیۡتَ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ رَمَىٰ وَلِیُبۡلِیَ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ مِنۡهُ بَلَاۤءً حَسَنًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِیعٌ عَلِیمࣱ
[Surat Al-Anfal 17]
Penjelasan
✅Ayat ini adalah ayat yang memperkuat adanya kasb bagi manusia. Bahwa membunuh dan melempar adalah kasb manusia dan ciptaan Allah ta'ala.
⛔ فَلَمۡ تَقۡتُلُوهُمۡ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ قَتَلَهُمۡۚ
✔️Makna ayat ini, bukan kalian yang telah (menciptakan perbuatan) membunuh orang-orang musyrik, tetapi Allah lah yang (menciptakan perbuatan) membunuh terhadap orang-orang musyrik.
☝️Pada bagian awal Allah menafikan penciptaan perbuatan membunuh dari umat Islam. Karena manusia hanya melakukan kasb berperang dan membunuh orang-orang musyrik.
☝️Pada bagian kedua, Allah menegaskan bahwa Allah lah yang menciptakan perbuatan membunuh yang dikasbkan umat Islam terhadap orang-orang musyrik.
⛔ وَمَا رَمَیۡتَ إِذۡ رَمَیۡتَ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ رَمَىٰ
✔️Makna ayat ini, bukan kamu (menciptakan perbuatan) melempar (debu ke arah mata orang-orang musyrik) ketika kamu (berkasb) melemparkan debu tetapi Allah lah yang (menciptakan perbuatan) melempar tersebut.
☝️Pada bagian awal, Allah menafikan penciptaan perbuatan melempar debu dari Rasulullah yang telah melakukan kasb melempar.
☝️Pada bagian kedua, Allah menegaskan bahwa Allah lah yang menciptakan perbuatan melempar pada diri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
✔️Ayat ini terkait dengan perang Badar. Ketika itu jumlah umat Islam sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah orang-orang musyrik Quraisy. Dalam peperangan tersebut malaikat Jibril meminta kepada Nabi untuk melemparkan debu ke arah orang-orang musyrik. Debu itu dengan kehendak Allah sampai ke mata orang-orang musyrik, sehingga mereka terseibukkan dengan mata mereka, dan mengalami kekalahan.
والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
YouTube
LD-PCNU KAB KEDIRI Official
Islamic education
TAFSIR AYAT AQIDAH bag9
إِنَّا كُلَّ شَیۡءٍ خَلَقۡنَـٰهُ بِقَدَرࣲ
[Surat Al-Qamar 49]
Penjelasan
✅ Para ulama menafsirkan ayat ini dengan dua penafsiran:
1⃣ Bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini terjadi dengan ciptaan dan qodar Allah.
✔️Qodar artinya pengaturan sesuatu, sesuai dengan ilmu dan kehendak Allah yang azali.
⛔Waspadalah terhadap kelompok qodariyah! mereka mendustakan qodar, mereka meyakini bahwa ada makhluk yang terjadi tanpa dengan taqdir Allah
👆Mendustakan qodar adalah kekufuran.
💛Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِي لَيْسَ لَهُمَا فِي الْإِسْلَامِ نَصِيبٌ الْمُرْجِئَةُ وَالْقَدَرِيَّةُ
"Dua kelompok dari ummatku yang keduanya tidak termasuk bagian dari Islam yaitu Al Qadariyah dan Murji'ah." HR at Tirmidzi
💛Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لِكُلِّ أُمَّةٍ مَجُوسٌ وَمَجُوسُ هَذِهِ الْأُمَّةِ الَّذِينَ يَقُولُونَ لَا قَدَرَ
"Setiap umat ada majusinya, dan majusinya umat ini adalah orang-orang yang mengatakan 'tidak ada qodar'. HR Abu Dawud
❤️Makna ayat di atas sejalan dengan firman Allah ta'ala:
وَخَلَقَ كُلَّ شَیۡءࣲ فَقَدَّرَهُۥ تَقۡدِیرࣰا
[Surat Al-Furqan 2]
2⃣Bahwa semua makhluk - baik yang berada di alam bawah maupun yang berada di alam atas- diciptakan oleh Allah dengan memiliki ukuran.
☝️Ayat ini semakna dengan firman Allah ta'ala:
وَكُلُّ شَیۡءٍ عِندَهُۥ بِمِقۡدَارٍ
[Surat Ar-Ra'd 8]
⛔Berdasarkan ayat ini, tidak boleh diyakini bahwa Allah memiliki ukuran - baik kecil maupun besar-.
👆Keyakinan bahwa Allah memiliki ukuran menjerumuskan seseorang pada dua akidah menyimpang, yaitu:
1⃣ Tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) dalam hal sama-sama memiliki ukuran.
👆Akidah tasybih adalah akidah yang bertentangan dengan prinsip ajaran Islam.
2⃣Kayakinan bahwa Allah itu lemah/tidak Maha Kuasa.
☝️Logikanya:
➡️ Sesuatu yang memiliki ukuran pasti membutuhkan pada yang menjadikannya pada ukuran tersebut, karena sesuatu tidak menjadikan ukurannya sendiri.
➡️Sesuatu yang membutuhkan pada yang lain berarti lemah, dan sesuatu yang lemah bukanlah Tuhan.
والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
إِنَّا كُلَّ شَیۡءٍ خَلَقۡنَـٰهُ بِقَدَرࣲ
[Surat Al-Qamar 49]
Penjelasan
✅ Para ulama menafsirkan ayat ini dengan dua penafsiran:
1⃣ Bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini terjadi dengan ciptaan dan qodar Allah.
✔️Qodar artinya pengaturan sesuatu, sesuai dengan ilmu dan kehendak Allah yang azali.
⛔Waspadalah terhadap kelompok qodariyah! mereka mendustakan qodar, mereka meyakini bahwa ada makhluk yang terjadi tanpa dengan taqdir Allah
👆Mendustakan qodar adalah kekufuran.
💛Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِي لَيْسَ لَهُمَا فِي الْإِسْلَامِ نَصِيبٌ الْمُرْجِئَةُ وَالْقَدَرِيَّةُ
"Dua kelompok dari ummatku yang keduanya tidak termasuk bagian dari Islam yaitu Al Qadariyah dan Murji'ah." HR at Tirmidzi
💛Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لِكُلِّ أُمَّةٍ مَجُوسٌ وَمَجُوسُ هَذِهِ الْأُمَّةِ الَّذِينَ يَقُولُونَ لَا قَدَرَ
"Setiap umat ada majusinya, dan majusinya umat ini adalah orang-orang yang mengatakan 'tidak ada qodar'. HR Abu Dawud
❤️Makna ayat di atas sejalan dengan firman Allah ta'ala:
وَخَلَقَ كُلَّ شَیۡءࣲ فَقَدَّرَهُۥ تَقۡدِیرࣰا
[Surat Al-Furqan 2]
2⃣Bahwa semua makhluk - baik yang berada di alam bawah maupun yang berada di alam atas- diciptakan oleh Allah dengan memiliki ukuran.
☝️Ayat ini semakna dengan firman Allah ta'ala:
وَكُلُّ شَیۡءٍ عِندَهُۥ بِمِقۡدَارٍ
[Surat Ar-Ra'd 8]
⛔Berdasarkan ayat ini, tidak boleh diyakini bahwa Allah memiliki ukuran - baik kecil maupun besar-.
👆Keyakinan bahwa Allah memiliki ukuran menjerumuskan seseorang pada dua akidah menyimpang, yaitu:
1⃣ Tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) dalam hal sama-sama memiliki ukuran.
👆Akidah tasybih adalah akidah yang bertentangan dengan prinsip ajaran Islam.
2⃣Kayakinan bahwa Allah itu lemah/tidak Maha Kuasa.
☝️Logikanya:
➡️ Sesuatu yang memiliki ukuran pasti membutuhkan pada yang menjadikannya pada ukuran tersebut, karena sesuatu tidak menjadikan ukurannya sendiri.
➡️Sesuatu yang membutuhkan pada yang lain berarti lemah, dan sesuatu yang lemah bukanlah Tuhan.
والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
YouTube
LD-PCNU KAB KEDIRI Official
Islamic education
TAFSIR AYAT AQIDAH bag10
وَلَوۡ شَاۤءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةࣰ وَ ٰحِدَةࣰ وَلَـٰكِن یُضِلُّ مَن یَشَاۤءُ وَیَهۡدِی مَن یَشَاۤءُۚ وَلَتُسۡـَٔلُنَّ عَمَّا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
[Surat An-Nahl 93]
Penjelasan
✅ Ayat ini menjelaskan tentang beberapa hal, yaitu:
1⃣ Allah mengkhabarkan bahwa pada azal Allah berkehendak bahwa sebagian manusia itu beriman dan sebagian yang lain tidak beriman.
👆Ayat ini selaras dengan firman Allah ta'ala:
وَلَوۡ شَاۤءَ ٱللَّهُ لَجَمَعَهُمۡ عَلَى ٱلۡهُدَىٰۚ
[Surat Al-An'am 35]
👆ayat di atas juga selaras dengan firman Allah ta'ala:
وَلَوۡ شَاۤءَ رَبُّكَ لَـَٔامَنَ مَن فِی ٱلۡأَرۡضِ كُلُّهُمۡ جَمِیعًاۚ
[Surat Yunus 99]
Perhatian:
⛔Meskipun keberadaan orang-orang yang kafir telah dikehendaki oleh Allah ta'ala pada azal, tetapi tidak berarti bahwa Allah mencintai orang-orang yang kafir.
❤️Allah ta'ala berfirman:
قُلۡ أَطِیعُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَۖ فَإِن تَوَلَّوۡا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا یُحِبُّ ٱلۡكَـٰفِرِینَ
[Surat Ali 'Imran 32]
2⃣Hidayah dan dlalal (kesesatan) adalah ciptaan dan ketentuan dari Allah ta'ala.
👆Seseorang yang telah ditakdirkan oleh Allah pada azal untuk menjadi sesat maka pasti ia menjadi kafir dan seseorang yang telah ditakdirkan oleh Allah pada azal untuk mendapatkan hidayah pasti dia menjadi mukmin.
❤️Tidak ada yang bisa menyesatkan seseorang yang telah ditakdirkan oleh Allah mendapatkan hidayah. Allah ta'ala berfirman:
وَمَن یَهۡدِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِن مُّضِلٍّۗ
[Surat Az-Zumar 37]
❤️Tidak ada yang bisa memberi hidayah seseorang yang telah ditakdirkan oleh Allah menjadi sesat. Allah ta'ala berfirman:
مَن یُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَلَا هَادِیَ لَهُۥۚ
[Surat Al-A'raf 186]
⛔Waspadalah terhadap kelompok Qodariyah yang meyakini bahwa hidayah dan dlalal (kesesatan) itu ditentukan oleh manusia itu sendiri, bukan oleh Allah. Menurut mereka, Allah hanya mengikuti kehendak manusia.
👆Mereka mengembalikan dlomir pada lafadz يشاء pada lafadz من bukan pada Allah. Sehingga mereka memahami ayat di atas dengan: 'Allah menyesatkan orang yang menghendaki sesat dan memberi hidayah orang yang menghendaki hidayah'.
👆Pemahaman seperti ini terbantahkan oleh firman Allah ta'ala:
إِنۡ هِیَ إِلَّا فِتۡنَتُكَ تُضِلُّ بِهَا مَن تَشَاۤءُ وَتَهۡدِی مَن تَشَاۤءُۖ
[Surat Al-A'raf 155]
➡️Seandainya dlomir pada kata يشاء pada QS an Nahl:93 itu kembali pada lafadz من pastilah dalam QS al A'raf:155 bunyinya يشاء juga, bukan تشاء (dengan diawali ta').
Catatan:
Ketika disebut al Haadiy maka memiliki dua makna, yaitu:
1⃣Pencipta hidayah
☝️dengan pengertian ini al Haadiy hanyalah Allah ta'ala
❤️Allah ta'ala berfirman:
إِنَّكَ لَا تَهۡدِی مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ یَهۡدِی مَن یَشَاۤءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِینَ
[Surat Al-Qashash 56]
2⃣Orang yang menjelaskan tentang perkara yang haq dan mengajak umat manusia pada jalan haq tersebut.
☝️dengan pengertian ini al Haadiy adalah para nabi dan para da'i.
والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
وَلَوۡ شَاۤءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةࣰ وَ ٰحِدَةࣰ وَلَـٰكِن یُضِلُّ مَن یَشَاۤءُ وَیَهۡدِی مَن یَشَاۤءُۚ وَلَتُسۡـَٔلُنَّ عَمَّا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
[Surat An-Nahl 93]
Penjelasan
✅ Ayat ini menjelaskan tentang beberapa hal, yaitu:
1⃣ Allah mengkhabarkan bahwa pada azal Allah berkehendak bahwa sebagian manusia itu beriman dan sebagian yang lain tidak beriman.
👆Ayat ini selaras dengan firman Allah ta'ala:
وَلَوۡ شَاۤءَ ٱللَّهُ لَجَمَعَهُمۡ عَلَى ٱلۡهُدَىٰۚ
[Surat Al-An'am 35]
👆ayat di atas juga selaras dengan firman Allah ta'ala:
وَلَوۡ شَاۤءَ رَبُّكَ لَـَٔامَنَ مَن فِی ٱلۡأَرۡضِ كُلُّهُمۡ جَمِیعًاۚ
[Surat Yunus 99]
Perhatian:
⛔Meskipun keberadaan orang-orang yang kafir telah dikehendaki oleh Allah ta'ala pada azal, tetapi tidak berarti bahwa Allah mencintai orang-orang yang kafir.
❤️Allah ta'ala berfirman:
قُلۡ أَطِیعُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَۖ فَإِن تَوَلَّوۡا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا یُحِبُّ ٱلۡكَـٰفِرِینَ
[Surat Ali 'Imran 32]
2⃣Hidayah dan dlalal (kesesatan) adalah ciptaan dan ketentuan dari Allah ta'ala.
👆Seseorang yang telah ditakdirkan oleh Allah pada azal untuk menjadi sesat maka pasti ia menjadi kafir dan seseorang yang telah ditakdirkan oleh Allah pada azal untuk mendapatkan hidayah pasti dia menjadi mukmin.
❤️Tidak ada yang bisa menyesatkan seseorang yang telah ditakdirkan oleh Allah mendapatkan hidayah. Allah ta'ala berfirman:
وَمَن یَهۡدِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِن مُّضِلٍّۗ
[Surat Az-Zumar 37]
❤️Tidak ada yang bisa memberi hidayah seseorang yang telah ditakdirkan oleh Allah menjadi sesat. Allah ta'ala berfirman:
مَن یُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَلَا هَادِیَ لَهُۥۚ
[Surat Al-A'raf 186]
⛔Waspadalah terhadap kelompok Qodariyah yang meyakini bahwa hidayah dan dlalal (kesesatan) itu ditentukan oleh manusia itu sendiri, bukan oleh Allah. Menurut mereka, Allah hanya mengikuti kehendak manusia.
👆Mereka mengembalikan dlomir pada lafadz يشاء pada lafadz من bukan pada Allah. Sehingga mereka memahami ayat di atas dengan: 'Allah menyesatkan orang yang menghendaki sesat dan memberi hidayah orang yang menghendaki hidayah'.
👆Pemahaman seperti ini terbantahkan oleh firman Allah ta'ala:
إِنۡ هِیَ إِلَّا فِتۡنَتُكَ تُضِلُّ بِهَا مَن تَشَاۤءُ وَتَهۡدِی مَن تَشَاۤءُۖ
[Surat Al-A'raf 155]
➡️Seandainya dlomir pada kata يشاء pada QS an Nahl:93 itu kembali pada lafadz من pastilah dalam QS al A'raf:155 bunyinya يشاء juga, bukan تشاء (dengan diawali ta').
Catatan:
Ketika disebut al Haadiy maka memiliki dua makna, yaitu:
1⃣Pencipta hidayah
☝️dengan pengertian ini al Haadiy hanyalah Allah ta'ala
❤️Allah ta'ala berfirman:
إِنَّكَ لَا تَهۡدِی مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ یَهۡدِی مَن یَشَاۤءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِینَ
[Surat Al-Qashash 56]
2⃣Orang yang menjelaskan tentang perkara yang haq dan mengajak umat manusia pada jalan haq tersebut.
☝️dengan pengertian ini al Haadiy adalah para nabi dan para da'i.
والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
YouTube
LD-PCNU KAB KEDIRI Official
Islamic education
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
✅Dengan mengharap ridlo Allah ta'ala Materi pengajian kitab Aqidatul Awam Insya Allah akan dimulai besuk pagi, Rabu 4 Maret 2020.
Jadual Materi Group Dakwah LDNU Kab Kediri terbaru:
1⃣ Shubuh : Nasehat dan Tawjihat
2⃣Waktu Dhuha: Aqidatul Awam
3⃣ Dhuhur : makna al Asma' al Husna
4⃣Malam : Tafsir Ayat Aqidah
Semoga bermanfaat
Terimakasih
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Hormat Kami
(PC-LDNU Kab KEDIRI)
Ikuti Kajian setiap hari melalui WhatsApp Media Dakwah LDNU Kab. Kediri
Tautan Group WhatsApp:
0️⃣1️⃣ LDNU 1
https://chat.whatsapp.com/KuNuzbx3KWn3qywOARmhYhh
0️⃣2️⃣ LDNU 2
https://chat.whatsapp.com/AsKQGhVrlDF0vibk3A0LYo
0️⃣3️⃣ LDNU 3
https://chat.whatsapp.com/K1783mKEjw5F99OXwFeK7p
0️⃣4️⃣ LDNU 4
https://chat.whatsapp.com/7xzhWIqPVGVBlGsEjeQPMq
Atau ikuti tautannya sesuai wilayah dimana anda berada⤵
Kunjang ➡
https://chat.whatsapp.com/D5aizYoPTHOF3nYNpNc6Pd
Badas ➡
https://chat.whatsapp.com/Cl5kW74iLLsJvWYcSrKyL9
Kepung ➡
https://chat.whatsapp.com/GCvxX8dq2VwJQ5cYgSCcqq
Wates
https://chat.whatsapp.com/LAkGZWrCnnXDQ1FsWs8jP4
Gampengrejo ➡
🅰 https://chat.whatsapp.com/CV8pzHRZeVVJa7Odk3t0jS
🅱 https://chat.whatsapp.com/EK0yLxnNjVT5TJ1h12QW6e
*#Pagu** ➡
https://chat.whatsapp.com/LVCA16htXh1LPLSQPPoQzs
Kayen Kidul ➡
https://chat.whatsapp.com/JdQWNEbCZov8KgDgVI7ayw
Kandat ➡
https://chat.whatsapp.com/E7SG3Th9a59GyhVPTBHgHJ
Ngadiluwih ➡
https://chat.whatsapp.com/KOwKojm3e7QGL4Ok22foX4
Banyakan ➡
https://chat.whatsapp.com/IWPh8Qkg3uW9lleYwx1nk4
Tarokan ➡
https://chat.whatsapp.com/KTNK5BxQhEo7SE2Ujhf7N5
Mojo ➡
https://chat.whatsapp.com/J8neuVA9XOX5ResLRPFyzO
Pare ➡ https://chat.whatsapp.com/EqoOdAHFJ9JLgRkd6NPzF0
Plemahan ➡ https://chat.whatsapp.com/HKyYCjMEPub3b94Jw1eOrz
Puncu ➡
https://chat.whatsapp.com/IJkJWK0sMcVAYiN7NFYFFa
Kandangan ➡
https://chat.whatsapp.com/JodVn39G4mo9xfdATe0IbY
Semen ➡
https://chat.whatsapp.com/CZ0dOIlBP3TBPvcXk1aRL4
Kras ➡
https://chat.whatsapp.com/J5BANZvhDeOK18tSk1Lgzu
Ringinrejo ➡
https://chat.whatsapp.com/KTiyHfmFyUeAYUPOcCAHlY
**Semoga selalu dalam hidayah & inayah Allah**
Aamiin 🤲🏻
#MedsosulKarimah
http://www.facebook.com/pg/LDNUPCKEDIRI/community/
📲 +62 82244640794
📗📲 Lembaga DAKWAH NU Kab Kediri
: ldnukabkediri.wordpress.com
♻ Mari bertholabul 'ilmi bersama tingkatkan 'amal ibadah!!!
📱Dengan bermedsosulkarimah tebarkan ukhuwah islamiyah Ahlussunnah wal jamaah annahdliyah.
🌀Silahkan share semoga bermanfaat.
Jazakumullahu khoiron katsiron
•═══════◎❅◎۩❁۩◎❅◎═══════•
📟 #MedsosulKarimah
🌐 Weblog
http://bit.ly/WeblogLDNU
📲 Telegram
http://t.me/LDNUPCKEDIRI
🐦 Twitter
http://twitter.com/ldnukabkediri
📸 Instagram
http://instagram.com/ldnupckediri
📳 YouTube
http://bit.ly/YouTubeDakwahNU
💠️ Facebook
http://fb.me/LDNUPCKEDIRI
📻 Radio
http://bit.ly/DakwahOnRadio
📺 Ngaji Sullamut Taufik berseri
http://s.id/NgajiSullamTaufik
✅Dengan mengharap ridlo Allah ta'ala Materi pengajian kitab Aqidatul Awam Insya Allah akan dimulai besuk pagi, Rabu 4 Maret 2020.
Jadual Materi Group Dakwah LDNU Kab Kediri terbaru:
1⃣ Shubuh : Nasehat dan Tawjihat
2⃣Waktu Dhuha: Aqidatul Awam
3⃣ Dhuhur : makna al Asma' al Husna
4⃣Malam : Tafsir Ayat Aqidah
Semoga bermanfaat
Terimakasih
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Hormat Kami
(PC-LDNU Kab KEDIRI)
Ikuti Kajian setiap hari melalui WhatsApp Media Dakwah LDNU Kab. Kediri
Tautan Group WhatsApp:
0️⃣1️⃣ LDNU 1
https://chat.whatsapp.com/KuNuzbx3KWn3qywOARmhYhh
0️⃣2️⃣ LDNU 2
https://chat.whatsapp.com/AsKQGhVrlDF0vibk3A0LYo
0️⃣3️⃣ LDNU 3
https://chat.whatsapp.com/K1783mKEjw5F99OXwFeK7p
0️⃣4️⃣ LDNU 4
https://chat.whatsapp.com/7xzhWIqPVGVBlGsEjeQPMq
Atau ikuti tautannya sesuai wilayah dimana anda berada⤵
Kunjang ➡
https://chat.whatsapp.com/D5aizYoPTHOF3nYNpNc6Pd
Badas ➡
https://chat.whatsapp.com/Cl5kW74iLLsJvWYcSrKyL9
Kepung ➡
https://chat.whatsapp.com/GCvxX8dq2VwJQ5cYgSCcqq
Wates
https://chat.whatsapp.com/LAkGZWrCnnXDQ1FsWs8jP4
Gampengrejo ➡
🅰 https://chat.whatsapp.com/CV8pzHRZeVVJa7Odk3t0jS
🅱 https://chat.whatsapp.com/EK0yLxnNjVT5TJ1h12QW6e
*#Pagu** ➡
https://chat.whatsapp.com/LVCA16htXh1LPLSQPPoQzs
Kayen Kidul ➡
https://chat.whatsapp.com/JdQWNEbCZov8KgDgVI7ayw
Kandat ➡
https://chat.whatsapp.com/E7SG3Th9a59GyhVPTBHgHJ
Ngadiluwih ➡
https://chat.whatsapp.com/KOwKojm3e7QGL4Ok22foX4
Banyakan ➡
https://chat.whatsapp.com/IWPh8Qkg3uW9lleYwx1nk4
Tarokan ➡
https://chat.whatsapp.com/KTNK5BxQhEo7SE2Ujhf7N5
Mojo ➡
https://chat.whatsapp.com/J8neuVA9XOX5ResLRPFyzO
Pare ➡ https://chat.whatsapp.com/EqoOdAHFJ9JLgRkd6NPzF0
Plemahan ➡ https://chat.whatsapp.com/HKyYCjMEPub3b94Jw1eOrz
Puncu ➡
https://chat.whatsapp.com/IJkJWK0sMcVAYiN7NFYFFa
Kandangan ➡
https://chat.whatsapp.com/JodVn39G4mo9xfdATe0IbY
Semen ➡
https://chat.whatsapp.com/CZ0dOIlBP3TBPvcXk1aRL4
Kras ➡
https://chat.whatsapp.com/J5BANZvhDeOK18tSk1Lgzu
Ringinrejo ➡
https://chat.whatsapp.com/KTiyHfmFyUeAYUPOcCAHlY
**Semoga selalu dalam hidayah & inayah Allah**
Aamiin 🤲🏻
#MedsosulKarimah
http://www.facebook.com/pg/LDNUPCKEDIRI/community/
📲 +62 82244640794
📗📲 Lembaga DAKWAH NU Kab Kediri
: ldnukabkediri.wordpress.com
♻ Mari bertholabul 'ilmi bersama tingkatkan 'amal ibadah!!!
📱Dengan bermedsosulkarimah tebarkan ukhuwah islamiyah Ahlussunnah wal jamaah annahdliyah.
🌀Silahkan share semoga bermanfaat.
Jazakumullahu khoiron katsiron
•═══════◎❅◎۩❁۩◎❅◎═══════•
📟 #MedsosulKarimah
🌐 Weblog
http://bit.ly/WeblogLDNU
📲 Telegram
http://t.me/LDNUPCKEDIRI
http://twitter.com/ldnukabkediri
http://instagram.com/ldnupckediri
📳 YouTube
http://bit.ly/YouTubeDakwahNU
http://fb.me/LDNUPCKEDIRI
📻 Radio
http://bit.ly/DakwahOnRadio
📺 Ngaji Sullamut Taufik berseri
http://s.id/NgajiSullamTaufik
WhatsApp.com
WhatsApp Group Invite
👍1
TAFSIR AYAT AQIDAH bag11
وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلۡمُنتَهَىٰ
[Surat An-Najm 42]
Penjelasan
✅Ayat ini menjelaskan bahwa Allah ta'ala tidak terjangkau oleh gambaran, pikiran dan khayalan manusia. Allah tidak dapat dibayangkan, tidak dapat digambarkan, tidak dapat dikhayalkan dan tidak dapat difikirkan.
👆Karena setiap sesuatu yang ada dalam gambaran, fikiran dan khayalan manusia adalah benda atau jisim, sedangkan Allah ta'ala bukanlah benda atau jisim.
✅Dalam menafsirkan ayat di atas, Ubay bin Ka'ab radliyallahu 'anhu berkata:
إليه انتهى فكر من تفكر
"Kepada-Nya selesai pemikiran orang yang berfikir".
👆Artinya pemikiran manusia tidak mampu menjangkau hakekat Dzat Allah ta'ala.
✅ Karena Allah tidak dapat difikirkan maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang umat Islam untuk berfikir tentang Dzat Tuhan, beliau bersabda:
لا فكرة في الرب
"Tidak boleh berfikir tentang Tuhan"
💜Abdullah bin Abbas radliyallahu 'anhu berkata:
تفكروا في خلق الله ولا تفكروا في ذات الله
"Berfikirlah tentang makhluk Allah dan janganlah kalian berfikir tentang Dzat Allah".
✅ Orang yang berfikir tentang Dzat Tuhan akan jatuh pada tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya).
☝️Untuk menghindari tasybih, seseorang harus memperhatikan ayat dan hadits di atas serta perkataan para sahabat dan para ulama berikut ini:
1⃣ Sahabat Abu Bakr as Shiddiq radliyallahu 'anhu berkata:
العجز عن درك الإدراك إدراك#والبحث عن ذاته كفر واشراك
"Mengaku lemah dari mengetahui hakekat Allah adalah keimanan, dan mencari-cari Dzat-Nya (dengan memikirkan dan membayangkan) adalah kekufuran dan kesyirikan".
2⃣ Al Imam Dzun Nun al Mishri dan al Imam Ahmad bin Hanbal radliyallahu 'anhuma berkata:
مهما تصورت ببالك فالله بخلاف ذلك
"Apapun yang tergambar dalam benak kamu tentang Allah maka Allah berbeda dengan itu (apa yang tergambar dalam benakmu)"
3⃣ Para ulama berkata:
لا يعرف الله على الحقيقة الا الله
"Tidak ada yang mengetahui hakekat Allah kecuali hanya Allah".
والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلۡمُنتَهَىٰ
[Surat An-Najm 42]
Penjelasan
✅Ayat ini menjelaskan bahwa Allah ta'ala tidak terjangkau oleh gambaran, pikiran dan khayalan manusia. Allah tidak dapat dibayangkan, tidak dapat digambarkan, tidak dapat dikhayalkan dan tidak dapat difikirkan.
👆Karena setiap sesuatu yang ada dalam gambaran, fikiran dan khayalan manusia adalah benda atau jisim, sedangkan Allah ta'ala bukanlah benda atau jisim.
✅Dalam menafsirkan ayat di atas, Ubay bin Ka'ab radliyallahu 'anhu berkata:
إليه انتهى فكر من تفكر
"Kepada-Nya selesai pemikiran orang yang berfikir".
👆Artinya pemikiran manusia tidak mampu menjangkau hakekat Dzat Allah ta'ala.
✅ Karena Allah tidak dapat difikirkan maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang umat Islam untuk berfikir tentang Dzat Tuhan, beliau bersabda:
لا فكرة في الرب
"Tidak boleh berfikir tentang Tuhan"
💜Abdullah bin Abbas radliyallahu 'anhu berkata:
تفكروا في خلق الله ولا تفكروا في ذات الله
"Berfikirlah tentang makhluk Allah dan janganlah kalian berfikir tentang Dzat Allah".
✅ Orang yang berfikir tentang Dzat Tuhan akan jatuh pada tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya).
☝️Untuk menghindari tasybih, seseorang harus memperhatikan ayat dan hadits di atas serta perkataan para sahabat dan para ulama berikut ini:
1⃣ Sahabat Abu Bakr as Shiddiq radliyallahu 'anhu berkata:
العجز عن درك الإدراك إدراك#والبحث عن ذاته كفر واشراك
"Mengaku lemah dari mengetahui hakekat Allah adalah keimanan, dan mencari-cari Dzat-Nya (dengan memikirkan dan membayangkan) adalah kekufuran dan kesyirikan".
2⃣ Al Imam Dzun Nun al Mishri dan al Imam Ahmad bin Hanbal radliyallahu 'anhuma berkata:
مهما تصورت ببالك فالله بخلاف ذلك
"Apapun yang tergambar dalam benak kamu tentang Allah maka Allah berbeda dengan itu (apa yang tergambar dalam benakmu)"
3⃣ Para ulama berkata:
لا يعرف الله على الحقيقة الا الله
"Tidak ada yang mengetahui hakekat Allah kecuali hanya Allah".
والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
YouTube
LD-PCNU KAB KEDIRI Official
Islamic education
Ngaji Kitab Aqidatul Awam bag01
قال المؤلف رحمه الله تعالى:
ابدأ باسم الله والرحمان # وبالرحيم دائم الاحسان
"Aku memulai (mengarang kitab ini) dengan menyebut nama Allah, ar Rahmaan, ar Rahiim, Dzat yang senantiasa mengkaruniakan kebaikan (kepada para hamba-Nya".
Penjelasan:
✅ Kitab ini bernama mandzumah Aqidatil Awam karya as Syaikh Abu al Fawz Ahmad ibn Muhammad Al Marzuqi rahimahullah.
✅ As Syaikh Ahmad al Marzuki memulai karangannya dengan basmalah.
☝️Karena dua hal, yaitu:
1⃣ Untuk mengikuti al Quran yang setiap suratnya dimulai dengan basmalah, kecuali surat at Taubah atau al Bara'ah
2⃣Mengikuti anjuran Rasululah shallallahu alaihi wa sallam.
💛Rasulullah bersabda:
كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله فهو أقطع
“setiap perkara mulia yang tidak dimulai dengan menyebut nama Allah maka kurang berkah”
❤️Lafadz jalalah *الله* adalah nama bagi Dzat yang pasti adanya, yang disifati dengan setiap sifat kesempurnaan yang layak bagi-Nya dan mustahil bagi-Nya setiap sifat kekurangan.
☝️Diantara sifat kekurangan adalah sifat yang berlaku bagi makhluk seperti lemah, butuh pada yang lain, berubah dan bertempat, maka Allah mustahil bersifat dengan setiap sifat tersebut.
👆Allah ta’ala berfirman:
ليس كمثله شيء
“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatu pun dari makhluk-Nya dan tidak ada sesuatu pun dari makhluk-Nya yang menyeruai-Nya baik dari satu segi maupun semua segi”
⛔Perhatian:
Lafadz jalalah الله, lamnya wajib dibaca mad (panjang/minimal 2 harokat) dan tidak boleh membuang ha'nya sehingga menjadi اللا.
❤️Ar Rahmaan adalah Dzat yang banyak memberikan rahmat kepada orang-orang mukmin dan kafir di dunia dan kepada orang-orang mukmin saja di akhirat.
❤️Ar Rahiim adalah Dzat yang banyak memberi rahmat kepada orang-orang mukmin.
❤️Allah adalah Dzat yang senantiasa mengkaruniakan kenikmatan-kenikmatan kepada para hamba-Nya, dan itu bukan merupakan kewajiban bagi-Nya, tetapi karunia (fadl) dari-Nya
Catatan
✅Pada dasarnya, memulai pekerjaan yang baik dengan basmalah adalah dianjurkan, kecuali dalam beberapa perbuatan baik, di antaranya:
1⃣Shalat, dimulai dengan takbir
2⃣Do'a, dimulai dengan hamdalah
3⃣Khutbah, dimulai dengan hamdalah
✅Memulai perbuatan makruh dengan basmalah adalah makruh
✅Memulai perbuatan haram dengan basmalah adalah haram.
والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
قال المؤلف رحمه الله تعالى:
ابدأ باسم الله والرحمان # وبالرحيم دائم الاحسان
"Aku memulai (mengarang kitab ini) dengan menyebut nama Allah, ar Rahmaan, ar Rahiim, Dzat yang senantiasa mengkaruniakan kebaikan (kepada para hamba-Nya".
Penjelasan:
✅ Kitab ini bernama mandzumah Aqidatil Awam karya as Syaikh Abu al Fawz Ahmad ibn Muhammad Al Marzuqi rahimahullah.
✅ As Syaikh Ahmad al Marzuki memulai karangannya dengan basmalah.
☝️Karena dua hal, yaitu:
1⃣ Untuk mengikuti al Quran yang setiap suratnya dimulai dengan basmalah, kecuali surat at Taubah atau al Bara'ah
2⃣Mengikuti anjuran Rasululah shallallahu alaihi wa sallam.
💛Rasulullah bersabda:
كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله فهو أقطع
“setiap perkara mulia yang tidak dimulai dengan menyebut nama Allah maka kurang berkah”
❤️Lafadz jalalah *الله* adalah nama bagi Dzat yang pasti adanya, yang disifati dengan setiap sifat kesempurnaan yang layak bagi-Nya dan mustahil bagi-Nya setiap sifat kekurangan.
☝️Diantara sifat kekurangan adalah sifat yang berlaku bagi makhluk seperti lemah, butuh pada yang lain, berubah dan bertempat, maka Allah mustahil bersifat dengan setiap sifat tersebut.
👆Allah ta’ala berfirman:
ليس كمثله شيء
“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatu pun dari makhluk-Nya dan tidak ada sesuatu pun dari makhluk-Nya yang menyeruai-Nya baik dari satu segi maupun semua segi”
⛔Perhatian:
Lafadz jalalah الله, lamnya wajib dibaca mad (panjang/minimal 2 harokat) dan tidak boleh membuang ha'nya sehingga menjadi اللا.
❤️Ar Rahmaan adalah Dzat yang banyak memberikan rahmat kepada orang-orang mukmin dan kafir di dunia dan kepada orang-orang mukmin saja di akhirat.
❤️Ar Rahiim adalah Dzat yang banyak memberi rahmat kepada orang-orang mukmin.
❤️Allah adalah Dzat yang senantiasa mengkaruniakan kenikmatan-kenikmatan kepada para hamba-Nya, dan itu bukan merupakan kewajiban bagi-Nya, tetapi karunia (fadl) dari-Nya
Catatan
✅Pada dasarnya, memulai pekerjaan yang baik dengan basmalah adalah dianjurkan, kecuali dalam beberapa perbuatan baik, di antaranya:
1⃣Shalat, dimulai dengan takbir
2⃣Do'a, dimulai dengan hamdalah
3⃣Khutbah, dimulai dengan hamdalah
✅Memulai perbuatan makruh dengan basmalah adalah makruh
✅Memulai perbuatan haram dengan basmalah adalah haram.
والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
YouTube
LD-PCNU KAB KEDIRI Official
Islamic education
MUNCULNYA INTOLERANSI DI MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah sejak awal dikategori sebagai organisasi Islam modern dengan ciri utama melakukan pembaharuan dalam bidang keagamaan sesuai dengan motto para pembaharu yakni kembali kepada Al Quran dan Hadits Nabi ﷺ. Amalan² keagamaan yang dianggap tidak memiliki dasar hukum yang jelas, diberantas. Salah satu karakteristik yang melekat pada Muhammadiyah adalah posisinya sebagai Tajdid/pembaharu ditanah air.
Lahirnya Tajdid Muhammadiyah tidak bisa dilepasksn dari pengaruh pembaharuan yang dilakukan oleh Jamaludin Al Afghani (1838-1897), Muhhammad Abduh (1849-1905) dan Rasyid Ridha (1856-1935) yang sering dituding sebagai Wahabinya Mesir. Sulit untuk mengingkari ide² Tajdid Muhammadiyah diilhami dari Tajdid yang dilakukan oleh para pembaharu Islam tersebut, apalagi kalau dilihat model, strategi dan pilihan amaliyah yang dilakukan hampir mirip, untuk tidak mengatakan sama.
Dalam suatu sidang Tanwir Muhammadiyah, pernah disampaikan sebagai berikut: Dilihat dari sasarannya, Tajdid dibagi dua, yaitu.
--Tajdid berarti kembali kepada keaslian dan kemurnian dalam hal akidah dan ibadah yang telah tetap dan tidak berubah.
--Tajdid berarti modernisasi, yakni dalam hal strategi, metode, sistem, teknik، taktik perjuangan yang sifatnya berubah-ubah.
Munculnya Muhammadiyah dengan model seperti itu adalah sebagai reaksi atas situasi dan kondisi yang mereka anggap merupakan tantangan yang ada disaat itu, yakni persoalan keumatan dan kebangsaan yang berada pada titik mengkhawatirkan. Persoalan keumatan direspon oleh mereka untuk dicarikan solusi yang tepat dan akurat dengan mengembalikan kepada ajaran yang murni berdasarkan Al Quran dan Hadits Nabi ﷺ.
Ketika itu, menurut mereka ada dua persoalan keumatan yang bersifat internal dan eksternal. Tentang persoalan internal, Muhammadiyah dihadapkan pada pengamalan ajaran Islam yang telah bercampur dengan ajaran² non Islam atau ditambah - tambah dengan sesuatu yang tidak ada dasarnya, sehingga Islam yang diamalkan tidak murni lagi. Persoalan² itu dikenal dengan Tahayul, Bid'ah dan Khurafat yang telah melembaga dan membudaya dalam pribadi dan komunitas umat Islam Indonesia, sampai tidak bisa membedakan antara ajaran agama dan budaya.
Tahayul artinya ialah rekaan, persangkaan dan khayalan dengan mengatasnamakan bahwa pikiran itu ada dalam ajaran Islam.
Adapun Bid'ah, artinya ialah segala sesuatu yang diada-adakan dalam bentuk yang belum ada contohnya atau semua amalan yang tidak ada dalil syar'inya.
Sedangkan Khurafat adalah cerita bohong, dongeng atau sesuatu hal yang tidak masuk akal.
Semua kepercayaan yang tidak memiliki dasar dan bersumber dari ajaran agama, tetapi diyakini berasal dan memiliki dasar agama. Menurut mereka, Khurafat ini dapat berkembang pesat dikalangan umat Islam seirama dengan pembudayaan Taqlidi tanpa mengembangkan sikap kritis dalam menerima kebenaran cerita, pendapat dan sejenisnya, akan menimbulkan bentuk² perbuatan yang menyimpang dari ajaran Islam. Penyimpangan² itu dicontohkan seperti: Memakai ayat² Al Quran untuk azimat menolak bala, mengambil wasilah orang² yang telah mati untuk menyampaikan doanya kepada Allah, ziarah kemakam seorang wali dan lain-lain.
Karena Muhammadiyah tidak menggunakan referensi kitab² yang memuat hasil ijtihad para ulama terdahulu, maka terhadap persoalan² hukum yang tidak disebuntukan didalam Al Quran dan Hadits, Muhammadiyah melakukan ijtihad sendiri untuk menentukan hukumnya. Ijtihad yang mereka lakukan adalah Ijtihad Bayani, Ta'lili dan Istishlahi.
Ijtihad Bayani ialah metode ijtihad dengan menggunakan pendekatabln kebahasaan (Semantik). Ijtihad Ta'lili adalah metode ijtihad dalam menentukan hukum dengan menggunakan pendekatan penalaran (Rasionalistik) Sedangkan Ijtihad Istishlahi ialah metode ijtihad eln penetapan hukuk dengan menggunakan pendekatan kemashlahatan.
Dari penuturan diatas, telah jelas bahwa antara Muhammadiyah dan NU terdapat perbedaan yang sangat kentara dalam memahami prinsip² dasar metodologi penetapan hukum dan perbedaan produk huku
Muhammadiyah sejak awal dikategori sebagai organisasi Islam modern dengan ciri utama melakukan pembaharuan dalam bidang keagamaan sesuai dengan motto para pembaharu yakni kembali kepada Al Quran dan Hadits Nabi ﷺ. Amalan² keagamaan yang dianggap tidak memiliki dasar hukum yang jelas, diberantas. Salah satu karakteristik yang melekat pada Muhammadiyah adalah posisinya sebagai Tajdid/pembaharu ditanah air.
Lahirnya Tajdid Muhammadiyah tidak bisa dilepasksn dari pengaruh pembaharuan yang dilakukan oleh Jamaludin Al Afghani (1838-1897), Muhhammad Abduh (1849-1905) dan Rasyid Ridha (1856-1935) yang sering dituding sebagai Wahabinya Mesir. Sulit untuk mengingkari ide² Tajdid Muhammadiyah diilhami dari Tajdid yang dilakukan oleh para pembaharu Islam tersebut, apalagi kalau dilihat model, strategi dan pilihan amaliyah yang dilakukan hampir mirip, untuk tidak mengatakan sama.
Dalam suatu sidang Tanwir Muhammadiyah, pernah disampaikan sebagai berikut: Dilihat dari sasarannya, Tajdid dibagi dua, yaitu.
--Tajdid berarti kembali kepada keaslian dan kemurnian dalam hal akidah dan ibadah yang telah tetap dan tidak berubah.
--Tajdid berarti modernisasi, yakni dalam hal strategi, metode, sistem, teknik، taktik perjuangan yang sifatnya berubah-ubah.
Munculnya Muhammadiyah dengan model seperti itu adalah sebagai reaksi atas situasi dan kondisi yang mereka anggap merupakan tantangan yang ada disaat itu, yakni persoalan keumatan dan kebangsaan yang berada pada titik mengkhawatirkan. Persoalan keumatan direspon oleh mereka untuk dicarikan solusi yang tepat dan akurat dengan mengembalikan kepada ajaran yang murni berdasarkan Al Quran dan Hadits Nabi ﷺ.
Ketika itu, menurut mereka ada dua persoalan keumatan yang bersifat internal dan eksternal. Tentang persoalan internal, Muhammadiyah dihadapkan pada pengamalan ajaran Islam yang telah bercampur dengan ajaran² non Islam atau ditambah - tambah dengan sesuatu yang tidak ada dasarnya, sehingga Islam yang diamalkan tidak murni lagi. Persoalan² itu dikenal dengan Tahayul, Bid'ah dan Khurafat yang telah melembaga dan membudaya dalam pribadi dan komunitas umat Islam Indonesia, sampai tidak bisa membedakan antara ajaran agama dan budaya.
Tahayul artinya ialah rekaan, persangkaan dan khayalan dengan mengatasnamakan bahwa pikiran itu ada dalam ajaran Islam.
Adapun Bid'ah, artinya ialah segala sesuatu yang diada-adakan dalam bentuk yang belum ada contohnya atau semua amalan yang tidak ada dalil syar'inya.
Sedangkan Khurafat adalah cerita bohong, dongeng atau sesuatu hal yang tidak masuk akal.
Semua kepercayaan yang tidak memiliki dasar dan bersumber dari ajaran agama, tetapi diyakini berasal dan memiliki dasar agama. Menurut mereka, Khurafat ini dapat berkembang pesat dikalangan umat Islam seirama dengan pembudayaan Taqlidi tanpa mengembangkan sikap kritis dalam menerima kebenaran cerita, pendapat dan sejenisnya, akan menimbulkan bentuk² perbuatan yang menyimpang dari ajaran Islam. Penyimpangan² itu dicontohkan seperti: Memakai ayat² Al Quran untuk azimat menolak bala, mengambil wasilah orang² yang telah mati untuk menyampaikan doanya kepada Allah, ziarah kemakam seorang wali dan lain-lain.
Karena Muhammadiyah tidak menggunakan referensi kitab² yang memuat hasil ijtihad para ulama terdahulu, maka terhadap persoalan² hukum yang tidak disebuntukan didalam Al Quran dan Hadits, Muhammadiyah melakukan ijtihad sendiri untuk menentukan hukumnya. Ijtihad yang mereka lakukan adalah Ijtihad Bayani, Ta'lili dan Istishlahi.
Ijtihad Bayani ialah metode ijtihad dengan menggunakan pendekatabln kebahasaan (Semantik). Ijtihad Ta'lili adalah metode ijtihad dalam menentukan hukum dengan menggunakan pendekatan penalaran (Rasionalistik) Sedangkan Ijtihad Istishlahi ialah metode ijtihad eln penetapan hukuk dengan menggunakan pendekatan kemashlahatan.
Dari penuturan diatas, telah jelas bahwa antara Muhammadiyah dan NU terdapat perbedaan yang sangat kentara dalam memahami prinsip² dasar metodologi penetapan hukum dan perbedaan produk huku
m itu sendiri. Perbedaan ini kemudian berhilir pada perbedaan ritual keagamaan sehari-hari.
Memang pada masa² awal berdirinya, Muhammadiyah bersikap sangat keras terhadap kelompok Islam tradisioanal yang dianggapnya sebagai golongan yang ahli bid'ah dan khurafat, tetapi meski banyak pandangan yang berseberangan antara keduanya, seiring dengan perjalanan waktu, terdapat kesadaran untuk saling menghargai masing² pandangan keagamaan mereka. Bahkan ada benang merah yang menyatukan antara keduanya, yakni, NU dan Muhammadiyah sama² memiliki sikap yang toleransi dengan golongan lain dan menjalankan nilai² Pancasila dalam kehidupannya. Itulah sebabnya, hubungan antara keduanya telah pama berjalan dengan dinamis.Tetapi akibat tidak difahami dengan benar dan bijak, akhirnya bisa membuat kedua pengikut Muhammadiyah dan NU dalam posisi saling berhadap-hadapan seperti yang terjadi dikota Yogyakarta. Tetapi ada tokoh Muhammadiyah yang pernah bilang, bahwa diorganisasinya tak beda pula dengan di NU, yakni terdapat pula tokoh radikalis yang menyusup didalamnya.
Oleh: KH. Busyrol Karim Abdul Mughni
Rais Syuriah PCNU Kabupaten Kediri
t.me/ldnupckediri
Memang pada masa² awal berdirinya, Muhammadiyah bersikap sangat keras terhadap kelompok Islam tradisioanal yang dianggapnya sebagai golongan yang ahli bid'ah dan khurafat, tetapi meski banyak pandangan yang berseberangan antara keduanya, seiring dengan perjalanan waktu, terdapat kesadaran untuk saling menghargai masing² pandangan keagamaan mereka. Bahkan ada benang merah yang menyatukan antara keduanya, yakni, NU dan Muhammadiyah sama² memiliki sikap yang toleransi dengan golongan lain dan menjalankan nilai² Pancasila dalam kehidupannya. Itulah sebabnya, hubungan antara keduanya telah pama berjalan dengan dinamis.Tetapi akibat tidak difahami dengan benar dan bijak, akhirnya bisa membuat kedua pengikut Muhammadiyah dan NU dalam posisi saling berhadap-hadapan seperti yang terjadi dikota Yogyakarta. Tetapi ada tokoh Muhammadiyah yang pernah bilang, bahwa diorganisasinya tak beda pula dengan di NU, yakni terdapat pula tokoh radikalis yang menyusup didalamnya.
Oleh: KH. Busyrol Karim Abdul Mughni
Rais Syuriah PCNU Kabupaten Kediri
t.me/ldnupckediri
TAFSIR AYAT AQIDAH bag12
وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكۡلِیمࣰا
[Surat An-Nisa' 164]
Penjelasan
✅ Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memiliki sifat kalam.
👆Sebagaimana sifat-sifat Allah yang lainnya, sifat kalam Allah itu azaliy (tidak berpermulaan) dan abadiy (tidak berpenghabisan).
👆Karena itu, kalam Allah bukan bahasa, bukan huruf dan juga bukan suara.
➡️ Allah memperdengarkan kalam Allah yang azali dan abadi ini kepada Nabi Musa 'alayhissalam, sehingga nabi Musa bergelar Kaliimullah.
👆Selain nabi Musa, seorang nabi yang pernah diperdengarkan kalam Allah yang azali dan abadi adalah nabi Muhammad ﷺ ketika beliau mi'raj.
➡️ Maf'ul muthlaq (تكليما) pada ayat di atas menolak dan membantah anggapan kelompok mu'tazilah bahwa ayat tersebut harus dimaknai majaz.
👆Karena kelompok mu'tazilah yang sering disebut dengan kelompok mu'ththilah (kelompok yang menafikan sifat) meyakini bahwa Allah tidak memiliki sifat kalam dan sifat-sifat lainnya.
👆Menurut mereka, makna ayat di atas adalah bahwa Allah menciptakan kalam pada sebuah pohon dan nabi Musa mendengar kalam itu dari pohon tersebut.
💜Al Imam Abu Hanifah Radliyallahu anhu dalam kitab al Fiqh al Akbar berkata:
والله يتكلم لا بآلة وحرف ونحن نتكلم بآلة وحرف
"Allah berfirman tidak dengan alat dan huruf, sedangkan kita berkata dengan alat dan huruf"
👆Perkataan al Imam Abu Hanifah ini membantah Aqidah Wahhabi yang meyakini bahwa kalam Allah itu baharu, berupa bahasa, huruf dan suara.
Perhatian
⛔Rasulullah ﷺ mendengar kalam Allah ketika beliau berada di atas langit ke tujuh, dan itu tidak menunjukan bahwa Allah bertempat di atas langit ke tujuh. Sebagaimana nabi Musa, beliau mendengar kalam Allah, ketika beliau berada di bumi, di bukit Thursaina, dan itu juga tidak menunjukkan bahwa Allah ada di bumi.
☝️Karena keyakinan Ahlussunnah wal Jama’ah, ALLAH ADA TANPA TEMPAT.
والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكۡلِیمࣰا
[Surat An-Nisa' 164]
Penjelasan
✅ Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memiliki sifat kalam.
👆Sebagaimana sifat-sifat Allah yang lainnya, sifat kalam Allah itu azaliy (tidak berpermulaan) dan abadiy (tidak berpenghabisan).
👆Karena itu, kalam Allah bukan bahasa, bukan huruf dan juga bukan suara.
➡️ Allah memperdengarkan kalam Allah yang azali dan abadi ini kepada Nabi Musa 'alayhissalam, sehingga nabi Musa bergelar Kaliimullah.
👆Selain nabi Musa, seorang nabi yang pernah diperdengarkan kalam Allah yang azali dan abadi adalah nabi Muhammad ﷺ ketika beliau mi'raj.
➡️ Maf'ul muthlaq (تكليما) pada ayat di atas menolak dan membantah anggapan kelompok mu'tazilah bahwa ayat tersebut harus dimaknai majaz.
👆Karena kelompok mu'tazilah yang sering disebut dengan kelompok mu'ththilah (kelompok yang menafikan sifat) meyakini bahwa Allah tidak memiliki sifat kalam dan sifat-sifat lainnya.
👆Menurut mereka, makna ayat di atas adalah bahwa Allah menciptakan kalam pada sebuah pohon dan nabi Musa mendengar kalam itu dari pohon tersebut.
💜Al Imam Abu Hanifah Radliyallahu anhu dalam kitab al Fiqh al Akbar berkata:
والله يتكلم لا بآلة وحرف ونحن نتكلم بآلة وحرف
"Allah berfirman tidak dengan alat dan huruf, sedangkan kita berkata dengan alat dan huruf"
👆Perkataan al Imam Abu Hanifah ini membantah Aqidah Wahhabi yang meyakini bahwa kalam Allah itu baharu, berupa bahasa, huruf dan suara.
Perhatian
⛔Rasulullah ﷺ mendengar kalam Allah ketika beliau berada di atas langit ke tujuh, dan itu tidak menunjukan bahwa Allah bertempat di atas langit ke tujuh. Sebagaimana nabi Musa, beliau mendengar kalam Allah, ketika beliau berada di bumi, di bukit Thursaina, dan itu juga tidak menunjukkan bahwa Allah ada di bumi.
☝️Karena keyakinan Ahlussunnah wal Jama’ah, ALLAH ADA TANPA TEMPAT.
والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
YouTube
LD-PCNU KAB KEDIRI Official
Islamic education
Forwarded from Ngaji Kitab Aqidatul Awam
Ngaji Kitab Aqidatul Awam bag02
قال المؤلف رحمه الله تعالى:
فالحمد لله القديم الأول # الآخر الباقي بلا تحول
"Segala puji bagi Allah yang adanya tanpa permulaan dan tanpa penghabisan, yang abadi dengan tanpa ada perubahan"
Penjelasan
✅ Setelah membaca basmalah, as Syaikh Ahmad al Marzuki mengiringinya dengan membaca hamdalah.
👆Hamdalah atau yang juga disebut tahmid berbunyi الحمد لله.
👆Maknanya:
الثناء باللسان على الجميل الاختياري
"Pujian dengan lisan terhadap al jamiil al ikhtiyariy, yakni nikmat yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya, yang bukan merupakan kewajiban bagi-Nya.
⛔Perhatian:
✔️Dalam akidah Aswaja, memberi nikmat kepada makhluk bukan merupakan kewajiban bagi Allah, karena tidak ada sesuatu yang wajib bagi Allah. Memberi nikmat kepada makhluk adalah fadl (karunia) Allah.
👆Aqidah ini berbeda dengan Aqidah Mu'tazilah yang meyakini bahwa Allah wajib memberi yang terbaik untuk makhluk-Nya.
✔️Nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada manusia sangat banyak, tidak terhitung jumlahnya.
❤️Allah ta'ala berfirman:
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعۡمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَاۤۗ
[Surat An-Nahl 18]
"Apabila kalian menghitung-hitung nikmat Allah maka kalian tidak akan bisa menghitungnya (karena banyaknya)"
✔️Wajib bagi seorang muslim mensyukuri nikmat-nikmat tersebut.
👆Bersyukur ada dua macam:
1⃣Bersyukur yang hukumnya wajib, yaitu tidak menggunakan nikmat yang Allah berikan kepada kita dalam kemaksiatan seperti tidak menggunakan tanggan untuk mencuri, uang untuk berjudi, dan lisan untuk mencaci.
2⃣Bersyukur yang hukumnya sunnah, yaitu memuji Allah dengan lisan dengan mengucapkan hamdalah dan semisalnya.
✅ As Syaikh al Marzuki menyebutkan beberapa nama Allah, yaitu:
➡️ al Qadim al Awwal, dua nama Allah ini memiliki makna yang sama, yaitu Dzat yang adanya tanpa ada permulaannya.
👆Karena sesuatu yang berpermulaan pasti ada yang menjadikannya dari tidak ada menjadi ada. Dan sesuatu yang seperti itu disebut makhluk. Padahal Allah adalah al Khaaliq (Pencipta), bukan makhluk (yang diciptakan).
➡️Al Akhiru al Baaqii, dua nama Allah ini memiliki makna yang sama, yaitu Dzat yang adanya tanpa berpenghabisan, abadi tidak akan punah.
👆Karena secara akal, sesuatu yang tidak berpermulaan pasti tidak berpenghabisan, Allah adanya tanpa permulaan maka adanya Allah juga tidak berpenghabisan.
❤️Allah ta'ala berfirman:
هُوَ ٱلۡأَوَّلُ وَٱلۡـَٔاخِرُ
[Surat Al-Hadid 3]
"Dia Allah adalah Dzat yang adanya tanpa permulaan dan tanpa penghabisan".
✔️Selanjutnya as Syaikh Ahmad al Marzuki menegaskan bahwa Allah abadi, tanpa ada perubahan.
👆Karena berubah adalah tanda terbesar dari makhluk. Setiap yang berubah membutuhkan pada yang merubahnya, dan sesuatu yang membutuhkan pada yang lain adalah lemah, dan sesuatu yang lemah adalah makhluk.
والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري
t.me/ngajiaqidatulawam
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
قال المؤلف رحمه الله تعالى:
فالحمد لله القديم الأول # الآخر الباقي بلا تحول
"Segala puji bagi Allah yang adanya tanpa permulaan dan tanpa penghabisan, yang abadi dengan tanpa ada perubahan"
Penjelasan
✅ Setelah membaca basmalah, as Syaikh Ahmad al Marzuki mengiringinya dengan membaca hamdalah.
👆Hamdalah atau yang juga disebut tahmid berbunyi الحمد لله.
👆Maknanya:
الثناء باللسان على الجميل الاختياري
"Pujian dengan lisan terhadap al jamiil al ikhtiyariy, yakni nikmat yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya, yang bukan merupakan kewajiban bagi-Nya.
⛔Perhatian:
✔️Dalam akidah Aswaja, memberi nikmat kepada makhluk bukan merupakan kewajiban bagi Allah, karena tidak ada sesuatu yang wajib bagi Allah. Memberi nikmat kepada makhluk adalah fadl (karunia) Allah.
👆Aqidah ini berbeda dengan Aqidah Mu'tazilah yang meyakini bahwa Allah wajib memberi yang terbaik untuk makhluk-Nya.
✔️Nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada manusia sangat banyak, tidak terhitung jumlahnya.
❤️Allah ta'ala berfirman:
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعۡمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَاۤۗ
[Surat An-Nahl 18]
"Apabila kalian menghitung-hitung nikmat Allah maka kalian tidak akan bisa menghitungnya (karena banyaknya)"
✔️Wajib bagi seorang muslim mensyukuri nikmat-nikmat tersebut.
👆Bersyukur ada dua macam:
1⃣Bersyukur yang hukumnya wajib, yaitu tidak menggunakan nikmat yang Allah berikan kepada kita dalam kemaksiatan seperti tidak menggunakan tanggan untuk mencuri, uang untuk berjudi, dan lisan untuk mencaci.
2⃣Bersyukur yang hukumnya sunnah, yaitu memuji Allah dengan lisan dengan mengucapkan hamdalah dan semisalnya.
✅ As Syaikh al Marzuki menyebutkan beberapa nama Allah, yaitu:
➡️ al Qadim al Awwal, dua nama Allah ini memiliki makna yang sama, yaitu Dzat yang adanya tanpa ada permulaannya.
👆Karena sesuatu yang berpermulaan pasti ada yang menjadikannya dari tidak ada menjadi ada. Dan sesuatu yang seperti itu disebut makhluk. Padahal Allah adalah al Khaaliq (Pencipta), bukan makhluk (yang diciptakan).
➡️Al Akhiru al Baaqii, dua nama Allah ini memiliki makna yang sama, yaitu Dzat yang adanya tanpa berpenghabisan, abadi tidak akan punah.
👆Karena secara akal, sesuatu yang tidak berpermulaan pasti tidak berpenghabisan, Allah adanya tanpa permulaan maka adanya Allah juga tidak berpenghabisan.
❤️Allah ta'ala berfirman:
هُوَ ٱلۡأَوَّلُ وَٱلۡـَٔاخِرُ
[Surat Al-Hadid 3]
"Dia Allah adalah Dzat yang adanya tanpa permulaan dan tanpa penghabisan".
✔️Selanjutnya as Syaikh Ahmad al Marzuki menegaskan bahwa Allah abadi, tanpa ada perubahan.
👆Karena berubah adalah tanda terbesar dari makhluk. Setiap yang berubah membutuhkan pada yang merubahnya, dan sesuatu yang membutuhkan pada yang lain adalah lemah, dan sesuatu yang lemah adalah makhluk.
والله أعلم بالصواب
#رابطةالمبلغين النهضية كديري
t.me/ngajiaqidatulawam
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
Telegram
Ngaji Kitab Aqidatul Awam
Buku Penjelasan Ringkas bisa dibeli di SHOPEE 👇
https://shopee.co.id/product/212278520/6037308075?smtt=0.0.9
Aqidatil Awam karya as Syaikh Abu al Fawz Ahmad ibn Muhammad Al Marzuqi rahimahullah
https://shopee.co.id/product/212278520/6037308075?smtt=0.0.9
Aqidatil Awam karya as Syaikh Abu al Fawz Ahmad ibn Muhammad Al Marzuqi rahimahullah
TAFSIR AYAT AQIDAH bag13
إِنَّاۤ أَنزَلۡنَـٰهُ قُرۡءَ ٰ نًا عَرَبِیࣰّا لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ
[Surat Yusuf 2]
Penjelasan
✅Ayat ini menjelaskan bahwa al Qur'an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab.
👆Ayat ini semakna dengan firman Allah ta'ala:
وَكَذَ ٰلِكَ أَنزَلۡنَـٰهُ قُرۡءَانًا عَرَبِیࣰّا
[Surat Tha-Ha 113]
"Demikian juga kami telah menurunkan Al Qur'an dengan bahasa Arab".
👆Ayat di atas juga selaras dengan firman Allah ta'ala:
بِلِسَانٍ عَرَبِیࣲّ مُّبِینࣲ
[Surat Asy-Syu'ara 195]
"(al Qur'an diturunkan) dengan bahasa arab yang jelas"
👆Ayat di atas juga selaras dengan firman Allah ta'ala:
إِنَّا جَعَلۡنَـٰهُ قُرۡءَ ٰ نًا عَرَبِیࣰّا لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ
[Surat Az-Zukhruf 3]
"Sesungguhnya kami jadikan al Qur'an dengan berbahasa Arab agar kalian berfikir".
✅Ayat di atas tidak bertentangan dengan penjelasan sebelumnya, bahwa kalam Allah bukan berupa bahasa, huruf dan suara.
👆Karena yang dimaksud dengan al Qur'an dalam ayat-ayat di atas adalah al lafdz al munazzal (lafazh yang diturunkan) kepada nabi Muhammad ﷺ , bukan sifat kalam Allah yang azali dan abadi.
✔️Ketika disebut al Qur'an atau kalam Allah maka memiliki dua pengertian, yaitu:
1⃣Kalam Allah adz Dzati, yaitu sifat kalam Allah yang azali dan abadi, bukan berupa bahasa, huruf dan suara.
2⃣Al Lafdz al munazzal (lafadz yang diturunkan) kepada sebagian para nabinya, yang berupa bahasa, huruf dan suara.
👆Ini adalah ibaroh (ungkapan) dari kalam Allah yang azali dan abadi.
👆Kalam Allah dengan pengertian ini adalah haadits (baharu/makhluk).
👆Al Lafdzu al munazzal tetap disebut kalam Allah karena ia bukan karangan Muhammad atau Jibril, tetapi ia adalah lafadz yang diciptakan oleh Allah untuk mengungkapkan kalam Allah yang azali dan abadi.
⛔Perhatian:
✔️Tidak boleh seseorang mengatakan: 'al Qur'an itu makhluk', tanpa memberi penjelasan pengertian yang mana yang dia kehendaki.
👆Karena perkataan seperti ini akan memberi indikasi bahwa kalam Allah yang merupakan sifatnya itu makhluk/haadits.
والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
إِنَّاۤ أَنزَلۡنَـٰهُ قُرۡءَ ٰ نًا عَرَبِیࣰّا لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ
[Surat Yusuf 2]
Penjelasan
✅Ayat ini menjelaskan bahwa al Qur'an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab.
👆Ayat ini semakna dengan firman Allah ta'ala:
وَكَذَ ٰلِكَ أَنزَلۡنَـٰهُ قُرۡءَانًا عَرَبِیࣰّا
[Surat Tha-Ha 113]
"Demikian juga kami telah menurunkan Al Qur'an dengan bahasa Arab".
👆Ayat di atas juga selaras dengan firman Allah ta'ala:
بِلِسَانٍ عَرَبِیࣲّ مُّبِینࣲ
[Surat Asy-Syu'ara 195]
"(al Qur'an diturunkan) dengan bahasa arab yang jelas"
👆Ayat di atas juga selaras dengan firman Allah ta'ala:
إِنَّا جَعَلۡنَـٰهُ قُرۡءَ ٰ نًا عَرَبِیࣰّا لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ
[Surat Az-Zukhruf 3]
"Sesungguhnya kami jadikan al Qur'an dengan berbahasa Arab agar kalian berfikir".
✅Ayat di atas tidak bertentangan dengan penjelasan sebelumnya, bahwa kalam Allah bukan berupa bahasa, huruf dan suara.
👆Karena yang dimaksud dengan al Qur'an dalam ayat-ayat di atas adalah al lafdz al munazzal (lafazh yang diturunkan) kepada nabi Muhammad ﷺ , bukan sifat kalam Allah yang azali dan abadi.
✔️Ketika disebut al Qur'an atau kalam Allah maka memiliki dua pengertian, yaitu:
1⃣Kalam Allah adz Dzati, yaitu sifat kalam Allah yang azali dan abadi, bukan berupa bahasa, huruf dan suara.
2⃣Al Lafdz al munazzal (lafadz yang diturunkan) kepada sebagian para nabinya, yang berupa bahasa, huruf dan suara.
👆Ini adalah ibaroh (ungkapan) dari kalam Allah yang azali dan abadi.
👆Kalam Allah dengan pengertian ini adalah haadits (baharu/makhluk).
👆Al Lafdzu al munazzal tetap disebut kalam Allah karena ia bukan karangan Muhammad atau Jibril, tetapi ia adalah lafadz yang diciptakan oleh Allah untuk mengungkapkan kalam Allah yang azali dan abadi.
⛔Perhatian:
✔️Tidak boleh seseorang mengatakan: 'al Qur'an itu makhluk', tanpa memberi penjelasan pengertian yang mana yang dia kehendaki.
👆Karena perkataan seperti ini akan memberi indikasi bahwa kalam Allah yang merupakan sifatnya itu makhluk/haadits.
والله أعلم بالصواب
#Asnuter Jatim
t.me/ldnupckediri
http://www.youtube.com/ldnukabkediriofficial
YouTube
LD-PCNU KAB KEDIRI Official
Islamic education
*Rajab, Momentum untuk Memperbaiki Kualitas Shalat*
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ ﴿البقرة: ٢٣٨﴾
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Di setiap bulan Rajab, kita selalu diingatkan oleh guru-guru kita, para kiai kita, bahwa pada saat Mi’raj, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima perintah shalat lima waktu. Begitu istimewanya shalat, sampai-sampai Allah mewahyukan perintah shalat di tempat yang istimewa. Di suatu tempat di atas langit ketujuh, di atas sidratul muntaha. Di suatu tempat yang tidak pernah sekali pun dilakukan kufur, syirik, dosa dan maksiat di dalamnya.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا للهِ قَانِتِينَ ﴿البقرة: ٢٣٨﴾
Maknanya: “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha (shalat ‘Ashar). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (Q.S. al Baqarah: 238)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَـمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللهُ عَلَى الْعِبَادِ، فَمَنْ جَاءَ بِهِنَّ لَمْ يُضَيِّعْ مِنْهُنَّ شَيْئًا اسْتِخْفَافًا بِحَقِهِنَّ كَانَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدٌ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَمْ يَأْتِ بِهِنَّ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدٌ إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ وَإِنْ شَاءَ أَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ (رواه البيهقيّ)
Maknanya: “Ada lima shalat yang Allah wajibkan atas para hamba. Barangsiapa melaksanakannya dan tidak melalaikan salah satu darinya dengan tidak memenuhi haknya, maka ia mendapatkan janji dari Allah akan dimasukkan ke surga. Dan barangsiapa tidak melaksanakannya, maka ia tidak mendapatkan janji dari Allâh tersebut. Jika Allah menghendaki, maka Ia menyiksanya dan jika Allah menghendaki, maka Allah memasukkannya ke surga.” (H.R. al Bayhaqi)
Jadi shalat kedudukannya sangat agung, karena ia adalah amal yang paling utama setelah iman. Barangsiapa yang menjaga dan memeliharanya, sungguh ia telah menjaga agamanya. Dan barangsiapa yang terhadap shalat ia lalai, maka terhadap selain shalat, pastilah ia lebih abai.
Begitu agungnya shalat, dalam beberapa ayat al-Qur’an shalat sering disebutkan secara beriringan dengan iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Di antaranya:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٢٧٧﴾
Maknanya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala yang diberikan Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. al Baqarah: 277)
Apabila kita perhatikan juga, betapa banyak disebutkan dalam al-Qur’an secara beriringan antara perbuatan meninggalkan shalat dengan kekufuran. Allah ta’ala berfirman memberitakan tentang penduduk neraka ketika ditanya:
مَا سَلَكَكُمْ فِي
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ ﴿البقرة: ٢٣٨﴾
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Di setiap bulan Rajab, kita selalu diingatkan oleh guru-guru kita, para kiai kita, bahwa pada saat Mi’raj, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima perintah shalat lima waktu. Begitu istimewanya shalat, sampai-sampai Allah mewahyukan perintah shalat di tempat yang istimewa. Di suatu tempat di atas langit ketujuh, di atas sidratul muntaha. Di suatu tempat yang tidak pernah sekali pun dilakukan kufur, syirik, dosa dan maksiat di dalamnya.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا للهِ قَانِتِينَ ﴿البقرة: ٢٣٨﴾
Maknanya: “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha (shalat ‘Ashar). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (Q.S. al Baqarah: 238)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَـمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللهُ عَلَى الْعِبَادِ، فَمَنْ جَاءَ بِهِنَّ لَمْ يُضَيِّعْ مِنْهُنَّ شَيْئًا اسْتِخْفَافًا بِحَقِهِنَّ كَانَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدٌ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَمْ يَأْتِ بِهِنَّ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدٌ إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ وَإِنْ شَاءَ أَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ (رواه البيهقيّ)
Maknanya: “Ada lima shalat yang Allah wajibkan atas para hamba. Barangsiapa melaksanakannya dan tidak melalaikan salah satu darinya dengan tidak memenuhi haknya, maka ia mendapatkan janji dari Allah akan dimasukkan ke surga. Dan barangsiapa tidak melaksanakannya, maka ia tidak mendapatkan janji dari Allâh tersebut. Jika Allah menghendaki, maka Ia menyiksanya dan jika Allah menghendaki, maka Allah memasukkannya ke surga.” (H.R. al Bayhaqi)
Jadi shalat kedudukannya sangat agung, karena ia adalah amal yang paling utama setelah iman. Barangsiapa yang menjaga dan memeliharanya, sungguh ia telah menjaga agamanya. Dan barangsiapa yang terhadap shalat ia lalai, maka terhadap selain shalat, pastilah ia lebih abai.
Begitu agungnya shalat, dalam beberapa ayat al-Qur’an shalat sering disebutkan secara beriringan dengan iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Di antaranya:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٢٧٧﴾
Maknanya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala yang diberikan Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. al Baqarah: 277)
Apabila kita perhatikan juga, betapa banyak disebutkan dalam al-Qur’an secara beriringan antara perbuatan meninggalkan shalat dengan kekufuran. Allah ta’ala berfirman memberitakan tentang penduduk neraka ketika ditanya:
مَا سَلَكَكُمْ فِي
سَقَرَ (42) قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ (43) وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ (44) وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ (45) وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ (46) ﴿المدثر: 42-46﴾
Maknanya: “Apakah yang memasukkan kalian ke dalam Saqar (neraka)?. Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin dan kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan kami mendustakan hari pembalasan.” (Q.S. al Muddatstsir: 42-46)
Hadirin yang dirahmati Allah,
Para ulama Ahlussunnah mengatakan bahwa, jika seseorang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya atau melecehkannya, maka ia telah kafir. Sedangkan jika ia meninggalkannya karena malas, maka ia tidak kafir, tetapi dihukumi fasiq, pelaku dosa besar.
Hadirin,
Janganlah kita menunda-nunda shalat sampai keluar waktunya. Janganlah kita bermalas-malasan melakukan shalat. Di dunia ini, kita bisa saja menunda jadwal perjalanan atau pekerjaan, sedangkan kematian adalah kepastian yang tidak bisa ditunda atau dibatalkan. Kita selamatkan diri kita sebelum lewat waktunya. Jatah umur kita terbatas, hembusan nafas kita ada penghabisannya dan kematian bagaikan pedang yang telah terhunus di atas leher kita, kita tidak tahu kapan ia turun dan menebas batang leher kita. Jika seseorang meninggalkan shalat, tidakkah ia malu kepada Allah yang telah menciptakannya dan menganugerahkan sekian banyak rahmat dan nikmat kepada-Nya?
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dari sahabat Jabir radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الصَّلَواتِ الخَمْسِ كَمَثَلِ نَهْرٍ جَارٍ غَمْرٍ عَلَى بَابِ أحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ ( رواه مسلم)
Maknanya: “Perumpamaan Shalat lima waktu adalah ibarat sungai yang melimpah airnya, yang mengalir ke arah pintu rumah salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air tersebut setiap hari sebanyak lima kali.” (H.R. Muslim).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلاةُ (أخرجه أحمد والنسائي والترمذي وغيرهم وقال: حديث حسن صحيح)
Maknanya: “Induk dari segala perkara adalah Islam dan tiangnya adalah shalat” (H.R. Ahmad, an-Nasaa’i, at-Tirmidzi dan lain-lain. At-Tirmidzi berkata: Hadits ini hasan shahih).
Allah telah menjadikan shalat sebagai penyejuk mata dan jiwa, serta pelipur lara bagi mereka yang dirundung kesedihan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memberikan teladan kepada kita bahwa ketika beliau sedang mengalami masa-masa sulit dan berat, beliau menghibur diri dengan mendirikan shalat (H.R. Ahmad dan Abu Dawud).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلاةِ (أخرجه أحمد في مسنده والنسائي والبيهقي في السنن وصححه الحاكم في المستدرك وغيرهم)
Maknanya: “Telah dijadikan kesejukan mata dan jiwaku (kebahagiaanku) pada shalat” (H.R. Ahmad dalam Musnadnya, an-Nasaa’i, al-Baihaqi dalam as-Sunan, dan hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak).
Beliau juga terbiasa menyeru:
يَا بِلالُ، أَرِحْنَا بِالصَّلاةِ (أخرجه أحمد وغيره)
Maknanya: “Wahai Bilal, (kumandangkan iqamat), berilah kami kenyamanan dan kedamaian dengan (mengerjakan) shalat” (H.R. Ahmad dan lainnya).
Shalat menjadi kesenangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kedamaian kalbunya serta kebahagiaan hatinya.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Marilah kita jadikan bulan Rajab, bulan peringatan mukjizat Isra’ dan Mi’raj, sebagai momentum untuk memperbaiki kualitas shalat kita. Shalat yang berkualitas adalah shalat yang sah dan diterima oleh Allah ta’ala. Shalat seseorang dikatakan sah apabila telah memenuhi seluruh syarat sah dan rukunnya serta menjauhi semua hal yang dapat membatalkannya. Namun, hadirin sekalian, shalat yang sah belum tentu diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir Ba’alawi dalam Sullamuttaufiq menjelaskan bahwa supaya shalat kita diterima oleh Allah, selain kita harus memenuhi s
Maknanya: “Apakah yang memasukkan kalian ke dalam Saqar (neraka)?. Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin dan kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan kami mendustakan hari pembalasan.” (Q.S. al Muddatstsir: 42-46)
Hadirin yang dirahmati Allah,
Para ulama Ahlussunnah mengatakan bahwa, jika seseorang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya atau melecehkannya, maka ia telah kafir. Sedangkan jika ia meninggalkannya karena malas, maka ia tidak kafir, tetapi dihukumi fasiq, pelaku dosa besar.
Hadirin,
Janganlah kita menunda-nunda shalat sampai keluar waktunya. Janganlah kita bermalas-malasan melakukan shalat. Di dunia ini, kita bisa saja menunda jadwal perjalanan atau pekerjaan, sedangkan kematian adalah kepastian yang tidak bisa ditunda atau dibatalkan. Kita selamatkan diri kita sebelum lewat waktunya. Jatah umur kita terbatas, hembusan nafas kita ada penghabisannya dan kematian bagaikan pedang yang telah terhunus di atas leher kita, kita tidak tahu kapan ia turun dan menebas batang leher kita. Jika seseorang meninggalkan shalat, tidakkah ia malu kepada Allah yang telah menciptakannya dan menganugerahkan sekian banyak rahmat dan nikmat kepada-Nya?
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dari sahabat Jabir radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الصَّلَواتِ الخَمْسِ كَمَثَلِ نَهْرٍ جَارٍ غَمْرٍ عَلَى بَابِ أحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ ( رواه مسلم)
Maknanya: “Perumpamaan Shalat lima waktu adalah ibarat sungai yang melimpah airnya, yang mengalir ke arah pintu rumah salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air tersebut setiap hari sebanyak lima kali.” (H.R. Muslim).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلاةُ (أخرجه أحمد والنسائي والترمذي وغيرهم وقال: حديث حسن صحيح)
Maknanya: “Induk dari segala perkara adalah Islam dan tiangnya adalah shalat” (H.R. Ahmad, an-Nasaa’i, at-Tirmidzi dan lain-lain. At-Tirmidzi berkata: Hadits ini hasan shahih).
Allah telah menjadikan shalat sebagai penyejuk mata dan jiwa, serta pelipur lara bagi mereka yang dirundung kesedihan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memberikan teladan kepada kita bahwa ketika beliau sedang mengalami masa-masa sulit dan berat, beliau menghibur diri dengan mendirikan shalat (H.R. Ahmad dan Abu Dawud).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلاةِ (أخرجه أحمد في مسنده والنسائي والبيهقي في السنن وصححه الحاكم في المستدرك وغيرهم)
Maknanya: “Telah dijadikan kesejukan mata dan jiwaku (kebahagiaanku) pada shalat” (H.R. Ahmad dalam Musnadnya, an-Nasaa’i, al-Baihaqi dalam as-Sunan, dan hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak).
Beliau juga terbiasa menyeru:
يَا بِلالُ، أَرِحْنَا بِالصَّلاةِ (أخرجه أحمد وغيره)
Maknanya: “Wahai Bilal, (kumandangkan iqamat), berilah kami kenyamanan dan kedamaian dengan (mengerjakan) shalat” (H.R. Ahmad dan lainnya).
Shalat menjadi kesenangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kedamaian kalbunya serta kebahagiaan hatinya.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Marilah kita jadikan bulan Rajab, bulan peringatan mukjizat Isra’ dan Mi’raj, sebagai momentum untuk memperbaiki kualitas shalat kita. Shalat yang berkualitas adalah shalat yang sah dan diterima oleh Allah ta’ala. Shalat seseorang dikatakan sah apabila telah memenuhi seluruh syarat sah dan rukunnya serta menjauhi semua hal yang dapat membatalkannya. Namun, hadirin sekalian, shalat yang sah belum tentu diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir Ba’alawi dalam Sullamuttaufiq menjelaskan bahwa supaya shalat kita diterima oleh Allah, selain kita harus memenuhi s
yarat sah dan rukunnya, kita juga harus memenuhi syarat-syarat diterimanya shalat, yaitu:
1. Berniat ikhlash karena mengharap ridla Allah semata.
2. Makanan dan minuman yang ada di perut kita sewaktu shalat harus halal.
3. Pakaian yang kita kenakan pada saat shalat harus halal.
4. Tempat yang kita gunakan shalat harus halal.
5. Shalat yang kita lakukan harus disertai kekhusyuan, walaupun hanya sebentar. Semakin lama kadar khusyu’ kita dalam shalat, maka semakin besar pahala yang kita dapat dari Allah ta’ala.
6. Tidak ujub dengan shalat yang dilakukan. Ujub artinya apabila seseorang melihat bahwa kemampuannya menjalankan ibadah adalah keistimewaan dirinya, dan ia lalai untuk mengingat bahwa hal itu sejatinya adalah karunia dari Allah.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Khusyu’ adalah menghadirkan dalam hati rasa takut kepada Allah, disertai rasa cinta dan pengagungan kepada-Nya.
Khusyu’ dalam shalat adalah perbuatan hati yang bisa diraih dan dilakukan dengan beberapa sebab dan cara. Di antaranya adalah memperbanyak mengingat kematian. Ketika kita akan memulai shalat, kita berucap dalam hati: “Mungkin ini adalah shalat terakhirku, setelahnya mungkin aku tidak akan merasakan kehidupan lagi di dunia ini.” Di antara sebab dan cara untuk menghadirkan khusyu’ dalam shalat juga adalah dengan merenungkan dan menghayati makna yang terkandung dalam bacaan-bacaan shalat.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, cicit Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saking khusyu’nya dalam menjalankan shalat, sampai-sampai suatu ketika rumah beliau terbakar pada saat beliau mendirikan shalat. Orang-orang berteriak memanggilnya, “Api wahai Ali, api wahai Ali,” namun beliau tetap kokoh tak tergoyahkan dalam shalatnya. Pada waktu selesai shalat, beliau mengatakan: “Pikiranku disibukkan dengan api akhirat daripada api kalian.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan pada bulan Rajab ini kita senantiasa diberi kekuatan, kemudahan dan kemampuan untuk memperbanyak kebaikan dan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَارْضَ اللهم عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضٰالِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ، اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وآمِنْ رَّوْعَاتِنَا وَاكْفِنَا مَا أَهَمَّنَا وَقِنَ
1. Berniat ikhlash karena mengharap ridla Allah semata.
2. Makanan dan minuman yang ada di perut kita sewaktu shalat harus halal.
3. Pakaian yang kita kenakan pada saat shalat harus halal.
4. Tempat yang kita gunakan shalat harus halal.
5. Shalat yang kita lakukan harus disertai kekhusyuan, walaupun hanya sebentar. Semakin lama kadar khusyu’ kita dalam shalat, maka semakin besar pahala yang kita dapat dari Allah ta’ala.
6. Tidak ujub dengan shalat yang dilakukan. Ujub artinya apabila seseorang melihat bahwa kemampuannya menjalankan ibadah adalah keistimewaan dirinya, dan ia lalai untuk mengingat bahwa hal itu sejatinya adalah karunia dari Allah.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Khusyu’ adalah menghadirkan dalam hati rasa takut kepada Allah, disertai rasa cinta dan pengagungan kepada-Nya.
Khusyu’ dalam shalat adalah perbuatan hati yang bisa diraih dan dilakukan dengan beberapa sebab dan cara. Di antaranya adalah memperbanyak mengingat kematian. Ketika kita akan memulai shalat, kita berucap dalam hati: “Mungkin ini adalah shalat terakhirku, setelahnya mungkin aku tidak akan merasakan kehidupan lagi di dunia ini.” Di antara sebab dan cara untuk menghadirkan khusyu’ dalam shalat juga adalah dengan merenungkan dan menghayati makna yang terkandung dalam bacaan-bacaan shalat.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, cicit Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saking khusyu’nya dalam menjalankan shalat, sampai-sampai suatu ketika rumah beliau terbakar pada saat beliau mendirikan shalat. Orang-orang berteriak memanggilnya, “Api wahai Ali, api wahai Ali,” namun beliau tetap kokoh tak tergoyahkan dalam shalatnya. Pada waktu selesai shalat, beliau mengatakan: “Pikiranku disibukkan dengan api akhirat daripada api kalian.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan pada bulan Rajab ini kita senantiasa diberi kekuatan, kemudahan dan kemampuan untuk memperbanyak kebaikan dan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَارْضَ اللهم عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضٰالِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ، اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وآمِنْ رَّوْعَاتِنَا وَاكْفِنَا مَا أَهَمَّنَا وَقِنَ
ا شَرَّ ما نَتَخوَّفُ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبٰى ويَنْهٰى عَنِ الفَحْشٰاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
_Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Biro Peribadatan & Hukum, Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto_
#LDNU KAB KEDIRI
t.me/ldnupckediri
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبٰى ويَنْهٰى عَنِ الفَحْشٰاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
_Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Biro Peribadatan & Hukum, Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto_
#LDNU KAB KEDIRI
t.me/ldnupckediri