🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (25)
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (42) : sebutkan dalil yang menunjukkan penetapan sifat ridha bagi Allah dan penetapan sifat kecintaan bagi Allah, dan apakah keduanya ditetapkan secara hakiki ? Dan apa penafsiran ahlut takwil tentangnya ? Dan bagaimana kita membantah mereka ?
Jawaban : dalil yang menunjukkan penetapan sifat ridha adalah firman Allah Ta'ala :
رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ
"Allah akan meridhai mereka dan tidak akan murka kepada mereka untuk selama-lamanya. Dan mereka pun ridha kepada Allah atas kenikmatan abadi yang mereka terima". (Al Maidah : 119).
Dan dalil yang menunjukkan penetapan sifat kecintaan adalah firman Allah Ta'ala :
يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ
"Allah mencintai kaum itu dan merekapun mencintai-Nya". (Al Maidah : 54).
Dan ia merupakan keridhaan hakiki dan kecintaan yang hakiki sesuai dengan yang layak bagi Allah, dan ahlut takwil menafsirkannya dengan balasan (pahala), dan kita membantah mereka (dengan tiga bantahan) :
1- Bahwasanya penafsiran mereka menyelisihi zhahir lafazh dan menyelisihi ijma' (kesepakatan) salaf.
2- Tidak ada dalil terkait penakwilan mereka tersebut.
3- Bahwasanya balasan (pahala) itu buah dari kecintaan sehingga berbeda antara keduanya.
Soal (43) : sebutkan dalil yang menunjukkan penetapan sifat marah dan murka bagi Allah, dan apa penafsiran ahlussunnah dan ahlut takwil tentangnya ? Dan bagaimana kita membantah mereka (ahlut takwil)?
Jawaban : dalil atas penetapan sifat marah adalah firman Allah tentang orang-orang kafir :
وَغَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيْهِمْ
"...dan Allah marah atas mereka...". (Al Fath : 6).
Dan dalil atas penetapan sifat murka adalah firman Allah :
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمُ ٱتَّبَعُوا۟ مَآ أَسْخَطَ ٱللَّهَ
"Azab yang berhak mereka rasakan adalah disebabkan mereka mengikuti apa yang membuat Allah murka..." (Muhammad : 28).
Dan ahlussunnah menafsirkannya dengan kemarahan hakiki dan kemurkaan yang hakiki yang layak bagi (kebesaran dan kemuliaan) Allah Subhanah, dan ahlut takwil menafsirkannya dengan memberi siksaan atau adzab, dan kita membantah mereka (dengan tiga bantahan) :
1-Bahwasanya penafsiran mereka menyelisihi zhahir nash (dalil) dan menyelisihi kesepakatan salaf.
2-Tidak ada dalil atasnya.
3-Dan bahwasanya memberikan pembalasan berupa azab merupakan hasil dari kemarahan; berdasarkan firman Allah Ta'ala :
﴿فَلَمَّا آسَفُونَا انتَقَمْنَا مِنْهُمْ﴾
"Ketika mereka membuat Kami marah, Kami pun memberikan balasan azab kepada mereka (dengan cara menenggelamkan mereka semua)". (Az Zukhruf : 55).
Maka memberikan azab berbeda dengan kemarahan.
http://telegram.me/dinulqoyyim
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (42) : sebutkan dalil yang menunjukkan penetapan sifat ridha bagi Allah dan penetapan sifat kecintaan bagi Allah, dan apakah keduanya ditetapkan secara hakiki ? Dan apa penafsiran ahlut takwil tentangnya ? Dan bagaimana kita membantah mereka ?
Jawaban : dalil yang menunjukkan penetapan sifat ridha adalah firman Allah Ta'ala :
رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ
"Allah akan meridhai mereka dan tidak akan murka kepada mereka untuk selama-lamanya. Dan mereka pun ridha kepada Allah atas kenikmatan abadi yang mereka terima". (Al Maidah : 119).
Dan dalil yang menunjukkan penetapan sifat kecintaan adalah firman Allah Ta'ala :
يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ
"Allah mencintai kaum itu dan merekapun mencintai-Nya". (Al Maidah : 54).
Dan ia merupakan keridhaan hakiki dan kecintaan yang hakiki sesuai dengan yang layak bagi Allah, dan ahlut takwil menafsirkannya dengan balasan (pahala), dan kita membantah mereka (dengan tiga bantahan) :
1- Bahwasanya penafsiran mereka menyelisihi zhahir lafazh dan menyelisihi ijma' (kesepakatan) salaf.
2- Tidak ada dalil terkait penakwilan mereka tersebut.
3- Bahwasanya balasan (pahala) itu buah dari kecintaan sehingga berbeda antara keduanya.
Soal (43) : sebutkan dalil yang menunjukkan penetapan sifat marah dan murka bagi Allah, dan apa penafsiran ahlussunnah dan ahlut takwil tentangnya ? Dan bagaimana kita membantah mereka (ahlut takwil)?
Jawaban : dalil atas penetapan sifat marah adalah firman Allah tentang orang-orang kafir :
وَغَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيْهِمْ
"...dan Allah marah atas mereka...". (Al Fath : 6).
Dan dalil atas penetapan sifat murka adalah firman Allah :
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمُ ٱتَّبَعُوا۟ مَآ أَسْخَطَ ٱللَّهَ
"Azab yang berhak mereka rasakan adalah disebabkan mereka mengikuti apa yang membuat Allah murka..." (Muhammad : 28).
Dan ahlussunnah menafsirkannya dengan kemarahan hakiki dan kemurkaan yang hakiki yang layak bagi (kebesaran dan kemuliaan) Allah Subhanah, dan ahlut takwil menafsirkannya dengan memberi siksaan atau adzab, dan kita membantah mereka (dengan tiga bantahan) :
1-Bahwasanya penafsiran mereka menyelisihi zhahir nash (dalil) dan menyelisihi kesepakatan salaf.
2-Tidak ada dalil atasnya.
3-Dan bahwasanya memberikan pembalasan berupa azab merupakan hasil dari kemarahan; berdasarkan firman Allah Ta'ala :
﴿فَلَمَّا آسَفُونَا انتَقَمْنَا مِنْهُمْ﴾
"Ketika mereka membuat Kami marah, Kami pun memberikan balasan azab kepada mereka (dengan cara menenggelamkan mereka semua)". (Az Zukhruf : 55).
Maka memberikan azab berbeda dengan kemarahan.
http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (26)
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (44) : apa dalil yang menunjukkan penetapan bahwasanya Allah mempunyai sifat membenci (kepada orang-orang yang melakukan sebab-sebabnya) ? Dan apakah ia merupakan kebencian yang hakiki ? Dan apa penafsiran ahlut takwil tentangnya ? Dan bagaimana kita membantah mereka ?
Jawaban : dalilnya adalah firman Allah Ta'ala :
وَلَٰكِن كَرِهَ ٱللَّهُ ٱنۢبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ
"...Akan tetapi Allah membenci kepergian mereka (orang-orang munafik) bersamamu. Mereka pun merasa berat untuk pergi berjihad hingga akhirnya mereka lebih memilih tinggal di rumah masing-masing". (At Taubah : 46).
Dan ia adalah kebencian yang hakiki sesuai dengan (keagungan dan kemuliaan) Allah, dan ahlut takwil menafsirkannya dengan tidak adanya keinginan, dan kita membantah mereka (dengan tiga bantahan) :
1-Bahwasanya penafsiran mereka menyelisihi zhahir lafazh dan menyelisihi kesepakatan salaf.
2-Tidak ada dalil terkait penakwilan tersebut.
3-Ditiadakannya keinginan merupakan buah dari kebencian sehingga berbeda antara keduanya.
Soal (45) : sebutkan dalil yang menunjukkan turunnya Allah ke langit dunia, dan apa penafsiran ahlut takwil tentangnya ? Dan bagaimana engkau membantah mereka ? Apakah turunnya Allah bertentangan dengan ketinggian Allah ? Dan berikan alasan terhadap ucapanmu.
Jawaban : dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا ، حين يبقى ثلث الليل الآخر، يقول : من يدعوني فأستجيب له.....الحديث
“Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman:
"Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan..".
Dan ia merupakan sifat turun yang hakiki (sebenarnya) yang layak bagi (keagungan) Allah, dan ahlut takwil menafsirkannya dengan turunnya keputusanNya atau turunnya rahmatNya atau turunnya malaikat dari para malaikatNya, dan kita membantah mereka (dengan empat bantahan) :
1-Bahwasanya penafsiran mereka menyelisihi zhahir lafazh dan menyelisihi kesepakatan salaf.
2- Tidak ada dalil atasnya.
3- Bahwasanya keputusan dan rahmatNya turun di setiap waktu dan turun ke bumi tidak ke langit dunia saja.
4-Bahwasanya keputusan, rahmat dan malaikat tidak mungkin berkata :
من يدعوني
"Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan..".
Dan turunnya Allah tidak menafikan ketinggianNya*; dikarenakan kita tidak mengetahui hakikat atau tata cara turunnya Allah, dan tidak ada yang serupa denganNya.
____
*Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
الصواب -وهو المأثور عن سلف الأمة وأئمتها- أنه لا يزال فوق العرش، ولا يخلو العرش منه مع دنوه ونزوله إلى السماء الدنيا، ولا يكون العرش فوقه.
"Pendapat yang benar -dan pendapat ini dinukil dari salaf umat ini dan para aimmah - bahwasanya Allah senantiasa di atas Arsy, dan Arsy tidak kosong dariNya bersamaan dengan mendekatnya Allah dan turunnya Allah ke langit dunia, dan tidaklah Arsy berada di atasNya". Majmu'ul Fatawa 5/415, pent.
http://telegram.me/dinulqoyyim
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (44) : apa dalil yang menunjukkan penetapan bahwasanya Allah mempunyai sifat membenci (kepada orang-orang yang melakukan sebab-sebabnya) ? Dan apakah ia merupakan kebencian yang hakiki ? Dan apa penafsiran ahlut takwil tentangnya ? Dan bagaimana kita membantah mereka ?
Jawaban : dalilnya adalah firman Allah Ta'ala :
وَلَٰكِن كَرِهَ ٱللَّهُ ٱنۢبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ
"...Akan tetapi Allah membenci kepergian mereka (orang-orang munafik) bersamamu. Mereka pun merasa berat untuk pergi berjihad hingga akhirnya mereka lebih memilih tinggal di rumah masing-masing". (At Taubah : 46).
Dan ia adalah kebencian yang hakiki sesuai dengan (keagungan dan kemuliaan) Allah, dan ahlut takwil menafsirkannya dengan tidak adanya keinginan, dan kita membantah mereka (dengan tiga bantahan) :
1-Bahwasanya penafsiran mereka menyelisihi zhahir lafazh dan menyelisihi kesepakatan salaf.
2-Tidak ada dalil terkait penakwilan tersebut.
3-Ditiadakannya keinginan merupakan buah dari kebencian sehingga berbeda antara keduanya.
Soal (45) : sebutkan dalil yang menunjukkan turunnya Allah ke langit dunia, dan apa penafsiran ahlut takwil tentangnya ? Dan bagaimana engkau membantah mereka ? Apakah turunnya Allah bertentangan dengan ketinggian Allah ? Dan berikan alasan terhadap ucapanmu.
Jawaban : dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا ، حين يبقى ثلث الليل الآخر، يقول : من يدعوني فأستجيب له.....الحديث
“Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman:
"Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan..".
Dan ia merupakan sifat turun yang hakiki (sebenarnya) yang layak bagi (keagungan) Allah, dan ahlut takwil menafsirkannya dengan turunnya keputusanNya atau turunnya rahmatNya atau turunnya malaikat dari para malaikatNya, dan kita membantah mereka (dengan empat bantahan) :
1-Bahwasanya penafsiran mereka menyelisihi zhahir lafazh dan menyelisihi kesepakatan salaf.
2- Tidak ada dalil atasnya.
3- Bahwasanya keputusan dan rahmatNya turun di setiap waktu dan turun ke bumi tidak ke langit dunia saja.
4-Bahwasanya keputusan, rahmat dan malaikat tidak mungkin berkata :
من يدعوني
"Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan..".
Dan turunnya Allah tidak menafikan ketinggianNya*; dikarenakan kita tidak mengetahui hakikat atau tata cara turunnya Allah, dan tidak ada yang serupa denganNya.
____
*Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
الصواب -وهو المأثور عن سلف الأمة وأئمتها- أنه لا يزال فوق العرش، ولا يخلو العرش منه مع دنوه ونزوله إلى السماء الدنيا، ولا يكون العرش فوقه.
"Pendapat yang benar -dan pendapat ini dinukil dari salaf umat ini dan para aimmah - bahwasanya Allah senantiasa di atas Arsy, dan Arsy tidak kosong dariNya bersamaan dengan mendekatnya Allah dan turunnya Allah ke langit dunia, dan tidaklah Arsy berada di atasNya". Majmu'ul Fatawa 5/415, pent.
http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (27)
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (46) : sebutkan dalil yang menunjukkan penetapan sifat takjub dan sifat tertawa bagi Allah, dan apakah kedua sifat ini ditetapkan secara hakiki ataukah majaz ? Dan apa penafsiran ahlut takwil tentangnya ? Dan bagaimana kita membantah mereka ?
Jawaban : dalil yang menunjukkan penetapan sifat takjub adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنْ الشَابٍّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
“Rabbmu takjub (kagum) dengan pemuda yang tidak memiliki kecenderungan menuruti syahwat dan hawa hafsu“.
Dan dalil yang menunjukkan penetapan sifat tertawa adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
يضحك الله إلى رجلين، يقتل أحدهما الآخر ثم يدخلان الجنة.
"Allah tertawa terhadap dua orang lelaki yang salah satunya membunuh yang lainnya kemudian keduanya masuk surga".
Dan keduanya adalah sifat takjub dan sifat tertawa yang hakiki sesuai dengan yang layak bagi (kemuliaan) Allah, dan ahlut takwil menafsirkannya dengan balasan (pahala), dan bantahan terhadap mereka (dengan dua bantahan) :
1- Bahwasanya penafsiran mereka menyelisihi zhahir lafazh dan menyelisihi kesepakatan salaf.
2-Tidak ada dalil atas penafsiran mereka tersebut.
Soal (47) : jelaskan makna ucapan penulis : ((dan setiap apa yang engkau khayalkan di benakmu dan terlintas di hatimu maka sungguh Allah berbeda dengan apa yang engkau gambarkan)), dan berikan alasan terhadap pernyataanmu.
Jawaban : ucapan penulis : ((dan setiap apa yang engkau khayalkan dalam benakmu)) yakni apa yang manusia gambarkan dalam benaknya seperti menggambarkan Allah pada karakter tertentu maka sesungguhnya Allah berbeda dengan apa yang ia gambarkan, dan ucapan penulis : ((atau terlintas dalam hatimu)) yakni terlintas dalam hati berupa keserupaan atau hakekat Dzat Allah atau hakekat sifat-sifatNya maka sesungguhnya Allah berbeda dengannya; hal itu dikarenakan Allah tidak ada yang serupa denganNya, dan Dia lebih agung untuk dikhayalkan oleh benak atau digambarkan oleh akal.
http://telegram.me/dinulqoyyim
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (46) : sebutkan dalil yang menunjukkan penetapan sifat takjub dan sifat tertawa bagi Allah, dan apakah kedua sifat ini ditetapkan secara hakiki ataukah majaz ? Dan apa penafsiran ahlut takwil tentangnya ? Dan bagaimana kita membantah mereka ?
Jawaban : dalil yang menunjukkan penetapan sifat takjub adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنْ الشَابٍّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
“Rabbmu takjub (kagum) dengan pemuda yang tidak memiliki kecenderungan menuruti syahwat dan hawa hafsu“.
Dan dalil yang menunjukkan penetapan sifat tertawa adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
يضحك الله إلى رجلين، يقتل أحدهما الآخر ثم يدخلان الجنة.
"Allah tertawa terhadap dua orang lelaki yang salah satunya membunuh yang lainnya kemudian keduanya masuk surga".
Dan keduanya adalah sifat takjub dan sifat tertawa yang hakiki sesuai dengan yang layak bagi (kemuliaan) Allah, dan ahlut takwil menafsirkannya dengan balasan (pahala), dan bantahan terhadap mereka (dengan dua bantahan) :
1- Bahwasanya penafsiran mereka menyelisihi zhahir lafazh dan menyelisihi kesepakatan salaf.
2-Tidak ada dalil atas penafsiran mereka tersebut.
Soal (47) : jelaskan makna ucapan penulis : ((dan setiap apa yang engkau khayalkan di benakmu dan terlintas di hatimu maka sungguh Allah berbeda dengan apa yang engkau gambarkan)), dan berikan alasan terhadap pernyataanmu.
Jawaban : ucapan penulis : ((dan setiap apa yang engkau khayalkan dalam benakmu)) yakni apa yang manusia gambarkan dalam benaknya seperti menggambarkan Allah pada karakter tertentu maka sesungguhnya Allah berbeda dengan apa yang ia gambarkan, dan ucapan penulis : ((atau terlintas dalam hatimu)) yakni terlintas dalam hati berupa keserupaan atau hakekat Dzat Allah atau hakekat sifat-sifatNya maka sesungguhnya Allah berbeda dengannya; hal itu dikarenakan Allah tidak ada yang serupa denganNya, dan Dia lebih agung untuk dikhayalkan oleh benak atau digambarkan oleh akal.
http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (28)
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (48) : sebutkan dalil yang menunjukkan penetapan sifat istiwa' (ketinggian) Allah di atas Arsy, dan apa makna istiwa' ? Dan apa penafsiran ahlut takwil tentangnya ? Dan bagaimana kita membantah mereka ? Dan apa itu Arsy ?
Jawaban : dalilnya adalah firman Allah Ta'ala :
اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى
"(Allah) Yang Maha Pengasih tinggi di atas 'Arsy". (Thaha: 5).
Dan makna istiwa' adalah tinggi dan menetap (bersemayam), dan ia merupakan istiwa' secara hakiki yang sesuai dengan (keagungan) Allah, dan ahlut takwil menafsirkannya dengan makna menguasai dan memiliki, dan kita membantah mereka (dengan tiga bantahan) :
1-Bahwasanya penafsiran tersebut menyelisihi zhahir lafazh dan menyelisihi ijma' (kesepakatan) salaf.
2-Tidak ada dalil atasnya.
3-Bahwasanya Allah menguasai Arsy dan selainnya, maka Allah memiliki Arsy sebelum penciptaan langit-langit dan bumi.
Dan Arsy secara bahasa Arab bermakna singgasana khusus bagi raja, dan secara syariat adalah : sesuatu yang Allah beristiwa' di atasnya, dan ia merupakan makhluk yang paling tinggi dan paling besar.
Soal (49) : sebutkan ucapan yang dinukil dari (Al Imam) Malik rahimahullah tentang sifat istiwa'* dan jelaskan maknanya.
Jawaban : ((istiwa' tidak majhul)) yakni diketahui maknanya secara bahasa Arab yaitu tinggi dan menetap (bersemayam) ((dan kaifiyyahnya tidak diketahui oleh akal)) yakni cara atau hakikat istiwa' tidak bisa dijangkau oleh akal manusia; dikarenakan Allah lebih agung dan lebih mulia dari upaya akal-akal manusia menjangkau kaifiyyah atau hakikat sifat-sifatNya ((dan mengimaninya hukumnya wajib)) yakni membenarkan dan mengakui sifat istiwa' hukumnya wajib dikarenakan datang penetapannya dalam Al Quran dan Sunnah ((bertanya tentangnya)) yakni tentang kaifiyyah atau hakikat istiwa' Allah di atas Arsy adalah ((kebid'ahan)); dikarenakan bertanya tentang hal tersebut tidak dikenal di masa Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para shahabatnya.
____
*Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :
وهذا الجواب من الإمام مالك رحمه الله شاف عام في جميع مسائل الصفات...
"Jawaban ini dari Al Imam Malik rahimahullah menyembuhkan dan bersifat umum pada semua masalah-masalah sifat-sifat Allah...".Madarijus Salikin 2/86, pent.
http://telegram.me/dinulqoyyim
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (48) : sebutkan dalil yang menunjukkan penetapan sifat istiwa' (ketinggian) Allah di atas Arsy, dan apa makna istiwa' ? Dan apa penafsiran ahlut takwil tentangnya ? Dan bagaimana kita membantah mereka ? Dan apa itu Arsy ?
Jawaban : dalilnya adalah firman Allah Ta'ala :
اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى
"(Allah) Yang Maha Pengasih tinggi di atas 'Arsy". (Thaha: 5).
Dan makna istiwa' adalah tinggi dan menetap (bersemayam), dan ia merupakan istiwa' secara hakiki yang sesuai dengan (keagungan) Allah, dan ahlut takwil menafsirkannya dengan makna menguasai dan memiliki, dan kita membantah mereka (dengan tiga bantahan) :
1-Bahwasanya penafsiran tersebut menyelisihi zhahir lafazh dan menyelisihi ijma' (kesepakatan) salaf.
2-Tidak ada dalil atasnya.
3-Bahwasanya Allah menguasai Arsy dan selainnya, maka Allah memiliki Arsy sebelum penciptaan langit-langit dan bumi.
Dan Arsy secara bahasa Arab bermakna singgasana khusus bagi raja, dan secara syariat adalah : sesuatu yang Allah beristiwa' di atasnya, dan ia merupakan makhluk yang paling tinggi dan paling besar.
Soal (49) : sebutkan ucapan yang dinukil dari (Al Imam) Malik rahimahullah tentang sifat istiwa'* dan jelaskan maknanya.
Jawaban : ((istiwa' tidak majhul)) yakni diketahui maknanya secara bahasa Arab yaitu tinggi dan menetap (bersemayam) ((dan kaifiyyahnya tidak diketahui oleh akal)) yakni cara atau hakikat istiwa' tidak bisa dijangkau oleh akal manusia; dikarenakan Allah lebih agung dan lebih mulia dari upaya akal-akal manusia menjangkau kaifiyyah atau hakikat sifat-sifatNya ((dan mengimaninya hukumnya wajib)) yakni membenarkan dan mengakui sifat istiwa' hukumnya wajib dikarenakan datang penetapannya dalam Al Quran dan Sunnah ((bertanya tentangnya)) yakni tentang kaifiyyah atau hakikat istiwa' Allah di atas Arsy adalah ((kebid'ahan)); dikarenakan bertanya tentang hal tersebut tidak dikenal di masa Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para shahabatnya.
____
*Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :
وهذا الجواب من الإمام مالك رحمه الله شاف عام في جميع مسائل الصفات...
"Jawaban ini dari Al Imam Malik rahimahullah menyembuhkan dan bersifat umum pada semua masalah-masalah sifat-sifat Allah...".Madarijus Salikin 2/86, pent.
http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (29)
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (50) : sebutkan dalil yang menunjukkan penetapan sifat 'uluww (ketinggian) Allah, dan berapa macam-macam uluww ? Dan macam yang mana yang diingkari oleh kelompok Jahmiyyah ?
Jawaban : dalil-dalil 'uluww banyak dalam Al Quran dan Sunnah, diantaranya adalah firman Allah Ta'ala :
ءَأَمِنتُم مَّن فِى ٱلسَّمَآءِ
"Apakah kalian (wahai orang-orang kafir Makkah) merasa aman dari Allah yang di atas langit". (Al Mulk : 16).
Dan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
رَبَّنَا اللَّهُ الَّذِي فِي السَّمَاء تَقَدَّسَ اسْمُكَ
"Rabb kami Allah yang ada di atas langit Maha suci namaMu...".
Dan ucapan beliau kepada seorang budak perempuan : "Dimana Allah ?".
Budak tersebut menjawab : di atas langit.
Beliau bersabda : "merdekakanlah budak tersebut karena ia adalah wanita yang beriman".
Dan sifat 'uluww terbagi menjadi dua macam :
▪️Uluww Dzat dan maknanya adalah bahwasanya Allah dengan dzatNya di atas segala sesuatu.
▪️Dan uluww shifat dan maknanya adalah bahwasanya sifat-sifat Allah seluruhnya tinggi dimana tidak ada kekurangan dari sisi manapun.
Dan sebagian mereka berkata : sifat uluww ada tiga macam : Uluww Dzat (عُلُوُّ الذَّات), Uluww Qadr (عُلُوُّ القَدرِ) dan Uluw Qahr (عُلُوُّ القَهْرِ). Dan pembagian yang pertama lebih ringkas dan lebih mencakup.
Dan yang diingkari oleh kaum Jahmiyyah dari macam-macam Uluww adalah Uluww Dzat, sehingga sebagian mereka mengatakan : sesungguhnya Allah di setiap tempat, dan sebagian mereka mengatakan : sesungguhnya Allah tidak ada di suatu tempat.
Dan mereka dibantah dengan dalil-dalil yang menetapkan ketinggian Allah secara dzatNya, seperti sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
وَاللهُ فَوْقَ الْعَرْشِ
"Dan Allah berada di atas Arsy".
____
Faedah : sifat istiwa' berbeda dengan sifat Uluww pada dua hal :
1- Bahwasanya sifat istiwa' tidak mungkin ditetapkan dengan dalil akal atau dalil fitrah, berbeda dengan sifat Uluww yang mungkin ditetapkan dengan dalil akal.
2- Bahwasanya sifat Uluww adalah sifat dzatiyyah yang tidak berpisah dari Allah, berbeda dengan sifat istiwa' yang merupakan sifat fi'liyyah, pent.
http://telegram.me/dinulqoyyim
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (50) : sebutkan dalil yang menunjukkan penetapan sifat 'uluww (ketinggian) Allah, dan berapa macam-macam uluww ? Dan macam yang mana yang diingkari oleh kelompok Jahmiyyah ?
Jawaban : dalil-dalil 'uluww banyak dalam Al Quran dan Sunnah, diantaranya adalah firman Allah Ta'ala :
ءَأَمِنتُم مَّن فِى ٱلسَّمَآءِ
"Apakah kalian (wahai orang-orang kafir Makkah) merasa aman dari Allah yang di atas langit". (Al Mulk : 16).
Dan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
رَبَّنَا اللَّهُ الَّذِي فِي السَّمَاء تَقَدَّسَ اسْمُكَ
"Rabb kami Allah yang ada di atas langit Maha suci namaMu...".
Dan ucapan beliau kepada seorang budak perempuan : "Dimana Allah ?".
Budak tersebut menjawab : di atas langit.
Beliau bersabda : "merdekakanlah budak tersebut karena ia adalah wanita yang beriman".
Dan sifat 'uluww terbagi menjadi dua macam :
▪️Uluww Dzat dan maknanya adalah bahwasanya Allah dengan dzatNya di atas segala sesuatu.
▪️Dan uluww shifat dan maknanya adalah bahwasanya sifat-sifat Allah seluruhnya tinggi dimana tidak ada kekurangan dari sisi manapun.
Dan sebagian mereka berkata : sifat uluww ada tiga macam : Uluww Dzat (عُلُوُّ الذَّات), Uluww Qadr (عُلُوُّ القَدرِ) dan Uluw Qahr (عُلُوُّ القَهْرِ). Dan pembagian yang pertama lebih ringkas dan lebih mencakup.
Dan yang diingkari oleh kaum Jahmiyyah dari macam-macam Uluww adalah Uluww Dzat, sehingga sebagian mereka mengatakan : sesungguhnya Allah di setiap tempat, dan sebagian mereka mengatakan : sesungguhnya Allah tidak ada di suatu tempat.
Dan mereka dibantah dengan dalil-dalil yang menetapkan ketinggian Allah secara dzatNya, seperti sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
وَاللهُ فَوْقَ الْعَرْشِ
"Dan Allah berada di atas Arsy".
____
Faedah : sifat istiwa' berbeda dengan sifat Uluww pada dua hal :
1- Bahwasanya sifat istiwa' tidak mungkin ditetapkan dengan dalil akal atau dalil fitrah, berbeda dengan sifat Uluww yang mungkin ditetapkan dengan dalil akal.
2- Bahwasanya sifat Uluww adalah sifat dzatiyyah yang tidak berpisah dari Allah, berbeda dengan sifat istiwa' yang merupakan sifat fi'liyyah, pent.
http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (30)
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (51) : apa makna keadaan Allah fis samaa' ((الله فِي السَّمَاءِ)) ?
Jawaban : maknanya adalah bahwasanya Allah di atas langit, tidak di dalam langit (sehingga langit tidak meliputiNya, pent), dan huruf jar (فِي) datang bermakna "di atas" (علَى), seperti firman Allah Ta'ala :
قُلْ سِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ
“Katakanlah: "Berjalanlah kalian di muka bumi”. maksudnya adalah di atas muka bumi.
(Q.S. Al-An'am: 11).
Atau maknanya adalah bahwasanya Allah di ketinggian; dikarenakan السَّمَاء datang bermakna العُلُوّ (ketinggian), seperti firman Allah Ta'ala :
أنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari samaa' (ketinggian).” (Q.S. Ar-Ra'd: 17).
http://telegram.me/dinulqoyyim
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (51) : apa makna keadaan Allah fis samaa' ((الله فِي السَّمَاءِ)) ?
Jawaban : maknanya adalah bahwasanya Allah di atas langit, tidak di dalam langit (sehingga langit tidak meliputiNya, pent), dan huruf jar (فِي) datang bermakna "di atas" (علَى), seperti firman Allah Ta'ala :
قُلْ سِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ
“Katakanlah: "Berjalanlah kalian di muka bumi”. maksudnya adalah di atas muka bumi.
(Q.S. Al-An'am: 11).
Atau maknanya adalah bahwasanya Allah di ketinggian; dikarenakan السَّمَاء datang bermakna العُلُوّ (ketinggian), seperti firman Allah Ta'ala :
أنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari samaa' (ketinggian).” (Q.S. Ar-Ra'd: 17).
http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (31)
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Pertanyaan (52) : apa pendapat Ahlussunnah tentang sifat Kalamullah (Allah berbicara) ? Dan apa dalilnya ?
Jawaban : pendapat Ahlussunnah tentang Kalamullah adalah bahwa ia merupakan sifat dari sifat-sifatNya, dan bahwasanya Dia berbicara dengan ucapan yang didengar, dengan huruf dan suara, Dia berbicara dengan apa yang Dia kehendaki, kapan Dia kehendaki, dan cara yang Dia kehendaki.
Dan dalil yang menunjukkan penetapan sifat berbicara bagi Allah adalah firman Allah Ta'ala :
وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا.
"Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung". (An Nisaa' : 163).
Dan dalil bahwa ucapanNya bisa didengar adalah pembicaraan Allah terhadap para RasulNya dan balasan mereka terhadap ucapanNya seperti firmanNya kepada Isa bin Maryam :
يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِن دُونِ اللَّهِ ۖ قَالَ سُبْحَانَكَ...الآية
"Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau,...". (Al Maidah : 116).
Dan dalil bahwasanya ucapan Allah dengan suara adalah firman Allah Ta'ala :
وَنَٰدَيْنَٰهُ مِن جَانِبِ ٱلطُّورِ ٱلْأَيْمَنِ وَقَرَّبْنَٰهُ نَجِيًّا.
"Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami)". (Maryam : 52).
Dan panggilan serta munajat tidaklah terjadi kecuali dengan adanya suara.
Dan dalil bahwasanya kalamullah dengan huruf adalah firman Allah Ta'ala :
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam...". (Al Maidah : 116).
Dan dalil bahwa sifat kalamullah berkaitan dengan kehendakNya adalah firman Allah Ta'ala :
وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ
"Setelah Musa sampai pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan Allah baginya, dan Rabbnya telah berfirman (langsung) kepadanya...".(Al A'raf : 143).
Adapun kaifiyyah atau hakikat Kalamullah yakni bagaimana Allah berbicara maka tidak ada yang mengetahuinya melainkan Allah; berdasarkan firman Allah Ta'ala :
وَلَا يُحِيطُونَ بِهِۦ عِلْمًا
"...Dan mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya". (Thaha : 110).
http://telegram.me/dinulqoyyim
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Pertanyaan (52) : apa pendapat Ahlussunnah tentang sifat Kalamullah (Allah berbicara) ? Dan apa dalilnya ?
Jawaban : pendapat Ahlussunnah tentang Kalamullah adalah bahwa ia merupakan sifat dari sifat-sifatNya, dan bahwasanya Dia berbicara dengan ucapan yang didengar, dengan huruf dan suara, Dia berbicara dengan apa yang Dia kehendaki, kapan Dia kehendaki, dan cara yang Dia kehendaki.
Dan dalil yang menunjukkan penetapan sifat berbicara bagi Allah adalah firman Allah Ta'ala :
وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا.
"Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung". (An Nisaa' : 163).
Dan dalil bahwa ucapanNya bisa didengar adalah pembicaraan Allah terhadap para RasulNya dan balasan mereka terhadap ucapanNya seperti firmanNya kepada Isa bin Maryam :
يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِن دُونِ اللَّهِ ۖ قَالَ سُبْحَانَكَ...الآية
"Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau,...". (Al Maidah : 116).
Dan dalil bahwasanya ucapan Allah dengan suara adalah firman Allah Ta'ala :
وَنَٰدَيْنَٰهُ مِن جَانِبِ ٱلطُّورِ ٱلْأَيْمَنِ وَقَرَّبْنَٰهُ نَجِيًّا.
"Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami)". (Maryam : 52).
Dan panggilan serta munajat tidaklah terjadi kecuali dengan adanya suara.
Dan dalil bahwasanya kalamullah dengan huruf adalah firman Allah Ta'ala :
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam...". (Al Maidah : 116).
Dan dalil bahwa sifat kalamullah berkaitan dengan kehendakNya adalah firman Allah Ta'ala :
وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ
"Setelah Musa sampai pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan Allah baginya, dan Rabbnya telah berfirman (langsung) kepadanya...".(Al A'raf : 143).
Adapun kaifiyyah atau hakikat Kalamullah yakni bagaimana Allah berbicara maka tidak ada yang mengetahuinya melainkan Allah; berdasarkan firman Allah Ta'ala :
وَلَا يُحِيطُونَ بِهِۦ عِلْمًا
"...Dan mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya". (Thaha : 110).
http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (32)
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (53) : Allah Ta'ala berfirman :
فَلَمَّآ أَتَىٰهَا نُودِىَ يَٰمُوسَىٰٓ. إِنِّىٓ أَنَا۠ رَبُّكَ...
"Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Rabbmu". (Thaha : 111-112).
Dan Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي.
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi) selain Aku, maka beribadahlah kepadaKu". (Thaha : 114).
Apakah dalam dua ayat ini terdapat nash (dalil) yang tegas bahwasanya Allah berbicara ? Bagaimana penjelasannya ?
Jawaban : ya, pada kedua ayat tersebut ada pendalilan yang tegas menunjukkan bahwa Allah berbicara, dan sisi pendalilannya adalah bahwasanya tidak mungkin siapapun (selain Allah) berkata : sesungguhnya aku adalah Rabbmu, sesungguhnya Aku adalah Allah Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Aku maka beribadahlah kepadaKu*.
_
*Dalam dua ayat ini juga terdapat bantahan bagi kelompok Jahmiyyah yang mengatakan bahwa berbicara bukan termasuk sifat-sifat Allah namun ia adalah makhluk dari makhluk-makhlukNya yang Allah ciptakan di udara atau di tempat yang bisa didengar darinya, adapun sisi bantahan dari dua ayat ini terhadap mereka adalah bahwa jika Kalamullah itu makhluk niscaya makhluk yang mengatakan : sesungguhnya Aku adalah Allah ! Dan ini batil, pent.
http://telegram.me/dinulqoyyim
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (53) : Allah Ta'ala berfirman :
فَلَمَّآ أَتَىٰهَا نُودِىَ يَٰمُوسَىٰٓ. إِنِّىٓ أَنَا۠ رَبُّكَ...
"Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Rabbmu". (Thaha : 111-112).
Dan Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي.
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi) selain Aku, maka beribadahlah kepadaKu". (Thaha : 114).
Apakah dalam dua ayat ini terdapat nash (dalil) yang tegas bahwasanya Allah berbicara ? Bagaimana penjelasannya ?
Jawaban : ya, pada kedua ayat tersebut ada pendalilan yang tegas menunjukkan bahwa Allah berbicara, dan sisi pendalilannya adalah bahwasanya tidak mungkin siapapun (selain Allah) berkata : sesungguhnya aku adalah Rabbmu, sesungguhnya Aku adalah Allah Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Aku maka beribadahlah kepadaKu*.
_
*Dalam dua ayat ini juga terdapat bantahan bagi kelompok Jahmiyyah yang mengatakan bahwa berbicara bukan termasuk sifat-sifat Allah namun ia adalah makhluk dari makhluk-makhlukNya yang Allah ciptakan di udara atau di tempat yang bisa didengar darinya, adapun sisi bantahan dari dua ayat ini terhadap mereka adalah bahwa jika Kalamullah itu makhluk niscaya makhluk yang mengatakan : sesungguhnya Aku adalah Allah ! Dan ini batil, pent.
http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (33)
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (54) : sebutkan dalil dari sunnah yang menunjukkan bahwa Allah berbicara dengan suara yang bisa didengar.
Jawaban : dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
يحشر الله الخلائق يوم القيامة عراة حفاة غرلا بهما فيناديهم بصوت يسمعه من بعد كما يسمعه من قرب : أنا الملك أنا الديان.
"Allah mengumpulkan makhluk-makhlukNya pada hari kiamat dalam keadaan telanjang badan, tak beralas kaki dan belum berkhitan serta tidak membawa apa-apa, lalu Allah memanggil mereka dengan suara yang bisa didengar oleh orang yang jauh sebagaimana bisa didengar oleh orang yang dekat : "Sayalah sang penguasa dan pemberi balasan".*
_
*Dikeluarkan oleh Al Bukhari dalam Shahihnya secara ta'liq, pent.
http://telegram.me/dinulqoyyim
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (54) : sebutkan dalil dari sunnah yang menunjukkan bahwa Allah berbicara dengan suara yang bisa didengar.
Jawaban : dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
يحشر الله الخلائق يوم القيامة عراة حفاة غرلا بهما فيناديهم بصوت يسمعه من بعد كما يسمعه من قرب : أنا الملك أنا الديان.
"Allah mengumpulkan makhluk-makhlukNya pada hari kiamat dalam keadaan telanjang badan, tak beralas kaki dan belum berkhitan serta tidak membawa apa-apa, lalu Allah memanggil mereka dengan suara yang bisa didengar oleh orang yang jauh sebagaimana bisa didengar oleh orang yang dekat : "Sayalah sang penguasa dan pemberi balasan".*
_
*Dikeluarkan oleh Al Bukhari dalam Shahihnya secara ta'liq, pent.
http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (34)
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (55) : sebutkan pendapat Ahlussunnah tentang Al Quran dan apa dalilnya.
Jawaban : pendapat Ahlussunnah tentang Al Quran adalah bahwa ia adalah Kalamullah, diturunkan, bukan makhluk, dariNya Al Quran dimulai, dan akan kembali kepadaNya, dan bahwa ia terdiri dari huruf-huruf dan makna-makna, dan semuanya adalah Kalamullah.
Maka dalil bahwa Al Quran adalah Kalamullah adalah firman Allah Ta'ala :
وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ٱسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَٰمَ ٱللَّهِ
"Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar Kalamullah (firman Allah)". (At Taubah : 6).
Dan dalil bahwa Al Quran diturunkan adalah firman Allah Ta'ala :
تَبَارَكَ ٱلَّذِى نَزَّلَ ٱلْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِۦ
"Maha Suci dan Maha Agung kedudukan Allah dan sangat banyak kebaikan-Nya, Dia menurunkan al-Qur’an sebagai pemisah antara kebenaran dan kebatilan kepada hamba-Nya (Muhammad shallallahu alaihi wasallam)". (Al Furqan : 1).
Dan dalil bahwa Al Qur'an bukan makhluk adalah firman Allah Ta'ala :
أَلَا لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلْأَمْرُ ۗ
"Ketahuilah, bagi Allah hak kekuasaan menciptakan semuanya dan hak menetapkan semua ketentuan". (Al A'raf : 54).
Maka Allah menjadikan hak menetapkan atau memerintah berbeda dengan hak menciptakan, dalam keadaan Al Quran termasuk perintahNya; berdasarkan firman Allah Ta'ala :
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا
"Demikianlah Kami mewahyukan al-Qur’an kepadamu yang merupakan perintah Kami". (Asy Syuuraa : 52).
Dan makna "dan dariNya Al Quran dimulai" yakni bahwasanya Allah berbicara dengannya pertama kali, dan makna "dan kepadaNya Al Quran kembali" yakni bahwa Al Quran akan kembali kepadaNya di akhir zaman.
Dan dalil bahwa Al Quran berupa huruf-huruf banyak dalilnya dimana penulis menyebutkan delapan dalil diantaranya :
1- Bahwasanya orang-orang kafir berkata : sesungguhnya Al Quran adalah syair, dan tidak mungkin disifati dengan itu kecuali sesuatu yang berupa huruf-huruf dan kalimat-kalimat.
2- Bahwasanya Allah menantang orang-orang yang mendustakannya untuk mendatangkan sesuatu yang semisal dengan Al Quran, seandainya Al Quran tidak berupa huruf dan kalimat niscaya tantangan ini tidak bisa dipahami; sebab tidak mungkin terjadi tantangan kecuali dengan sesuatu yang diketahui apa ia.
3- Bahwasanya Allah mengabarkan bahwa Al Quran dibaca, dan tidaklah dibaca kecuali sesuatu yang terdiri dari huruf-huruf dan kalimat-kalimat.
4- Bahwasanya Allah mengabarkan bahwa Al Quran terjaga (dihafalkan) di dada-dada para ulama, dan ditulis di Lauhul Mahfuzh, dan tidaklah dihafal dan ditulis kecuali sesuatu yang terdiri dari huruf-huruf dan kalimat-kalimat.
5- Sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
من قرأ القرآن فأعربه فله بكل حرف منه عشر حسنات، ومن قرأه ولحن فيه فله بكل حرف حسنة.
"Barangsiapa yang membaca Al Quran lalu ia mengi'rabnya maka setiap huruf yang ia baca akan mendapatkan sepuluh kebaikan, dan barangsiapa yang membacanya lalu ia melakukan lahn (kesalahan dalam membacanya) maka ia akan mendapatkan satu kebaikan pada setiap huruf yang ia baca".*
6- Ucapan Abu Bakr dan Umar radhiallahu anhuma : "I'rabul Quran (membacanya dengan tanpa lahn/kesalahan secara bahasa Arab, pent) lebih kita cintai daripada menghafalkan sebagian huruf-hurufnya."
7- Ucapan Ali radhiallahu anhu : "Barangsiapa yang mengkufuri satu huruf dari Al Quran maka sungguh ia mengkufuri Al Quran secara keseluruhan".
8- Kesepakatan kaum muslimin atas kufurnya orang yang mengingkari satu surat atau satu ayat atau satu kalimat atau satu huruf yang disepakati dari Al Quran.
_
*Berkata Al Haitsami : "Diriwayatkan oleh At Thabarani dalam Al Ausath dan pada sanadnya ada perawi bernama Nahsyal dan dia matruk", pen.
http://telegram.me/dinulqoyyim
Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Soal (55) : sebutkan pendapat Ahlussunnah tentang Al Quran dan apa dalilnya.
Jawaban : pendapat Ahlussunnah tentang Al Quran adalah bahwa ia adalah Kalamullah, diturunkan, bukan makhluk, dariNya Al Quran dimulai, dan akan kembali kepadaNya, dan bahwa ia terdiri dari huruf-huruf dan makna-makna, dan semuanya adalah Kalamullah.
Maka dalil bahwa Al Quran adalah Kalamullah adalah firman Allah Ta'ala :
وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ٱسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَٰمَ ٱللَّهِ
"Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar Kalamullah (firman Allah)". (At Taubah : 6).
Dan dalil bahwa Al Quran diturunkan adalah firman Allah Ta'ala :
تَبَارَكَ ٱلَّذِى نَزَّلَ ٱلْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِۦ
"Maha Suci dan Maha Agung kedudukan Allah dan sangat banyak kebaikan-Nya, Dia menurunkan al-Qur’an sebagai pemisah antara kebenaran dan kebatilan kepada hamba-Nya (Muhammad shallallahu alaihi wasallam)". (Al Furqan : 1).
Dan dalil bahwa Al Qur'an bukan makhluk adalah firman Allah Ta'ala :
أَلَا لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلْأَمْرُ ۗ
"Ketahuilah, bagi Allah hak kekuasaan menciptakan semuanya dan hak menetapkan semua ketentuan". (Al A'raf : 54).
Maka Allah menjadikan hak menetapkan atau memerintah berbeda dengan hak menciptakan, dalam keadaan Al Quran termasuk perintahNya; berdasarkan firman Allah Ta'ala :
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا
"Demikianlah Kami mewahyukan al-Qur’an kepadamu yang merupakan perintah Kami". (Asy Syuuraa : 52).
Dan makna "dan dariNya Al Quran dimulai" yakni bahwasanya Allah berbicara dengannya pertama kali, dan makna "dan kepadaNya Al Quran kembali" yakni bahwa Al Quran akan kembali kepadaNya di akhir zaman.
Dan dalil bahwa Al Quran berupa huruf-huruf banyak dalilnya dimana penulis menyebutkan delapan dalil diantaranya :
1- Bahwasanya orang-orang kafir berkata : sesungguhnya Al Quran adalah syair, dan tidak mungkin disifati dengan itu kecuali sesuatu yang berupa huruf-huruf dan kalimat-kalimat.
2- Bahwasanya Allah menantang orang-orang yang mendustakannya untuk mendatangkan sesuatu yang semisal dengan Al Quran, seandainya Al Quran tidak berupa huruf dan kalimat niscaya tantangan ini tidak bisa dipahami; sebab tidak mungkin terjadi tantangan kecuali dengan sesuatu yang diketahui apa ia.
3- Bahwasanya Allah mengabarkan bahwa Al Quran dibaca, dan tidaklah dibaca kecuali sesuatu yang terdiri dari huruf-huruf dan kalimat-kalimat.
4- Bahwasanya Allah mengabarkan bahwa Al Quran terjaga (dihafalkan) di dada-dada para ulama, dan ditulis di Lauhul Mahfuzh, dan tidaklah dihafal dan ditulis kecuali sesuatu yang terdiri dari huruf-huruf dan kalimat-kalimat.
5- Sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :
من قرأ القرآن فأعربه فله بكل حرف منه عشر حسنات، ومن قرأه ولحن فيه فله بكل حرف حسنة.
"Barangsiapa yang membaca Al Quran lalu ia mengi'rabnya maka setiap huruf yang ia baca akan mendapatkan sepuluh kebaikan, dan barangsiapa yang membacanya lalu ia melakukan lahn (kesalahan dalam membacanya) maka ia akan mendapatkan satu kebaikan pada setiap huruf yang ia baca".*
6- Ucapan Abu Bakr dan Umar radhiallahu anhuma : "I'rabul Quran (membacanya dengan tanpa lahn/kesalahan secara bahasa Arab, pent) lebih kita cintai daripada menghafalkan sebagian huruf-hurufnya."
7- Ucapan Ali radhiallahu anhu : "Barangsiapa yang mengkufuri satu huruf dari Al Quran maka sungguh ia mengkufuri Al Quran secara keseluruhan".
8- Kesepakatan kaum muslimin atas kufurnya orang yang mengingkari satu surat atau satu ayat atau satu kalimat atau satu huruf yang disepakati dari Al Quran.
_
*Berkata Al Haitsami : "Diriwayatkan oleh At Thabarani dalam Al Ausath dan pada sanadnya ada perawi bernama Nahsyal dan dia matruk", pen.
http://telegram.me/dinulqoyyim
👆Tanbih : pembahasan ini merupakan bantahan terhadap Kaum Asy'ariyyah dimana mereka menetapkan bagi Allah sifat berbicara dengan ucapan jiwa (hati) saja yakni dengan tanpa dilafazhkan dan mereka meniadakan keadaan Allah berbicara dengan disertai suara dan huruf.
Maka menurut kaum Asy'ariyyah huruf-huruf Al Quran dan kalimat-kalimatnya berasal dari Jibril atau berasal dari Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai bentuk ta'bir atau hikayat terhadap ucapan Allah yang ada di dalam jiwaNya, pen.
Maka menurut kaum Asy'ariyyah huruf-huruf Al Quran dan kalimat-kalimatnya berasal dari Jibril atau berasal dari Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai bentuk ta'bir atau hikayat terhadap ucapan Allah yang ada di dalam jiwaNya, pen.
Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata :
Hari-hari haji memiliki nama-nama; maka tanggal 8 adalah hari Tarwiyyah, dan tanggal 9 adalah hari Arafah; dikarenakan para jamaah haji berada di Arafah, dan tanggal 10 adalah hari Nahr dikarenakan disembelihnya hewan hadyu dan hewan udhiyyah, dan tanggal 11 adalah hari Qarr dikarenakan jamaah haji menetap di Mina....".
Fatawa fil Hajji wal Umrah hal. 216.
قال الشيخ محمد بن بن صالح #العثيمين رحمه الله:
«أيام #الحج لها أسماء؛ فالثامن #يوم_التروية، والتاسع #يوم_عرفة؛ لأن الحجاج بعرفة، والعاشر #يوم_النحر لنحر الهدي والأضاحي، والحادي عشر #يوم_القَر لاستقرار الحجيج بمنى..».
فتاوى في #الحج_والعمرة ص «1-2/2
Hari-hari haji memiliki nama-nama; maka tanggal 8 adalah hari Tarwiyyah, dan tanggal 9 adalah hari Arafah; dikarenakan para jamaah haji berada di Arafah, dan tanggal 10 adalah hari Nahr dikarenakan disembelihnya hewan hadyu dan hewan udhiyyah, dan tanggal 11 adalah hari Qarr dikarenakan jamaah haji menetap di Mina....".
Fatawa fil Hajji wal Umrah hal. 216.
قال الشيخ محمد بن بن صالح #العثيمين رحمه الله:
«أيام #الحج لها أسماء؛ فالثامن #يوم_التروية، والتاسع #يوم_عرفة؛ لأن الحجاج بعرفة، والعاشر #يوم_النحر لنحر الهدي والأضاحي، والحادي عشر #يوم_القَر لاستقرار الحجيج بمنى..».
فتاوى في #الحج_والعمرة ص «1-2/2
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
تجاربي مع الحج قديما وحديثا [1369هـ] وخدمة السعودية لحجاج بيت الله الحرام - الشيخ د. محمد أمان الجامي رحمه الله
Media is too big
VIEW IN TELEGRAM
🔹ضيوف الرحمن في عهد آل سعود🔹
أبيات للشيخ/
د. علي بن يحيي الحدادي
-حفظه الله-
https://youtu.be/5mkCUQADW9M
أبيات للشيخ/
د. علي بن يحيي الحدادي
-حفظه الله-
https://youtu.be/5mkCUQADW9M
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
🌖Fadhilatusy Syaikh Yusuf bin Muhammad As Sa'id hafizhahullah (anggota Haiah Kibaril Ulama) dalam khutbah Arafah pada hari ini berkata :
Diantara bentuk penjagaan terhadap batasan-batasan Allah adalah tidak memalingkan ibadah kepada selain Allah....
#at_tauhid_awwalan
عاجل: الشيخ يوسف بن سعيد من خطبة عرفة: من حفظ حدود الله عدم صرف شيء من العبادات لغير الله. -
http://telegram.me/dinulqoyyim
Diantara bentuk penjagaan terhadap batasan-batasan Allah adalah tidak memalingkan ibadah kepada selain Allah....
#at_tauhid_awwalan
عاجل: الشيخ يوسف بن سعيد من خطبة عرفة: من حفظ حدود الله عدم صرف شيء من العبادات لغير الله. -
http://telegram.me/dinulqoyyim