05. Lanjutan Tafsir Surat An Nisa : 36
‼🔥 TARHIB (ANCAMAN)
Di samping janji-janji, syariat juga melengkapi perintah untuk bersilaturahim dengan ancaman-ancaman keras bagi yang memutuskannya.
⏬⚠ Di antara ancaman-ancaman tersebut adalah:
1⃣. LAKNAT ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA DAN TEMPAT KEMBALI YANG BURUK (NERAKA) BAGI YANG MEMUTUS TALI SILATURAHIM.
▫ Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan dalam surat Ar-Ra’d ayat 25:
وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
📖 “Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).”
📁 Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam hadits dari Abu Muhammad Jubair bin Muth’im radhiyallahu 'anhu, bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ. قَالَ سُفْيَانُ فِي رِوَايَتِهِ: يَعْنِي قَاطِعَ رَحِمٍ
📚 “Tidak akan masuk surga, orang yang memutuskan.”
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah mengatakan dalam riwayatnya: “Maksudnya, orang yang memutuskan tali silaturahim.”
(HR. Al-Bukhari 10/347 dan Muslim no. 2556)
⬇⬇⬇
2⃣. DIJADIKAN BUTA DAN TULI.
▫ Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
📖 “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan silaturahim kalian? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”
(Muhammad: 22-23)
📍❗️ Ayat ini merupakan ancaman bagi orang yang memutuskan tali silaturahim, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ خَلَقَ الْخَلْقَ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مِنْهُمْ قَامَتِ الرَّحِمُ فَقَالَتْ: هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنَ الْقَطِيْعَةِ. قاَلَ: نَعَمْ، أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ؟ قَالَتْ: بَلىَ. قَالَ: فَذَلِكِ لَكِ. ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اقْرَؤُوا إِنْ شِئْتُمْ: فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
📚 “Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk. Setelah selesai dari mereka, berdirilah Ar-Rahim (rahim) dan mengatakan: ‘Inilah kedudukan (makhluk) yang minta perlindungan kepada-Mu dari diputus hubungan.’ Allah mengatakan: ‘Ya. Tidakkah engkau puas (bahwa) Aku akan menyambung siapa yang menyambungmu, dan memutus siapa yang memutusmu?’ Ar-Rahim mengatakan: ‘Ya.’ Allah menyatakan: ‘Itu bagimu’.”
📡 Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
📢 “Bacalah bila kalian mau:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
📖 “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan silaturahim kalian? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”
(Muhammad: 22-23)
📚 [HR. Al-Bukhari 10/349, 13/392 dan Muslim no. 2554]
3⃣. ORANG YANG MEMUTUSKAN TALI SILATURAHIM SEGERA MENDAPATKAN AZAB DI DUNIA DAN AKHIRAT.
✍ Dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu, dia mengatakan: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِثْلُ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ
📚 “Tidak ada dosa yang pantas untuk disegerakan hukumannya oleh Allah bagi p
‼🔥 TARHIB (ANCAMAN)
Di samping janji-janji, syariat juga melengkapi perintah untuk bersilaturahim dengan ancaman-ancaman keras bagi yang memutuskannya.
⏬⚠ Di antara ancaman-ancaman tersebut adalah:
1⃣. LAKNAT ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA DAN TEMPAT KEMBALI YANG BURUK (NERAKA) BAGI YANG MEMUTUS TALI SILATURAHIM.
▫ Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan dalam surat Ar-Ra’d ayat 25:
وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
📖 “Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).”
📁 Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam hadits dari Abu Muhammad Jubair bin Muth’im radhiyallahu 'anhu, bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ. قَالَ سُفْيَانُ فِي رِوَايَتِهِ: يَعْنِي قَاطِعَ رَحِمٍ
📚 “Tidak akan masuk surga, orang yang memutuskan.”
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah mengatakan dalam riwayatnya: “Maksudnya, orang yang memutuskan tali silaturahim.”
(HR. Al-Bukhari 10/347 dan Muslim no. 2556)
⬇⬇⬇
2⃣. DIJADIKAN BUTA DAN TULI.
▫ Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
📖 “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan silaturahim kalian? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”
(Muhammad: 22-23)
📍❗️ Ayat ini merupakan ancaman bagi orang yang memutuskan tali silaturahim, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ خَلَقَ الْخَلْقَ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مِنْهُمْ قَامَتِ الرَّحِمُ فَقَالَتْ: هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنَ الْقَطِيْعَةِ. قاَلَ: نَعَمْ، أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ؟ قَالَتْ: بَلىَ. قَالَ: فَذَلِكِ لَكِ. ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اقْرَؤُوا إِنْ شِئْتُمْ: فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
📚 “Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk. Setelah selesai dari mereka, berdirilah Ar-Rahim (rahim) dan mengatakan: ‘Inilah kedudukan (makhluk) yang minta perlindungan kepada-Mu dari diputus hubungan.’ Allah mengatakan: ‘Ya. Tidakkah engkau puas (bahwa) Aku akan menyambung siapa yang menyambungmu, dan memutus siapa yang memutusmu?’ Ar-Rahim mengatakan: ‘Ya.’ Allah menyatakan: ‘Itu bagimu’.”
📡 Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
📢 “Bacalah bila kalian mau:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
📖 “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan silaturahim kalian? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”
(Muhammad: 22-23)
📚 [HR. Al-Bukhari 10/349, 13/392 dan Muslim no. 2554]
3⃣. ORANG YANG MEMUTUSKAN TALI SILATURAHIM SEGERA MENDAPATKAN AZAB DI DUNIA DAN AKHIRAT.
✍ Dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu, dia mengatakan: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِثْلُ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ
📚 “Tidak ada dosa yang pantas untuk disegerakan hukumannya oleh Allah bagi p
elakunya di dunia bersamaan dengan (hukuman) yang disimpan untuknya di akhirat, daripada kezaliman dan pemutusan silaturahim.”
(HR. Ahmad, 5/36, Abu Dawud, Kitabul Adab (43) no. 4901, dan ini lafadz beliau, At-Tirmidzi dalam Shifatul Qiyamah no. 1513, dan beliau mengatakan hadits ini shahih, Ibnu Majah dalam Kitab Az-Zuhd bab Al-Baghi, no. 4211)
https://t.me/mutiarasalafyindonesia
🌐 – Majalah Islam Asy-Syariah
https://asysyariah.com/silahturahim-keindahan-akhlak-islam/
Turut Publikasi:
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
•┈┈•┈┈•⊰✿❁Ⓜ️✿✿Ⓜ️❁✿⊱•┈┈•┈┈•
(HR. Ahmad, 5/36, Abu Dawud, Kitabul Adab (43) no. 4901, dan ini lafadz beliau, At-Tirmidzi dalam Shifatul Qiyamah no. 1513, dan beliau mengatakan hadits ini shahih, Ibnu Majah dalam Kitab Az-Zuhd bab Al-Baghi, no. 4211)
https://t.me/mutiarasalafyindonesia
🌐 – Majalah Islam Asy-Syariah
https://asysyariah.com/silahturahim-keindahan-akhlak-islam/
Turut Publikasi:
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
•┈┈•┈┈•⊰✿❁Ⓜ️✿✿Ⓜ️❁✿⊱•┈┈•┈┈•
Telegram
MUTIARA SALAFY INDONESIA
Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari Ilmu(al Qur'an dan Hadits/as-Sunnah), maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga”
(HR.Muslim no 2699)
(HR.Muslim no 2699)
06. Lanjutan Tafsir Surat An Nisa : 36
🔗🏡🌴 MENYAMBUNG SILATURAHIM BUKAN SEKADAR MEMBALAS
Banyak orang yang mengakrabi saudaranya setelah saudaranya mengakrabinya. Mengunjungi saudaranya setelah saudaranya mengunjunginya. Memberikan hadiah setelah ia diberi hadiah, dan seterusnya. Dia hanya membalas kebaikan saudaranya. Sedangkan kepada saudara yang tidak mengunjunginya –misalnya– tidak mau dia berkunjung.
Ini belum dikatakan menyambung tali silaturahim yang sebenarnya.
👉 Yang disebut menyambung tali silaturahim sebenarnya adalah orang yang menyambung kembali terhadap orang yang telah memutuskan hubungan kekerabatannya.
🖊📁 Hal ini dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu anhuma, dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنَّ الْوَاصِلَ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
📚 “Bukanlah penyambung adalah orang yang hanya membalas. Tetapi penyambung adalah orang yang apabila diputus rahimnya, dia menyambungnya.”
{HR. Al-Bukhari, Kitabul Adab bab (15) Laisal Washil bil Mukafi, no. 5991}
✍ Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan:
📃 “Peniadaan sambungan tidak pasti menunjukkan adanya pemutusan. Karena mereka ada tiga tingkatan:
(1) orang yang menyambung,
(2) orang yang membalas, dan
(3) orang yang memutuskan.
Orang yang menyambung adalah orang yang melakukan hal yang lebih dan tidak diungguli oleh orang lain.
Orang yang membalas adalah orang yang tidak menambahi pemberian lebih dari apa yang dia dapatkan.
Sedangkan orang yang memutuskan adalah orang yang diberi dan tidak memberi.
Sebagaimana terjadi pembalasan dari kedua pihak, maka siapa yang mengawali berarti dialah yang menyambung. Jikalau ia dibalas, maka orang yang membalas dinamakan mukafi` (pembalas). Wallahu a’lam.”
(Fathul Bari, 10/427, cet. Dar Rayyan)
Orang yang terus berbuat baik kepada kerabat mereka meskipun mereka berbuat jelek kepadanya, tidak akan rugi sedikit pun. Bahkan akan selalu ditolong oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Justru kerabat yang tidak mau membalas kebaikan itulah yang mendapat dosa yang besar akibat perbuatan mereka.
📁 Seperti dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu: Ada seseorang berkata kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُونِي وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إِلَيَّ وَأَحْلِمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ. فَقَالَ: لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ وَلاَ يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيٌر عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ
📚 “Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat dan aku sambung mereka, tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik kepada mereka tetapi mereka berbuat jelek terhadapku. Aku bersabar terhadap mereka, tetapi mereka selalu berbuat jahil kepadaku.”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
📚 “Jika engkau seperti yang engkau katakan, maka seolah-olah engkau melemparkan abu panas ke wajah mereka dan pertolongan Allah tetap bersamamu menghadapi mereka selama engkau seperti itu.”
(HR. Muslim, Kitabul Birr wash-Shilah, bab Silaturahim wa tahrimu qathi’atiha, no. 6472)
https://t.me/mutiarasalafyindonesia
🌐 – Majalah Islam Asy-Syariah
https://asysyariah.com/silahturahim-keindahan-akhlak-islam/
Turut Publikasi:
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
•┈┈•┈┈•⊰✿❁Ⓜ️✿✿Ⓜ️❁✿⊱•┈┈•┈┈•
🔗🏡🌴 MENYAMBUNG SILATURAHIM BUKAN SEKADAR MEMBALAS
Banyak orang yang mengakrabi saudaranya setelah saudaranya mengakrabinya. Mengunjungi saudaranya setelah saudaranya mengunjunginya. Memberikan hadiah setelah ia diberi hadiah, dan seterusnya. Dia hanya membalas kebaikan saudaranya. Sedangkan kepada saudara yang tidak mengunjunginya –misalnya– tidak mau dia berkunjung.
Ini belum dikatakan menyambung tali silaturahim yang sebenarnya.
👉 Yang disebut menyambung tali silaturahim sebenarnya adalah orang yang menyambung kembali terhadap orang yang telah memutuskan hubungan kekerabatannya.
🖊📁 Hal ini dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu anhuma, dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنَّ الْوَاصِلَ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
📚 “Bukanlah penyambung adalah orang yang hanya membalas. Tetapi penyambung adalah orang yang apabila diputus rahimnya, dia menyambungnya.”
{HR. Al-Bukhari, Kitabul Adab bab (15) Laisal Washil bil Mukafi, no. 5991}
✍ Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan:
📃 “Peniadaan sambungan tidak pasti menunjukkan adanya pemutusan. Karena mereka ada tiga tingkatan:
(1) orang yang menyambung,
(2) orang yang membalas, dan
(3) orang yang memutuskan.
Orang yang menyambung adalah orang yang melakukan hal yang lebih dan tidak diungguli oleh orang lain.
Orang yang membalas adalah orang yang tidak menambahi pemberian lebih dari apa yang dia dapatkan.
Sedangkan orang yang memutuskan adalah orang yang diberi dan tidak memberi.
Sebagaimana terjadi pembalasan dari kedua pihak, maka siapa yang mengawali berarti dialah yang menyambung. Jikalau ia dibalas, maka orang yang membalas dinamakan mukafi` (pembalas). Wallahu a’lam.”
(Fathul Bari, 10/427, cet. Dar Rayyan)
Orang yang terus berbuat baik kepada kerabat mereka meskipun mereka berbuat jelek kepadanya, tidak akan rugi sedikit pun. Bahkan akan selalu ditolong oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Justru kerabat yang tidak mau membalas kebaikan itulah yang mendapat dosa yang besar akibat perbuatan mereka.
📁 Seperti dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu: Ada seseorang berkata kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُونِي وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إِلَيَّ وَأَحْلِمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ. فَقَالَ: لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ وَلاَ يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيٌر عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ
📚 “Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat dan aku sambung mereka, tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik kepada mereka tetapi mereka berbuat jelek terhadapku. Aku bersabar terhadap mereka, tetapi mereka selalu berbuat jahil kepadaku.”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
📚 “Jika engkau seperti yang engkau katakan, maka seolah-olah engkau melemparkan abu panas ke wajah mereka dan pertolongan Allah tetap bersamamu menghadapi mereka selama engkau seperti itu.”
(HR. Muslim, Kitabul Birr wash-Shilah, bab Silaturahim wa tahrimu qathi’atiha, no. 6472)
https://t.me/mutiarasalafyindonesia
🌐 – Majalah Islam Asy-Syariah
https://asysyariah.com/silahturahim-keindahan-akhlak-islam/
Turut Publikasi:
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
•┈┈•┈┈•⊰✿❁Ⓜ️✿✿Ⓜ️❁✿⊱•┈┈•┈┈•
Telegram
MUTIARA SALAFY INDONESIA
Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari Ilmu(al Qur'an dan Hadits/as-Sunnah), maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga”
(HR.Muslim no 2699)
(HR.Muslim no 2699)
07. Lanjutan Tafsir Surat An Nisa : 36
🍃🏡 SILATURAHIM KEPADA KERABAT NON MUSLIM
▫ Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
لَا يَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
📖 “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
(Al-Mumtahanah: 8)
✍ ‘Allamatul Qashim Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menjelaskan:
📙 “Artinya, Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak melarang kalian dari kebaikan, silaturahim, dan membalas kebaikan serta berlaku adil terhadap kerabat kalian dari kalangan kaum musyrikin atau yang lain. Hal ini bila mereka tidak mengobarkan peperangan dalam agama terhadap kalian, tidak mengusir kalian dari rumah-rumah kalian. Maka tidak mengapa kalian berhubungan baik dengan mereka dalam keadaan seperti ini, tidak ada kekhawatiran dan kerusakan padanya.”
✍ Abul Fida Ismail bin Katsir rahimahullah menafsirkan ayat ini dengan membawakan hadits dari Asma bintu Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhuma, dia mengatakan:
قَدِمَتْ أُمِّي وَهِيَ مُشْرِكَةٌ فِي عَهْدِ قُرَيْشٍ …. فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ أُمِّي قَدِمَتْ وَهِيَ رَاغِبَةٌ، أَفَأَصِلُهَا؟ قَالَ: نَعَمْ، صِلِي أُمَّكِ
📚 “Ibuku datang dalam keadaan masih musyrik, di waktu perjanjian damai yang disepakati orang Quraisy. Maka aku datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya: ‘Wahai Rasulullah, ibuku datang dan ia ingin berbuat baik. Bolehkah aku berbuat baik kepadanya?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ‘Ya, berbuat baiklah kepada ibumu’.”
(HR. Ahmad 6/344, Al-Bukhari, Kitabul Adab bab (7) no. 5978 dan 5979, Muslim Kitabuz Zakat (50) no. 2322)
▫ Jadi jelaslah bahwa berbuat baik kepada kerabat adalah suatu hal yang disyariatkan, meskipun dia non-muslim. Dengan syarat, dia bukan orang yang memerangi agama kita, dan tentunya tidak ada loyalitas dalam hati kita terhadap agamanya. Justru kita harapkan dengan sikap dan perilaku kita yang baik kepada orang semacam ini, menjadi sebab datangnya hidayah dalam hati kerabat kita tersebut, sehingga ia masuk Islam dan meninggalkan kekafirannya.
Wallahul hadi ila sawa`is sabil.
Selesai
https://t.me/mutiarasalafyindonesia
🌐 – Majalah Islam Asy-Syariah
https://asysyariah.com/silahturahim-keindahan-akhlak-islam/
Turut Publikasi:
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
•┈┈•┈┈•⊰✿❁Ⓜ️✿✿Ⓜ️❁✿⊱•┈┈•┈┈•
🍃🏡 SILATURAHIM KEPADA KERABAT NON MUSLIM
▫ Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
لَا يَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
📖 “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
(Al-Mumtahanah: 8)
✍ ‘Allamatul Qashim Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menjelaskan:
📙 “Artinya, Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak melarang kalian dari kebaikan, silaturahim, dan membalas kebaikan serta berlaku adil terhadap kerabat kalian dari kalangan kaum musyrikin atau yang lain. Hal ini bila mereka tidak mengobarkan peperangan dalam agama terhadap kalian, tidak mengusir kalian dari rumah-rumah kalian. Maka tidak mengapa kalian berhubungan baik dengan mereka dalam keadaan seperti ini, tidak ada kekhawatiran dan kerusakan padanya.”
✍ Abul Fida Ismail bin Katsir rahimahullah menafsirkan ayat ini dengan membawakan hadits dari Asma bintu Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhuma, dia mengatakan:
قَدِمَتْ أُمِّي وَهِيَ مُشْرِكَةٌ فِي عَهْدِ قُرَيْشٍ …. فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ أُمِّي قَدِمَتْ وَهِيَ رَاغِبَةٌ، أَفَأَصِلُهَا؟ قَالَ: نَعَمْ، صِلِي أُمَّكِ
📚 “Ibuku datang dalam keadaan masih musyrik, di waktu perjanjian damai yang disepakati orang Quraisy. Maka aku datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya: ‘Wahai Rasulullah, ibuku datang dan ia ingin berbuat baik. Bolehkah aku berbuat baik kepadanya?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ‘Ya, berbuat baiklah kepada ibumu’.”
(HR. Ahmad 6/344, Al-Bukhari, Kitabul Adab bab (7) no. 5978 dan 5979, Muslim Kitabuz Zakat (50) no. 2322)
▫ Jadi jelaslah bahwa berbuat baik kepada kerabat adalah suatu hal yang disyariatkan, meskipun dia non-muslim. Dengan syarat, dia bukan orang yang memerangi agama kita, dan tentunya tidak ada loyalitas dalam hati kita terhadap agamanya. Justru kita harapkan dengan sikap dan perilaku kita yang baik kepada orang semacam ini, menjadi sebab datangnya hidayah dalam hati kerabat kita tersebut, sehingga ia masuk Islam dan meninggalkan kekafirannya.
Wallahul hadi ila sawa`is sabil.
Selesai
https://t.me/mutiarasalafyindonesia
🌐 – Majalah Islam Asy-Syariah
https://asysyariah.com/silahturahim-keindahan-akhlak-islam/
Turut Publikasi:
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
•┈┈•┈┈•⊰✿❁Ⓜ️✿✿Ⓜ️❁✿⊱•┈┈•┈┈•
Telegram
MUTIARA SALAFY INDONESIA
Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari Ilmu(al Qur'an dan Hadits/as-Sunnah), maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga”
(HR.Muslim no 2699)
(HR.Muslim no 2699)
*Semoga Kita Tetap Istiqomah*
Dengan memohon doa,
رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”
(Surah Ali Imran: 8)
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan kalbu, tetapkanlah kalbuku di atas agama-Mu.”
(HR. at-Tirmidzi no. 2.140)
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
Dengan memohon doa,
رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”
(Surah Ali Imran: 8)
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan kalbu, tetapkanlah kalbuku di atas agama-Mu.”
(HR. at-Tirmidzi no. 2.140)
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
Telegram
Salafy Purwakarta
Info Ma'had Purwakarta
Menyajikan Artikel, Poster dan Audio Kajian Salafy di Purwakarta - Jawa Barat
Pembina :
al-Ustadz Hamzah Bajry
al-Ustadz Mahmud Barjib
al-Ustadz Idris
Hafidzahumullah Jami'an
Menyajikan Artikel, Poster dan Audio Kajian Salafy di Purwakarta - Jawa Barat
Pembina :
al-Ustadz Hamzah Bajry
al-Ustadz Mahmud Barjib
al-Ustadz Idris
Hafidzahumullah Jami'an
📀 🅰🆄🅳🅸🅾
➖➖➖➖➖➖➖
*Tema :*
K͜͡e͜͡u͜͡t͜͡a͜͡m͜͡a͜͡a͜͡n͜͡ M͜͡e͜͡n͜͡j͜͡e͜͡n͜͡g͜͡u͜͡k͜͡ O͜͡r͜͡a͜͡n͜͡g͜͡ S͜͡a͜͡k͜͡i͜͡t͜͡
🎙 *Di sampaikan oleh :*
Al-Ustadz Mahmud Barjib Hafizhahullah
⏳ Durasi : 32:59
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶https://t.me/salafypurwakarta
➖➖➖➖➖➖➖
*Tema :*
K͜͡e͜͡u͜͡t͜͡a͜͡m͜͡a͜͡a͜͡n͜͡ M͜͡e͜͡n͜͡j͜͡e͜͡n͜͡g͜͡u͜͡k͜͡ O͜͡r͜͡a͜͡n͜͡g͜͡ S͜͡a͜͡k͜͡i͜͡t͜͡
🎙 *Di sampaikan oleh :*
Al-Ustadz Mahmud Barjib Hafizhahullah
⏳ Durasi : 32:59
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶https://t.me/salafypurwakarta
Telegram
Salafy Purwakarta
Info Ma'had Purwakarta
Menyajikan Artikel, Poster dan Audio Kajian Salafy di Purwakarta - Jawa Barat
Pembina :
al-Ustadz Hamzah Bajry
al-Ustadz Mahmud Barjib
al-Ustadz Idris
Hafidzahumullah Jami'an
Menyajikan Artikel, Poster dan Audio Kajian Salafy di Purwakarta - Jawa Barat
Pembina :
al-Ustadz Hamzah Bajry
al-Ustadz Mahmud Barjib
al-Ustadz Idris
Hafidzahumullah Jami'an
📚 *KEUTAMAAN MEMBERIKAN PINJAMAN*
📝 Ulama menyebut akad peminjaman sebagai akad irfaq, yang berarti pemberian manfaat atau belas kasih. Oleh karena itu, memberikan pinjaman dianjurkan dalam Islam.
💡Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُقْرِضُ مُسْلِمًا قَرْضًا مَرَّتَيْنِ إِلاَّ كَانَ كَصَدَقَتِهَا مَرَّةً
“Tidaklah seorang muslim memberikan pinjaman dua kali kepada muslim yang lain kecuali seperti sedekah satu kali.” (Shahih lighairihi, HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan al-Baihaqi. Lihat Shahih at-Targhib, no. 901)
💡Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ قَرْضٍ صَدَقَةٌ
“Setiap pinjaman adalah sedekah.” (Hasan lighairihi, HR. ath-Thabarani dan al-Baihaqi. Lihat Shahih at-Targhib, no. 899)
✅ Jadi, pemberian pinjaman merupakan perbuatan yang baik. Pemberian pinjaman akan membantu seorang muslim yang mengalami kesempitan untuk mendapatkan jalan keluar dan memenuhi kebutuhannya.
🖥 Simak selengkapnya:
🌏 https://asysyariah.com/adab-utang-piutang/
Turut Publikasi:
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
📝 Ulama menyebut akad peminjaman sebagai akad irfaq, yang berarti pemberian manfaat atau belas kasih. Oleh karena itu, memberikan pinjaman dianjurkan dalam Islam.
💡Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُقْرِضُ مُسْلِمًا قَرْضًا مَرَّتَيْنِ إِلاَّ كَانَ كَصَدَقَتِهَا مَرَّةً
“Tidaklah seorang muslim memberikan pinjaman dua kali kepada muslim yang lain kecuali seperti sedekah satu kali.” (Shahih lighairihi, HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan al-Baihaqi. Lihat Shahih at-Targhib, no. 901)
💡Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ قَرْضٍ صَدَقَةٌ
“Setiap pinjaman adalah sedekah.” (Hasan lighairihi, HR. ath-Thabarani dan al-Baihaqi. Lihat Shahih at-Targhib, no. 899)
✅ Jadi, pemberian pinjaman merupakan perbuatan yang baik. Pemberian pinjaman akan membantu seorang muslim yang mengalami kesempitan untuk mendapatkan jalan keluar dan memenuhi kebutuhannya.
🖥 Simak selengkapnya:
🌏 https://asysyariah.com/adab-utang-piutang/
Turut Publikasi:
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
Majalah Islam Asy-Syariah
Adab Utang Piutang
Ulama menyebut akad peminjaman sebagai akad irfaq, yang berarti pemberian manfaat atau belas kasih. Oleh karena itu, memberikan pinjaman dianjurkan dalam Islam. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَا مِنْ مُسْلِمٍ…
:: BAGAIMANA MENJAWAB TITIPAN SALAM? ::
asy Syaikh Abdul Muhsin al Abbad hafidzahullah ditanya :
Di negeri kami ada sebuah kebiasaan, apabila dikatakan pada seseorang : "Si fulan memberi salam kepadamu."
Kemudian seorang yang diberi salam tadi menjawab :
"الله يسلمك ويسلمه"
Beliau menjawab :
Ini tidak sesuai dengan sunnah, akan tetapi yang seharusnya ia ucapkan :
"عليك وعليه السلام"
Walaupun (secara makna) "الله يسلمك ويسلمه" adalah do'a keselamatan baginya.
Namun "عليك وعليه السلام" ini yang sesuai dengan sunnah.
Dan seseorang mengamalkan dengan sesuatu yang datang penyebutan dalam sunnah, ini yang lebih utama.
Syarh Sunan Abi Dawud (46/593)
Arsip Forum Salafy Purbalingga
https://www.atsar.id/2015/10/bagaimana-menjawab-titipan-salam.html?m=1
Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy
Telegram : t.me/atsarid
Turut Publikasi:
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
asy Syaikh Abdul Muhsin al Abbad hafidzahullah ditanya :
Di negeri kami ada sebuah kebiasaan, apabila dikatakan pada seseorang : "Si fulan memberi salam kepadamu."
Kemudian seorang yang diberi salam tadi menjawab :
"الله يسلمك ويسلمه"
Beliau menjawab :
Ini tidak sesuai dengan sunnah, akan tetapi yang seharusnya ia ucapkan :
"عليك وعليه السلام"
Walaupun (secara makna) "الله يسلمك ويسلمه" adalah do'a keselamatan baginya.
Namun "عليك وعليه السلام" ini yang sesuai dengan sunnah.
Dan seseorang mengamalkan dengan sesuatu yang datang penyebutan dalam sunnah, ini yang lebih utama.
Syarh Sunan Abi Dawud (46/593)
Arsip Forum Salafy Purbalingga
https://www.atsar.id/2015/10/bagaimana-menjawab-titipan-salam.html?m=1
Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy
Telegram : t.me/atsarid
Turut Publikasi:
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy
Bagaimana Menjawab Titipan Salam
Di negeri kami ada sebuah kebiasaan, apabila dikatakan pada seseorang : "Si fulan memberi salam kepadamu."
💐📝MENYEDEKAHKAN HASIL KEBUN UNTUK ORANG-ORANG MISKIN
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
بَيْنَا رَجُلٌ بِفَلاَةٍ مِنَ الأَرْضِ فَسَمِعَ صَوْتًا فِى سَحَابَةٍ اسْقِ حَدِيقَةَ فُلاَنٍ. فَتَنَحَّى ذَلِكَ السَّحَابُ فَأَفْرَغَ مَاءَهُ فِى حَرَّةٍ فَإِذَا شَرْجَةٌ مِنْ تِلْكَ الشِّرَاجِ قَدِ اسْتَوْعَبَتْ ذَلِكَ الْمَاءَ كُلَّهُ فَتَتَبَّعَ الْمَاءَ فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ فِى حَدِيقَتِهِ يُحَوِّلُ الْمَاءَ بِمِسْحَاتِهِ فَقَالَ لَهُ يَا عَبْدَ اللَّهِ مَا اسْمُكَ قَالَ فُلاَنٌ. لِلاِسْمِ الَّذِى سَمِعَ فِى السَّحَابَةِ فَقَالَ لَهُ يَا عَبْدَ اللَّهِ لِمَ تَسْأَلُنِى عَنِ اسْمِى فَقَالَ إِنِّى سَمِعْتُ صَوْتًا فِى السَّحَابِ الَّذِى هَذَا مَاؤُهُ يَقُولُ اسْقِ حَدِيقَةَ فُلاَنٍ لاِسْمِكَ فَمَا تَصْنَعُ فِيهَا قَالَ أَمَّا إِذَا قُلْتَ هَذَا فَإِنِّى أَنْظُرُ إِلَى مَا يَخْرُجُ مِنْهَا فَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثِهِ وَآكُلُ أَنَا وَعِيَالِى ثُلُثًا وَأَرُدُّ فِيهَا ثُلُثَهُ »
Ketika seorang laki-laki berada di suatu lahan yang luas, ia mendengar suara awan: Berikanlah air ke kebun fulan. Kemudian awan itu pergi untuk menurunkan air di suatu tanah yang banyak batuan hitam. Ternyata seluruh saluran air pada tanah itu telah terisi penuh dengan air. Kemudian orang itu mengikuti air tersebut. Ternyata ada seorang laki-laki berdiri di kebunnya, sedang memindahkan air dengan sekopnya. Orang itu berkata: Wahai hamba Allah, siapakah namamu? Orang itu berkata: Fulan. Disebut nama yang persis sama dengan yang ia dengar dari (suara) awan itu. Orang (yang sedang mengolah kebun itu) berkata: Wahai hamba Allah, mengapa engkau bertanya tentang namaku? Ia berkata: Sesungguhnya aku mendengar suara awan yang mengalirkan air ini. Awan itu berkata: Airilah kebun fulan, disebut namamu. Apa yang engkau lakukan terhadap kebunmu? Jika engkau bertanya tentang ini, sesungguhnya aku memperhatikan hasil (panen) kebunku. Aku bersedekah dengan sepertiganya, aku makan bersama keluargaku sepertiganya, dan aku kembalikan (biaya untuk mengolahnya lagi) sepertiganya (H.R Muslim)
Dalam jalur periwayatan lainnya, disebutkan bahwa laki-laki itu menyatakan:
وَأَجْعَلُ ثُلُثَهُ فِى الْمَسَاكِينِ وَالسَّائِلِينَ وَابْنِ السَّبِيلِ
Aku jadikan sepertiganya untuk orang-orang miskin, para peminta-minta, dan Ibnus Sabil (orang yang kehabisan bekal atau dana saat safarnya, pent) (H.R Muslim)
💡Pelajaran yang bisa diambil dari hadits:
1. Setiap tetesan air yang turun dari langit sesuai dengan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada waktu dan kadar tertentu. Tidak ada yang sia-sia dan tak bermakna. Tidaklah menimpa suatu tempat kecuali telah ditentukan secara pasti dari langit (al-Ifshah ‘an Ma’aniy as-Shihaah karya Ibnu Hubairah (8/152)).
2. Keutamaan bersedekah dan berbuat baik kepada orang-orang miskin dan Ibnus Sabil (para musafir yang kehabisan bekal atau dana, pent)(penjelasan anNawawiy dalam syarh Shahih Muslim)
Sedekah kepada orang-orang fakir akan membuat rezeki bertambah (min Badaa-iil Qoshshosh anNabawiy as-Shahih karya Muhammad bin Jamil Zainu (1/18)).
3. Keutamaan memakan hasil usaha sendiri dan menafkahi keluarga (penjelasan anNawawiy dalam syarh Shahih Muslim)
4. Adanya Malaikat yang bertugas mengatur turunnya air dari awan (al-Habaa-ik fii Akhbaaril Malaa-ik karya as-Suyuthiy (1/15))
5. Dianjurkannya memberi orang yang meminta-minta dan tidak menolaknya tanpa pemberian sama sekali (disarikan dari Syu’abul Iman karya al-Baihaqiy, Bab Karoohiyati Roddi Man Jaa-a Saa-ilan (Makruhnya Menolak orang yang Meminta-minta(5/87)).
6. Penetapan adanya karomah untuk para Wali Allah (Karomaatul Awliyaa’ karya al-Laa-likaa-iy (1/86)). Meskipun tidak setiap Wali Allah akan terlihat jelas karomahnya oleh manusia.
Ibnu Katsir menyatakan: setiap orang yang bertakwa adalah Wali Allah (Tafsir al-Quranil Adzhim (4/278)).
7. Tidak tercelanya mengolah lahan (kebun; ladang; pekarangan) untuk usaha selama tidak melalaikan dari kewajiban (disarikan dari penjelasan al-Qurthubiy dalam al-Mufhim)
(Abu Utsman Kharisman)
💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom
Turut Publikasi:
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
بَيْنَا رَجُلٌ بِفَلاَةٍ مِنَ الأَرْضِ فَسَمِعَ صَوْتًا فِى سَحَابَةٍ اسْقِ حَدِيقَةَ فُلاَنٍ. فَتَنَحَّى ذَلِكَ السَّحَابُ فَأَفْرَغَ مَاءَهُ فِى حَرَّةٍ فَإِذَا شَرْجَةٌ مِنْ تِلْكَ الشِّرَاجِ قَدِ اسْتَوْعَبَتْ ذَلِكَ الْمَاءَ كُلَّهُ فَتَتَبَّعَ الْمَاءَ فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ فِى حَدِيقَتِهِ يُحَوِّلُ الْمَاءَ بِمِسْحَاتِهِ فَقَالَ لَهُ يَا عَبْدَ اللَّهِ مَا اسْمُكَ قَالَ فُلاَنٌ. لِلاِسْمِ الَّذِى سَمِعَ فِى السَّحَابَةِ فَقَالَ لَهُ يَا عَبْدَ اللَّهِ لِمَ تَسْأَلُنِى عَنِ اسْمِى فَقَالَ إِنِّى سَمِعْتُ صَوْتًا فِى السَّحَابِ الَّذِى هَذَا مَاؤُهُ يَقُولُ اسْقِ حَدِيقَةَ فُلاَنٍ لاِسْمِكَ فَمَا تَصْنَعُ فِيهَا قَالَ أَمَّا إِذَا قُلْتَ هَذَا فَإِنِّى أَنْظُرُ إِلَى مَا يَخْرُجُ مِنْهَا فَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثِهِ وَآكُلُ أَنَا وَعِيَالِى ثُلُثًا وَأَرُدُّ فِيهَا ثُلُثَهُ »
Ketika seorang laki-laki berada di suatu lahan yang luas, ia mendengar suara awan: Berikanlah air ke kebun fulan. Kemudian awan itu pergi untuk menurunkan air di suatu tanah yang banyak batuan hitam. Ternyata seluruh saluran air pada tanah itu telah terisi penuh dengan air. Kemudian orang itu mengikuti air tersebut. Ternyata ada seorang laki-laki berdiri di kebunnya, sedang memindahkan air dengan sekopnya. Orang itu berkata: Wahai hamba Allah, siapakah namamu? Orang itu berkata: Fulan. Disebut nama yang persis sama dengan yang ia dengar dari (suara) awan itu. Orang (yang sedang mengolah kebun itu) berkata: Wahai hamba Allah, mengapa engkau bertanya tentang namaku? Ia berkata: Sesungguhnya aku mendengar suara awan yang mengalirkan air ini. Awan itu berkata: Airilah kebun fulan, disebut namamu. Apa yang engkau lakukan terhadap kebunmu? Jika engkau bertanya tentang ini, sesungguhnya aku memperhatikan hasil (panen) kebunku. Aku bersedekah dengan sepertiganya, aku makan bersama keluargaku sepertiganya, dan aku kembalikan (biaya untuk mengolahnya lagi) sepertiganya (H.R Muslim)
Dalam jalur periwayatan lainnya, disebutkan bahwa laki-laki itu menyatakan:
وَأَجْعَلُ ثُلُثَهُ فِى الْمَسَاكِينِ وَالسَّائِلِينَ وَابْنِ السَّبِيلِ
Aku jadikan sepertiganya untuk orang-orang miskin, para peminta-minta, dan Ibnus Sabil (orang yang kehabisan bekal atau dana saat safarnya, pent) (H.R Muslim)
💡Pelajaran yang bisa diambil dari hadits:
1. Setiap tetesan air yang turun dari langit sesuai dengan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada waktu dan kadar tertentu. Tidak ada yang sia-sia dan tak bermakna. Tidaklah menimpa suatu tempat kecuali telah ditentukan secara pasti dari langit (al-Ifshah ‘an Ma’aniy as-Shihaah karya Ibnu Hubairah (8/152)).
2. Keutamaan bersedekah dan berbuat baik kepada orang-orang miskin dan Ibnus Sabil (para musafir yang kehabisan bekal atau dana, pent)(penjelasan anNawawiy dalam syarh Shahih Muslim)
Sedekah kepada orang-orang fakir akan membuat rezeki bertambah (min Badaa-iil Qoshshosh anNabawiy as-Shahih karya Muhammad bin Jamil Zainu (1/18)).
3. Keutamaan memakan hasil usaha sendiri dan menafkahi keluarga (penjelasan anNawawiy dalam syarh Shahih Muslim)
4. Adanya Malaikat yang bertugas mengatur turunnya air dari awan (al-Habaa-ik fii Akhbaaril Malaa-ik karya as-Suyuthiy (1/15))
5. Dianjurkannya memberi orang yang meminta-minta dan tidak menolaknya tanpa pemberian sama sekali (disarikan dari Syu’abul Iman karya al-Baihaqiy, Bab Karoohiyati Roddi Man Jaa-a Saa-ilan (Makruhnya Menolak orang yang Meminta-minta(5/87)).
6. Penetapan adanya karomah untuk para Wali Allah (Karomaatul Awliyaa’ karya al-Laa-likaa-iy (1/86)). Meskipun tidak setiap Wali Allah akan terlihat jelas karomahnya oleh manusia.
Ibnu Katsir menyatakan: setiap orang yang bertakwa adalah Wali Allah (Tafsir al-Quranil Adzhim (4/278)).
7. Tidak tercelanya mengolah lahan (kebun; ladang; pekarangan) untuk usaha selama tidak melalaikan dari kewajiban (disarikan dari penjelasan al-Qurthubiy dalam al-Mufhim)
(Abu Utsman Kharisman)
💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom
Turut Publikasi:
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
Telegram
Salafy Purwakarta
Info Ma'had Purwakarta
Menyajikan Artikel, Poster dan Audio Kajian Salafy di Purwakarta - Jawa Barat
Pembina :
al-Ustadz Hamzah Bajry
al-Ustadz Mahmud Barjib
al-Ustadz Idris
Hafidzahumullah Jami'an
Menyajikan Artikel, Poster dan Audio Kajian Salafy di Purwakarta - Jawa Barat
Pembina :
al-Ustadz Hamzah Bajry
al-Ustadz Mahmud Barjib
al-Ustadz Idris
Hafidzahumullah Jami'an
:: DUA PROBLEM TERBESAR DI TENGAH UMAT INI ::
asy-Syaikh al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah,
"Aku perhatikan, sangat disesalkan bahwa manusia pada hari ini mementingkan sisi pertama, yaitu ilmu, namun tidak mementingkan sisi yang lain, yaitu akhlak dan tata krama.
Apabila dulu Nabi — shallallahu 'alaihi wa sallam — nyaris membatasi dakwah beliau dalam rangka akhlak yang baik dan mulia, tatkala beliau menyatakannya dengan ungkapan pembatasan dalam sabda beliau,
(إنما بُعثت لأتمم مكارم الأخلاق)
"Hanyalah aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."
Sabda beliau itu tidak lain menunjukkan bahwa akhlak yang mulia merupakan bagian asasi (mendasar) dari dakwah Rasulullah — 'alahi ash-Shalatu wa as-Salam —
Pada kenyataannya sejak awal aku memulai menuntut ilmu dan Allah memberi hidayah kepadaku Tauhid yang murni, dan aku tahu kondisi kehidupan alam Islami yang jauh dari tuntunan Tauhid, ketika itu aku memandang bahwa problem pada Alam Islami hanyalah karena mereka jauh dari memahami hakekat makna "Laailaaha illallah".
Namun bersama dengan waktu, menjadi jelas bagiku bahwa di sana ada problem lain di Alam Islami ini, tambahan dari problem asasi yang pertama — yaitu JAUHNYA UMAT dari TAUHID —
Problem lainnya adalah : mayoritas umat TIDAK BERAKHLAQ DENGAN AKHLAQ ISLAMI YANG BENAR, kecuali dalam jumlah yang terbatas."
(Fatawa Jeddah, Kaset no. 34)
Arsip @buletinalilmu
Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy
Telegram : t.me/atsarid
Website : www.atsar.id
asy-Syaikh al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah,
"Aku perhatikan, sangat disesalkan bahwa manusia pada hari ini mementingkan sisi pertama, yaitu ilmu, namun tidak mementingkan sisi yang lain, yaitu akhlak dan tata krama.
Apabila dulu Nabi — shallallahu 'alaihi wa sallam — nyaris membatasi dakwah beliau dalam rangka akhlak yang baik dan mulia, tatkala beliau menyatakannya dengan ungkapan pembatasan dalam sabda beliau,
(إنما بُعثت لأتمم مكارم الأخلاق)
"Hanyalah aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."
Sabda beliau itu tidak lain menunjukkan bahwa akhlak yang mulia merupakan bagian asasi (mendasar) dari dakwah Rasulullah — 'alahi ash-Shalatu wa as-Salam —
Pada kenyataannya sejak awal aku memulai menuntut ilmu dan Allah memberi hidayah kepadaku Tauhid yang murni, dan aku tahu kondisi kehidupan alam Islami yang jauh dari tuntunan Tauhid, ketika itu aku memandang bahwa problem pada Alam Islami hanyalah karena mereka jauh dari memahami hakekat makna "Laailaaha illallah".
Namun bersama dengan waktu, menjadi jelas bagiku bahwa di sana ada problem lain di Alam Islami ini, tambahan dari problem asasi yang pertama — yaitu JAUHNYA UMAT dari TAUHID —
Problem lainnya adalah : mayoritas umat TIDAK BERAKHLAQ DENGAN AKHLAQ ISLAMI YANG BENAR, kecuali dalam jumlah yang terbatas."
(Fatawa Jeddah, Kaset no. 34)
Arsip @buletinalilmu
Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy
Telegram : t.me/atsarid
Website : www.atsar.id
Telegram
Atsar ID
Kritik dan saran: redaksiatsarid@gmail.com
Tentang Atsar ID : www.atsar.id/p/about.html
Channel lainnya :
@arsipebooksalafy
@mahadsalafy
Pembina : Ustadz Abu Muhammad Hardi Cirebon hafizhahullah
Jazakumullahu khairan wa barakallahu fikum
Tentang Atsar ID : www.atsar.id/p/about.html
Channel lainnya :
@arsipebooksalafy
@mahadsalafy
Pembina : Ustadz Abu Muhammad Hardi Cirebon hafizhahullah
Jazakumullahu khairan wa barakallahu fikum
*WAFATNYA SYAIKH MUQBIL ROHIMAHULLAH.*
Sungguh, beliau memiliki ketabahan yang luar biasa saat menghadapi sakit dan kepayahan. Dalam kondisi sakit, beliau tetap berakhlak mulia, mengajar, mengulang pelajaran, dan tetap bersenyum. Orang yang melihatnya akan menyangka bahwa beliau sehat-sehat saja.
Jika ditanya tentang keadaannya yang sedang sakit, beliau berkata, “Segala puji hanya bagi Allah. Kami tidak dapat menghitung pujian terhadap Allah.”
Beberapa dokter mengatakan, “Sungguh, kalau penyakit ini menimpa selain beliau, pasti orang itu sudah jatuh di atas ranjang (harus berbaring dan tidak dapat bangkit).”
Ini merupakan berkah ilahi, karena bekal kebaikan dan ilmu yang bermanfaat ketika sakitnya.
Sementara itu, beberapa dokter mengingatkan agar beliau tidak sering berbicara dan membebani diri. Akan tetapi, permintaan tersebut tidak beliau penuhi.
Di antara sebab wafat beliau adalah penyakit liver. Awalnya ringan, namun beliau tidak memerhatikannya. Beliau lebih menyibukkan diri belajar dan mengajar. Sampai pada Rabi’ul Awwal 1421 H, beliau jatuh sakit dan dibawa ke RS as-Salam, Sha’dah.
Mempertimbangkan kondisi yang agak membahayakan, tim medis menyarankan agar beliau segera dibawa ke Shan’a. Kemudian beliau dirawat di RS ats-Tsaurah, setelah menghubungi Mayjen Muhammad Abdullah Shalih rahimahullah. Beliaulah yang memerintahkan agar asy-Syaikh Muqbil dirawat di rumah sakit tersebut, bahkan menjamin biaya perawatannya.
Akhirnya, dengan karunia Allah semata, kondisi beliau membaik dan sembuh dari sakit yang dideritanya.
Setelah dirawat sekitar 12 hari di RS ats-Tsaurah, Shan’a, Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah disarankan pergi berobat ke luar negeri. Beliau rahimahullah memilih berobat ke Arab Saudi.
Beliau pun safar ke Riyadh. Sesampainya di sana, beliau disambut oleh Kementerian Dalam Negeri Kerajaan Arab Saudi, semoga Allah memberi balasan yang baik kepada mereka.
Di Riyadh beliau berkunjung kepada Yang Mulia Mufti Umum Kerajaan Arab Saudi, asy-Syaikh Abdul ‘Aziz Alu asy-Syaikh. Setelah itu, beliau masuk RS al-Malik Faishal, yang merupakan rumah sakit paling lengkap di Kerajaan Arab Saudi. Beliau dirawat di sana selama sepekan. Setelah pemeriksaan medis lengkap, dikabarkan bahwa beliau mengalami kegagalan fungsi dan pembengkakan hati, serta harus menjalani operasi.
Setelah keluar dari rumah sakit, beliau tinggal di Jeddah. Beliau bertemu dengan Yang Mulia Gubernur Nayif bin Abdul Aziz. Atas persetujuannya, akhirnya beliau berobat ke Amerika Serikat, tepatnya pada hari Kamis, 23 Jumadil Akhir 1421 H.
Setelah beberapa hari di Amerika, pada Senin 5 Rajab, beliau masuk rumah sakit yang paling canggih di Los Angeles kurang lebih selama 10 hari. Beberapa waktu kemudian beliau menjalani operasi dan berjalan lancar. Walhamdulillah.
Akhir bulan Syawwal, beliau kembali ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji dan umrah. Sementara itu, beliau juga telah dijadwalkan untuk kembali ke Amerika. Akan tetapi, Allah menghendaki hal itu tidak terjadi.
Hari demi hari, kondisi kesehatan beliau tampak semakin buruk. Beliau pun kembali disarankan untuk berobat keluar negeri. Karena menolak kembali ke Amerika Serikat, akhirnya pada Kamis 7 Rabi’ ats-Tsani 1422 H beliau diberangkatkan ke Jerman untuk menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Bonn.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kondisi kesehatan asy-Syaikh Muqbil tidak memungkinkan beliau untuk menjalani operasi. Sebab, sudah terjadi pembengkakan yang cukup besar pada liver beliau.
Akhirnya, beliau dibawa kembali ke Arab Saudi dan dirawat di RS al-Malik Faishal.
Memasuki pagi hari, Rabu 26 Rabi’u ats-Tsani, beliau mulai tidak sadar (koma). Dalam kondisi kritis tersebut, hadirlah sejumlah ulama dan penuntut ilmu, di antara mereka adalah asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah. Bahkan, beliau berkata, “Duhai, seandainya saya yang menempati kedudukannya (yang sedang sakit), karena posisi beliau jauh lebih bermanfaat bagi kaum muslimin daripada diri saya.”
Dalam keadaan sakaratul maut, asy-Syaikh Abdul ‘Aziz al-Juhani mentalqinkan syahadatain di telinga beliau. Bergeraklah lisan
Sungguh, beliau memiliki ketabahan yang luar biasa saat menghadapi sakit dan kepayahan. Dalam kondisi sakit, beliau tetap berakhlak mulia, mengajar, mengulang pelajaran, dan tetap bersenyum. Orang yang melihatnya akan menyangka bahwa beliau sehat-sehat saja.
Jika ditanya tentang keadaannya yang sedang sakit, beliau berkata, “Segala puji hanya bagi Allah. Kami tidak dapat menghitung pujian terhadap Allah.”
Beberapa dokter mengatakan, “Sungguh, kalau penyakit ini menimpa selain beliau, pasti orang itu sudah jatuh di atas ranjang (harus berbaring dan tidak dapat bangkit).”
Ini merupakan berkah ilahi, karena bekal kebaikan dan ilmu yang bermanfaat ketika sakitnya.
Sementara itu, beberapa dokter mengingatkan agar beliau tidak sering berbicara dan membebani diri. Akan tetapi, permintaan tersebut tidak beliau penuhi.
Di antara sebab wafat beliau adalah penyakit liver. Awalnya ringan, namun beliau tidak memerhatikannya. Beliau lebih menyibukkan diri belajar dan mengajar. Sampai pada Rabi’ul Awwal 1421 H, beliau jatuh sakit dan dibawa ke RS as-Salam, Sha’dah.
Mempertimbangkan kondisi yang agak membahayakan, tim medis menyarankan agar beliau segera dibawa ke Shan’a. Kemudian beliau dirawat di RS ats-Tsaurah, setelah menghubungi Mayjen Muhammad Abdullah Shalih rahimahullah. Beliaulah yang memerintahkan agar asy-Syaikh Muqbil dirawat di rumah sakit tersebut, bahkan menjamin biaya perawatannya.
Akhirnya, dengan karunia Allah semata, kondisi beliau membaik dan sembuh dari sakit yang dideritanya.
Setelah dirawat sekitar 12 hari di RS ats-Tsaurah, Shan’a, Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah disarankan pergi berobat ke luar negeri. Beliau rahimahullah memilih berobat ke Arab Saudi.
Beliau pun safar ke Riyadh. Sesampainya di sana, beliau disambut oleh Kementerian Dalam Negeri Kerajaan Arab Saudi, semoga Allah memberi balasan yang baik kepada mereka.
Di Riyadh beliau berkunjung kepada Yang Mulia Mufti Umum Kerajaan Arab Saudi, asy-Syaikh Abdul ‘Aziz Alu asy-Syaikh. Setelah itu, beliau masuk RS al-Malik Faishal, yang merupakan rumah sakit paling lengkap di Kerajaan Arab Saudi. Beliau dirawat di sana selama sepekan. Setelah pemeriksaan medis lengkap, dikabarkan bahwa beliau mengalami kegagalan fungsi dan pembengkakan hati, serta harus menjalani operasi.
Setelah keluar dari rumah sakit, beliau tinggal di Jeddah. Beliau bertemu dengan Yang Mulia Gubernur Nayif bin Abdul Aziz. Atas persetujuannya, akhirnya beliau berobat ke Amerika Serikat, tepatnya pada hari Kamis, 23 Jumadil Akhir 1421 H.
Setelah beberapa hari di Amerika, pada Senin 5 Rajab, beliau masuk rumah sakit yang paling canggih di Los Angeles kurang lebih selama 10 hari. Beberapa waktu kemudian beliau menjalani operasi dan berjalan lancar. Walhamdulillah.
Akhir bulan Syawwal, beliau kembali ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji dan umrah. Sementara itu, beliau juga telah dijadwalkan untuk kembali ke Amerika. Akan tetapi, Allah menghendaki hal itu tidak terjadi.
Hari demi hari, kondisi kesehatan beliau tampak semakin buruk. Beliau pun kembali disarankan untuk berobat keluar negeri. Karena menolak kembali ke Amerika Serikat, akhirnya pada Kamis 7 Rabi’ ats-Tsani 1422 H beliau diberangkatkan ke Jerman untuk menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Bonn.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kondisi kesehatan asy-Syaikh Muqbil tidak memungkinkan beliau untuk menjalani operasi. Sebab, sudah terjadi pembengkakan yang cukup besar pada liver beliau.
Akhirnya, beliau dibawa kembali ke Arab Saudi dan dirawat di RS al-Malik Faishal.
Memasuki pagi hari, Rabu 26 Rabi’u ats-Tsani, beliau mulai tidak sadar (koma). Dalam kondisi kritis tersebut, hadirlah sejumlah ulama dan penuntut ilmu, di antara mereka adalah asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah. Bahkan, beliau berkata, “Duhai, seandainya saya yang menempati kedudukannya (yang sedang sakit), karena posisi beliau jauh lebih bermanfaat bagi kaum muslimin daripada diri saya.”
Dalam keadaan sakaratul maut, asy-Syaikh Abdul ‘Aziz al-Juhani mentalqinkan syahadatain di telinga beliau. Bergeraklah lisan
beliau mengucapkannya dan tampak tersenyum cerah. Yang hadir menyangka bahwa beliau akan berkata sesuatu, tetapi ternyata nafas beliau tinggal satu-satu. Setelah itu, berangkatlah ruh beliau.
Tepat setelah terbenam matahari, malam Ahad permulaan bulan Jumadil ‘Ula 1422 H, beliau wafat dalam usia kurang dari 70 tahun.
*Setelah itu, beliau dimandikan dan dikafani serta dishalatkan di Makkah, di Baitullah al-Haram setelah shalat subuh. Di antara yang ikut serta menyalatkan beliau ialah asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi, az-Zahrani, Shalih bin ‘Abdullah bin Humaid, dan asy-Syaikh Muhammad bin Abdur Rahman al-Banna. Beliau dikebumikan di pemakaman al-’Adl.*
*Allah subhanahu wa ta’ala memberikan taufik kepada beliau rahimahullah sebelum meninggal untuk berwasiat. Di antara salah satu wasiat beliau adalah agar beliau dimakamkan di pemakaman al-‘Adl, di sebelah makam gurunya, asy-Syaikh Ibnu Baz, asy-Syaikh ‘Abdullah bin Humaid, dan asy Syaikh Ibnu ‘Utsaimin. Semoga Allah merahmati mereka semuanya.*
Asy-Syaikh Muqbil adalah salah seorang ulama yang meninggal dunia dalam masa yang berdekatan dengan meninggalnya beberapa masyayikh Ahlus Sunnah lainnya.
Beliau pernah berkata ketika mendengar berita wafatnya asy-Syaikh al-Albani, “Tahun ini teranggap sebagai tahun-tahun kematian para ulama.”
Beliau pun menyebut sejumlah ulama dan memulai dengan Yang Mulia asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Hammad al-Anshari. Tampak dari wajah beliau rasa pilu dan duka.
Duka cita beliau semakin bertambah tatkala sampai kepada beliau—yang ketika itu masih berobat di Amerika—berita wafatnya asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, seorang ulama besar abad ini, pada Rabu 15 Syawwal 1421 H.
Sumber Bacaan :
*Mausu’ah Muallafat wa Rasail wa Fatawa asy-Syaikh Rabi’ al-Madkhali.*
*Maqtal asy-Syaikh Jamilur Rahman al-Afghani*
*Nubdzah Mukhtasharah min Nasha’ih Walidi al-Allamah Muqbil bin Hadi al-Wadi’i wa Siratuhu al-‘Athirah.*
_Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin Hafizhohullah_
https://www.asysyariah.com/wafat-asy-syaikh-muqbil/
--------------------------------
_Baca juga : Belajar Mencintai ilmu Hadits dari Syaikh muqbil bin Hadi Al wadii rohimahullah :_
https://www.asysyariah.com/belajar-mencintai-ilmu-hadits-dari-asy-syaikh-muqbil/
_Semoga Bermanfaat wabarakallaahu fiikum_
Tepat setelah terbenam matahari, malam Ahad permulaan bulan Jumadil ‘Ula 1422 H, beliau wafat dalam usia kurang dari 70 tahun.
*Setelah itu, beliau dimandikan dan dikafani serta dishalatkan di Makkah, di Baitullah al-Haram setelah shalat subuh. Di antara yang ikut serta menyalatkan beliau ialah asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi, az-Zahrani, Shalih bin ‘Abdullah bin Humaid, dan asy-Syaikh Muhammad bin Abdur Rahman al-Banna. Beliau dikebumikan di pemakaman al-’Adl.*
*Allah subhanahu wa ta’ala memberikan taufik kepada beliau rahimahullah sebelum meninggal untuk berwasiat. Di antara salah satu wasiat beliau adalah agar beliau dimakamkan di pemakaman al-‘Adl, di sebelah makam gurunya, asy-Syaikh Ibnu Baz, asy-Syaikh ‘Abdullah bin Humaid, dan asy Syaikh Ibnu ‘Utsaimin. Semoga Allah merahmati mereka semuanya.*
Asy-Syaikh Muqbil adalah salah seorang ulama yang meninggal dunia dalam masa yang berdekatan dengan meninggalnya beberapa masyayikh Ahlus Sunnah lainnya.
Beliau pernah berkata ketika mendengar berita wafatnya asy-Syaikh al-Albani, “Tahun ini teranggap sebagai tahun-tahun kematian para ulama.”
Beliau pun menyebut sejumlah ulama dan memulai dengan Yang Mulia asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Hammad al-Anshari. Tampak dari wajah beliau rasa pilu dan duka.
Duka cita beliau semakin bertambah tatkala sampai kepada beliau—yang ketika itu masih berobat di Amerika—berita wafatnya asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, seorang ulama besar abad ini, pada Rabu 15 Syawwal 1421 H.
Sumber Bacaan :
*Mausu’ah Muallafat wa Rasail wa Fatawa asy-Syaikh Rabi’ al-Madkhali.*
*Maqtal asy-Syaikh Jamilur Rahman al-Afghani*
*Nubdzah Mukhtasharah min Nasha’ih Walidi al-Allamah Muqbil bin Hadi al-Wadi’i wa Siratuhu al-‘Athirah.*
_Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin Hafizhohullah_
https://www.asysyariah.com/wafat-asy-syaikh-muqbil/
--------------------------------
_Baca juga : Belajar Mencintai ilmu Hadits dari Syaikh muqbil bin Hadi Al wadii rohimahullah :_
https://www.asysyariah.com/belajar-mencintai-ilmu-hadits-dari-asy-syaikh-muqbil/
_Semoga Bermanfaat wabarakallaahu fiikum_
AsySyariah.com
Wafat Asy-Syaikh Muqbil
Sungguh, beliau memiliki ketabahan yang luar biasa saat menghadapi sakit dan kepayahan. Dalam kondisi sakit, beliau tetap berakhlak mulia, mengajar, mengulang pelajaran, dan tetap bersenyum. Orang yang melihatnya akan menyangka bahwa beliau sehat-sehat saja.…
Audio Kajian Purwakarta
➖➖➖➖➖➖➖➖
Untaian Mutiara Indah
Imam Nawawi rahimahullah Riyadhush Shalihin
🎙️ Pemateri: Al-Ustadz Mahmud Barjib حفظه الله
📚 _Kriteria Memilih Calon Pasangan_
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
➖➖➖➖➖➖➖➖
Untaian Mutiara Indah
Imam Nawawi rahimahullah Riyadhush Shalihin
🎙️ Pemateri: Al-Ustadz Mahmud Barjib حفظه الله
📚 _Kriteria Memilih Calon Pasangan_
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
Audio Kajian Purwakarta
➖➖➖➖➖➖➖➖
Untaian Mutiara Indah
Imam Nawawi rahimahullah
Riyadhush Shalihin
🎙️ Pemateri: Al-Ustadz Mahmud Barjib حفظه الله
📚 _Tanyakanlah Kabar Saudaramu_
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
➖➖➖➖➖➖➖➖
Untaian Mutiara Indah
Imam Nawawi rahimahullah
Riyadhush Shalihin
🎙️ Pemateri: Al-Ustadz Mahmud Barjib حفظه الله
📚 _Tanyakanlah Kabar Saudaramu_
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
Audio Kajian Purwakarta
➖➖➖➖➖➖➖➖
Untaian Mutiara Indah
Imam Nawawi rahimahullah
Riyadhush Shalihin
🎙️ Pemateri: Al-Ustadz Mahmud Barjib حفظه الله
📚 _Shaf Anak Dalam Sholat_
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta
➖➖➖➖➖➖➖➖
Untaian Mutiara Indah
Imam Nawawi rahimahullah
Riyadhush Shalihin
🎙️ Pemateri: Al-Ustadz Mahmud Barjib حفظه الله
📚 _Shaf Anak Dalam Sholat_
🌏 WA Salafy Purwakarta
▶ https://t.me/salafypurwakarta