الدين القيم
2.6K subscribers
868 photos
45 videos
88 files
2.54K links
Download Telegram
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (6)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (11) : sebutkan jenis-jenis dari sifat-sifat tsubutiyyah, dan berikan contohnya.
Jawaban : sifat-sifat tsubutiyyah terbagi menjadi dua :
- Sifat dzatiyyah yaitu sifat yang Allah senantiasa sejak azali (yakni sejak dulu tanpa ada awalnya, pent) bersifat dengan sifat tersebut dan terus senantiasa bersifat dengannya, seperti sifat mendengar dan sifat melihat.
-Sifat fi'liyyah yaitu sifat yang berkaitan dengan kehendakNya, jika Allah berkehendak maka Dia akan melakukannya dan jika Dia tidak berkehendak niscaya ia tidak akan melakukannya, seperti sifat istiwa' (ketinggian) di atas Arsy.
-Dan terkadang sifat tertentu dihukumi sebagai sifat dzatiyyah dari satu sisi dan dihukumi sebagai sifat fi'liyyah dari sisi yang lain, seperti sifat kalam (berbicara); maka ditinjau dari asal sifat ini maka ia merupakan sifat dzatiyyah; dikarenakan Allah sejak dulu tanpa awalan memiliki sifat berbicara dan terus senantiasa memiliki sifat berbicara, dan ditinjau dari kalam-kalam tertentu maka ia merupakan sifat fi'liyyah; dikarenakan sifat kalam (berbicara) berkaitan dengan kehendakNya, Allah berbicara kapanpun Dia berkehendak dengan apa yang Allah kehendaki.

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (7)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (12) : sebutkan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin ditujukan kepada sifat-sifat Allah, dan apa jawabannya ?
Jawaban : 3 pertanyaan ditujukan kepada setiap sifat dari sifat-sifat Allah :
1⃣Pertanyaan pertama : apakah sifat-sifat Allah itu hakikat (yakni dimaknakan sesuai dengan zhahirnya) ataukah majaz (yakni tidak dimaknakan sesuai zhahirnya) ? Dan kenapa ?
Jawabannya : sifat-sifat Allah itu hakikat bukan majaz; dikarenakan hukum asal ucapan adalah hakikat, maka tidak boleh berpaling darinya kecuali dengan dalil yang shahih yang menghalangi dari makna yang hakiki.
2⃣Pertanyaan kedua : apakah boleh mentakyif sifat-sifat Allah (yakni meyakini bahwa sifat Allah memiliki hakikat demikian dan demikian atau menanyakan hakekat sifat-sifat Allah, pen) ?
Jawabannya : tidak diperbolehkan mentakyif sifat-sifat Allah; dikarenakan Allah berfirman :

وَلَا يُحِيطُونَ بِهِۦ عِلْمًا

"...Dan mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya". (Thaha : 110).
Dan dikarenakan akal tidak memungkinkan baginya untuk menjangkau hakekat sifat-sifat Allah.
3⃣Pertanyaan ketiga : apakah sifat-sifat Allah menyerupai sifat-sifat makhluk ? Dan kenapa ?
Jawabannya : sifat-sifat Allah tidak menyerupai sifat-sifat makhluk; dikarenakan Allah berfirman :

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ

"Tidak ada satupun makhluk Allah yang menyerupai dan menandingiNya, tidak pada dzatNya, tidak pada nama-namaNya, tidak pada sifat-sifat-Nya dan tidak pada perbuatan-Nya". (Asy Syura : 11).
Dan dikarenakan Allah layak untuk sempurna yang tidak ada batasnya, maka tidak mungkin Allah menyerupai makhluk; dikarenakan makhluk adalah sesuatu yang memiliki kekurangan.

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (8)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (13) : siapakah kaum Mu'aththilah ? Dan dengan apa kita membantah mereka  secara global ?
Jawaban : Mu'aththilah adalah mereka yang mengingkari nama-nama Allah atau sifat-sifatNya semuanya atau sebagiannya, dan mereka mentahrif (memalingkan) dalil-dalil Al Quran dan Sunnah dari makna zhahirnya, dan mereka juga disebut Muawwilah.
Dan kita membantah mereka secara global dengan bantahan yaitu bahwasanya pendapat mereka ini menyelisihi zhahir nash-nash dalil, dan menyelisihi jalan salaf serta tidak memiliki dalil yang shahih.

Soal (14) : judul kitab yang dijadikan kurikulum pelajaran adalah Lum'atul I'tiqad maka apa makna judul ini ?
Jawaban : Al Lum'ah secara bahasa digunakan untuk beberapa makna, diantaranya adalah bermakna bekal kehidupan, dan makna ini lebih sesuai secara makna untuk tema yang dibahas dalam kitab ini; maka makna Lum'atul I'tiqad disini yaitu bekal berupa keyakinan yang shahih yang sesuai dengan madzhab salaf, dan Al I'tiqad adalah hukum kejiwaan yang pasti, maka jika sesuai dengan kenyataan maka dihukumi shahih (benar) dan kalau tidak maka dihukumi fasid (rusak).

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (9)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (15) : dengan apa penulis memulai kitabnya ? Dan kenapa ?
Jawaban : penulis memulainya dengan basmalah; dalam rangka mencontoh kitabullah dan meneladani Rasulullah shallallahu alaihi wasallam serta mengharap barakah dengannya ; berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُبدأ بِسم اللهِ فَهُوَ أَبْتَرُ.

"Setiap perkara yang penting yang tidak dimulai dengan bismillah maka perkara tersebut terputus (dari keberkahan)".

Soal (16) : apa makna bismillahirrahmaanirrahiim ? Dan dan dimana muta'allaq-nya ?
Jawaban : maknanya adalah : aku melakukan sesuatu dengan memulai dengan nama Allah Ar Rahman Ar Rahim, dalam rangka mengharap keberkahan dengan kalimat basmalah ini dan memohon pertolongan atas urusan yang aku tuju.
Dan yang dimaksud dengan nama Allah yaitu setiap nama dari nama-namaNya dan lafazh Allah artinya dzat yang diibadahi dengan kecintaan dan rasa pengagungan, lafazh Ar Rahman adalah Dzat yang memiliki sifat rahmat yang luas, Ar Rahim yaitu Dzat yang menyampaikan rahmatNya kepada makhluk yang Dia kehendaki, maka nama Ar Rahman ditinjau dari sifatNya, dan nama Ar Rahim ditinjau dari perbuatanNya.
Dan muta'allaq* basmalah dibuang, dan yang lebih utama ditaqdirkan berupa fi'il yang diakhirkan yang disesuaikan dengan tujuan seseorang, maka taqdirnya disini adalah : dengan nama Allah Ar Rahman Ar Rahim aku akan menulis.

___
*Muta'allaq adalah fi'il atau yang semakna fi'il yang beramal pada zhorof atau pada jer majrur dan ia menjelaskan makna zharaf atau jer majrur tersebut.
Contohnya : apabila engkau katakan :(جئتُ من البيتِ) maka (مِن البيت) adalah susunan jer majrur, dan kalimat جئتُ menjelaskan makna jer majrur tersebut dalam kalam tersebut, sehingga ucapanmu  (من البيت) dijelaskan oleh fi'il جئتُ dan fi'il tersebut merupakan muta'allaq bagi jer majrur dalam kalam tersebut. Untuk lebih luas bisa dirujuk kepada kitab Mughnil Labib karya Ibnu Hisyam rahimahullah, pen.

http://telegram.me/dinulqoyyim
Foto dari hairurrahim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (10)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (17) : jelaskan makna ucapan penulis : (( segala puji bagi Allah yang dipuji dengan setiap lisan)) hingga ucapannya : ((dan tidak membuatNya sibuk urusan tertentu dari urusan yang lain)).
Jawaban : Al hamd adalah menyebut sesuatu yang dipuji dengan sifat-sifat yang sempurna dan dengan perbuatan-perbuatan yang terpuji disertai kecintaan dan rasa pengagungan. Dan huruf lam pada ucapannya : لله bermakna istihqaq yaitu bahwa pujian yang mutlak lagi sempurna berhak diperuntukkan bagi Allah.
((Yang dipuji dengan setiap lisan dan yang diibadahi di setiap tempat)) yakni Dzat yang dipuji dengan setiap bahasa dan diibadahi di setiap tempat, sehingga Allah tidaklah khusus dipuji dengan bahasa tertentu dan tidaklah Allah khusus diibadahi di tempat tertentu.
Dan makna ucapan penulis : ((yang tidak kosong satu tempatpun dari illmuNya)) yakni bahwasanya ilmu Allah luas dan meliputi semua tempat, dan makna ucapannya : ((tidak tersibukkan bagiNya urusan tertentu dari urusan yang lain)) yakni tidak membuatNya lalai urusan tertentu dari urusan yang lain; dikarenakan sempurnanya kemampuanNya dan meliputi segala sesuatu.

Soal (18) : apa makna ucapan penulis : ((Allah Maha Tinggi dari setiap tandingan, dan tersucikan dari istri dan anak-anak)) ?
Jawaban : fi'il (جل) bermakna besar dan tinggi, dan kalimat (الأشباه) merupakan jamak dari kalimat شبه yang bermakna semisal, dan kalimat (الأنداد) merupakan jamak dari kalimat ند yaitu tandingan, dan makna ucapan penulis adalah bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha besar lagi Maha tinggi dari setiap tandingan, dan makna fi'il (تنزه) yaitu tersucikan dan terjauhkan, dan kalimat (الصاحبة) bermakna istri, dan kalimat (الأولاد) merupakan jamak dari kalimat ولد dan digunakan bermakna anak laki-laki dan anak perempuan, dan sesungguhnya Allah tersucikan dari memiliki istri dan anak dikarenakan kesempurnaan Allah dan kebesaran sifat-sifatNya, Allah Ta'ala berfirman :

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ

"Tidak ada satupun makhluk Allah yang menyerupai dan menandingiNya, tidak pada dzatNya, tidak pada nama-namaNya, tidak pada sifat-sifat-Nya dan tidak pada perbuatan-Nya". (Asy Syura : 11).

فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًا

"...maka janganlah kalian mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah dalam beribadah". (Al Baqarah : 22).

﴿وَأَنَّهُ تَعَالَىٰ جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَلَا وَلَدًا﴾

"Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Rabb kami, Dia tidak beristeri dan tidak beranak". (Al Jin : 3).

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (11)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (19) : apa makna ucapan penulis : ((HukumNya berlaku pada semua hamba-hambaNya)) ? Dan apa dalilnya ?
Jawaban : fi'il (نفذ) yaitu berlaku, hukumNya yaitu ketetapanNya, semua hamba-hambaNya yaitu makhlukNya; berdasarkan firman Allah Ta'ala :

فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ

"(Allah) Maha melakukan apa yang Dia inginkan, tidak ada sesuatupun yang dapat menolak saat Allah menghendakinya". (Hud : 107).
Maka tidak ada kekuatan apapun dan tidak pula banyaknya jumlah yang bisa menghalangi dari kehendak Allah.

Soal (20) : apa makna ucapan penulis : ((akal-akal tidak mampu untuk menyerupakan Allah dengan sesuatu)) hingga ucapannya : ((dan Dia Maha mendengar lagi Maha melihat)).
Jawaban : kalimat (لا تمثله) yaitu akal tidak bisa menjadikan bagiNya sesuatu yang serupa denganNya, kalimat (العقول) merupakan jamak dari kalimat عقل yang bermakna kekuatan batin yang dengannya seseorang bisa memahami sesuatu dengan cara berpikir dan mencermati, kalimat (تتوهمه) yakni hati-hati manusia tidak bisa mengkhayalkan Allah dengan cara menggambarkanNya.
Dan makna dua pernyataan penulis di atas adalah bahwasanya akal-akal manusia tidak mampu mengkhayalkan Allah dengan sesuatu yang serupa denganNya atau dalam bentuk gambaran tertentu; dikarenakan tidak ada satupun makhluk yang menyerupai Allah, dan Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (12)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (21) : apa makna firman Allah :

ليْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

"Tidak ada satupun makhluk Allah yang menyerupai dan menandingiNya, tidak pada dzatNya, tidak pada nama-namaNya, tidak pada sifat-sifat-Nya dan tidak pada perbuatan-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. (Asy Syura : 11).
Dan apa kedudukan huruf kaaf dalam i'rab ? Dan ayat ini membantah kelompok apa ?
Jawaban : maknanya adalah bahwasanya Allah tidak ada satupun dari makhlukNya yang menyerupaiNya, dan bahwa Dia Maha sempurna dalam melihat dan mendengar.
Dan huruf kaaf merupakan huruf zaaidah (tambahan) yang berfungsi menguatkan peniadaan adanya keserupaan. Dan dalam ayat ini terdapat bantahan terhadap dua kelompok dari Ahlul Bida' yaitu kelompok Al Musyabbihah dalam firmanNya :

ليْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ
"Tidak ada satupun makhluk Allah yang menyerupai dan menandingiNya, tidak pada dzatNya, tidak pada nama-namaNya, tidak pada sifat-sifat-Nya dan tidak pada perbuatan-Nya".
Dan bantahan terhadap kaum Mu'aththilah dalam firmanNya :

وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
"...dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat".

Soal (22) : jelaskan makna ucapan penulis :

لهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ ٱلثَّرَىٰ .وَإِن تَجْهَرْ بِٱلْقَوْلِ فَإِنَّهُۥ يَعْلَمُ ٱلسِّرَّ وَأَخْفَى. (سورة طه : ٦-٧).

((Dia memiliki apa yang ada di langit dan di bumi)) hingga ucapannya :((Dia mengetahui rahasia dan perkara yang tersembunyi)).
Jawaban : ((Dia memiliki apa yang ada di langit dan di bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya serta semua yang ada di bawah bumi berupa makhluk-makhluk)) yaitu Allah-lah yang menguasai dan mengatur urusan mereka, tidak ada sekutu bagiNya dalam hal itu.
Kalimat (الثرى) yaitu tanah yang basah (وَإِن تَجْهَرْ بِٱلْقَوْلِ) yakni jika engkau menampakkan suaramu (maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan sesuatu yang tersembunyi).
Kalimat (السر) yaitu sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang agar tidak diceritakan kepada orang lain (yang tidak berwenang mengetahuinya) dan kalimat (أخفى) yaitu apa yang disembunyikan seseorang dalam dirinya, dan dalam ucapan penulis ini mengandung penjelasan bahwa diantara sifat-sifat Allah adalah kekuasaanNya yang umum (mencakup langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dan apa yang ada di bawah tanah) dan ilmuNya yang mencakup segala sesuatu, dan bahwasanya tidak ada sekutu bagiNya dalam kerajaan dan kekuasaanNya.

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (13)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (23) : jelaskan makna ucapan penulis :

أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا وقهر كل مخلوق عزة وحكما، ووسع كل شيء رحمة وعلما، يعلم ما بين أيديهم وما خلفهم، وَلَا يُحِيطُونَ بِهِۦ عِلْمًا

 ((Dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu, dan Allah menguasai semua makhlukNya dengan kekuatan dan keputusanNya, dan rahmat Allah dan ilmuNya meliputi semua makhluk, Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedangkan pengetahuan semua hambaNya tidak bisa meliputiNya)), disertai penjelasan apa yang terkandung pada pernyataan di atas berupa sifat-sifat Allah.
Jawaban : fi'il (أحاط) yakni luas dan mencakup, fi'il (قهر) yakni menguasai, kalimat (حكما) yaitu ketetapanNya. Dan makna ucapan penulis ini adalah bahwasanya Allah menguasai semua makhlukNya dengan kekuatan dan ketetapanNya, Allah mengetahui apa yang ada di hadapan mereka yakni apa yang makhlukNya alami sekarang dan yang akan datang, dan Dia mengetahui apa yang ada di belakang mereka yaitu berupa masa lalu mereka, sedangkan mereka tidak bisa meliputiNya yakni tentang DzatNya dan hakikat sifat-sifatNya yakni ilmu makhluk tidak mampu untuk meliputi tentang dzat Allah dan hakikat sifat-sifatNya; dikarenakan kurangnya ilmu mereka tentang apa yang berhak bagiNya berupa sifat-sifat kesempurnaan dan kebesaranNya.
Dan pada pernyataan penulis ini terkandung penyebutan sifat-sifat Allah yaitu luasnya ilmu dan rahmatNya dan kekuatan kekuasaanNya serta kesempurnaan sifat keagunganNya.

Soal (24) : apa makna ucapan penulis : ((Dzat yang disifati dengan apa yang Dia sifati dirinya dalam kitabNya dan melalui lisan nabiNya)) ?
Jawaban : maknanya adalah bahwa Allah wajib disifati dengan apa yang Dia sifati dirinya dalam Al Quran dan dengan apa yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam dari sifat-sifatNya.

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (14)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (25) : apa saja macam-macam nash-nash (dalil) tentang sifat-sifat Allah ? Dan apa metode manusia dalam menyikapinya ?
Jawaban : nash-nash sifat yang datang dalam Al Quran dan Sunnah terbagi menjadi dua : wadhih (jelas) dan musykil (tersamarkan).
-Maka nash yang jelas adalah nash yang jelas dari segi lafazh dan maknanya, sehingga wajib mengimaninya secara lafazh dan makna, dengan tanpa ditolak dan tanpa ditakwil, dan tanpa ditasybih atau ditamtsil; dikarenakan datang dalam syariat, sehingga wajib mengimaninya dan menerimanya.
Contohnya adalah firman Allah Ta'ala :

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)". (Al Baqarah : 255).
Maka sifat hidup (bagi Allah) diketahui secara lafazh dan maknanya.
-Dan nash yang samar adalah nash yang tersamarkan dari segi maknanya, maka wajib menetapkan lafazhnya; dikarenakan datang dalam syariat dan tawaqquf (bersikap diam) terkait maknanya; dikarenakan nash tersebut masih tersamarkan yang tidak mungkin untuk menghukuminya, sehingga ilmunya dikembalikan kepada Allah dan RasulNya.
Dan sebagian orang memberikan contoh untuknya dengan hadits nuzul (turunnya Allah ke langit dunia); dimana tersamarkan bagi sebagian orang tersebut makna turunnya Allah ke langit dunia.
Dan metode manusia dalam menyikapi nash yang tersamarkan ini ada dua :
1⃣Metode orang-orang yang kokoh keilmuannya dimana mereka mengatakan : "kami beriman dengannya, semuanya dari sisi Rabb kami", dan mereka meninggalkan sikap berdalam-dalam pada perkara yang tidak mungkin mereka menjangkaunya secara menyeluruh; dalam rangka mengagungkan Allah Ta'ala dan dalam rangka beradab terhadap nash-nash syariat, dan sungguh Allah memuji mereka dengan firmanNya :

وَٱلرَّٰسِخُونَ فِى ٱلْعِلْمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا بِهِۦ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰب

"Dan orang-orang yang berilmu tinggi lagi dalam mengatakan : “Kami percaya kepada Al-Qur`ān secara keseluruhan, karena semuanya berasal dari sisi Rabb kami.” (Ali Imran : 7).

2⃣Metode orang-orang yang menyimpang dimana mereka mengikuti nash mutasyabih; dalam rangka mencari fitnah, dan menghalang-halangi manusia dari agama dan dari jalan salaf, dalam keadaan mereka berupaya untuk mentakwil nash yang mutasyabih ini kepada apa yang mereka maukan bukan kepada apa yang dimaukan Allah dan RasulNya, dan merekalah yang dicela Allah dalam firmanNya :

فَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَٰبَهَ مِنْهُ ٱبْتِغَآءَ ٱلْفِتْنَةِ وَٱبْتِغَآءَ تَأْوِيلِهِۦ

"Adapun orang-orang yang hatinya melenceng dari kebenaran, mereka meninggalkan ayat-ayat yang jelas sekali maknanya (muhkam) dan mengambil ayat-ayat yang sulit dimengerti maknanya (mutasyabih) dan multi tafsir. Mereka ingin membangkitkan keragu-raguan dan menyesatkan orang lain dari jalan yang benar. Mereka ingin menafsirkan ayat-ayat tersebut menurut selera mereka yang sejalan dengan mazhab mereka yang sesat". (Ali Imran : 7).

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (15)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (26) : apa makna penolakan dan takwil ? Dan berikan contoh untuk masing-masing dari keduanya.
Jawaban : penolakan yaitu mendustakan nash (dalil) dan mengingkarinya, seperti mengatakan : Allah tidak memiliki tangan baik secara hakiki maupun majaz.
Dan takwil adalah menafsirkan nash-nash menyelisihi apa yang ditafsirkan oleh salafus shalih, seperti mengatakan : Allah memiliki tangan namun yang dimaukan dengannya adalah nikmat atau kekuatan.

Soal (27) : apa hukum penolakan nash dan mentakwil nash ?
Jawaban : penolakan terhadap nash hukumnya kufur; dikarenakan ia adalah sikap mendustakan Allah dan RasulNya.
Adapun takwil maka ada tiga macam :
A- takwil yang muncul dari ijtihad dan bagusnya niat, dimana apabila nampak kebenaran baginya maka ia akan rujuk dari sikap mentakwil tersebut, maka ini dimaafkan dikarenakan inilah yang sesuai dengan kemampuannya, dan sungguh Allah Ta'ala berfirman :

لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ

"Allah tidak membebani suatu jiwa melainkan sesuai dengan kesanggupannya". (Al Baqarah : 286).
B- takwil yang muncul dari hawa nafsu dan sikap ta'ashshub, dan takwil tersebut memiliki sisi pembenaran dalam bahasa Arab, maka ini merupakan kefasikan, bukan kekufuran, kecuali kalau mengandung kekurangan atau aib pada Allah maka dihukumi kufur.
C- takwil yang muncul dari hawa nafsu dan sikap ta'ashshub, dalam keadaan takwil tersebut tidak memiliki sisi pembenaran dalam bahasa Arab maka ia dihukumi kufur; dikarenakan pada hakikatnya adalah sikap mendustakan; dikarenakan tidak ada alasan yang membenarkan baginya.

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (16)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (28) : apa itu tasybih ? Apa hukumnya ? Dan berikan alasan terhadap pernyataanmu.
Jawaban : tasybih adalah menetapkan adanya keserupaan bagi Allah pada hak-hak dan sifat-sifat yang khusus bagiNya, dan ia adalah kekufuran; dikarenakan termasuk kesyirikan terhadap Allah, dan mengandung perendahan terhadap hak Allah; dimana Allah diserupakan dengan makhluk yang memiliki kekurangan.

Soal (29) : apa itu tamtsil ? Apa hukumnya ? Dan berikan alasan serta sebutkan perbedaan antara tamtsil dan tasybih.
Jawaban : tamtsil adalah menetapkan sesuatu yang serupa bagi Allah pada perkara-perkara yang menjadi kekhususan bagi Allah berupa hak-hak dan sifat-sifatNya, dan ia merupakan kekufuran; dikarenakan termasuk kesyirikan kepada Allah, dan mengandung sikap merendahkan dzatNya serta mengandung sikap mendustakan firman Allah Ta'ala :

ليْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

"Tidak ada satupun makhluk Allah yang menyerupai dan menandingiNya, tidak pada dzatNya, tidak pada nama-namaNya, tidak pada sifat-sifat-Nya dan tidak pada perbuatan-Nya".
Dan perbedaan antara tamtsil dan tasybih adalah bahwasanya tamtsil mengharuskan persamaan atau keserupaan dari segala sisi berbeda halnya dengan tasybih (yang mengandung persamaan pada sebagian sisi)*.

__
*Oleh karena inilah menafikan tasybih secara mutlak antara sifat-sifat Allah dan sifat-sifat makhlukNya tidaklah benar, maka ilmu sebagai contohnya, manusia memiliki ilmu dan Allah Ta'ala memiliki ilmu, sehingga keduanya berserikat (memiliki keserupaan) pada asal makna, namun berbeda antara dua ilmu tersebut dimana ilmu Allah sempurna tidak didahului dengan ketidaktahuan dan tidak pula disertai dengan kelupaan berbeda halnya dengan ilmu makhluk yang terbatas, pent.

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (17)

Soal (30) : sebutkan faedah yang terkandung dalam ucapan Al Imam Ahmad tentang hadits nuzul (turunnya Allah ke langit dunia di sepertiga malam terakhir, pent) dan yang semisalnya.
Jawaban : ucapan beliau mengandung beberapa faedah :
1- Wajibnya beriman dan membenarkan apa yang datang dari Rasulullah shallallahu alaihi wasalam berupa hadits-hadits tentang sifat-sifat Allah dengan tanpa penambahan dan pengurangan dan tanpa pembatasan.
2- Makna ucapan beliau : "tanpa kaifiyyah dan tanpa makna (yang rusak)" yakni kita tidak mentakyif sifat-sifat tersebut (yakni meyakini bahwa sifat Allah memiliki hakikat demikian dan demikian atau menanyakan hakekat sifat-sifat Allah, pen); dikarenakan hal itu tidak mungkin sebagaimana yang telah lewat, dan kita tidak menetapkan bagi sifat-sifat (Allah) tersebut makna yang menyelisihi zhahirnya sebagaimana yang dilakukan oleh ahlut takwil.
Adapun makna yang benar yang sesuai dengan apa yang ditafsirkan oleh salaf maka hal itu ditetapkan dan tidak dinafikan.
3- Beriman terhadap Al Qur'an semuanya baik yang muhkam maupun mutasyabih, maka ayat yang muhkam adalah ayat yang jelas maknanya, dan ayat yang mutasyabih adalah ayat yang tersamarkan maknanya.
4- Bahwasanya kita tidak meniadakan satu sifat dari sifat-sifat Allah dikarenakan adanya celaan (yang dilakukan oleh kaum Mu'aththilah terhadap Ahlus Sunnah dengan menggelari Ahlussunah sebagai Mujassimah dan semisal itu, pent), namun kita tetapkan apa yang Allah tetapkan bagi diriNya dan kita bersabar atas gangguan yang ada.
5- Bahwasanya kita tidak mengetahui hakikat sifat-sifat Allah; dikarenakan Allah Ta'ala berfirman :

وَلَا يُحِيطُونَ بِهِۦ عِلْمًا

"...Dan mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya". (Thaha : 110).

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (18)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (31) : sebutkan ucapan Al Imam Asy Syafi'i rahimahullah dan jelaskan maknanya serta kepada kelompok apa ucapan beliau dijadikan sebagai bantahan ?
Jawaban : Al Imam Asy Syafi'i berkata : ((aku beriman kepada Allah, dan kepada apa yang datang dari Allah sesuai dengan apa yang dimaukan Allah)) yakni aku membenarkan Allah, dan kitabNya yang datang dariNya sesuai dengan yang diinginkan olehNya dengan tanpa takwil, dan tanpa penambahan dan pengurangan, ((dan aku beriman kepada Rasulullah dan kepada apa yang datang dari Rasulullah sesuai dengan yang dimaukan oleh Rasulullah)) yakni aku membenarkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan sunnah beliau yang datang darinya sesuai yang beliau inginkan, dengan tanpa tambahan dan pengurangan dan tanpa takwil.
Dan ucapan ini merupakan bantahan terhadap ahlut takwil dan ahlut tamtsil; dikarenakan mereka tidak beriman terhadap apa yang datang dari Allah dan RasulNya sesuai dengan yang diinginkan oleh Allah dan RasulNya; dikarenakan ahlut takwil mereka mengurangi apa yang datang dari Allah dan RasulNya, sedangkan ahlut tamtsil mereka menambahkan terhadap apa yang datang dari Allah dan RasulNya.

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (19)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (32) : sebutkan apa yang disepakati oleh salaf terkait apa yang datang dalam Al Quran dan Sunnah berupa sifat-sifat Allah.
Jawaban : salaf telah bersepakat untuk menetapkan apa yang datang berupa sifat-sifat Allah dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dengan tanpa mentakwil ataupun melakukan tamtsil terhadapnya.

Soal (33) : apakah wajib bagi kita mengikuti salaf dalam hal itu ? Apa dalilnya ?
Jawaban : ya, wajib bagi kita untuk mengikuti mereka dalam hal itu; berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

 عَلَيكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ المّهْدِيِّينَ من بعدي عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فإنَّ كلّ مُحدثةٍ بدعة، وكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ.

"Wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk sepeninggalku, gigitlah sunnah tersebut dengan gigi-gigi geraham kalian, dan berhati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan (dalam agama); karena setiap bid'ah adalah sesat".

Soal (34) : apa itu Sunnah dan bid'ah ?
Jawaban : Sunnah secara bahasa Arab bermakna metode atau cara, dan secara istilah adalah apa yang berada di atasnya Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para shahabatnya berupa keyakinan dan amalan.
Bid'ah secara bahasa Arab adalah sesuatu yang diada-adakan, dan secara istilah adalah sesuatu yang diada-adakan dalam agama yang menyelisihi apa yang dipegangi oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para shahabatnya berupa aqidah dan amalan.

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (20)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (35) : sebutkan hukum mengikuti Sunnah dan bid'ah beserta dalilnya.
Jawaban : mengikuti Sunnah hukumnya wajib; berdasarkan firman Allah Ta'ala :

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ الآخر

"Sungguh telah ada bagi kalian (wahai orang-orang yang beriman) pada perkataan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, perbuatannya dan keadaannya suri tauladan yang baik bagi kalian untuk kalian teladani, maka ikutilah sunnahnya, karena Sunnahnya diikuti dan dijalani oleh orang-orang yang berharap kepada Allah dan kehidupan akhirat". (Al Ahzab : 21).
Dan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

عَلَيكُمْ بِسُنَّتِيْ .....
"Wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku....."
Dan mengikuti bid'ah hukumnya haram; berdasarkan firman Allah Ta'ala :

وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا

"Dan barangsiapa menyelisihi Rasul setelah tampak jelas baginya sebuah kebenaran, dan dia menempuh jalan selain jalan kaum Mukminin dan apa yang ada pada diri mereka berupa kebenaran, kami akan biarkan dia menuju arah manapun yang akan dia tuju, maka kami tidak memberinya taufik menuju kebaikan dan kami akan memasukkannya kedalam Neraka jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (An Nisaa' : 115).
Dan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ

"Dan jauhilah perkara yang diada-adakan (dalam agama)...".

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (21)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (36) : sebutkan atsar-atsar yang datang tentang anjuran untuk mengikuti Sunnah dan peringatan dari bahaya kebid'ahan.
Jawaban : diantara atsar-atsar yang datang tentang hal itu :
1⃣Ucapan Ibnu Mas'ud radhiallahu anhu : ((ikutilah)) yakni tetapilah sunnah-sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan tanpa penambahan dan tanpa pengurangan ((dan janganlah kalian berbuat kebid'ahan)) yakni janganlah kalian mengada-ngadakan kebid'ahan dalam agama ((maka sungguh kalian telah dicukupi)) yakni Allah telah mencukupi kalian terkait agama kalian; dimana Allah telah menyempurnakan agama kalian dengan apa yang Allah wahyukan kepada NabiNya, dan berjalan di atasnya Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para shahabatnya, sehingga tidak butuh setelah itu kepada mengada-ngadakan sesuatu yang baru dalam agama.
2⃣Ucapan Amirul Mukminin Umar bin Abdil Aziz dengan ucapan yang panjang yang akan kita sebutkan kesimpulannya sebagai berikut :
A- Wajibnya berhenti dimana mereka berhenti yakni para Nabi dan para shahabatnya pada apa yang mereka pegangi dari agama baik dari segi akidah dan amalan; dikarenakan mereka berhenti di atas ilmu, seandainya pada apa yang terjadi sepeninggal mereka ada kebaikan niscaya mereka lebih semangat untuk melakukannya.
B- Sesungguhnya apa yang terjadi sepeninggal mereka (berupa kebid'ahan, pent) tidaklah melainkan mengandung penyelisihan terhadap petunjuk mereka, dan sikap zuhud pada Sunnah mereka, dan kalau tidak maka sungguh mereka telah menjelaskan agama ini dengan penjelasan yang menyembuhkan dan berbicara tentangnya dengan penjelasan yang mencukupi.
C- Bahwasanya diantara manusia ada yang kurang dalam mengikuti mereka, dan diantara manusia ada yang melampaui mereka sehingga menjadi orang yang berlebih-lebihan dalam beragama, dan jalan yang lurus diantara sikap ghuluw dan sikap kurang dalam mengikuti mereka.
3⃣Dan diantara atsar adalah ucapan Al Imam Al Auza'i : ((wajib bagi kalian memegangi atsar-atsar orang yang terdahulu)) yakni tetapilah jalan orang-orang terdahulu dari kalangan para shahabat dan tabi'in; dikarenakan ia dibangun di atas Al Quran dan Sunnah ((walaupun manusia menolakmu)) yakni mereka menjauhimu yakni janganlah engkau meninggalkan atsar salaf ((dan waspadalah dari pendapat-pendapat manusia)) yaitu pendapat-pendapat yang dibangun di atas ra'yu (pemikiran semata) tanpa bersandar kepada kitabullah dan sunnah RasulNya shallallahu alaihi wasallam ((walaupun mereka menghias-hiasinya)) yakni memperbagus pendapat mereka dengan ucapan yang fasih dan penjelasan yang mendalam maka janganlah engkau mengambilnya; dikarenakan kebatilah tidaklah menjadi kebenaran dengan sebab upaya menghias-hiasinya.

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (22)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (37) : sebutkan dialog yang terjadi antara seorang ahli bid'ah dan antara Muhammad bin Abdirrahman Al Adzrami.
Jawaban : dialognya sebagai berikut :
Al Adzrami berkata : apakah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Abu Bakr, Umar, Utsman dan Ali mengetahui kebid'ahan ini ataukah mereka tidak mengetahuinya ?
Ahli bid'ah tersebut menjawab : "mereka tidak mengetahuinya", dan penafian dari orang ini mengandung sikap perendahan terhadap Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para khulafa' sepeninggal beliau; oleh karena inilah Al Adzrami berkata kepadanya : sesuatu yang tidak diketahui oleh mereka ternyata engkau mengetahuinya ?! Yakni bagaimana Nabi shallallahu alaihi wasallam dan para khulafa' beliau tidak mengetahuinya sedangkan engkau mengetahuinya ?! Apakah mungkin engkau lebih mengetahui daripada mereka tentang perkara ini ?!
Maka ahli bid'ah tersebut berkata : "aku berkata bahwa mereka mengetahuinya", ini merupakan sikap rujuk dari ucapannya yang pertama, maka Al Adzrami berkata kepadanya : apakah memungkinkan bagi mereka untuk tidak berbicara tentangnya dan tidak mengajak manusia kepadanya ataukah tidak memungkinkan bagi mereka ? Yakni apakah memungkinkan bagi mereka untuk diam terkait apa yang mereka ketahui tentang syariat dan mereka tidak mau mengajak manusia untuk melakukannya ?
Maka ahli bid'ah tersebut menjawab : bahkan memungkinkan bagi mereka.
Maka Al Adzrami berkata : sesuatu yang Rasulullah dan para khulafa' beliau diam tentangnya lantas engkau bisa berbicara tentangnya ?! Yakni jika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para khulafa' beliau tidak berbicara tentang hal itu maka yang wajib adalah hendaknya engkau semisal mereka sehingga jangan engkau berbicara tentangnya.
Maka terdiamlah seorang ahli bid'ah tersebut yakni tidak mampu menjawab; dikarenakan tertutup pintu jawaban atasnya.
Dan ada salah seorang Khalifah pada masa itu hadir pada saat terjadinya dialog ini maka ia berkata : "semoga Allah tidak melapangkan terhadap orang yang tidak mau diam pada apa yang mana mereka (Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para shahabatnya) diam pada perkara tersebut".

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (23)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah

Soal (38) : sebutkan dalil yang menunjukkan penetapan wajah bagi Allah, apakah ia ditetapkan secara hakiki ? Dan apa penafsiran ahlut takwil tentangnya ? Dan bagaimana kita membantah mereka ?
Jawaban : dalilnya adalah firman Allah Ta'ala :

وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو ٱلْجَلَٰلِ وَٱلْإِكْرَامِ

"Dan wajah Rabbmu -wahai Rasul- yang mempunyai kebesaran, dan kemuliaan terhadap hamba-hamba-Nya tetap kekal, tidak tersentuh oleh kefanaan selamanya" (Ar Rahman : 27).
Dan ia merupakan wajah yang hakiki yang layak bagi Allah, dan tidak menyerupai wajah-wajah makhlukNya, dan ahlut takwil menafsirkannya dengan balasan (pahala), dan kita membantah mereka dengan (tiga bantahan) :
1-Penafsiran mereka menyelisihi zhahir nash (dalil) dan menyelisihi kesepakatan salaf.
2-Tidak ada dalil atas penafsiran tersebut.
3-Bahwasanya balasan (pahala) tidak mungkin disifati dengan kebesaran dan kemuliaan (sebagaimana dalam ayat di atas, pent).

Soal (39) : sebutkan dalil tentang penetapan tangan bagi Allah, apakah ia ditetapkan secara hakiki ? Dan apa penafsiran ahlut takwil ? Dan bagaimana kita membantah mereka ?
Jawaban : dalilnya adalah firman Allah Ta'ala :

بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ
"...justru kedua tanganNYa terbentang". (Al Maidah : 64).
Dan kedua tangan Allah tersebut ditetapkan secara hakiki yang layak bagi kemuliaan Allah, dan ahlut takwil menafsirkannya dengan kekuatan atau kenikmatan.
Dan kita bantah mereka (dengan tiga bantahan) :
1-Bahwasanya penafsiran mereka menyelisihi zhahir lafazh nash dan menyelisihi kesepakatan salaf.
2-Tidak ada dalil atasnya.
3-Dan bahwasanya bentuk tatsniyyah (dua tangan) menghalangi untuk ditafsirkan dengan kekuatan atau kenikmatan (dikarenakan tidak mungkin membatasi nikmat Allah atau kekuatan Allah pada dua nikmat saja atau dua kekuatan saja, pent).

http://telegram.me/dinulqoyyim
🏷SILSILAH PENJELASAN KITAB LUM'ATUL I'TIQAD DENGAN METODE TANYA-JAWAB (24)

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Soal (40) : sebutkan dalil yang menunjukkan penetapan jiwa (dzat) bagi Allah, apakah ia ditetapkan secara hakiki ? Apa penafsiran ahlut takwil tentangnya ? Dan dengan apa kita membantah mereka ?
Jawaban : dalilnya adalah firman Allah Ta'ala tentang Isa alaihissalam :

تَعْلَمُ مَا فِى نَفْسِى وَلَآ أَعْلَمُ مَا فِى نَفْسِكَ

"... Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri-Mu". (Al Maidah : 116).
Dan jiwa Allah adalah dzatNya, dan ahlut takwil mengingkarinya dan mereka mengatakan : tidak benar penetapan adanya jiwa bagi Allah, dan kita membantah mereka dengan kita katakan bahwa ia ditetapkan dalam Al Quran dan Sunnah.

Soal (41) : sebutkan dalil tentang datangnya Allah (pada hari kiamat), apakah kedatangan Allah itu secara hakiki ? Dan apa penafsiran ahlut takwil tentangnya ? Dan bagaimana kita membantah mereka ?
Jawaban : dalilnya adalah firman Allah Ta'ala :

وَجَآءَ رَبُّكَ

"Lalu Rabbmu -wahai Rasul- datang untuk memvonis perkara di antara hamba-hamba-Nya.."(Al Fajr : 22).
Dan firmanNya :

هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن يَأْتِيَهُمُ ٱللَّهُ فِى ظُلَلٍ مِّنَ ٱلْغَمَامِ

"Tidaklah mereka menunggu kecuali Allah datang kepada mereka dengan kedatangan yang sesuai dengan keagungan Nya dalam naungan awan pada hari kiamat, untuk memutus ketetapan antara mereka dengan keputusan yang adil". (Al Baqarah : 210)
Dan ia merupakan kedatangan yang hakiki sesuai dengan yang layak bagi (keagungan) Allah Subhanah.
Dan ahlut takwil menafsirkannya dengan kedatangan keputusanNya, dan kita membantah mereka (dengan dua bantahan) :
1- Bahwasanya penafsiran tersebut menyelisihi zhahir nash (dalil) dan menyelisihi kesepakatan salaf.
2-Tidak ada dalil atas penafsiran tersebut.

http://telegram.me/dinulqoyyim