🔘 Jawaban terhadap orang yang mengatakan: “Arab Saudi 🇸🇦 dikendalikan oleh Amerika 🇺🇸”

🔖Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi رحمه الله berkata:

Apakah kalian pernah melihat keberanian seperti ini dan kebohongan sebesar ini❗️
Sebuah negara yang berdiri sendiri, mandiri dalam urusan dan kebijakannya, dikatakan bahwa ia tidak memiliki keputusan dan kendali sendiri⁉️
Apakah Amerika yang memerintahkan perluasan dua Masjidil Haram⁉️
Apakah Amerika yang memerintahkan pencetakan dan penyebaran mushaf Al-Qur’an⁉️
Apakah Amerika yang membuka sekolah-sekolah agama dan universitas-universitas Islam⁉️
Apakah Amerika yang menyelenggarakan ibadah haji setiap tahun⁉️
Apakah Amerika yang menegakkan hukum qishash dan hudud❓

Ini adalah pernyataan yang kebohongannya diketahui oleh siapa pun yang masih memiliki sedikit akal, tetapi bisa jadi ada orang-orang yang telah Allah butakan mata hatinya dan Allah telah membalikkan hati mereka, sehingga mereka percaya dengan omong kosong kosong seperti ini.

📚 Ad-Durar An-Najmiyyah (hal. 140)

🔘 الـرد علـى من يقـول : ان السعودية🇸🇦 تحكمها أمريكا🇺🇸

قال الشيخ أحمد بن يحيى النجميّ رحمه الله:

✏️هل رأيتم مجازفة مثل هذه المجازفة وكذباً مثل هذا الكذب❗️
✏️دولة قآئمة بنفسها مستقلة بأمرها وشؤونها يقال: بأنها لا تملك قراراً بنفسها ولا أمراً تستقل به⁉️
✏️ فهل أمريكا هي التي أمرت بتوسعة الحرمين⁉️
✏️وهل أمريكا هي التي أمرت بطباعة المصحف الشريف ونشره⁉️
✏️وهل أمريكا هي التي فتحت المدارس الدينية والجامعات الاسلامية⁉️
✏️وهل أمريكا هي التي تقوم على الحج كل عام⁉️
✏️وهل أمريكا هي التي تقتص من الجناة وتقيم الحدود❓
✏️وهذا قول يعلمه كذبه كل من له ذرة من عقل ولكن قد يكون هناك أقوام أعمى الله بصآئرهم ومسخ قلوبهم فصاروا يصدقون مثل هذا الهرآء الفارغ.

📚[الدرر النجمية ("ص 140")]


❀═══🇸🇦⟲❁❁⟳🇸🇦═══❀
http://telegram.me/dinulqoyyim

Tujuh golongan yang akan diberi naungan oleh Allah pada Hari Kiamat:

Al Imam Abu Muhammad Abdurrahman bin Isma’il, yang dikenal dengan Abu Syamah Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

إِمَامٌ ، مُحِبُّ ، نَاشِيٌّ ، مُتَصَدِّقٌ
وَبَاكٍ ، مُصَلٍ ، خَائِفٌ سَطْوَةَ الْبَاسِ

Seorang imam (pemimpin) yang adil, dua orang yang saling mencintai karena Allah, pemuda yang tumbuh dalam ibadah, orang yang bersedekah secara sembunyi,
orang yang menangis ketika mengingat Allah, orang yang mencintai shalat (pemuda yang hatinya terkait dengan masjid),
dan orang yang menolak maksiat karena takut kepada Allah.

يُظِلُّهُمُ اللهُ الْجَلِيلُ بِظِلِّهِ
إِذَا كَانَ يَوْمُ الْعَرْضِ لَا ظِلَّ لِلنَّاسِ

Allah Yang Maha Mulia akan menaungi mereka dengan naungan-Nya,
Pada hari ditampakkannya amal-amal (Hari Kiamat), saat tidak ada naungan bagi manusia selain naungan-Nya.

أَشَرْتُ بِأَلْفَاظٍ تَدُلُّ عَلَيْهِمُ
فَيَذْكُرُهُمْ بِالنَّظْمِ مَنْ بَعْضُهُمْ نَاسِ

Aku memberi isyarat dengan kata-kata yang menunjukkan mereka,
Agar orang-orang yang lupa bisa mengingat mereka lewat bait-bait syair ini.

Sumber: Ṭard as-Sab‘ ‘an Sard as-Sab‘ oleh ash-Shafadi, hal. 102.

http://telegram.me/dinulqoyyim

Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un
Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.
Milik Allah-lah apa yang Dia ambil dan milik-Nya pula apa yang Dia berikan, dan segala sesuatu di sisi-Nya ada batas waktunya yang telah ditentukan.

Telah wafat hari ini, Rabu 14 Muharram 1447 H, seorang ulama besar yang telah mengabdikan dirinya untuk membela sunnah dan para pengikutnya serta memperingatkan dari yang menentangnya, yaitu:
Fadhilatusy Syaikh Al-‘Allamah Prof. Dr. Rabi‘ bin Hadi al-Madkhali
Semoga Allah merahmatinya, mengampuninya, menempatkannya di surga Firdaus yang tertinggi, dan membalasnya atas kebaikannya terhadap kami dan kaum muslimin dengan balasan terbaik, terbesar, terindah, dan sempurna.

Sholat jenazah akan dilaksanakan besok, insya Allah:
▪️Hari Kamis 15 Muharram 1447 H
▪️Setelah sholat Subuh
▪️Di Masjid Nabawi

Ditulis oleh: Prof. Dr. Shalih bin Sa'ad as-Suhaimi
- Wakil Fatwa di Madinah Nabawiyah -
- Dan pengajar di Masjid Nabawi Asy-Syarif -

إنا لله وإنا إليه راجعون
لله ما أخذ وله ما أعطى وكل شيءٍ عنده بأجلٍ مسمى، توفي اليوم الأربعاء الموافق ١٤/ ١/ ١٤٤٧ العالم الجليل الذي نذر نفسه دفاعاً عن السنة وأهلها والتحذير من ضدها فضيلة الشيخ العلامة: *أ.د. ربيع بن هادي المدخلي*
رحمه الله وغفر له وأسكنه الفردوس الأعلى من الجنة وجزاه عنا وعن أهل الإسلام خير الجزاء وأعظمه وأطيبه وأوفاه.
والصلاة عليه غدًا بإذن الله
▪️الخميس ١٥/ ١/ ١٤٤٧
▪️بعد صـلاة الفـجــر
▪️في المسجد النبوي

كتبه أ.د. صالح بن سعد السحيمي
-مفوّض الإفتاء بالمدينة النبوية-
-والمدرّس بالمسجد النبوي الشري

http://telegram.me/dinulqoyyim

Aku melihat dunia menjadi buruk tanpa (Syekh) Rabi‘,
Dan ia tak mampu menahan dinginnya musim dingin.

Bagaimana mungkin jalan menjadi jelas tanpa penunjuk arah,
Dan para musafir menempuhnya tanpa cahaya?"

Semoga Allah merahmati Syekh Rabi‘, dan ucapan belasungkawa dariku untuk seluruh kaum Muslimin!

✍️ Ziyad Al-Munifi


أَرَى الدُّنْيـــَا تَشِينُ بِلاَ رَبيعٍ
ولا تَقْوَى علــى بَـردِ الشِّتاءِ

وأنَّى تَسْتَبِينُ بِغَيــــــرِ هـادٍ
ويَقْطَعُها السُّــــرَاةُ بلا ضِياَءِ

رحم الله الشيخ ربيعًا، وعزائي للمسلمين جميعًا!

🖋 زياد المنيفي

http://telegram.me/dinulqoyyim

ماذا يعنون بالجامية والمدخلية؟! دفاع عن الشيخين محمد أمان الجامي وربيع بن هادي المدخلي تأليف د.فلاح مندكار

.

Biografi Ringkas Syaikh al-‘Allāmah Rabi‘ bin Hadi al-Madkhali رحمه الله

Nama dan Nasab:
Beliau adalah Syaikh al-‘Allāmah al-Muḥaddits Rabi‘ bin Hadi bin Muḥammad ‘Umayr al-Madkhali. Beliau berasal dari kabilah al-Madākhilah yang dikenal luas di wilayah Jāzān, selatan Kerajaan Arab Saudi.

Kelahiran:
Beliau lahir di desa al-Jarādiyyah, sebuah desa kecil yang terletak sekitar 3 km di sebelah barat kota Ṣāmiṭah (sekarang sudah menyatu dengannya). Kelahirannya terjadi pada akhir tahun 1351 H. Ayahnya wafat sekitar satu setengah tahun setelah kelahirannya, sehingga beliau tumbuh dan besar dalam asuhan ibunya—rahimahallāh—yang memperhatikannya dengan baik, membesarkannya dengan akhlak mulia seperti kejujuran, amanah, serta membiasakannya shalat, dengan pengawasan dari pamannya juga.

Wafat:
Beliau wafat pada 14 Muḥarram 1447 H.
رحمه الله رحمة واسعة.

Perjalanan Ilmiah Syaikh Rabi‘ bin Hadi al-Madkhali رحمه الله:

Ketika Syaikh mencapai usia delapan tahun, beliau mulai mengikuti halaqah pendidikan di desanya. Di sana, beliau belajar menulis dan membaca. Di antara guru beliau dalam menulis adalah Syaikh Syaibān al-‘Arīshī, serta al-Qādhi Aḥmad bin Muḥammad Jabir al-Madkhali. Beliau juga belajar pada seseorang bernama Muḥammad bin Ḥusain Makki dari kota Ṣabyā’. Al-Qur'an beliau baca kepada Syaikh Muḥammad bin Muḥammad Jabir al-Madkhali, di samping mempelajari tauhid dan tajwid darinya.

Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikan di Madrasah Salafiyyah di kota Ṣāmiṭah.

Guru-gurunya di sana, antara lain:
- Syaikh al-‘Alim al-Faqīh Nāṣhir Khalūfah Thayyāsh al-Mubārakī – rahimahullāh – seorang ‘ālim masyhur dari murid utama Syaikh al-Qar‘āwī. Kepadanya, Syaikh Rabi‘ mempelajari Bulūgh al-Marām dan Nuzhat al-Naẓar karya al-Ḥāfiẓ Ibn Ḥajar.

Kemudian beliau melanjutkan ke Ma’had ‘Ilmī Ṣāmiṭah dan belajar pada sejumlah masyāyikh besar, yang paling masyhur di antaranya:
- Syaikh Ḥāfiẓ bin Aḥmad al-Ḥakami – al-‘Allamah yang terkenal – rahimahullāh
- Saudaranya, Syaikh Muḥammad bin Aḥmad al-Ḥakami.
- Syaikh al-Muḥaddits Aḥmad bin Yahya al-Najmi –rahimahullah-
- Syaikh Dr. Muḥammad Amān al-Jāmi – rahimahullāh – dalam bidang akidah
- Syaikh al-Faqīh Muḥammad Shaghīr Khamisi – dalam fikih, terutama kitab Zād al-Mustaqni‘.

Beliau juga belajar ilmu bahasa Arab, sastra, balāghah, dan ‘arūḍ pada sejumlah guru lainnya.

Tahun 1380 H (akhir tahun), beliau lulus dari Ma’had ‘Ilmī Ṣāmiṭah.
Pada awal tahun 1381 H, beliau masuk Kulliyyah Syariah Riyadh, namun hanya berlangsung sekitar satu hingga dua bulan.

Kemudian, saat Universitas Islam Madinah dibuka, beliau pindah ke Madinah dan masuk Fakultas Syariah, belajar selama empat tahun, dan lulus tahun 1384 H dengan predikat "mumtāz" (sempurna).

Guru-Guru Syaikh Rabi‘ bin Hadi al-Madkhali رحمه الله di Universitas Islam Madinah:

- Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz – Mufti Agung Kerajaan Arab Saudi kala itu, rahimahullāh – beliau belajar ‘Aqīdah Ṭaḥāwiyyah kepada beliau.
- Syaikh Muḥammad Nāṣiruddin al-Albānī – rahimahullāh – dalam bidang hadits dan sanad.
- Syaikh ‘Abdul Muḥsin al-‘Abbad – beliau belajar fikih darinya selama tiga tahun, dalam kitab Bidāyat al-Mujtahid.
- Syaikh al-‘Allāmah al-Ḥāfiẓ al-Mufassir al-Uṣūlī al-Naḥwī al-Lughawī al-Faqīh Muḥammad al-Amīn al-Shinqīṭhi – penulis Aḍwā’ al-Bayān, rahimahullāh – beliau belajar tafsir dan ushul fiqh kepadanya selama empat tahun.
- Syaikh Ṣāliḥ al-‘Irāqi – dalam bidang ‘aqidah.
- Syaikh al-Muḥaddits ‘Abd al-Ghaffār Ḥasan al-Hindi – dalam ilmu hadits dan musthalah.

Setelah lulus, beliau menjadi pengajar di Ma'had Universitas Islam Madinah selama beberapa waktu. Kemudian melanjutkan studi pascasarjana dan meraih:

- Gelar Magister (S2) tahun 1397 H dari Universitas King Abdul Aziz cabang Makkah, dengan tesisnya yang terkenal "Bayna al-Imāmayn Muslim wa al-Dāraquthnī".
- Gelar Doktor (S3) tahun 1400 H dari universitas yang sama dengan predikat mumtāz (sempurna), melalui tahqiq kitab "an-Nukat ‘ala Kitāb Ibn al-Ṣalāḥ" karya al-Ḥāfiẓ Ibn Ḥajar رحمه الله.

Setelah itu, beliau kembali mengajar di Universitas Islam Madinah, Fakultas Hadits, mengajar berbagai cabang ilmu hadits. Beliau juga beberapa kali menjabat sebagai Ketua Jurusan Sunnah di Program Pascasarjana, dan terakhir menjabat sebagai Guru Besar (Profesor Kursi).
Semoga Allah merahmati beliau dan membalasnya dengan sebaik-baik balasan.

Sifat dan Akhlaknya:

Syaikh رحمه الله dikenal dengan kerendahan hati yang luar biasa terhadap saudara-saudaranya, para penuntut ilmu, tamu, dan siapa pun yang datang menemuinya. Beliau hidup sederhana dalam tempat tinggal, pakaian, dan kendaraannya, tidak menyukai kemewahan dalam urusan duniawi.

Beliau selalu ramah, wajahnya berseri, dan menyenangkan untuk diajak duduk bersama—tidak membosankan. Majelis-majelisnya dipenuhi dengan pembacaan hadits dan pembahasan sunnah, serta peringatan terhadap bid’ah dan para pelakunya, sampai-sampai orang yang belum mengenalnya menyangka bahwa beliau tidak memiliki kesibukan lain selain itu.

Beliau sangat mencintai penuntut ilmu yang bermanhaj salaf, memuliakan dan berbuat baik kepada mereka. Beliau membantu memenuhi kebutuhan mereka semampunya, baik dengan hartanya maupun usahanya sendiri. Rumah beliau selalu terbuka bagi para penuntut ilmu, bahkan nyaris tidak pernah makan sendirian, baik sarapan, makan siang, atau malam. Beliau selalu memperhatikan murid-muridnya dan menghibur mereka.
Beliau adalah da’i yang sangat cemburu terhadap al-Qur’an, sunnah, dan akidah salaf, penuh semangat dan kepedulian terhadap kemurnian agama, jarang ada yang sebanding dengannya di zaman ini. Beliau membela manhaj salaf siang dan malam, terang-terangan maupun diam-diam, tanpa takut terhadap celaan siapa pun dalam membela agama Allah.

Karya-karya Tulisnya:

Karya beliau sangat banyak – alhamdulillah – dan beliau telah membahas berbagai bidang yang sangat dibutuhkan, khususnya dalam membantah ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu di zaman ini, ketika para perusak semakin banyak dan para pembaharu semakin sedikit. Di antara karya-karya beliau:

1. "Baina Al-Imamain Muslim wa Ad-Daraquthni"– Sebuah jilid besar, merupakan tesis magisternya.
2. "An-Nukat ‘ala Kitab Ibn Shalah" – Telah dicetak dalam dua jilid, merupakan disertasi doktoralnya.
3. Tahqiq kitab "Al-Madkhal Ila As-Sahih" karya Al-Hakim – Telah dicetak jilid pertamanya.
4. Tahqiq kitab "At-Tawassul wal-Wasilah" karya Imam Ibn Taimiyyah – Satu jilid.
5. "Manhaj Al-Anbiya fi Ad-Da‘wah Ila Allah Fihi Al-Hikmah wal-‘Aql" – (Metode Para Nabi dalam Berdakwah kepada Allah dengan hikmah dan akal sehat).
6. "Manhaj Ahlus Sunnah fi Naqd Ar-Rijal wal-Kutub wat-Tawa’if" – (Metode Ahlus Sunnah dalam mengkritisi perawi, buku, dan kelompok-kelompok).
7. Pembagian Hadis menjadi Shahih, Hasan, dan Dha'if antara Realita Ulama Hadis dan Kekeliruan Para Fanatikus – Bantahan terhadap Abdul Fattah Abu Ghuddah dan Muhammad ‘Awwamah. 
8. Membongkar Sikap Al-Ghazali terhadap Sunnah dan Para Pengusungnya.
9. Makanatu Ahlil Hadits (Kedudukan Ahli Hadits).
10. Metode Imam Muslim dalam Menyusun Shahih-nya. 
11. Ahli Hadits adalah Kelompok yang Menang dan Selamat – Dialog dengan Salman Al-‘Audah.
12. Mudzakkirah (Catatan) dalam Hadits Nabawi.
13. Adhwa Islamiyyah ala Aqidati Sayyid Quthub wa Fikrihi (Cahaya Islam dalam menghukumi Aqidah dan Pemikiran Sayyid Quthb). 
14. Celaan Sayyid Quthb terhadap Para Sahabat Rasulullah ﷺ.
15. al- Awashim mimma fi Kutubi Sayyid Quthub minal Qawashim (Penangkal dari Bahaya dalam Buku-Buku Sayyid Quthb). 
16. al-Haddul Fashil bainal Haqqi wal Bathil (Batas Pemisah antara Kebenaran dan Kebatilan) – Dialog dengan Bakar Abu Zaid.
17. al- Mahajjatul Baidha fi Himayatis Sunnatil Gharra' (Jalan Putih dalam Membela Sunnah yang Bersinar).
20. Satu Jamaah, Bukan Banyak; Satu Jalan, Bukan Puluhan – Dialog dengan Abdurrahman Abdul Khaliq.
Dan Syaikh masih memiliki karya-karya lainnya selain yang disebutkan di sini. Telah dikumpulkan daftar judul serta ringkasannya oleh saudara Khalid bin Dhahwi al-Dhafiri dalam bukunya "Tsabat Mu’allafat asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali".

Kecintaan Syaikh Rabi’ kepada Nabi kita Muhammad صلى الله عليه وسلم

Ketika beliau menasihati salah seorang shufi, shufi itu berkata: “Kalian (wahai Salafi) tidak mencintai Nabi صلى الله عليه وسلم!”
Maka Syaikh kita menjawab: “Termasuk kecintaanku kepada beliau صلى الله عليه وسلم, aku menamai dua orang anakku dengan namanya.”
Lalu seorang shufi itu terdiam kebingungan.

Syaikh memang memiliki dua anak bernama Muhammad:

1. Fadhilah Dr. Muhammad bin Rabi’ al-Kabir (kakak) – semoga Allah menjaganya – mantan dosen Aqidah di Universitas Islam Madinah.
2. Dr. Muhammad bin Rabi’ as-Saghir (adik) – semoga Allah menjaganya – mantan dosen Sejarah di Universitas Ummul Qura, Makkah.

Ditulis oleh: Musthafa bin Abdul Qadir al-Husawi di akun X beliau.


حب الشيخ ربيع لنبينا محمد صلى الله عليه وسلم:
عند نصحه لأحد الصوفية، قال الصوفي: أنتم لا تحبون النبي _صلى الله عليه وسلم _ ! فقال له شيخنا _ من حبي له _ صلى الله عليه وسلم _ سميت اثنين من ابنائي باسمه، فبهت الصوفي.
للشيخ ابنان باسم محمد.
١- فضيلة الدكتور محمد بن ربيع الكبير حفظه الله،أستاذ العقيدة بالجامعة الإسلامية بالمدينة سابقاً.
٢- الدكتور محمد بن ربيع الصغير حفظه الله،أستاذ التاريخ بجامعة أم القرى بمكة سابقاً .

كتبه مصطفى بن عبدالقادر الهوساوي

http://telegram.me/dinulqoyyim

Apa yang menjadi keistimewaan Syaikh Al-‘Allamah Al-Mujahid Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali?

Segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan seluruh sahabatnya. Amma ba’du:

Sesungguhnya para ulama Ahlus Sunnah bisa saja berbeda-beda dalam keistimewaan mereka pada berbagai cabang syariat dan ilmunya. Namun Syaikh Rabi’, rahimahullah, memiliki keistimewaan dibanding para ulama sezamannya dalam satu bidang besar dari cabang syariat, yaitu membela sunnah dan membantah ahlul bid’ah serta para pengusung fitnah.

Imam Yahya bin Yahya berkata:
الذب عن السنة أفضل من الجهاد في سبيل الله.
"Membela sunnah lebih utama daripada jihad di jalan Allah."
Lalu Muhammad bin Yahya adz-Dzuhli berkata: "Seseorang menginfakkan hartanya, bersusah payah, dan berjihad, apakah (membela sunnah) itu lebih utama darinya?"
Maka Yahya menjawab: "Ya, bahkan jauh lebih utama."
[Dzammul Kalam, 6/40]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
" الراد على أهل البدع مجاهد حتى كان يحيى بن يحيى يقول : الذب عن السنة أفضل من الجهاد.
"Orang yang membantah ahlul bid’ah adalah mujahid. Sampai-sampai Yahya bin Yahya mengatakan: Membela sunnah lebih utama daripada jihad."
[Majmu’ al-Fatawa, 4/13]

Beliau juga berkata:

"ومثل أئمة البدع من أهل المقالات المخالفة للكتاب والسنة، أو العبادات المخالفة للكتاب والسنة، فإن بيان حالهم وتحذير الأمة منهم واجب باتفاق المسلمين،
حتى قيل للإمام أحمد بن حنبل:
الرجل يصوم ويصلي ويعتكف أحب إليك أو يتكلم في أهل البدع؟
فقال: إذا قام وصلى واعتكف فإنما هو لنفسه، وإذا تكلم في أهل البدع فإنما هو للمسلمين هذا أفضل".
"Seperti halnya para tokoh bid’ah dari kalangan penganut pemikiran yang menyelisihi Al-Kitab dan As-Sunnah, atau pelaku ibadah yang menyelisihi Al-Kitab dan As-Sunnah, maka menjelaskan keadaan mereka dan memperingatkan umat dari mereka adalah kewajiban menurut kesepakatan kaum muslimin."
Bahkan dikatakan kepada Imam Ahmad bin Hanbal:
"Mana yang lebih engkau sukai: seseorang yang rajin puasa, shalat, dan i’tikaf, atau orang yang berbicara membantah ahlul bid’ah?"
Beliau menjawab:
"Kalau ia puasa, shalat, dan i’tikaf, itu hanya untuk dirinya sendiri. Tapi jika ia berbicara membantah ahlul bid’ah, itu untuk kaum muslimin. Maka itu lebih utama."
[Majmu’ al-Fatawa, 12/464]

Syaikh Rabi’, rahimahullah — kami menganggapnya, insya Allah, termasuk dari kalangan ulama besar yang mengharap pahala, yang senantiasa memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran, karena beliau senantiasa memerintahkan kepada sunnah dan melarang dari bid’ah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata dalam Minhaj As-Sunnah (5/235):
( والأمر بالسنة والنهي عن البدعة ، هو أمر بمعروف ونهي عن منكر ، وهو من أفضل الأعمال الصالحة).
"Memerintahkan kepada sunnah dan melarang dari bid’ah adalah amar ma’ruf dan nahi munkar, dan itu termasuk amalan saleh yang paling utama."

Dan Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan tentang kedudukan menyampaikan sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم dengan berkata:

"وتبليغ سنته إلى الأمة أفضل من تبليغ السهام إلى نحور العدو، لأن ذلك التبليغ يفعله كثير من الناس، وأما تبليغ السنن فلا تقوم به إلا ورثة الأنبياء وخلفاؤهم في أممهم، جعلنا الله تعالى منهم بمنه وكرمه"
"Menyampaikan sunnah beliau kepada umat lebih utama daripada menyampaikan anak panah ke dada musuh, karena penyampaian itu bisa dilakukan oleh banyak orang, sedangkan menyampaikan sunnah hanya bisa dilakukan oleh para pewaris nabi dan para khalifahnya di tengah umat. Semoga Allah menjadikan kita termasuk mereka dengan karunia dan kemurahan-Nya."
(Jala’ul Afhām, hlm. 491)
Semoga Allah merahmati Syaikh Rabi’ dengan rahmat yang luas, membalas jasanya atas pembelaannya terhadap sunnah dengan sebaik-baik balasan, menjadikan amal itu sebagai pemberat timbangan kebaikannya dan peninggi derajatnya, serta mengumpulkan kita bersamanya di surga Firdaus yang tertinggi.
Shalawat dan salam semoga tercurah atas Nabi kita Muhammad.

Ditulis oleh: Umar bin Abdurrahman Al-‘Umar
Dosen di Ma’had ‘Ali lil-Qadhā’ Riyadh (Institut Tinggi Peradilan).

http://telegram.me/dinulqoyyim

Aku menghubungi Dr. Abu Rabi’ Muhammad, putra dari Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali rahimahullah, untuk menjenguk dan menyampaikan belasungkawa kepada mereka. Namun beliau memberitahuku bahwa wasiat sang Syaikh adalah agar tidak ada yang datang demi hal itu, maka kami menghormati wasiat tersebut. Semoga Allah merahmatinya.

Semoga Allah memberi kesabaran kepada keluarga Alu Rabi’, kepada kabilah Al-Madakhilah, dan kepada seluruh Ahlus Sunnah.

Jenazah beliau dimakamkan dalam prosesi yang agung, dihadiri oleh banyak orang, di antaranya: Syaikh Abdulmuhsin Al-Abbad, Syaikh Shalih As-Suhaimi, sekelompok ulama, para murid beliau, dan kaum muslimin secara umum.

Beliau dimakamkan di Baqi’ Al-Gharqad, sebagaimana yang selalu beliau katakan dan berulang-ulang menyampaikan hadits:

“Barang siapa di antara kalian yang mampu meninggal di Madinah, maka hendaklah ia meninggal di sana, karena aku akan memberi syafaat bagi orang yang meninggal di sana.”

Maka beliau pun dimakamkan bersama para sahabat radhiyallahu ‘anhum.

Ditulis oleh: Muhammad bin Ramzan Al-Hajiri dalam akun X beliau.

اتصلت بالدكتور ابو ربيع محمد بن الشيخ ‎#ربيع_بن_هادي_المدخلي لزيارتهم وتعزيتهم فاخبرني ان وصية الشيخ عدم القدوم من اجل ذلك فنحترمها رحمة الله عليه وأحسن الله عزاكم يا ال ربيع ولقبيلة المداخلة وجميع أهل السنة وكانت جنازة مهيبة حضرها جمع كبير منهم الشيخ عبدالمحسن العباد والشيخ صالح السحيمي وجمع من أهل العلم وطلبته وعموم المسلمين ودفن ببقيع الغرقد كما كان يقول دائماً ويرددها حديث من استطاع منكم أن يموت بالمدينة فليمت بها، فإني أشفع لمن مات بها .
فدفن مع الصحابة رضي الله عنهم.

كتبه محمد بن رمزان الهاجري

http://telegram.me/dinulqoyyim

Telah berkata kepadaku guruku dan pendidikku, Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri —penulis kitab Ar-Rahiq al-Makhtum— rahimahullah:

"Aku dulu mendengar tentang Syaikh Rabi’ bin Hadi saat aku masih di India, tentang keahliannya dalam ilmu hadits dan ilmu rijal (kritik perawi).
Maka ketika aku datang dan membaca kitab-kitabnya, khususnya kitabnya 'Baina al-Imamayn Muslim wa ad-Daraquthni', aku pun mengetahui kekuatannya dalam ilmu ini."

Beliau sangat memuliakan Syaikh Rabi’ dan berkata tentangnya:
"Dia seorang Salafi yang kuat."

Semoga Allah merahmati Syaikh Rabi’, mengampuninya, dan mengangkat derajatnya di 'Illiyyin.

Ditulis oleh: Hasyim bin Muhammad al-Barzanji dalam akun X beliau

http://telegram.me/dinulqoyyim

اسم الكتاب : بين الإمامين مسلم والدارقطني  

المؤلف : العلامة الشيخ د.ربيع بن هادي المدخلي رحمه الله

Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali, ulama yang zuhud dan jujur

1. Saya mengenal Syaikh Rabi’ رحمه الله lebih dari tiga puluh tahun yang lalu, sekitar tahun 1413 H. Saya sering mengunjunginya di rumahnya di Madinah dan beberapa kali di rumahnya di Makkah. Beliau juga pernah mengunjungi saya dua kali di rumah saya di Riyadh. Saya menjadi penyampai kalimat pengantar untuk ceramah keduanya di Riyadh, sedangkan ceramah pertamanya diadakan sehari sebelumnya. Saya kira saya adalah penyebab kedatangan beliau ke Riyadh sebagai penceramah.

2. Syaikh dikenal sangat bersemangat dan memiliki ghirah (kecemburuan terhadap agama). Beliau mengikuti segala hal, membaca banyak hal, dan dibacakan berbagai bacaan untuknya. Beliau mencurahkan dirinya untuk orang besar maupun kecil. Tidak pernah bertanya pada tamunya tentang urusan dunia. Beliau tidak peduli dengan kedudukan duniawi, dan tidak tahu-menahu tentangnya. Meski engkau bersamanya selama bertahun-tahun, yang beliau pedulikan hanyalah komitmenmu terhadap Sunnah, semangatmu untuk kebaikan, dan menjauhnya engkau dari segala yang menyelisihinya—meski engkau orang termiskin di dunia.

3. Musuh-musuhnya menuduh beliau condong pada penguasa. Padahal perhatian beliau adalah demi menjaga prinsip taat kepada pemerintah, menjauhkan para pemuda dari pemikiran-pemikiran asing yang hanya menimbulkan fitnah bagi negara dan masyarakat.

4. Meskipun demikian, demi Allah, beliau tidak ragu untuk mengingkari siapa pun yang ia anggap menyimpang—baik besar maupun kecil—tanpa pandang bulu.

5. Beliau jauh dari urusan dunia, zuhud terhadapnya. Beliau tidak memperoleh bagian darinya, tidak mencarinya, dan bila dunia datang kepadanya pun beliau menolaknya.

6. Besarnya pengaruh dan kecintaan murid-murid serta para pengikutnya kepada beliau disebabkan oleh semua itu—kejujuran dalam agama, ilmu, ketawadhuan, akhlak yang mulia, kasih sayang, dan sikap lemah lembut. Namun, kelembutan itu akan hilang jika beliau melihat penyimpangan dari lawan bicaranya. Beliau akan langsung menegurnya tanpa basa-basi, sesuai dengan yang ia lihat atau yakini.

7. Engkau tidak akan melihat wajah yang berbeda darinya saat bersamamu dibanding saat engkau tidak hadir. Apa yang ada dalam dirinya akan engkau lihat dan dengar baik saat hadir maupun tidak—beliau begitu jelas seperti matahari.

8. Meskipun banyak orang yang menentangnya, dan beliau mampu saja membalas mereka, namun senjatanya hanyalah pena dan lisannya, dalam ceramah-ceramah dan tulisan-tulisannya. Beliau adalah sosok yang adil dalam perbedaan, mulia jiwanya, memiliki kemuliaan yang sempurna, dan akhlak yang luhur—yang mengangkatnya dari segala kekurangan yang tidak pantas bagi orang seperti beliau dari kalangan ulama dan orang-orang mulia.

9. Saya pernah menyertainya dalam keadaan menetap maupun bepergian. Ia seperti seorang ayah yang penyayang, banyak tersenyum, bersenda gurau dengan lembut, selalu memberi nasihat, sangat menjaga kata-katanya di hadapan lawan bicaranya agar tidak menyinggung—selama orang itu tidak menyimpang.

10. Beliau sangat memuliakan Syaikh al-Albani, mencintainya, dan selalu memujinya. Sedangkan Syaikh Isma’il al-Anshari (rahimahullah) sangat membenci Syaikh al-Albani, tidak menyukainya, mencelanya, bahkan tidak tahan mendengar namanya. Saya dulu sangat mencintai Syaikh Isma’il, sering duduk bersamanya dan kerap mengunjunginya. Maka saya kabarkan hal ini kepada Syaikh Rabi’, agar beliau tahu, karena saya kira beliau pun tidak menyukai Syaikh Isma’il.
Tapi beliau berkata: "Aku mencintainya lebih darimu!"

Lalu saya bertanya: "Bagaimana dengan kebenciannya kepada Syaikh al-Albani?"

Beliau menjawab: "Keduanya adalah ulama besar. Semoga Allah mengampuni mereka berdua. Dulu aku mengira kebencian Syaikh Isma’il kepada al-Albani karena ada bid’ah padanya. Tapi setelah aku membaca kitab Syaikh Isma’il tentang maulid Nabi صلى الله عليه وسلم, aku tahu bahwa dia adalah seorang ulama salafi besar."

11. Ketika Syaikh Isma’il wafat, saya menelepon Syaikh Rabi’ dan memberitahunya. Beliau langsung menutup telepon, tanpa ucapan perpisahan seperti biasanya—hal itu membuat saya sedih karena saya tidak tahu alasannya.

Lalu saya bertemu beliau setelah itu, dan beliau menjelaskan: Ketika engkau memberitahuku tentang wafatnya Syaikh Isma’il, aku tidak sanggup menahan diri. Aku menangis dan tidak bisa melanjutkan pembicaraan, maka kututup telepon.

12. Saya pernah menemaninya mengunjungi sejumlah syaikh dan tokoh terkemuka dari kalangan para pengagumnya. Kami masuk ke rumah salah satu tokoh besar dan berpengaruh, dan makan malam di rumahnya. Saya duduk di samping Syaikh Rabi’. Karena kurangnya pengetahuan saya saat itu, saya mengira sendok-sendok yang disediakan terbuat dari perak, maka saya tidak menggunakannya untuk makan. Saya juga meminta syaikh untuk tidak menggunakannya. Spontan, beliau menoleh dengan marah kepada tuan rumah dan langsung berkata dengan nada keras:
"Apakah sendok-sendok ini dari perak?!"
Lelaki itu cepat-cepat menjawab:
"Tidak, demi Allah, kami tidak makan atau menggunakan perak. Hanya saja bentuk dan kualitas buatannya memang tampak seperti itu."

13. Saya tidak pernah melihat beliau diam terhadap sesuatu yang ia anggap sebagai kemungkaran. Beliau pasti mengingkarinya tanpa pandang bulu dan tanpa peduli apapun. Terkadang orang-orang yang bersamanya berkeringat dingin karena khawatir akan dampaknya. Keberaniannya luar biasa, dan tekadnya sangat kuat.

14. Saya pernah menyertainya mengunjungi Syaikh Abdullah bin Jibrin di rumahnya, juga mengunjungi Syaikh Shalih al-Luhaidan di Dewan Tinggi Kehakiman, dan Syaikh Shalih al-Atram di kantor fatwanya, serta beberapa lainnya—semoga Allah merahmati mereka semua dengan rahmat-Nya yang luas.

15. Saya melihat langsung sedikitnya harta dunia yang beliau miliki, namun besar pula pengeluarannya. Rumahnya terbuka bagi tamu dan siapa pun yang ingin menetap dari kalangan penuntut ilmu, dari berbagai penjuru, dengan jamuan penuh. Di sisi lain, saya mendengar tuduhan dusta terhadap beliau—bahwa beliau menyukai suap atau menerima pemberian. Tuduhan itu sangat menyakitkan hati saya. Kadang saya menyampaikan sebagian tuduhan itu kepadanya, tapi beliau tidak peduli, dan hanya berkata dengan tenang dan hati lapang:
"Kasihan, mereka tertipu."

16. Ketika Hasan bin Farhan al-Maliki menerbitkan dua bukunya: "Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab: Da'i Bukan Nabi" dan "Kajian terhadap Buku-Buku Akidah: Mazhab Hanbali sebagai Contoh", saya mengunjungi Syaikh Rabi’ di rumahnya di Makkah dan memberikan kedua buku tersebut kepadanya. Saya memintanya untuk membantah isi buku itu jika beliau memiliki waktu luang, dan saya ringkaskan isi keduanya untuk beliau.

Syaikh sangat terganggu dengan isi buku-buku tersebut dan setuju untuk membantahnya, dengan syarat beliau membantah salah satunya dan saya membantah yang lain.

Saya menyetujui dan memilih untuk membantah buku "Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab: Da'i Bukan Nabi". Syaikh tertawa dan berkata, “Kamu memilihnya karena ukurannya kecil! Justru saya yang akan membantah buku ini, dan kamu membantah Kajian terhadap Buku-Buku Akidah.” Maka kami sepakat.

Saya membantahnya dengan buku "Qam‘u ad-Dajajilah" (Membungkam Para Pendusta), dan syaikh membantah yang lain dengan buku "Dahru al-Iftira’at" (Membantah Tuduhan-Tuduhan). Keduanya selesai dalam waktu yang hampir bersamaan, dan Syaikh Shalih al-Fawzan yang memberi pengantar untuk keduanya dalam bulan yang sama, yaitu bulan Sya‘ban tahun 1423 H.

17. Syaikh Rabi’ telah wafat, namun kedudukannya tetap tinggal dan menetap di hati. Semoga Allah merahmatinya dengan rahmat para hamba-Nya yang saleh, mengampuninya, memaafkannya, dan menempatkannya bersama orang-orang shalih. Kami sungguh bersedih atas kepergiannya. Segala puji bagi Allah, dahulu dan sekarang, lahir dan batin.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un.

Ditulis oleh: Abdul Aziz bin Faisal ar-Rajihi dalam akun X beliau.
https://x.com/vYlYv/status/1943657176897130567?t=z1CzO61jfRLGUZgi3H5sMA&s=35

http://telegram.me/dinulqoyyim

📍 تسجيل المحاضࢪة النافعـة التي تم بثّها بعنوان:

   🌘 الشيخ ربيع كما عرفته 🌘     

   🎙 ألقاها الشيخ الفاضل د. :

  🔸دغش بن شبيب العجمي حفظه الله

https://x.com/i/broadcasts/1ynJOlZmmplxR?t=ayATm7ilwFWo9tBgjRCLOg&s=09

▫️Telah wafat Syaikh al-‘Alim al-Murabbi Abdurrahman Muhyiddin رحمه الله dalam usia mendekati 80 tahun.
Aku pernah mendengarnya berkata:
"Kami dulu saat masih mahasiswa di Fakultas Syari’ah, sekitar 40 atau bahkan lebih dari 45 tahun yang lalu, kami sudah mendengar tentang Rabi’ – bahwa dia adalah pembela sunnah – dan kami tahu bahwa Rabi’ adalah ‘Syaikh Sunnah di Universitas’.”

▪️Juga telah wafat Syaikh yang zuhud, Sa‘d bin Abdurrahman al-Hushayn رحمه الله, dalam usia lebih dari 80 tahun. Di antara tulisan tangannya adalah:
"Syaikh Rabi’ memiliki jasa atas diriku (setelah Allah), dan atas setiap muslim, dalam keteguhannya di atas sunnah dan pembelaannya terhadapnya, serta keteguhannya di atas manhaj salaf dalam agama dan dakwah kepadanya."

▫️Dan telah wafat Syaikh Hanabilah (ulama besar mazhab Hanbali) Abdullah bin ‘Aqīl رحمه الله pada usia 97 tahun. Ia sering mengunjungi Syaikh Rabi’ di rumahnya dan bersikeras mencium kepalanya. Beliau pernah berkata kepada para penuntut ilmu:
"Demi Allah, jika orang ini (yakni Syaikh Rabi’) pergi dari hadapan kalian, kalian akan menggigit jari penyesalan."

Dan pembicaraan ini masih bersambung...

Ditulis oleh: Dr. Haitsam al-Hamri.

▫️مات الشيخ العالم المربي عبد الرحمن محي الدين رحمه الله عن عمر ناهز الثمانين عامًا
وسمعته يقول:
«كنا نحن في الكلية كلية الشريعة طلابًا قبل ٤٠ أو أكثر من ٤٥ سنة، وكنا نسمع بـ(ربيع)، وأنه (ناصر السنة)، ونعرف أن ربيعًا (شيخ السنة في الجامعة)».

▪️وتوفي العالم الزاهد سعد بن عبد الرحمن الحصين رحمه الله عن عمر فاق الثمانين عامًا وكان مما خطته يداه قوله:
«للشيخ ربيع فضل عليّ (بعد الله)
وعلى كلّ مسلم
في ثباته على السّنّة ودفاعه عنها
وثباته على منهاج السّلف في الدّين والدّعوة إليه»

▫️وتوفي شيخ الحنابلة عبد الله بن عقيل رحمه الله عن ٩٧ عامًا وطالما زار الشيخ ربيع في بيته وأصر على تقبيل رأسه، وقال متوجهًا لطلاب العلم:
«والله إذا ذهب هذا -أي الشيخ ربيع-من بين أيديكم لتعضن أصابع الندم»

وللحديث بقية…


كتبه د. هيثم الحمري

http://telegram.me/dinulqoyyim

القصيدة النونية في الردّ على من وصفنا بالمدخلية

نظم الشاعر السلفي أبي أنس سالم المصراتي

قل للذي بالمدخليِّ رماني ** يوم القيامة يلتقي الخصمان
ما تنتهي عن نبز شيخ فاضل ** أثنى عليه أئمة الأوطان
زكاه شيخ العارفين محمدا ** ابن العثيمين كذا الفوزان
بل دافعنّ عن الربيع فقيهنا ** شيخ الحديث إمامنا الألباني
يا باغيا تشويهه بمثالب ** قد أُسِّستْ بالزور والبهتان
ماذا دهاك وقد عَمِدْتَ تنقصا ** من شيخ علم حافظ القرآن
وعن العقيدة حدثنّ ولا حرج ** منهاجه درب النبي العدنان
فليخرسنّ الشانئون لسانهم ** وليندموا عن سالف الأزمان
وليعلموا أن الطريقة واحدة ** هي سنة المبعوث بالقرآن
وبنهج أصحاب الرسول وفهمهم ** لا بالتعصب أو بقول فلان
إن الكلام عن الأئمة يا فتى ** من أكبر الآثام والعصيان
لسنا نغالي أو نقول بعصمةٍ ** فالشيخ ذو خطإٍ وذو نسيان
رفع الإله جنابكم يا شيخنا *** نلت العلا بالعلم والإحسان
أهديك يا علم الحديث تحية *** مملوءة بالود والعرفان
ومفادها أن الفؤاد يحبكم *** يا رب ثبّت حجّتي ولساني
يا شيخنا المقدام طاب مقامكم ***عوفيت من حقد ومن أضغان
فلقد عرفتم بالديانة والتقى *** وجهاد أهل الزيغ والطغيان
عابوا عليكم يا إمام كلامكم *** في منهج التكفير والإخوان
وكذا ردودكم على من خالفوا *** نهج الحبيب ومنهج التبيان
جعل الإله مقامكم ومآلكم *** في جنة الإكرام والإحسان
صلى الإله على الحبيب محمد ** هو منبع التوحيد والإيمان

Qashidah Nuniyyah -Bantahan terhadap orang yang menuduh kami sebagai "Madkhaliyyah"-

Katakanlah pada siapa yang menuduhku sebagai Madkhali:
Pada hari kiamat, dua pihak akan saling berhadapan.

Engkau tak juga berhenti mencela seorang syaikh mulia,
Yang telah dipuji oleh para imam negeri-negeri.

Ia dipuji oleh syaikh arif Muhammad,
Ibnu ‘Utsaimin, demikian pula Syaikh al-Fawzan.

Bahkan yang membelanya adalah ahli fikih kami,
Syaikh hadits, imam kami, Al-Albani.

Wahai engkau yang ingin mencemarnya dengan celaan,
Yang dibangun atas kedustaan dan kebohongan.

Apa yang menimpamu, hingga engkau sengaja merendahkan
Seorang ulama, hafizh Qur'an.

Tentang akidahnya, tak perlu diragukan,
Manhajnya adalah jalan Nabi yang mulia.

Maka hendaknya para pencela itu bungkam,
Dan menyesal atas masa lalunya.

Hendaklah mereka tahu bahwa jalannya hanya satu:
Yaitu sunnah sang rasul pembawa Al-Qur’an.

Dengan manhaj para sahabat dan pemahaman mereka,
Bukan dengan fanatisme atau perkataan si fulan.

Sungguh berbicara (mencela) tentang para imam wahai pemuda,
Adalah termasuk dosa besar dan maksiat.

Kami tak berlebihan atau menganggap beliau maksum,
Syaikh pun manusia yang punya salah dan lupa.

Semoga Allah meninggikan derajatmu wahai syaikh kami,
Engkau meraih kemuliaan dengan ilmu dan kebaikan.

Aku kirimkan kepadamu, wahai ahli hadits, salam,
Penuh dengan cinta dan pengakuan atas jasa.

Maknanya adalah bahwa hati ini mencintaimu,
Ya Rabb, teguhkan hujjah dan lisanku.

Wahai syaikh pemberani, indah tempatmu kini,
Engkau dibebaskan dari kedengkian dan kebencian.

Sungguh engkau dikenal dengan ketakwaan dan ibadah,
Serta jihad melawan ahli kesesatan dan kezhaliman.

Mereka mencelamu wahai imam atas ucapanmu
Dalam membongkar manhaj takfir dan kelompok Ikhwan.

Demikian pula bantahanmu atas para penyelisih
Manhaj sang kekasih dan jalan penjelasan.

Semoga Allah menempatkanmu dan akhir hayatmu
Di surga kemuliaan dan penuh kebaikan.

Semoga salawat Allah tercurah kepada Muhammad,
Dialah sumber tauhid dan keimanan.

http://telegram.me/dinulqoyyim