SAHABAT ASWAJA
3.1K subscribers
64 photos
162 videos
2 files
464 links
Download Telegram
BERSAMA SYAIKH AL-ALBANI

Ada yang tidak percaya, bahwa Syaikh al-Albani, ahli hadits kaum Salafi-Wahabi seringkali kontradiksi dalam menilai suatu hadits, dalam kitab A dishahihkan, dalam kitab B didha’ifkan dan dalam kitab C dimunkarkan dan terkadang dimaudhu’kan. Berikut di antara contohnya.

Rasulullah SAW bersabda:

أبى الله أن يقبل عمل صاحب بدعة حتى يدع بدعته

“Allah menolak untuk menerima amal seorang pengikut bid’ah, sampai meninggalkan bid’ahnya.”

Hadits di atas, menurut al-Albani bernilai:
1) Shahih lighairihi, dalam komentar/ta’liq al-Targhib wa al-Tarhib juz 1, hal.86, terbitan Maktabah al-Ma’arif, Riyadh, tahuan 1424 H.
2) Dha’if dalam, ta’liq kitab Ishlah al-Masajid, karya al-Qasimi hal. 81, terbitan al-Maktab al-Islami, Beirut, tahun 1399 H.
3) Munkar, dalam Silsilah al-Ahadits al-Dha’ifah, juz 3 hal. 684, terbitan Maktabah al-Ma’arif, Riyadh tahun 1988.

Monggo, teman-teman pemerhati hadits berdiskusi. Wallahu a’lam.

📝 Di kutib dari tulisan Ustadz Idrus Ramli حفظه الله 

👇🏼Ikutin channel telegram
SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
Al-Asya’irah pembela dasar-dasar agama.

Al-Asya’irah adalah para pemimpin ulama yang membawa petunjuk dari kalangan ulama muslimin yang ilmu mereka memenuhi bagian timur dan barat dunia dan disepakati oleh manusia sepakat atas keutamaan, keilmuan dan keagamaan mereka. Mereka adalah tokoh-tokoh besar ulama Ahlussunnah berwibawa tinggi yang berdiri teguh menentang kecongkaan dan kesombongan golongan Mu’tazilah.
Dalam menuturkan tentang golongan Al-Asya’irah, Ibnu Taimiyyah berkata:

والعلماء أنصار علوم الدين والأشاعرة أنصار أصول الدين – الفتاوى الجزء الرابع
“Para ulama adalah pembela ilmu agama dan al-Asya’irah pembela dasar-dasar agama (ushuluddin) - (Al-Fataawaa, juz 4)

Sesungguhnya mereka (penganut madzhab al-Asya’irah) terdiri dari tokoh-tokoh hadits (Muhadditsin), para Ahli fiqih dan para Ahlitafsir dari kalangan tokoh Imam-imam yang utama (yang menjadi panutan dan sandaran para ulama lain) seperti :

@ Syaikhul Islam Ahmad ibn Hajar al-‘Asqalani رحمه الله, tokoh hadits yang tidak dipertikaikan lagi sebagai gurunya para ahli hadits, penyusun kitab Fathul Baari ‘ala Syarhil Bukhaari. Bermazhab Asya’irah. Karyanya sentiasa menjadi rujukan para ulama’.

@ Syaikhul Ulama Ahl as-Sunnah, al-Imam an-Nawaawi رحمه الله, penyusun Syarh Shahih Muslim, dan penyusun banyak kitab yang masyhur. Beliau bermazhab Asya’irah.

@ Syaikhul Mufassirin al-Imam al-Qurthubi رحمه الله penyusun tafsir al-Jaami’ li Ahkaamil Qur’an. Beliau bermazhab Asya’irah.

@ Syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Haithami رحمه الله, penyusun kitab az-Zawaajir ‘an al-Iqtiraaf al-Kabaa’ir. Beliau bermazhab Asya’irah.

@ Syaikhul Fiqh wal Hadits al-Imam al-Hujjah wa ats-Tsabat Zakaaria al-Anshari رحمه الله Beliau bermazhab Asya’irah.

@ Al-Imam Abu Bakar al-Baaqilani رحمه الله
@ Al-Imam al-Qashthalani رحمه الله
@ Al-Imam an-Nasafi رحمه الله
@ Al-Imam asy-Syarbini رحمه الله
@ Abu Hayyan an-Nahwi رحمه الله, penyusun tafsir al-Bahr al-Muhith.
@ Al-Imam Ibn Juza رحمه الله, penyusun at-Tashil fi ‘Uluumittanziil.
@ Dan lain sebagainya, yang kesemua merupakan tokoh-tokoh Ulama ‘Asya’irah.

Seandainya kita menghitung jumlah ulama besar dari Ahli Hadits, Ahli Tafsir dan Ahli Fiqh yang bermazhab al-Asya’irah, maka tidak mungkin mampu untuk dilakukan dan kita memerlukan beberapa jilid buku untuk merangkai nama para ulama besar yang ilmu mereka memenuhi wilayah timur dan barat bumi.

والله أعلم.....
📝 Di kutib dari penjelasan Prof Dr As-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani رحمه الله

👇🏼Ikutin channel telegram
SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
👍1
🌾 KISAH-KISAH ISRA' DAN MIKRAJ 🌾

🌴 Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far dan Rauh bin Mu'in, keduanya mengata­kan; telah menceritakan kepada kami Auf dari Zurarah bin Aufa, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: setelah Rasulullah ﷺ menjalani Isra' pada malam hari, maka pada pagi harinya beliau berada di kota Mekah dengan perasaan bahwa orang-orang pasti akan mendustakannya.
Rasulullah ﷺ duduk sendirian dalam keadaan sedih. Kemudian melintas Abu Jahal dan meng­hampirinya kemudian duduk bersamanya. Kemudian Abu Jahal berkata dengan sinis, "Apa­kah ada berita baru?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Ya, ada" Abu Jahal berta­nya, "Apakah berita itu?" Nabi ﷺ menjawab, "Tadi malam saya baru melakukan Isra' (perja­lanan di malam hari)." Abu Jahal bertanya, "Kemana?" Nabi ﷺ men­jawab, "Ke Baitul Maqdis." Kemudian Abu Jahal bertanya, "Lalu pagi harinya engkau berada di sini di antara kami?" Nabi ﷺ menjawab, "Ya." Abu Jahal tidak langsung menanggapi ucapan Nabi ﷺ juga tidak langsung mendustakannya; karena ia merasa bila hal itu dicerita­kan kepada kaumnya, mereka tidak akan percaya. Maka Abu Jahal berkata, "Bagaimanakah pendapatmu jika saya panggil kaummu? Apakah kamu akan menceritakan juga kepada mereka apa yang baru kamu ceritakan kepadaku?" Nabi ﷺ menjawab, "Ya." Lalu Abu Jahal berkata, "Hai seluruh orang-orang Bani Ka'b ibnu Luay!" Tidak lama kemudian orang-orang berdatangan ke tempat Nabi ﷺ Mereka datang dan langsung duduk di tempat tersebut (tempat Nabi ﷺ dan Abu Jahal). Kemudian Abu Jahal berkata, "Berceritalah kepada kaummu seperti yang telah engkau ceritakan kepadaku tadi." Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya tadi malam saya menjalani Isra'." Mereka bertanya, "Menuju ke mana?" Nabi ﷺ menjawab, "Ke Baitul Maqdis." Mereka bertanya, "Kemudian pagi harinya kamu berada disini diantara kami?" Nabi ﷺ menjawab, "Ya." Maka di antara mereka ada yang bertepuk tangan, ada pula yang meletakkan tangannya di atas kepala karena merasa heran mendengar kisah yang mereka anggap dusta itu. Kemudian mereka bertanya.”Dapatkah kamu menyebutkan ciri khas Masjidil Aqsa kepada kami." Di antara mereka ada orang yang pernah bepergian ke negeri itu dan melihat Baitul Maqdis. Rasulullah ﷺ bersabda; bahwa ia terus menerus menceritakan kepada mereka ciri-ciri khas masjid Masjidil Aqsa , hingga ada sebagian ciri khasnya yang terlupakan oleh Nabi ﷺ Lalu Masjidil Aqsa ditampakkan kepada Nabi ﷺ , dan Nabi ﷺ memandangnya, hingga gambar Masjidil Aqsa diletakkan di dekat rumah Aqil, atau Iqal. Maka Nabi ﷺ menyebutkan ciri-ciri khasnya seraya melihat ke arah gambaran tersebut. Perawi mengatakan bahwa ada suatu ciri khas yang terlupakan olehnya. Orang-orang Quraisy berkata, "Demi Allah, ciri khas yang disebut­kannya mengenai Baitul Maqdis adalah benar."

📜 Imam Nasai menceritakan hadits melalui Auf bin Abu Jamilah yaitu Al-A'rabi dengan sanad yang sama.

📜 Imam Baihaqi meriwayatkannya juga melalui hadis An-Nadr bin Syumail dan Hauzah, dari Auf, yaitu dari Ibnu Abu Jamilah Al-A'rabi, salah seorang imam yang berpredikat tsiqah.

والله أعلم....

📚Di kutib dari Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Isra': 1

Insyaallah bersambung....

👇🏼Ikutin channel telegram
SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
PLAGIAT KISAH ISRA' DAN MI'RAJ

Perjalanan Isra dan Mi'raj Nabi Muhammad ﷺ , banyak mengilhami karya-karya besar. Contohnya pada abad ke tiga belas Masehi, muncul seorang tokoh yang di kagumi oleh hampir seluruh dunia Barat. Kerena karyanya yang dinilai besar, tokoh sastrawan dan juga seorang penulis itu, adalah Dante dari Italia. Buah penanya yang terkenal adalah "Davina Comedia" jika di terjemahan dari bahasa Arab bertajuk "Almahzulah al-ilahiyyah". Karya tersebut demikian hebatnya sampai sempat menjadi buah bibir di kalangan para sastrawan Barat. Dalam kurun waktu kurang lebih satu abad, ia telah dikagumi oleh para cendekiawan Dunia Barat pada waktu yang cukup lama.

Namun setelah di kaji lebih dalam karya monumental tersebut di ketahui merupakan sebuah plagiat alias jiplakan semata, ada imajinasi penulis yang telah terpengaruh pada kisah Isra dan Mi'raj nabi Muhamnad ﷺ.

Para kritikus sastra, mengemukakan fakta-fakta sejarah, bahwa Dante benar-benar telah membaca kisah Isra' dan Mi'raj dalam bahasa Yunani.

Untuk menguatkan asumsi ini, dapat di kemukakan catatan seorang pemikir,sastrawan, penyair, dan filosof besar yang bernama Abul `Ala al-Ma'arri (yang di kagumi juga oleh intelektual Barat khususnya kaum orientalis). Ia menyebutkan adanya pengaruh kisah Isra' dan Mi'raj dalam karya Dante, karna Dante tidak menyebut sumbernya secara jujur, maka yang timbul adalah kesan pembaca(yang awam terhadap kisah Isra' dan Mi'raj), berasumsi seolah-olah isi tulisan mendahului zamanya. Hal ini di sebutkan oleh al-Ma'arri dalam sebuah bukunya berjudul "Risalah Al-Quran" ia menegaskan bahwa karya Dante tidak lain adalah plagiat atau jiplakan dari pada kisah Isra' dan Mi'raj.

والله أعلم....

📚Di kutib dari Buku Islam Esensial

👇🏼Ikutin channel telegram
SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
💐 KUBURAN MASYITAH HARUM DI MALAM ISRA' 💐

🌹 Dari Ibnu Abbas رضي الله عنه. , Rasulullah ﷺ bersabda; ketika Nabi Muhammad ﷺ menjalani Isra', melewati suatu tempat yang baunya sangat harum. Maka Rasulullah ﷺ bertanya kepada malaikat jibril; "Bau harum apakah ini?" Malaikat Jibril menjawab, ini kuburan "Masyitah( juru sisir Putri Fir'aun) dan anak-anaknya." Jibril melanjutkan kisahnya, bahwa pada suatu hari terjatuhlah sisir dari tangan Masyitah , maka Masyitah berkata, "Dengan menyebut nama Allah." Lalu Putri Fir'aun berkata, "Sebutlah nama ayahku." Masyitah berkata, "Tuhanku, Tuhanmu, dan Tuhan ayahmu adalah Dia." Putri Fir'aun bertanya, "Apakah ada Tuhan selain ayahku?" Masyitah berkata, "Benar. Tuhanku, Tuhanmu dan Tuhan ayahmu adalah Allah ﷻ ." Maka Fir'aun memanggilnya dan berkata, "Apakah engkau mem­punyai Tuhan lain selain diriku?" Masyitah berkata, "Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah ﷻ ." Kemudian Fir'aun memerintahkan agar dipersiapkan sebuah bejana besar, lalu bejana itu dipanaskan dengan api. Kemudian Fir'aun memerintahkan Masyitah agar menceburkan diri ke dalam bejana tersebut. Masyitah berkata, "Saya mempunyai sebuah permintaan kepada­mu." Fir'aun berkata, "Sebutlah permintaanmu." Masyitah berkata, "Ka­mu kumpulkan tulang-tulangku dengan tulang-tulang anakku di suatu tempat." Fir'aun menjawab, "Baiklah, saya turuti permintaanmu." Fir'aun memerintahkan agar Masyitah sekeluarga dilemparkan ke dalamnya. Mereka dilemparkan satu demi satu hingga sampailah giliran anak Masyitah yang masih bayi. Dan anehnya anak Masyitah ini dapat berbicara. Ia mengatakan, "Hai ibuku, ceburkanlah dirimu, Janganlah takut, karena sesungguhnya engkau berada dalam jalan yang benar."

📜 Sanad hadis ini tidak bercela.

والله أعلم....

📚Di kutib dari Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Isra': 1

👇🏼Ikutin channel telegram
SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
MUTIARA HIKMAH DAN NASEHAT DI BALIK PERISTIWA ISRA' DAN MI'RAJ

عن أنس قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول مررت ليلة أسري بي على أناس تقرض شفاههم وألسنتهم بمقاريض من نار قلت من هؤلاء يا جبريل قال هؤلاء خطباء أمتك الذين يأمرون الناس بالبر وينسون أنفسهم،

Dari Anas bin Malik رضي الله عنه bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: :
Pada malam Rasulullah ﷺ diisra'kan , beliau berjumpa dengan orang-orang yang bibir dan lidah mereka diguntingi dari gunting yang terbuat dari api, kemudian Rasulullah ﷺ bertanya kepada malaikat Jibril, "Hai Jibril, siapakah mereka?" Jibril menjawab, "Mereka adalah para tukang ceramah/khotbah dari golongan umatmu, mereka memerintahkan orang lain untuk mengerjakan kebajikan, sedangkan mereka melupakan dirimereka sendiri." (Hr. Ibnu Hibban, Ibnu Abi-Hatim dan Ibnu Murdawaih)

Al-Baihaqi meriwayatkan secara mursal dengan isnad jayyid dari Malik bin Dinar dari Al-Hasan bahwa ia mengatakan; Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ يَخْطُبُ خُطْبَةً إِلَّا اللهُ سَائِلُهُ عَنْهَا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، مَا أَرَادَ بِهَا؟

"Tidaklah seorang hamba menyampaikan khutbah melainkan Allah akan mempertanyakan kepadanya tentang khutbah tersebut pada hari kiamat, apa yang ia inginkan dengan khutbahnya?"

والله أعلم....

📌 Abu Muhammad Al-Maduri حفظه الله

👇🏼Ikutin channel telegram
SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
ISRA' DAN MI'RAJ MERUPAKAN UJIAN BAGI ORANG-ORANG YANG BERIMAN.

Di bulan Rajab tepatnya di malam 27 Rajab ada satu peristiwa yang sangat istimewa bagi Nabi Muhammad ﷺ, yaitu peristiwa bertemunya seorang hamba dengan Allah ﷻ , peristiwa ini diabadikan oleh Allah ﷻ didalam firmannya:

قال الله تعالى: ﴿سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنْ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ﴾ الإسراء: ١
ُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
[QS. Al-Isra': Ayat 1]

Peristiwa Isra' Mi'raj selain istimewa dan sangat berkesan bagi Nabi Muhammad ﷺ , peristiwa itu juga sebagi ujian bagi umatnya yang mengaku beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ , apakah dia benar-benar beriman kepada kabar yang dibawakan oleh Nabi Muhammad ﷺ mengenai peristiwa ini !

Sebagaimana yang telah dikisahkan didalam satu hadits yang bersumber dari Ibnu Abbas didalam kitab Tafsir Al-Munir juz.1 hal. 519 : ketika Nabi Muhammad ﷺ datang dari perjalanan isra' dan Mi'raj, beliau langsung menceritakan peristiwa tersebut kepada Ummu Hani, setelah bercerita maka Nabi Muhammad ﷺ bergegas ingin keluar menuju kemasjid dan ingin menceritakan peristiwa tersebut kepada penduduk Makkah, namun Ummu Hani menarik baju beliau ﷺ , Nabi ﷺ berkata : "apa yang kamu lakukan kepada aku?" Ummu Hani menjawab : "aku sangat khawatir manusia dan kaum-Mu akan mendustkan engkau, dan mengingkarinya apabila kamu menceritakan kepada mereka tentang peristiwa tersebut", Beliau bersabda : "walaupun mereka mengingkari cerita tentang peristiwa yang telah aku alami, aku tetap harus menyampaikannya".

Kemudian Keluarlah Nabi Muhammad ﷺ dari rumah Ummu hani menuju ke masjidil haram, yang pertama kali menghampiri Nabi Muhammad ﷺ adalah Abu Jahal lalu Nabi ﷺ menceritakan tentang peristiwa isra' , Abu jahal tercengang kaget dan berseru : wahai penduduk Makkah keluarlah semua Muhammad punya cerita hebat, berkumpul-lah penduduk Makkah maka Nabi Muhammad ﷺ mengulangi cerita yang telah diceritakan kepada Abu Jahal
Maka diantara orang-orang yang mendengar cerita tersebut ada yang bertepuk tangan, ada yang meletakkan tangannya diatas kepala karena heran dan ingkar atas peristiwa tersebut, bahkan diantara mereka ada yang murtad kembali kufur karena imannya yang lemah tidak bisa menerima kisah peristiwa tersebut.

والله أعلم....

Walaupun kita tidak pernah bertemu Nabi Muhammad ﷺ , kita tidak hidup dizaman Beliau ﷺ, namun kita diberi hidayah oleh Allah ﷻ sehingga kita dapat percaya dengan kabar yang datang dari Nabi Muhammad ﷺ .

ALHAMDULILLAHI ROBBIL-AALAMIIN.

___ Ja'fu Haddar

👇🏼Ikutin channel telegram
SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
MEMPERINGATI ISRA' DAN MI'RAJ

Memperingati Isra dan Mi'raj, berarti mengenang kembali mu'jizat agung Nabi Muhammad ﷺ .

Peristiwa yang ajaib dan indah ini, tidak hanya sekedar diperingati namun juga harus di kagumi dan yang paling utama, bagaimana memanfaat mutiara hikmah kisah dalam perjalan tersebut, yang sering di sebut sebagai Rihlah Al-Samaa' (safari langit), suatu perjalanan yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah manusia dan hanya terjadi sekali.

Disinilah letak pentingnya mengapa peristiwa yang agung dan indah ini di peringati setiap tahun-Nya mengingat terdapat banyak kejadian demi kejadian yang menjadi berita gembira maupun ancaman bagi umat manusia.

Diantara yang merupakan kisah ancaman seperti dalam sebuah hadits di sebutkan :
Dari Anas mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: Ketika saya dinaikkan menghadap kepada Tuhanku, saya berjumpa dengan suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga, mereka mencakari muka dan dada mereka dengan kuku yang terbuat dari tembaga tersebut. Kemudian saya bertanya kepada malaikat Jibril, "Hai Jibril, siapakah mereka itu? " Jibril menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging manusia (mengumpat orang lain dan mempergunjingkan) kehormatan mereka.”
[Hadits riwayat Imam Abu Daud dan Imam Ahmad ]

Insyaallah kita selalu dapat memetik mutiara hikmah dari peringatan Isra' dan Mi'raj.

والله أعلم....

📌 Abu Muhammad Al-Maduri حفظه الله

👇🏼Ikutin channel telegram
SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
MENGINGKARI MASA FATRAH, BERARTI MENGINGKARI AL-QUR'AN

Masa fatrah adalah masa kekosongan dari diutusnya seorang Nabi/Rasul kepada suatu kaum, seperti contoh masa di antara Nabi Isa عليه السلام dan Nabi Muhammad ﷺ, pada masa ini tidak ada Nabi/Rasul yang di utus untuk menyampaikan syari'at, masa inilah yang di sebut dengan masa fatrah.

Di dalam Al-Qur'an dijelaskan adanya masa fatrah(masa kekosongan dari utusan/nabi/rasul) seperi di sebutkan pada ayat:

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ أَنْ تَقُولُوا مَا جَاءَنَا مِنْ بَشِيرٍ وَلَا نَذِيرٍ فَقَدْ جَاءَكُمْ بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير
ٌ
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syari'at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: "Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan". Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Qs: Al-Mā'idah:19)

Pada ayat lain di jelaskan betapa pentingnya seorang utusan/nabi/rasul agar Allah ﷻ tidak menurunkan adzabnya.

وَمَا أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ إِلا لَهَا مُنْذِرُونَ. ذِكْرَى وَمَا كُنَّا ظَالِمِينَ

Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri, kecuali setelah ada orang-orang yang memberi peringatan kepadanya, untuk (menjadi) peringatan. Dan Kami tidak berlaku zalim.
[QS. Asy-Syu'ara': Ayat 208-209]

Ayat ini semakna dengan ayat:

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا
Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Qs. Al-Isra: 15)

Allah ﷻ yang Maha Rahman, Maha Rahim, Maha Adil, Maha bijaksana tidak mungkin menyiksa hambanya tanpa alasan dan tanpa dasar hukum. Maha tinggi dan maha suci Allah ﷻ dari sifat kedzaliman dan aniaya.

Jadi Sangat jelas dan terang bahwa definisi masa Fatrah bersumber dari Al-Quran. Namun yang mengherankan banyak orang-orang di zaman sekarang yang pandai membaca Al-Qur'an namun mereka mengingkari adanya masa fatrah dan mengatakan orang yang hidup di masa fatrah sebagai orang kafir dan masuk neraka.
Hal ini kongkrit seperti yang di katakan oleh Nabi Muhammad ﷺ dengan istilah kaum yang pandai membaca Al-Qur`an namun tidak melewati/sebatas kerongkongan mereka.

والله المستعان....

_____
Di tulis oleh: Abu Muhammad Al-Maduri حفظه الله.

👇🏼Ikutin channel telegram
SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
KISAH DI BALIK GELAR “AS-SIDDIQ” PADA SAHABAT ABU BAKAR رضي الله عنه

Derajat tertinggi setelah kenabian adalah derajat “ Siddiqin ”, derajat itu pertama kali disematkan oleh Nabi Muhammad ﷺ kepada sahabatnya yang mulia, Sayyidina Abu Bakar رضي الله عنه

Asal muasal gelar As-siddiq ini disebutkan dalam hadis Ibnu Abbas (Tafsir al-Munir hal.519),
Sepulang dari perjalanan isra’ dan Mi’raj, Nabi Muhammad ﷺ menceritakan peristiwa itu kepada penduduk Makkah, namun mereka tidak mempercayainya, sebagian dari mereka datang menuju rumah Abu Bakar, “Wahai Abu Bakar, teman kamu bercerita bahwasannya dia baru saja datang dari Masjidil Aqsho di Palestina, apa kamu percaya?” tanya mereka.
“Kalau memang temanku bercerita demikian, maka temanku ( Rasulullah ﷺ ) pasti benar,” jawab Abubakar.
“Kamu mempercayai ceritanya itu ?” tanya mereka lagi
Sayidina Abubakar dengan tegas menjawab, “Sungguh aku percaya persitiwa yang lebih dahsyat dari itu, aku menerima dan percaya kalau beliau sebagai utusan Allah ﷻ , Kita sudah percaya turunnya wahyu dari langit ke bumi dalam sekejap, yang jaraknya lebih jauh daripada Makkah ke Palestina.”
Kemudian Abu Bakar mendatangi Rasulullah ﷺ untuk mendengar langsung peristiwa Isra' tersebut, Beliau ﷺ pun menceritakan dengan detail peristiwa yang telah dialaminya, setiap satu kejadian diceritakan Abu Bakar selalu berkata: “Shodaqta (engkau berkata benar)”.
Ketika Rasulullah ﷺ selesai dengan ceritanya, Sayyidina Abu Bakar memandangnya seraya berkata: “Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah ﷻ yang benar dan jujur.”
Rasulullah ﷺ membalas dengan perkatan yang sangat indah dan hebat: “Dan aku bersaksi bahwa engkau adalah ‘As-Siddiq’ (orang yang benar-benar percaya)”.

والله أعلم....
___ Ja'fu Haddar

👇🏼Ikutin channel telegram
SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
🍃Surat Al-Mulk adalah surat yang membela pembacanya, sehingga memasukkanNya kedalam surga.

🌿Dari Anas bin Malik mengatakan, Rasulullah ﷺ
bersabda; bahwa sesungguhnya ada seorang lelaki dari kalangan umat sebelum kalian meninggal dunia, sedangkan tidak ada sesuatu pun dari Kitabullah yang dihafalnya selain dari Tabaraka (surat Al mulk). Setelah lelaki itu dikebumikan, malaikat penanya datang. Maka surat Tabaraka menghadangnya sehingga malaikat itu berkata; Sesungguhnya engkau adalah salah satu dari Kitabullah, dan aku tidak suka membuatmu tidak senang, tetapi aku tidak memiliki kuasa terhadapmu, bagi dia dan juga bagiku, untuk memberi suatu mudarat dan juga suatu manfaat. Jika engkau hendak membela orang ini, maka menghadaplah kepada Allah ﷻ dan mintalah syafa'at dariNya untuk dia. Maka surat itu berangkat menghadap kepada Allah ﷻ kemudian berkata dan memohon;

يا رب ، إن فلانا عمد إلي من بين كتابك فتعلمني ، وتلاني أفتحرقه أنت بالنار ، وتعذبه ، وأنا في جوفه ؟ فإن كنت فاعلا ذاك به فامحني من كتابك .

🌾 YaTuhanku, sesungguhnya si Fulan sengaja memilihku di antara KitabMu, lalu dia mempelajariku dan membacaku serta menghafalku. Maka apakah Engkau akan membakarnya dengan api, sedangkan aku berada di dalam sanubarinya? Jika Engkau hendak mengadzabnya, maka hapuskanlah terlebih dahulu aku dari KitabMu.

🌹Allah ﷻ berfirman; Aku lihat engkau marah, Surat itu menjawab, Sudah seharusnya aku marah. Kemudian Allah ﷻ berfirman; Sekarang pergilah kamu, sesungguhnya Aku telah menyerahkannya kepadamu dan Aku memberi izin kepadamu untuk memberi syafa'at kepadanya.

🍁Kemudian Surat itu kembali dan mengusir malaikat penanya, lalu lelaki itu bangkit dalam keadaan senang hati tanpa mengalami suatu siksaan pun dari malaikat tersebut.

🍂Kemudian surat itu meletakkan mulutnya ke mulut lelaki itu dan berkata, Selamat datang dengan mulut ini, barangkali mulut ini sering digunakan untuk membacaku; dan selamat datang dengan dada ini, barangkali dada ini dipakai untuk menyimpanku; dan selamat datang dengan kedua kaki ini, barangkali ia dipakai untuk berdiri membacaku. Surat itu menghiburnya di dalam kuburnya karena merasa khawatir bila ia kesepian dan merasa takut.

🌴Bahwasanya setelah Rasulullah ﷺ menceritakan kisah ini, maka tiada seorangpun, baik anak kecil, orang dewasa, budak atau orang yang merdeka, melainkan mempelajarinya dan menghafalkannya. Dan Rasulullah ﷺ menamainya dengan sebutan Al-Munjiyah (Surat yang menyelamatkan).

هذا حديث منكر جدا . وروى البيهقي في كتاب " إثبات عذاب القبر " عن ابن مسعود موقوفا ، ومرفوعا ما يشهد لهذا ، وقد كتبناه في كتاب الجنائز من الأحكام الكبرى ، ولله الحمد

🍎Al-Hafidz Imam Baihaqi meriwayatkan yang menguatkan hadis ini, Dari Anas bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda:

سُورَةٌ فِي الْقُرْآنِ خَاصَمَتْ عَنْ صَاحِبِهَا حَتَّى أَدْخَلَتْهُ الْجَنَّةَ: تَبارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْك.ُ
🍏Ada suatu surat yang membela pembacanya sehingga memasukkannya ke dalam surga, yaitu Tabarakal Lazi Biyadihil Mulku (Surat Al-Mulk).

والله أعلم....

📚Di kutib dari Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Mulk

👇DOWNLOAD scan kitabNya 🏼

📥https://goo.gl/v7Kfg2


👇🏼Ikuti dan sebarkan channel telegram SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
🌾 WASIAT NABI NUH عليه السلام KEPADA PUTRANYA

🍃 Dari Abdullah bin Amr yang menceritakan bahwa seorang arab Badui datang kepada Nabi ﷺ dengan memakai jubah yang diberi hiasan dengan kain sutera. Kemudian lelaki Badui itu berkata; "Sesungguhnya teman kalian ini (Maksudnya Nabi ﷺ .) bermaksud akan mengangkat martabat semua penggembala serta anak penggembala dan merendahkan semua pemimpin serta anak pemimpin." Maka Nabi ﷺ bangkit menuju ke tempat lelaki Badui itu dan memegang jubahnya, lalu menariknya seraya bersabda, "Saya melihatmu memakai pakaian orang yang tidak berakal." Kemudian Rasulullah ﷺ . kembali ke tempat duduknya dan duduk lagi, lalu bersabda: Sesungguhnya Nuh عليه السلام ketika menjelang ajalnya memanggil kedua putranya, lalu berwasiat, "Sesungguhnya aku akan berwasiat : Aku perintahkan kamu berdua untuk mengerjakan dua perkara dan aku larang kamu melakukan dua perkara lainnya. Aku larang kalian mem­persekutukan Allah dan takabur/sombong. Dan aku perintah­kan kamu berdua membaca kalimat 'Tidak ada Tuhan selain Allah'. Karena sesungguhnya langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya, jikalau diletakkan pada salah satu sisi timbangan, lalu di sisi lainnya diletakkan kalimat "Tidak ada Tuhan selain Allah", tentulah kalimat itu lebih berat. Dan seandainya langit dan bumi kedua-duanya dijadikan satu, lalu diletakkan padanya kalimat "Tidak ada Tuhan selain Allah", niscaya kalimat itu akan memotongnya atau membuatnya terbe­lah. Dan aku perintahkan kamu berdua untuk membaca 'Maha­suci Allah dan memuji kepada-Nya, karena sesungguh­nya kalimat ini merupakan doa semua makhluk, dan karenanya segala sesuatu mendapat rezekinya.”

📜 Hadits riwayat Imam Ahmad

👇🏼Ikuti dan Share Channel Telegram SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
🕛 DETIK-DETIK PERISTIWA ISRA'

🌾 Dari Anas bin Malik رضي الله عنه mengatakan bahwa ketika Malaikat Jibril da­tang kepada Rasulullah ﷺ dengan membawa Buraq, maka Buraq se­akan-akan menggerak-gerakkan ekornya. Lalu Malaikat Jibril berkata kepadanya, "Diamlah, hai Buraq. Demi Allah, tiada ada seorang pun yang menaikimu semisal dengan dia!" Rasulullah ﷺ berangkat dengan mengendarai Buraq, tiba-tiba be­liau berjumpa dengan nenek-nenek di pinggir jalan yang dilewatinya, maka Nabi ﷺ bertanya; "Siapakah nenek-nenek ini, hai Jibril?" Jibril berkata, "Hai Muhammad, lanjutkanlah perjalananmu." Nabi ﷺ melanjutkan perjalanannya, dan tiba-tiba ada sesuatu yang memanggilnya seraya menjauh dari jalan. Suara itu berseru, "Kemarilah Muhammad." Maka Jibril berka­ta kepada Nabi ﷺ ., "Hai Muhammad, lanjutkanlah perjalananmu!" Maka Nabi ﷺ . melanjutkan perjalanannya. Maka Nabi ﷺ berjumpa dengan beberapa Makhluk Allah dari golongan Manusia. Mereka mengucapkan;

"السَّلَام عَلَيْك يَا أَوَّل السَّلَام عَلَيْك يَا آخِر السَّلَام عَلَيْك يَا حَاشِر"

"Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada­mu, wahai orang yang pertama; semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada­mu, wahai orang yang terakhir; semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu, wahai orang yang menghimpun (manusia)."
Kemudian Malaikat Jibril berkata kepadanya, "Hai Muhammad, jawablah salam itu." Maka Nabi ﷺ menjawab salam mereka. Kemudian Nabi ﷺ berjumpa dengan sejumlah orang untuk yang kedua kalinya, dan mereka mengatakan hal yang sama seperti apa yang dikatakan oleh golongan yang pertama. Demikianlah pula ketika berjumpa dengan golongan yang ketiga, hingga sampai di Baitul Maqdis. Kemudian disuguhkan kepada Nabi ﷺ arak, air, dan susu, maka Rasulullah ﷺ mengambil susu dan meminumnya. Dan Malaikat Jibril berkata kepadanya, "Engkau telah memilih fitrah. Seandainya kamu meminun air, niscaya kamu tenggelam dan umatmu akan tenggelam pula. Dan seandainya kamu meminun arak/khamr, tentulah kamu sesat dan sesat pula umatmu." Kemudian dibangkitkanlah untuk Nabi ﷺ Nabi Adam dan nabi-nabi lain yang sesudahnya, maka Rasulullah ﷺ menjadi imam mereka di malam itu. Setelah itu Jibril berkata kepada Nabi ﷺ "Adapun nenek-nenek tadi yang kamu lihat ada di pinggir jalan, maka tiada yang tersisa dari usia dunia ini selain usia yang tersisa dari si nenek-nenek itu. Sedangkan orang yang memanggilmu agar kamu mendekat kepadanya, dia adalah Iblis, dia bermaksud agar kamu cenderung kepadanya. Adapun orang-orang yang mengucapkan salam kepadamu, mereka adalah Nabi Ibrahim dan Nabi Musa serta Nabi isa عليهم السلام "

📜 Hadits riwayat Al-Hafidz Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari

والله أعلم....

👇🏼Ikuti dan Share Channel Telegram SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
MEMBELA KITAB IHYA ULUMUDDIN

Jika ada yang bertanya, "mengapa di dalam kitab Ihya ulumuddin karya Imam Al-Ghazali banyak terdapat hadits dhaif ?".

Perlu di ketahui di dalam kitab ihya juga sangat banyak terdapat Ayat-ayat Al-Qur'an dan juga terdapat hadits-hadits baik yang sahih,hasan maupun dhaif.
Kitab Ihya ulumuddin bukanlah kitab hadits (Kitab yang secara khusus menjelaskan tentang hadits-hadits Nabi) seperti kitab Sahih atau Kitab Sunan maupun Kitab Musnad dan lainya.
Kitab Ihya merupakan kitab nasehat-nasehat Agama, oleh sebab itu di dalam kitab Ihya juga terdapat hadist-hadits yang dhaif yang fungsinya sebagai fadhail al-a’mal dan juga sebagai Targhib dan Tarhib (anjuran dan peringatan).

Begitu juga jika kita lihat kitab-kitab Tafsir Al-Quran, seperti Kitab Tafsir At-thabari atau kitab Tafsir Ibnu Katsir dan lainya, pada kitab-kitab tafsir tersebut sangat banyak sekali terdapat hadist-hadis dhaif bahkan ada juga hadist munkar dan juga ada kisah-kisah Israiliyat.
Dan hal ini merupakan suatu hal yang wajar dan hal ini tidaklah merendahkan kualitas dari kitab-kitab tersebut, bahkan bisa di sebut ilmiah sebab metode yang di gunakan oleh kitab-kitab tafsir maupun kitab-kitab nasehat Agama bertujuan menyajikan penjelasan yang komplit dan kongkrit sebagai tambahan ilmu dan wawasan bagi pembacanya, serta menunjukan keluasan Ilmu penulisnya.

والله أعلم....

_____
Di tulis oleh: Abu Muhammad Al-Maduri حفظه الله.

👇🏼Ikuti dan Share Channel Telegram SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
SEKELUMIT KISAH KETURUNAN NABI IBRAHIM YANG BERTAUHID

Di dalam Al-Qur'an disebutkan:

إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ. إِلا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ. وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ

Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya. (Qs. Az-Zukhruf: 26-27)

Ibnu Abbas mengatakan berkenaan dengan ayat ini; di riwayatkan oleh abdullah bin Humaid dalam tafsirnya berkata;
Dari ibnu Abbas tentang kalimat yang di jadikannya tetap ada pada keturunanya, beliau berkata; yaitu kalimat tauhid (tiada tuhan selain Allah) akan selalu ada pada keturunan Nabi ibrahim.

Dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid Ma'mar dari Qatadah dalam menjelaskan ayat tersebut hal yang sama dengan Tafsir Ibnu Abbas, dengan tambahan keterangan, pada keturunan Nabi ibrahim senantiasa ada yang menyembah Allah ﷻ dan meng-esakanya.

Sudah tentu leluhur Nabi Muhammad ﷺ yang akan memegang kalimat tauhid tersebut secara turun temurun sebab dari merekalah akan lahir penutup para Nabi dan Rasul, hal ini merupakan harapan dan do'a Nabi Ibrahim yang beliau panjatkan di hadapan ka'bah, yang terabadikan pada ayat:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala(Qs:Ibrahim: 35)

Dan pada ayat yang lain juga di sebutkan:

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (Qs:Ibrahim: 40)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari mujahid berkenaan dengan ayat ini beliau berkata;
Allah telah menerima doa Nabi Ibrahim dan tidak ada dari keturunan beliau yang menyembah berhala, demikian juga Allah jadikan dari anak cucunya yang akan terus menegakkan shalat.

Kita ketahui bersama bahwa silsilah nasab ayah bunda Nabi ﷺ keduanya bersambung sampai kepada Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim dan sudah tentu tidak dapat di pisahkan dari doa Nabi ibrahim tersebut.

Selanjutnya perhatikan hadis-hadis berikut:

Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah dari anak Ismail, memilih Quraisy dari Kinanah, memilih Bani Hasyim dari Quraisy, dan memilihku dari Bani Hasyim.(Hr. Muslim).

Imam Al-Baihaqi dalam kitab Dalaailu An-Nubuwah, meriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda;
Umat manusia terpecah menjadi dua golongan maka aku di letakkan di pihak terbaik di antara golongan sejak adam hingga berakhir kepada ayah bundaku.

Abu Nu'Aim dalam bukunya Dalaailu An-Nubuwah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sebuah hadits:
Senantiasa Allah memindahkan aku, dari sulbi sulbi yang baik ke rahim yang suci, terpilih, mulia, tidak bercabang dua sesuatu golongan melainkan aku di letakkan di tempat yang terbaik.

Dan masih ada lagi beberapa hadits yang senada dengan hadis tersebut .
والله أعلم....

📚Di kutib dari buku Islam Esensial

👇🏼Ikuti dan Share Channel Telegram SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
ALLAH ﷻ TIDAK AKAN MENGAZAB SUATU KAUM SEBELUM DI UTUSNYA SEORANG RASUL

Di dalam Al-Qur'an di sebutkan:

وَمَا أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ إِلا لَهَا مُنْذِرُونَ. ذِكْرَى وَمَا كُنَّا ظَالِمِينَ
Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan; untuk menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim.
[QS. Asy-Syu'ara': Ayat 208-209]

Hal ini merupakan keadilan Allah ﷻ pada makhluk­Nya, bahwa Allah ﷻ tidak sekali-kali membinasakan dan mengazab suatu umat melainkan sesudah memberikan alasan dan memberikan peringatan serta mengutus rasul-rasul-Nya kepada mereka.
Pengertian sama dengan ayat:

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا
Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul [QS. Al-Isra': Ayat 15]

Dan juga pada ayat:

وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى حَتَّى يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا
Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan kota-kota sebelum Dia mengutus di ibu kota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka.
[QS. Al-Qasas: Ayat 59]

Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an diatas maka jelaslah bahwasanya Allah ﷻ tidak akan menyiksa siapa-pun dengan siksaan apa-pun, di dunia maupun di akhirat, sebelum mengutus seorang rasul, sebagai pembawa risalah dan syariat agama.

والله أعلم....

📌 Abu Muhammad Al-Maduri حفظه الله.

👇🏼Ikuti dan Share Channel Telegram SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
Kontradiktif Syeikh Albani dalam memberi penilaian dhaif dan sahih suatu hadits.

#Bagian: 6

عن عبد الله بن عكيم قال أتانا كتاب النبي صلى الله عليه وسلم ، أن لا تنتفعوا من الميتة بإهاب ولا عصب.

Hadits dari abdullah bin ukaim, beliau berkata; " Kami menerima surat dari Nabi ﷺ yang isi-nya; janganlah kalian memanfaatkan kulit dan urat dari hewan yang telah menjadi bangkai". [HR. Imam Abu Daud, An-Nasa'i, At-tirmidzi, Ibnu Majah]

Dalam Irwa Al-Ghalil, Albani menilai hadits ini sahih.
Namun dalam Al-Misykah, Albani memberi kesimpulan tentang hadits ini bahwa hadits ini simpang-siur (mudhtharib) pada matan dan sanad-nya.

Untuk kesekian kalinya kami himbau tujuan tulisan ini bukan untuk melecehkan atau menghina tokoh tertentu dan sudah kami jelaskan pada tulisan #Bagian: 1
jadi tidak perlu kami jelaskan kembali. Dan hal ini hanya sekedar kritik ilmiah terhadap penilaian Syeikh Albani yang banyak terjadi pertentangan dan kesimpang siuran.

الله المستعان...

📌 Abu Muhammad Al-Maduri حفظه الله

👇🏼Ikuti dan Share Channel Telegram SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
KEUTAMAAN MALAM NISHFU SYA'BAN

Bulan Sya’ban termasuk salah satu bulan yang agung dalam pandangan syara’. Rasulullah SAW memuliakan bulan Sya’ban dengan menambah aktifitas ibadah. Sehingga menambah ibadah pada bulan Sya’ban sangat dianjurkan sebagaimana diterangkan dalam hadits shahih. Apabila pada hari-hari bulan Sya’ban dianjurkan meningkatkan aktifitas ibadah dan kebajikan, maka pada malam nishfu Sya’ban lebih dianjurkan lagi karena terdapat banyak hadits yang diriwayatkan dari Nabi SAW tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban melebihi hari-hari yang lain pada bulan yang sama. Hadits-hadits tersebut diriwayatkan dari Abdullah bin Amr, Mu’adz bin Jabal, Abu Hurairah, Abu Tsa’labah, Auf bin Malik, Abu Bakar al-Shiddiq, Abu Musa dan Aisyah radhiyallahu ‘anhum.

Hadits Pertama
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلىَ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلاَّ لاِثْنَيْنِ مُشَاحِنٍ وَقَاتِلِ نَفْسٍ . أخرجه أحمد
“Dari Abdullah bin Amr, dari Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, lalu memberikan ampunan kepada hamba-hamba-Nya kecuali dua orang yang tidak diampuninya, yaitu orang yang bermusuhan dan pembunuh orang.” (HR. Ahmad dalam al-Musnad [2/176] dengan sanad yang lemah, sebagaimana dapat dilihat dalam al-Targhib wa al-Tarhib [3/284] dan Majma’ al-Zawaid [8/65]).

Hadits Kedua
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَطَّلِعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ . أخرجه ابن حبان في صحيحه والطبراني، وأبو نعيم في الحلية.
“Dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, lalu memberikan ampunan kepada seluruh makhluk-Nya kecuali kepada orang yang menyekutukan Allah atau orang yang bermusuhan.” (HR. Ibn Hibban dalam Shahih-nya [12/481], al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir [20/109] dan al-Mu’jam al-Ausath, dan Abu Nu’aim dalam Hilyah al-Auliya’ [5/195], semuanya dari jalur Makhul, dari Malik bin Yukhamir dari Mu’adz secara marfu’. Al-Hafizh al-Haitsami berkata dalam Majma’ al-Zawaid [8/65], “Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan al-Mu’jam al-Ausath, dan para perawinya dapat dipercaya”. Malik bin Yukhamir seorang perawi tsiqah dan mukhadhram (generasi tabi’in yang mengikuti masa Jahiliyah), sedangkan Makhul pernah menjumpainya, sehingga hadits ini tidak mengalami keterputusan (inqitha’), sebagaimana asumsi sebagian kalangan. Kesimpulannya, Ibnu Hibban sangat tepat dalam menilai shahih hadits tersebut.
Hadits di atas juga diriwayatkan dari 3) jalur Abu Hurairah oleh al-Bazzar dalam Musnad-nya [2/436], 4) jalur Abu Tsa’labah al-Khusyani oleh al-Thabarani [Majma’ al-Zawaid 8/65] dan Ibnu Abi Ashim dalam al-Sunnah [1/223], 5) jalur Auf bin Malik oleh al-Bazzar [2/463], 6) jalur Abu Bakar al-Shiddiq oleh Ibnu Khuzaimah dalam al-Tauhid [no. 90] dan Ibnu Abi Ashim [no. 509], 7) jalur Abu Musa oleh Ibnu Majah [1/446] dan al-Lalaka’i [no. 763] dan 8) jalur Aisyah oleh Ahmad [6/238], al-Tirmidzi [3/107] dan Ibnu Majah [1/445].

Kesimpulan dari riwayat-riwayat tersebut adalah menetapkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban secara khusus, dan salah satu dari riwayat di atas telah dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Bahkan al-Albani – ulama Salafi-Wahabi -, juga menilainya shahih dalam Silsilah al-Ahadits al-Shahihah [1144], dalam Shahih Sunan Ibn Majah [1/233] dan dalam ta’liq terhadap kitab al-Sunnah karya Ibnu Abi Ashim [no. 509, 510, 511 dan 512). Riwayat yang shahih ini, sekaligus menaikkan riwayat-riwayat lainnya yang dianggap dha’if menjadi hasan lighairihi sebagaimana telah menjadi ketetapan dalam ilmu hadits. Malam Nishfu Sya’ban memiliki dasar yang sangat kuat, umat Islam sejak generasi salaf banyak yang menghidupkannya dengan aneka ragam ibadah seperti shalat, doa dan lain-lain.
والله أعلم.....

📝 Di kutib dari tulisan Ustadz Idrus Ramli حفظه الله
Akidah Imam Malik ibn Anas (w 179 H)

Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah

Al-Hafizh al-Bayhaqi dalam karyanya berjudul al-Asma’ Wa ash-Shifat, dengan sanad yang baik (jayyid), -sebagaimana penilaian al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari-, meriwayatkan dari al-Imam Malik dari jalur Abdullah ibn Wahb, bahwa ia -Abdullah ibn Wahb-, berkata:
“Suatu ketika kami berada di majelis al-Imam Malik, tiba-tiba seseorang datang menghadap al-Imam, seraya berkata: Wahai Abu Abdillah, ar-Rahman ‘Ala al-arsy Istawa, bagaimanakah Istawa Allah?. Abdullah ibn Wahab berkata: Ketika al-Imam Malik mendengar perkataan orang tersebut maka beliau menundukan kepala dengan badan bergetar dengan mengeluarkan keringat. Lalu beliau mengangkat kepala menjawab perkataan orang itu: “ar-Rahman ‘Ala al-arsy Istawa sebagaimana Dia mensifati diri-Nya sendiri, tidak boleh dikatakan bagi-Nya bagaimana, karena “bagaimana” (sifat benda) tidak ada bagi-Nya. Engkau ini adalah seorang yang berkeyakinan buruk, ahli bid’ah, keluarkan orang ini dari sini”. Lalu kemudian orang tersebut dikeluarkan dari majelis al-Imam Malik (Al-Asma’ Wa ash-Shifat, h. 408)”.

Anda perhatikan; Perkataan al-Imam Malik: “Engkau ini adalah seorang yang berkeyakinan buruk, ahli bid’ah, keluarkan orang ini dari sini”, hal itu karena orang tersebut mempertanyakan makna Istawa dengan kata-kata “Bagaimana?”. Seandainya orang itu hanya bertanya apa makna ayat tersebut, sambil tetap meyakini bahwa ayat tersebut tidak boleh diambil makna zhahirnya, maka tentu al-Imam Malik tidak membantah dan tidak mengusirnya.

والله أعلم....

📝 Di kutib dari tulisan Ustadz khalil Abou Fateh حفظه الله 

👇🏼Ikuti dan Share Channel Telegram SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja
Penjelasan ilmiah imam As-suyuti رحمه الله dalam kitab Masalikul hunafaa'.

Hadits Imam Muslim dalam kitab sahihnya yang di riwayatkan dari Abu Bakar bin Abi Syaibah dari Affan dari Hammad bin salamah dari Tsabit dari Anas:
Seorang laki laki bertanya: "Ya Rasulullah di mana ayahku?" Nabi ﷺ menjawab: "Di neraka". Setelah orang itu pergi maka ia di panggil kembali oleh Nabi ﷺ kemudian bersabda: "Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka".

Mengenai hadits ini Para Imam Ahli Hadits seperti Imam Ahmad, Imam Muslim, Abu Daud, dan Al-Baihaqi, meriwayatkan hanya melalui jalur Hammad dari Tsabit dari Anas bin Malik.
Hadits ini tidak diriwayatkan dengan jalur selain mereka.

Dalam periwayatan yang lebih tsiqah yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Ma’mar, tidak terdapat lafadz yang menyebutkan kalimat bahwa ayah Nabi ﷺ termasuk ahli neraka. Namun Kalimatnya adalah:

إذا مررت بقبر كافر فبشره بالنار

"Apabila kamu melewati kuburan orang kafir maka sampaikalah kepadanya berita ancaman tentang api neraka".

Dalam periwayatan ini, lebih dipercaya/tsiqah sebab diriwayatakan dari Ma’mar.
Oleh karena itulah imam Bukhari hanya meriwayatkan hadits dari jalur dan isnad Ma’mar dan imam Bukhari tidak menerima periwayatan dari Hammad. Dan tak ada satu-pun para ulama ahli hadits yang mempermasalahkan Ma’mar. Maka seharusnya hadis periwayatan dari jalur Ma’mar lebih didahulukan dari hadis periwayatan imam Muslim dari jalur Hammad.

Dan dikuatkan juga dengan hadits yang di riwayatkan oleh imam Al-Baihaqi, Al-Bazzar dan At-Thabrani dari jalur Sa’ad bin Abi Waqqas, dengan susunan kalimat seperti yang ada dalam hadits Anas melalui jalur Ma'mar :

أنّ أعرابيًا أتى النبى صلّى الله عليه و سلّم فقال " يا رسول الله أين أبى .. ؟ " قال " فى النار " قال " فأين أبوك .. ؟ " قال " حيثما مررت بقبر كافر فبشّره بالنار " .

Bahwasanya ada seorang badui datang kepada Nabi ﷺ dan bertanya; "Wahai Rasulullah di mana ayahku?" Rasulullah menjawab; "Di neraka", Lalu orang dusun arab itu bertanya lagi; "Lalu di mana pula ayahmu ?", Maka Nabi ﷺ menjawab; "Sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka sampaikalah kepadanya berita ancaman tentang api neraka".

Dari riwayat-riwayat yang lebih tsiqah(terpercaya) ini, tidak menyebutkan ayah Nabi ﷺ di neraka, tapi menyebutkan "Jika kamu melewati kuburan orang kafir, maka sampaikanlah kepadanya berita ancaman tentang api neraka".

Maka hadits ini lebih bisa dipegang dari hadits imam Muslim melalui jalur Hammad.

Adapun tambahan kalimat "inna abi wa abaka finnar" adalah tambahan ucapan dari perawi Hammad sendiri yang di riwayatkan berdasarkan hafalanya yang lemah dan ingatanya yang kurang kuat.

Jika hadits sahih bertentangan dengan dalil-dalil lain yang lebih kuat dari hadis tersebut , maka hal itu harus di takwil sebagaimana ketetapan dan kaidah dalam Ilmu Usul.
Demikian imam As-suyuti dalam kitabnya Masalikul hunafaa', tentang ulasanya terhadap hadits Imam Muslim tersebut.

والله أعلم....

📚Di kutib dari buku Islam Esensial

👇🏼Ikuti dan Share Channel Telegram SAHABAT ASWAJA

📥 http://bit.ly/sahabataswaja