⁉️‼️ APAKAH ALLAH MENYIKSAKU KARENA SALATKU?!
عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ : أَنَّهُ رَأَى رَجُلاً يُصَلِّى بَعْدَ طُلُوعِ الْفَجْرِ أَكْثَرَ مِنْ رَكْعَتَيْنِ ، يُكْثِرُ فِيهَا الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ فَنَهَاهُ ، فَقَالَ : يَا أَبَا مُحَمَّدٍ يُعَذِّبُنِى اللَّهُ عَلَى الصَّلاَةِ ؟ قَالَ : لاَ وَلَكِنْ يُعَذِّبُكَ عَلَى خِلاَفِ السُّنَّةِ.
🍃 Dari Sa'id bin Al Musayyab, bahwa beliau melihat seseorang salat setelah terbitnya fajar lebih dari dua rakaat. Dia banyak melakukan ruku dan sujud. Maka Sa'id pun melarangnya.
❓ Orang itu pun mengatakan, "Apakah Allah akan menyiksaku karena salat?"
‼️ Sa'id pun menjawab, "Tidak. Akan tetapi, Allah menyiksamu karena engkau menyelisihi ajaran Nabi."
📚 diriwayatkan oleh Al Baihaqi
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
✍🏻 Imam Al Albani mengatakan,
وهذا من بدائع أجوبة سعيد بن المسيب رحمه الله تعالى وهو سلاح قوي على المبتدعة الذين يستحسنون كثيرا من البدع باسم انها ذكر وصلاة ثم ينكرون على أهل السنة إنكار ذلك عليهم ويتهمونهم بأنهم ينكرون الذكر والصلاة ! ! وهم في الحقيقة إنما ينكرون خلافهم للسنة في الذكر والصلاة ونحو ذلك
💐 Ini di antara bagusnya jawaban Sa'id bin Al Musayyab rahimahullah ta'ala. Inilah senjata yang kuat untuk membantah pelaku bid'ah yang menganggap baik banyak dari hal bid'ah.
‼️ Mereka menyebut bid'ah tersebut zikir dan salat. Lalu, mereka mengingkari Ahlus Sunnah yang tidak membolehkan hal itu. Para pelaku bid'ah itu menuduh bahwa Ahlus Sunnah tidak membolehkan zikir dan salat! Padahal sejatinya, Ahlus Sunnah hanyalah mengingkari mereka yang menyelisihi ajaran Nabi dalam zikir, salat, dan yang semisalnya.
📚 Irwa'ul Ghalil
•┈┈•┈┈•⊰✿📚✿⊱•┈┈•┈┈
#albani #bidah #sunnah
🌏 Website: tashfiyah.com ||| telegram.tashfiyah.com
📱 Gabung Channel Majalah Tashfiyah : bit.ly/tashfiyah
عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ : أَنَّهُ رَأَى رَجُلاً يُصَلِّى بَعْدَ طُلُوعِ الْفَجْرِ أَكْثَرَ مِنْ رَكْعَتَيْنِ ، يُكْثِرُ فِيهَا الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ فَنَهَاهُ ، فَقَالَ : يَا أَبَا مُحَمَّدٍ يُعَذِّبُنِى اللَّهُ عَلَى الصَّلاَةِ ؟ قَالَ : لاَ وَلَكِنْ يُعَذِّبُكَ عَلَى خِلاَفِ السُّنَّةِ.
🍃 Dari Sa'id bin Al Musayyab, bahwa beliau melihat seseorang salat setelah terbitnya fajar lebih dari dua rakaat. Dia banyak melakukan ruku dan sujud. Maka Sa'id pun melarangnya.
❓ Orang itu pun mengatakan, "Apakah Allah akan menyiksaku karena salat?"
‼️ Sa'id pun menjawab, "Tidak. Akan tetapi, Allah menyiksamu karena engkau menyelisihi ajaran Nabi."
📚 diriwayatkan oleh Al Baihaqi
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
✍🏻 Imam Al Albani mengatakan,
وهذا من بدائع أجوبة سعيد بن المسيب رحمه الله تعالى وهو سلاح قوي على المبتدعة الذين يستحسنون كثيرا من البدع باسم انها ذكر وصلاة ثم ينكرون على أهل السنة إنكار ذلك عليهم ويتهمونهم بأنهم ينكرون الذكر والصلاة ! ! وهم في الحقيقة إنما ينكرون خلافهم للسنة في الذكر والصلاة ونحو ذلك
💐 Ini di antara bagusnya jawaban Sa'id bin Al Musayyab rahimahullah ta'ala. Inilah senjata yang kuat untuk membantah pelaku bid'ah yang menganggap baik banyak dari hal bid'ah.
‼️ Mereka menyebut bid'ah tersebut zikir dan salat. Lalu, mereka mengingkari Ahlus Sunnah yang tidak membolehkan hal itu. Para pelaku bid'ah itu menuduh bahwa Ahlus Sunnah tidak membolehkan zikir dan salat! Padahal sejatinya, Ahlus Sunnah hanyalah mengingkari mereka yang menyelisihi ajaran Nabi dalam zikir, salat, dan yang semisalnya.
📚 Irwa'ul Ghalil
•┈┈•┈┈•⊰✿📚✿⊱•┈┈•┈┈
#albani #bidah #sunnah
🌏 Website: tashfiyah.com ||| telegram.tashfiyah.com
📱 Gabung Channel Majalah Tashfiyah : bit.ly/tashfiyah
‼️‼️ IBNU MAS'UD: BETAPA BANYAK YANG INGIN KEBAIKAN, TAPI TIDAK MENDAPATKANNYA
📝 Salah seorang tabi'in bercerita,
▪️ "Dulu, kami duduk dekat pintu Abdullah bin Mas'ud sebelum salat Subuh. Jika beliau keluar, kami jalan bersama ke masjid.
▪️ Tiba-tiba datanglah Abu Musa Al Asy'ari. Dia bertanya, 'Apakah Abu Abdirrahman (Ibnu Mas'ud) sudah keluar menemui kalian?'
▪️ 'Belum,' jawab kami.
▪️ Abu Musa pun duduk bersama kami sampai Ibnu Mas'ud keluar. Saat Ibnu Mas'ud keluar, kami semua berdiri menghampiri beliau. Abu Musa mengatakan, 'Wahai Abu Abdirrahman (Ibnu Mas'ud), sungguh, saya lihat di masjid, baru saja, ada suatu perkara yang tidak pernah aku kenal. Tapi, walhamdulillah, saya pandang perkara itu baik.'
▪️ 'Apa itu?' tanya Ibnu Mas'ud.
▪️ 'Jika Anda masih hidup, niscaya Anda akan melihat sendiri. Aku melihat di masjid, ada sekelompok orang. Mereka duduk dalam beberapa lingkaran menunggu salat. Setiap lingkaran ada seorang, di tangannya ada kerikil. Dia katakan, 'Takbirlah seratus kali!' Kelompok itu pun takbir seratus kali. 'Tahlillah seratus kali!' Mereka pun tahlil seratus kali. 'Tasbihlah seratus kali!' Mereka pun tasbih seratus kali.' terang Abu Musa.
▪️ 'Lantas, apa yang engkau katakan pada mereka?' tanya Ibnu Mas'ud.
▪️ 'Saya tidak mengatakan apa-apa. Saya menunggu pendapat dan perintah Anda.' kata Abu Musa.
▪️ 'Kenapa tidak engkau perintahkan mereka untuk menghitung kesalahan mereka, dan engkau jamin bahwa kebaikan mereka tidak akan ada yang hilang?' kata Ibnu Mas'ud.
▪️ Berjalanlah kami, hingga sampai di salah satu halaqah itu. Ibnu Mas'ud berdiri menghadap mereka dan mengatakan, 'Apa ini yang saya lihat kalian perbuat?'
▪️ 'Wahai Abu Abdirrahman (Ibnu Mas'ud) ini hanya sekadar kerikil untuk menghitung takbir, tahlil, dan tasbih.' kata salah seorang mereka.
▪️ 'Hitunglah dosa kalian. Saya jamin, tidak ada kebaikan kalian yang hilang.'
▪️ 'Kasihan kalian ini wahai umat Muhammad. Betapa cepat kebinasaan kalian. Lihat mereka itu, shahabat Nabi kalian shallallahu 'alaihi wasallam, masih banyak. Lihat ini baju beliau belum juga usang dan bejana beliau pun belum rusak.' kata Ibnu Mas'ud.
▪️ *'Demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, apa kalian itu di atas agama yang lebih terbimbing dari agama Muhammad?! Atau kalian mau membuka pintu kesesatan?!'* ingkar Ibnu Mas'ud.
▪️ 'Demi Allah, wahai Abu Abdirrahman (Ibnu Mas'ud) kami hanya menginginkan kebaikan.' kata salah seorang mereka.
▪️ *'Betapa banyak orang ingin kebaikan, namun tidak mendapatkannya.'* kata Ibnu Mas'ud.
▪️ 'Sungguh, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memberitakan kepada kami, ada sekelompok orang yang membaca Al Quran namun tidak melampaui tenggorokannya (hanya bacaan lisan, tidak ditadabburi sampai ke kalbu). Demi Allah, aku tidak tahu, mungkin saja mayoritasnya dari kalian.' kata Abdullah bin Mas'ud. Beliau pun berpaling meninggalkan mereka.
🔺 Suatu hari, Amr bin Salimah mengatakan, 'Kami melihat mayoritas orang yang mengadakan halaqah zikir tersebut, ternyata memerangi kami pada perang Nahrawan bersama dengan barisan Khawarij."
📚 SUNAN AD DARIMI
#sunnah #bidah
🌏 Website: tashfiyah.com ||| telegram.tashfiyah.com
📱 Gabung Channel Majalah Tashfiyah : bit.ly/tashfiyah
📝 Salah seorang tabi'in bercerita,
▪️ "Dulu, kami duduk dekat pintu Abdullah bin Mas'ud sebelum salat Subuh. Jika beliau keluar, kami jalan bersama ke masjid.
▪️ Tiba-tiba datanglah Abu Musa Al Asy'ari. Dia bertanya, 'Apakah Abu Abdirrahman (Ibnu Mas'ud) sudah keluar menemui kalian?'
▪️ 'Belum,' jawab kami.
▪️ Abu Musa pun duduk bersama kami sampai Ibnu Mas'ud keluar. Saat Ibnu Mas'ud keluar, kami semua berdiri menghampiri beliau. Abu Musa mengatakan, 'Wahai Abu Abdirrahman (Ibnu Mas'ud), sungguh, saya lihat di masjid, baru saja, ada suatu perkara yang tidak pernah aku kenal. Tapi, walhamdulillah, saya pandang perkara itu baik.'
▪️ 'Apa itu?' tanya Ibnu Mas'ud.
▪️ 'Jika Anda masih hidup, niscaya Anda akan melihat sendiri. Aku melihat di masjid, ada sekelompok orang. Mereka duduk dalam beberapa lingkaran menunggu salat. Setiap lingkaran ada seorang, di tangannya ada kerikil. Dia katakan, 'Takbirlah seratus kali!' Kelompok itu pun takbir seratus kali. 'Tahlillah seratus kali!' Mereka pun tahlil seratus kali. 'Tasbihlah seratus kali!' Mereka pun tasbih seratus kali.' terang Abu Musa.
▪️ 'Lantas, apa yang engkau katakan pada mereka?' tanya Ibnu Mas'ud.
▪️ 'Saya tidak mengatakan apa-apa. Saya menunggu pendapat dan perintah Anda.' kata Abu Musa.
▪️ 'Kenapa tidak engkau perintahkan mereka untuk menghitung kesalahan mereka, dan engkau jamin bahwa kebaikan mereka tidak akan ada yang hilang?' kata Ibnu Mas'ud.
▪️ Berjalanlah kami, hingga sampai di salah satu halaqah itu. Ibnu Mas'ud berdiri menghadap mereka dan mengatakan, 'Apa ini yang saya lihat kalian perbuat?'
▪️ 'Wahai Abu Abdirrahman (Ibnu Mas'ud) ini hanya sekadar kerikil untuk menghitung takbir, tahlil, dan tasbih.' kata salah seorang mereka.
▪️ 'Hitunglah dosa kalian. Saya jamin, tidak ada kebaikan kalian yang hilang.'
▪️ 'Kasihan kalian ini wahai umat Muhammad. Betapa cepat kebinasaan kalian. Lihat mereka itu, shahabat Nabi kalian shallallahu 'alaihi wasallam, masih banyak. Lihat ini baju beliau belum juga usang dan bejana beliau pun belum rusak.' kata Ibnu Mas'ud.
▪️ *'Demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, apa kalian itu di atas agama yang lebih terbimbing dari agama Muhammad?! Atau kalian mau membuka pintu kesesatan?!'* ingkar Ibnu Mas'ud.
▪️ 'Demi Allah, wahai Abu Abdirrahman (Ibnu Mas'ud) kami hanya menginginkan kebaikan.' kata salah seorang mereka.
▪️ *'Betapa banyak orang ingin kebaikan, namun tidak mendapatkannya.'* kata Ibnu Mas'ud.
▪️ 'Sungguh, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memberitakan kepada kami, ada sekelompok orang yang membaca Al Quran namun tidak melampaui tenggorokannya (hanya bacaan lisan, tidak ditadabburi sampai ke kalbu). Demi Allah, aku tidak tahu, mungkin saja mayoritasnya dari kalian.' kata Abdullah bin Mas'ud. Beliau pun berpaling meninggalkan mereka.
🔺 Suatu hari, Amr bin Salimah mengatakan, 'Kami melihat mayoritas orang yang mengadakan halaqah zikir tersebut, ternyata memerangi kami pada perang Nahrawan bersama dengan barisan Khawarij."
📚 SUNAN AD DARIMI
#sunnah #bidah
🌏 Website: tashfiyah.com ||| telegram.tashfiyah.com
📱 Gabung Channel Majalah Tashfiyah : bit.ly/tashfiyah
كُنَّا نَجْلِسُ عَلَى بَابِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَبْلَ صَلاَةِ الْغَدَاةِ ، فَإِذَا خَرَجَ مَشَيْنَا مَعَهُ إِلَى الْمَسْجِدِ ، فَجَاءَنَا أَبُو مُوسَى الأَشْعَرِىُّ فَقَالَ : أَخَرَجَ إِلَيْكُمْ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ بَعْدُ؟ قُلْنَا : لاَ ، فَجَلَسَ مَعَنَا حَتَّى خَرَجَ ، فَلَمَّا خَرَجَ قُمْنَا إِلَيْهِ جَمِيعاً ، فَقَالَ لَهُ أَبُو مُوسَى : يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنِّى رَأَيْتُ فِى الْمَسْجِدِ آنِفاً أَمْراً أَنْكَرْتُهُ ، وَلَمْ أَرَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ إِلاَّ خَيْراً. قَالَ : فَمَا هُوَ؟ فَقَالَ : إِنْ عِشْتَ فَسَتَرَاهُ - قَالَ - رَأَيْتُ فِى الْمَسْجِدِ قَوْماً حِلَقاً جُلُوساً يَنْتَظِرُونَ الصَّلاَةَ ، فِى كُلِّ حَلْقَةٍ رَجُلٌ ، وَفِى أَيْدِيهِمْ حَصًى فَيَقُولُ : كَبِّرُوا مِائَةً ، فَيُكَبِّرُونَ مِائَةً ، فَيَقُولُ : هَلِّلُوا مِائَةً ، فَيُهَلِّلُونَ مِائَةً ، وَيَقُولُ : سَبِّحُوا مِائَةً فَيُسَبِّحُونَ مِائَةً. قَالَ : فَمَاذَا قُلْتَ لَهُمْ؟ قَالَ : مَا قُلْتُ لَهُمْ شَيْئاً انْتِظَارَ رَأْيِكَ أَوِ انْتِظَارَ أَمْرِكَ. قَالَ : أَفَلاَ أَمَرْتَهُمْ أَنْ يَعُدُّوا سَيِّئَاتِهِمْ وَضَمِنْتَ لَهُمْ أَنْ لاَ يَضِيعَ مِنْ حَسَنَاتِهِمْ. ثُمَّ مَضَى وَمَضَيْنَا مَعَهُ حَتَّى أَتَى حَلْقَةً مِنْ تِلْكَ الْحِلَقِ ، فَوَقَفَ عَلَيْهِمْ فَقَالَ : مَا هَذَا الَّذِى أَرَاكُمْ تَصْنَعُونَ؟ قَالُوا : يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَصًى نَعُدُّ بِهِ التَّكْبِيرَ وَالتَّهْلِيلَ وَالتَّسْبِيحَ. قَالَ : فَعُدُّوا سَيِّئَاتِكُمْ فَأَنَا ضَامِنٌ أَنْ لاَ يَضِيعَ مِنْ حَسَنَاتِكُمْ شَىْءٌ ، وَيْحَكُمْ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ مَا أَسْرَعَ هَلَكَتَكُمْ ، هَؤُلاَءِ صَحَابَةُ نَبِيِّكُمْ -صلى الله عليه وسلم- مُتَوَافِرُونَ وَهَذِهِ ثِيَابُهُ لَمْ تَبْلَ وَآنِيَتُهُ لَمْ تُكْسَرْ ، وَالَّذِى نَفْسِى فِى يَدِهِ إِنَّكُمْ لَعَلَى مِلَّةٍ هِىَ أَهْدَى مِنْ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ ، أَوْ مُفْتَتِحِى بَابِ ضَلاَلَةٍ. قَالُوا : وَاللَّهِ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَا أَرَدْنَا إِلاَّ الْخَيْرَ. قَالَ : وَكَمْ مِنْ مُرِيدٍ لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيبَهُ ، إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَدَّثَنَا أَنَّ قَوْماً يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ ، وَايْمُ اللَّهِ مَا أَدْرِى لَعَلَّ أَكْثَرَهُمْ مِنْكُمْ. ثُمَّ تَوَلَّى عَنْهُمْ ، فَقَالَ عَمْرُو بْنُ سَلِمَةَ : رَأَيْنَا عَامَّةَ أُولَئِكَ الْحِلَقِ يُطَاعِنُونَا يَوْمَ النَّهْرَوَانِ مَعَ الْخَوَارِجِ
📚 SUNAN AD DARIMI
•┈┈•┈┈•⊰✿📚✿⊱•┈┈•┈┈
#bidah #sunnah
🌏 Website: tashfiyah.com ||| telegram.tashfiyah.com
📱 Gabung Channel Majalah Tashfiyah : bit.ly/tashfiyah
📚 SUNAN AD DARIMI
•┈┈•┈┈•⊰✿📚✿⊱•┈┈•┈┈
#bidah #sunnah
🌏 Website: tashfiyah.com ||| telegram.tashfiyah.com
📱 Gabung Channel Majalah Tashfiyah : bit.ly/tashfiyah
💐💐 DUA NIKMAT BESAR: ISLAM DAN DI ATAS SUNNAH NABI
✍🏻 Abdullah bin Umar bin Al Khatthab radhiyallahu 'anhuma mengatakan,
ما فرحت بشيء من الإسلام أشد فرحا بأن قلبي لم يدخله شيء من هذه الأهواء
➡️ "Tidaklah saya bergembira dengan sesuatu daripada Islam, lebih dari kegembiraan saya bahwa kalbuku tidak dimasuki oleh hawa nafsu ini (yakni pemikiran bid'ah)."
📚 Syarh Ushul I'tiqad karya Al Lalakai jil. 1 hlm. 130
###########
✍🏻 Qatadah rahimahullah mengatakan,
ما أدري أي النعمتين علي أعظم إذ أخرجني من الشرك إلى الإسلام أو عصمني في الإسلام أن يكون لي فيه هوى
➡️ "Saya tidak tahu, dari dua nikmat ini, mana yang paling agung: Allah mengeluarkan aku dari kesyirikan menuju Islam ataukah Allah melindungi saya dari hawa nafsu di dalam Islam ini (yakni dengan menempuh jalan sunnah dan menjauhi pemikiran bid'ah)."
📚 Thabaqat Ibni Sa'ad 7/113
#############
✍🏻 Mujahid (tabi'in) rahimahullah mengatakan,
ما أدري أي النعمتين علي أعظم ,أن هداني للإسلام أو عافاني الله من الأهواء
➡️ "Saya tidak tahu, dari dua nikmat ini, mana yang paling agung: Allah menunjuki saya ke dalam Islam atau Allah menyelamatkan saya dari hawa nafsu (pemikiran bid'ah)."
📚 Muqaddimmah Sunan Ad Darimi
•┈┈•┈┈•⊰✿⛓✿⊱•┈┈•┈┈•
#sunnah #bidah
🌏 Website: tashfiyah.com ||| telegram.tashfiyah.com
📱 Gabung Channel Majalah Tashfiyah : bit.ly/tashfiyah
✍🏻 Abdullah bin Umar bin Al Khatthab radhiyallahu 'anhuma mengatakan,
ما فرحت بشيء من الإسلام أشد فرحا بأن قلبي لم يدخله شيء من هذه الأهواء
➡️ "Tidaklah saya bergembira dengan sesuatu daripada Islam, lebih dari kegembiraan saya bahwa kalbuku tidak dimasuki oleh hawa nafsu ini (yakni pemikiran bid'ah)."
📚 Syarh Ushul I'tiqad karya Al Lalakai jil. 1 hlm. 130
###########
✍🏻 Qatadah rahimahullah mengatakan,
ما أدري أي النعمتين علي أعظم إذ أخرجني من الشرك إلى الإسلام أو عصمني في الإسلام أن يكون لي فيه هوى
➡️ "Saya tidak tahu, dari dua nikmat ini, mana yang paling agung: Allah mengeluarkan aku dari kesyirikan menuju Islam ataukah Allah melindungi saya dari hawa nafsu di dalam Islam ini (yakni dengan menempuh jalan sunnah dan menjauhi pemikiran bid'ah)."
📚 Thabaqat Ibni Sa'ad 7/113
#############
✍🏻 Mujahid (tabi'in) rahimahullah mengatakan,
ما أدري أي النعمتين علي أعظم ,أن هداني للإسلام أو عافاني الله من الأهواء
➡️ "Saya tidak tahu, dari dua nikmat ini, mana yang paling agung: Allah menunjuki saya ke dalam Islam atau Allah menyelamatkan saya dari hawa nafsu (pemikiran bid'ah)."
📚 Muqaddimmah Sunan Ad Darimi
•┈┈•┈┈•⊰✿⛓✿⊱•┈┈•┈┈•
#sunnah #bidah
🌏 Website: tashfiyah.com ||| telegram.tashfiyah.com
📱 Gabung Channel Majalah Tashfiyah : bit.ly/tashfiyah
MARI MENGENAL BIDAH
bag. 1 Bidah Secara Bahasa
✍️ oleh Abu Yusuf Abdurrahman
a. Tinjauan Makna Etimologis
📚 Secara etimologis atau akar bahasa, بِدْعَةٌ berasal dari kata kerja بَدَعَ (fi’il madhi, kata kerja bentuk lampau) يَبْدَعُ (fi’il mudhari’, kata kerja bentuk sekarang dan akan datang) بَدْعاً (mashdar, kata kerja dibendakan). Makna dari kata ini adalah membuat inovasi, sesuatu yang baru, tidak ada contoh dan misal sebelumnya.
📚 Pada makna asal kata, kata ‘bid’ah’ ini tidaklah memiliki nilai celaan atau pujian. Karena, sesuatu yang baru belum mesti sesuatu yang jelek, sebagaimana sesuatu yang baru pun juga belum mesti sesuatu yang bagus. Nilai jelek dan baiknya tergantung dari apakah hal yang baru itu.
📚 Kesimpulannya, kata bid’ah secara bahasa tidaklah memiliki nilai positif dan negatif. Kita baru bisa menilai positif dan negatifnya dilihat dari produk atau hasil dari bid’ah itu.
🌎 dari Dikit-dikit bidah
•┈┈•┈┈•⊰✿📖✿⊱•┈┈•┈┈•
#bidah #definisi
📘 Channel Majalah Tashfiyah t.me/majalahtashfiyah
bag. 1 Bidah Secara Bahasa
✍️ oleh Abu Yusuf Abdurrahman
a. Tinjauan Makna Etimologis
📚 Secara etimologis atau akar bahasa, بِدْعَةٌ berasal dari kata kerja بَدَعَ (fi’il madhi, kata kerja bentuk lampau) يَبْدَعُ (fi’il mudhari’, kata kerja bentuk sekarang dan akan datang) بَدْعاً (mashdar, kata kerja dibendakan). Makna dari kata ini adalah membuat inovasi, sesuatu yang baru, tidak ada contoh dan misal sebelumnya.
📚 Pada makna asal kata, kata ‘bid’ah’ ini tidaklah memiliki nilai celaan atau pujian. Karena, sesuatu yang baru belum mesti sesuatu yang jelek, sebagaimana sesuatu yang baru pun juga belum mesti sesuatu yang bagus. Nilai jelek dan baiknya tergantung dari apakah hal yang baru itu.
📚 Kesimpulannya, kata bid’ah secara bahasa tidaklah memiliki nilai positif dan negatif. Kita baru bisa menilai positif dan negatifnya dilihat dari produk atau hasil dari bid’ah itu.
🌎 dari Dikit-dikit bidah
•┈┈•┈┈•⊰✿📖✿⊱•┈┈•┈┈•
#bidah #definisi
📘 Channel Majalah Tashfiyah t.me/majalahtashfiyah
Tashfiyah
Mengenal pengertian definisi bidah | Majalah Muslim Tashfiyah
Mari mengenal bidah. Apa itu bidah? Apa pengertian, definisi, batasan bid'ah menurut ulama salaf? Dikit-dikit bidah tercela! Jangan menuduh bidah.
MARI MENGENAL BIDAH
(bag. 2 [akhir] Bidah menurut syariat)
✍️ oleh: Abu Yusuf
b.Tinjauan Terminologis Syara’
📚 Definisi yang paling bagus adalah definisi yang dikemukakan oleh Asy Syathibi rahimahullah di dalam kitab Al I’tisham:
“Suatu jalan dalam beragama yang diadakan, menyerupai jalan syariat, tujuan menempuhnya adalah kesungguhan dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala.”
🔑 Ada beberapa kata kunci yang menjadi batasan bid’ah dalam definisi beliau.
1️⃣ Pertama, bid’ah adalah ‘thariqah’ suatu jalan. Artinya, bid’ah memang dijadikan sebagai suatu pedoman yang senantiasa dilazimi. Dengan batasan ini, kita bisa membedakan bid’ah dengan maksiat. Seseorang yang melakukan maksiat, dalam hati kecilnya dia berniat akan meninggalkannya dan bertobat darinya.
🍂 Dengan batasan thariqah ini pula, kita menyimpulkan bahwa bid’ah tidak terbatas hanya pada amalan lahiriah saja. Bid’ah juga mencakup keyakinan, ucapan, dan perbuatan. Misalnya, keyakinan Khawarij bahwa pelaku dosa besar kekal di neraka.
2️⃣ ‘Fid din’ dalam agama Islam, artinya cakupan bid’ah hanya perkara yang ada dalam agama. Bid’ah tidak mencakup segala inovasi dan penemuan dalam hal dunia. Jadi, tidak tepat bid’ah diterapkan dalam penemuan-penemuan dunia, seperti kendaraan modern, kulkas, dan segala hal penemuan dunia yang lain.
3️⃣ ‘Mukhtara’ah’, yang diadakan, artinya bid’ah tersebut tidak memiliki dalil dalam syariat ini. Dengan batasan ini, maka ilmu-ilmu yang membantu dalam memahami agama Islam –seperti ilmu nahwu, sharaf, ushul fiqh, serta ilmu-ilmu lainnya yang dahulu tidak ada pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam — bukanlah bid’ah. Sebab, meskipun ilmu tersebut tidak ada di zaman Rasulullah n, namun ada asal dalil-dalil yang menunjukkan padanya.
4️⃣ ‘Tudhahi asy syar’iyyah’ menyerupai jalan syariat, artinya perbuatan bid’ah tersebut memiliki kesamaan dengan jalan syariat, namun bukan termasuk dari syariat ini.
Penyerupaan syariat tersebut bisa berupa: penentuan tata cara tertentu tanpa dalil (misal, zikir dengan tata cara berjamaah dengan suara berbarengan), menentukan batasan tanpa dalil (misal, puasa dengan memakan jenis makanan tertentu, nasi, umbi, dsb), menentukan waktu-waktu tertentu tanpa dalil (misal, salat pada pertengahan Sya’ban, atau Jumat pertama dari Rajab). Ini semua menyerupai jalan syariat, namun bukan termasuk syariat karena tidak ada dalil baik dari Al Quran, hadis, ataupun ijma’ mengenai penentuan-penentuan tersebut. Orang yang mengadakannya membuat seolah-olah ada tuntunannya dari syariat agar terlihat bagus dikerjakan, padahal tidak ada asalnya.
5️⃣ Tujuan dari ditempuhnya jalan tersebut adalah bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Inilah niatan dari para pelaku bid’ah. Semuanya berkeyakinan bahwa bid’ah yang dilakukannya adalah sesuatu yang bisa mendekatkan kepada Allah subhanahu wata’ala . Namun, anggapan ini adalah anggapan yang keliru. Bid’ah bukan termasuk syariat Islam. Maka, perbuatan bid’ah bukanlah sesuatu yang Allah subhanahu wata’ala cintai. Andaikan bid’ah itu merupakan sesuatu yang Allah subhanahu wata’ala cintai, niscaya sudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan dan jelaskan kepada kita. Sebab, beliau bersabda:
“Wahai manusia, tidak ada sesuatu pun yang mendekatkan kalian ke surga dan menjauhkan kalian dari neraka, kecuali pasti telah aku perintahkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang mendekatkan kalian ke neraka dan menjauhkan kalian dari surga kecuali telah aku larang kalian darinya.” [H.R. Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah, dari Abdullah bin Mas’ud z dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah]. Kita simpulkan dari hadis ini, bahwa segala hal yang disyariatkan pastilah sudah diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga, ketika bid’ah tidak diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, pastilah bid’ah bukan hal yang mendekatkan ke surga.
🌎 dari Dikit-dikit bidah
•┈┈•┈┈•⊰✿📖✿⊱•┈┈•┈┈•
#bidah #definisi
📘 Channel Majalah Tashfiyah t.me/majalahtashfiyah
(bag. 2 [akhir] Bidah menurut syariat)
✍️ oleh: Abu Yusuf
b.Tinjauan Terminologis Syara’
📚 Definisi yang paling bagus adalah definisi yang dikemukakan oleh Asy Syathibi rahimahullah di dalam kitab Al I’tisham:
“Suatu jalan dalam beragama yang diadakan, menyerupai jalan syariat, tujuan menempuhnya adalah kesungguhan dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala.”
🔑 Ada beberapa kata kunci yang menjadi batasan bid’ah dalam definisi beliau.
1️⃣ Pertama, bid’ah adalah ‘thariqah’ suatu jalan. Artinya, bid’ah memang dijadikan sebagai suatu pedoman yang senantiasa dilazimi. Dengan batasan ini, kita bisa membedakan bid’ah dengan maksiat. Seseorang yang melakukan maksiat, dalam hati kecilnya dia berniat akan meninggalkannya dan bertobat darinya.
🍂 Dengan batasan thariqah ini pula, kita menyimpulkan bahwa bid’ah tidak terbatas hanya pada amalan lahiriah saja. Bid’ah juga mencakup keyakinan, ucapan, dan perbuatan. Misalnya, keyakinan Khawarij bahwa pelaku dosa besar kekal di neraka.
2️⃣ ‘Fid din’ dalam agama Islam, artinya cakupan bid’ah hanya perkara yang ada dalam agama. Bid’ah tidak mencakup segala inovasi dan penemuan dalam hal dunia. Jadi, tidak tepat bid’ah diterapkan dalam penemuan-penemuan dunia, seperti kendaraan modern, kulkas, dan segala hal penemuan dunia yang lain.
3️⃣ ‘Mukhtara’ah’, yang diadakan, artinya bid’ah tersebut tidak memiliki dalil dalam syariat ini. Dengan batasan ini, maka ilmu-ilmu yang membantu dalam memahami agama Islam –seperti ilmu nahwu, sharaf, ushul fiqh, serta ilmu-ilmu lainnya yang dahulu tidak ada pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam — bukanlah bid’ah. Sebab, meskipun ilmu tersebut tidak ada di zaman Rasulullah n, namun ada asal dalil-dalil yang menunjukkan padanya.
4️⃣ ‘Tudhahi asy syar’iyyah’ menyerupai jalan syariat, artinya perbuatan bid’ah tersebut memiliki kesamaan dengan jalan syariat, namun bukan termasuk dari syariat ini.
Penyerupaan syariat tersebut bisa berupa: penentuan tata cara tertentu tanpa dalil (misal, zikir dengan tata cara berjamaah dengan suara berbarengan), menentukan batasan tanpa dalil (misal, puasa dengan memakan jenis makanan tertentu, nasi, umbi, dsb), menentukan waktu-waktu tertentu tanpa dalil (misal, salat pada pertengahan Sya’ban, atau Jumat pertama dari Rajab). Ini semua menyerupai jalan syariat, namun bukan termasuk syariat karena tidak ada dalil baik dari Al Quran, hadis, ataupun ijma’ mengenai penentuan-penentuan tersebut. Orang yang mengadakannya membuat seolah-olah ada tuntunannya dari syariat agar terlihat bagus dikerjakan, padahal tidak ada asalnya.
5️⃣ Tujuan dari ditempuhnya jalan tersebut adalah bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Inilah niatan dari para pelaku bid’ah. Semuanya berkeyakinan bahwa bid’ah yang dilakukannya adalah sesuatu yang bisa mendekatkan kepada Allah subhanahu wata’ala . Namun, anggapan ini adalah anggapan yang keliru. Bid’ah bukan termasuk syariat Islam. Maka, perbuatan bid’ah bukanlah sesuatu yang Allah subhanahu wata’ala cintai. Andaikan bid’ah itu merupakan sesuatu yang Allah subhanahu wata’ala cintai, niscaya sudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan dan jelaskan kepada kita. Sebab, beliau bersabda:
“Wahai manusia, tidak ada sesuatu pun yang mendekatkan kalian ke surga dan menjauhkan kalian dari neraka, kecuali pasti telah aku perintahkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang mendekatkan kalian ke neraka dan menjauhkan kalian dari surga kecuali telah aku larang kalian darinya.” [H.R. Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah, dari Abdullah bin Mas’ud z dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah]. Kita simpulkan dari hadis ini, bahwa segala hal yang disyariatkan pastilah sudah diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga, ketika bid’ah tidak diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, pastilah bid’ah bukan hal yang mendekatkan ke surga.
🌎 dari Dikit-dikit bidah
•┈┈•┈┈•⊰✿📖✿⊱•┈┈•┈┈•
#bidah #definisi
📘 Channel Majalah Tashfiyah t.me/majalahtashfiyah
Tashfiyah
Mengenal pengertian definisi bidah | Majalah Muslim Tashfiyah
Mari mengenal bidah. Apa itu bidah? Apa pengertian, definisi, batasan bid'ah menurut ulama salaf? Dikit-dikit bidah tercela! Jangan menuduh bidah.
SAUDARA, BIDAH ITU TERCELA
(bag. 1 Al Quran telah menjelaskan)
✍️ [oleh Abu Yusuf Abdurrahman] )
Pembaca, semoga Allah merahmati kita semua. Semua jenis bid’ah dalam istilah pengertian syariat –yang telah kami sebutkan pengertian dan batasannya dalam pembahasan sebelumnya— adalah amalan yang tercela. Allah subhanahu wata’ala, Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, dan para shahabat serta yang mengikuti mereka telah menyebutkan celaan dan peringatan agar umat tidak terjatuh dalam bid’ah. Pada kesempatan kali ini, kami akan menyebutkan beberapa kutipan dari Al Quran, hadis, serta ucapan para shahabat serta para ulama yang mengikuti mereka mengenai tercelanya bid’ah.
☝🏻 Al Quran Menjelaskan
1. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَأَنَّ هٰذَا صِرٰطِى مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتََّبِعُوالسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwa inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia. Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lainnya yang akan mengakibatkan kalian bercerai-berai dari jalan-Nya. Itulah yang Allah perintahkan kepada kalian agar kalian bertakwa.” [Q.S. Al An’am:153]
📏 Abdullah bin Mas’ud z mengisahkan, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menggariskan satu garis lurus untuk kami. Beliau mengatakan, ‘Ini adalah jalan Allah.’ Kemudian, beliau menggariskan banyak garis di kanan kiri garis tersebut. Lalu beliau mengatakan, ‘Ini adalah jalan-jalan, setiap jalan ada setan yang mengajak kepadanya.’ Kemudian beliau membaca ayat tersebut. [H.R. Ibnu Majah, dishahihkan Syaikh Al Albani rahimahullah ]
🛣 Jalan yang lurus adalah syariat Allah. Sedangkan jalan-jalan lain yang Allah subhanahu wata’ala larang adalah jalan bid’ah. Asy Syathibi rahimahullah menegaskan, ”Jalan-jalan yang dimaksud bukanlah jalan kemaksiatan. Sebab, maksiat itu sendiri tidak ada seorang pun menjadikannya sebagai jalan yang senantiasa ditempuh untuk menyamai syariat. Ciri-ciri seperti ini hanya ada pada jalan bid’ah yang diadakan.” [Al I’tisham]
📚 Mujahid rahimahullah , seorang tabiin senior, menafsirkan ayat ini, “(Jalan-jalan yang banyak itu adalah) bid’ah dan syubhat (kesalahan pemahaman dalam bab agama).”
2. Dalam ayat lainnya, Allah subhanahu wata’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا۟ دِينَهُمْ وَكَانُوا۟ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِى شَىْءٍ ۚ
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka, dan mereka berkelompok-kelompok, engkau bukan termasuk golongan mereka sama sekali.” [Q.S. Al An’am:159]
📖 Ummu Salamah x, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam , menafsirkan, “Ayat ini terkait para pengikut bid’ah, hawa nafsu, dan pembuat fitnah (keonaran) dari umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Yakni, merekalah yang memecah belah agama Islam.” [Al Muharrar Al Wajiz, karya Ibnu Athiyyah rahimahullah , wafat 542 H]
🌎 dari Saudara, bidah itu tercela
•┈┈•┈┈•⊰✿📖✿⊱•┈┈•┈┈•
#bidah #tafsir
📘 Channel Majalah Tashfiyah t.me/majalahtashfiyah
(bag. 1 Al Quran telah menjelaskan)
✍️ [oleh Abu Yusuf Abdurrahman] )
Pembaca, semoga Allah merahmati kita semua. Semua jenis bid’ah dalam istilah pengertian syariat –yang telah kami sebutkan pengertian dan batasannya dalam pembahasan sebelumnya— adalah amalan yang tercela. Allah subhanahu wata’ala, Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, dan para shahabat serta yang mengikuti mereka telah menyebutkan celaan dan peringatan agar umat tidak terjatuh dalam bid’ah. Pada kesempatan kali ini, kami akan menyebutkan beberapa kutipan dari Al Quran, hadis, serta ucapan para shahabat serta para ulama yang mengikuti mereka mengenai tercelanya bid’ah.
☝🏻 Al Quran Menjelaskan
1. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَأَنَّ هٰذَا صِرٰطِى مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتََّبِعُوالسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwa inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia. Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lainnya yang akan mengakibatkan kalian bercerai-berai dari jalan-Nya. Itulah yang Allah perintahkan kepada kalian agar kalian bertakwa.” [Q.S. Al An’am:153]
📏 Abdullah bin Mas’ud z mengisahkan, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menggariskan satu garis lurus untuk kami. Beliau mengatakan, ‘Ini adalah jalan Allah.’ Kemudian, beliau menggariskan banyak garis di kanan kiri garis tersebut. Lalu beliau mengatakan, ‘Ini adalah jalan-jalan, setiap jalan ada setan yang mengajak kepadanya.’ Kemudian beliau membaca ayat tersebut. [H.R. Ibnu Majah, dishahihkan Syaikh Al Albani rahimahullah ]
🛣 Jalan yang lurus adalah syariat Allah. Sedangkan jalan-jalan lain yang Allah subhanahu wata’ala larang adalah jalan bid’ah. Asy Syathibi rahimahullah menegaskan, ”Jalan-jalan yang dimaksud bukanlah jalan kemaksiatan. Sebab, maksiat itu sendiri tidak ada seorang pun menjadikannya sebagai jalan yang senantiasa ditempuh untuk menyamai syariat. Ciri-ciri seperti ini hanya ada pada jalan bid’ah yang diadakan.” [Al I’tisham]
📚 Mujahid rahimahullah , seorang tabiin senior, menafsirkan ayat ini, “(Jalan-jalan yang banyak itu adalah) bid’ah dan syubhat (kesalahan pemahaman dalam bab agama).”
2. Dalam ayat lainnya, Allah subhanahu wata’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا۟ دِينَهُمْ وَكَانُوا۟ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِى شَىْءٍ ۚ
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka, dan mereka berkelompok-kelompok, engkau bukan termasuk golongan mereka sama sekali.” [Q.S. Al An’am:159]
📖 Ummu Salamah x, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam , menafsirkan, “Ayat ini terkait para pengikut bid’ah, hawa nafsu, dan pembuat fitnah (keonaran) dari umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Yakni, merekalah yang memecah belah agama Islam.” [Al Muharrar Al Wajiz, karya Ibnu Athiyyah rahimahullah , wafat 542 H]
🌎 dari Saudara, bidah itu tercela
•┈┈•┈┈•⊰✿📖✿⊱•┈┈•┈┈•
#bidah #tafsir
📘 Channel Majalah Tashfiyah t.me/majalahtashfiyah
SAUDARA, BIDAH ITU TERCELA
(bag. 2 Hadis Rasulullah menerangkan)
✍️ [oleh Abu Yusuf Abdurrahman]
☝🏻 Hadis Pun Menerangkan
1. Shahabat Irbadh bin Sariyah z mengisahkan bahwa suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan wejangan kepada para shahabat. Mereka pun merasa terharu terhadap wejangan tersebut. Air mata berlinang dan kalbu pun bergetar. Nasihat yang begitu mengharukan seolah-olah nasihat orang yang hendak berpamitan. Maka, para shahabat pun meminta wasiat kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam . Lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun mewasiatkan dengan wasiat yang ringkas namun memiliki makna yang padat dan penting. Kata beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
أوصيكُمْ بتَقوى الله ، والسَّمْعِ والطَّاعةِ ، وإنْ تَأَمَّرَ عَليكُم عَبْدٌ ، وإنَّه من يَعِشْ مِنْكُم بعدي فَسَيرى اختلافاً كَثيراً ، فَعَلَيكُمْ بِسُنَّتِي وسُنَّةِ الخُلفاء الرَّاشدينَ المهديِّينَ ، عَضُّوا عليها بالنَّواجِذِ ، وإيَّاكُم ومُحْدَثاتِ الأمور ، فإنَّ كُلَّ بِدعَةٍ ضَلالةٌ
☝🏻“Aku mewasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada pemerintah), meski yang memerintahkan kalian sebelumnya adalah seorang budak. Sungguh, siapa yang masih hidup sepeninggalku, niscaya dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib untuk kalian pegang teguh jalanku dan jalan para Khulafaur Rasyidin yang terpetunjuk. Gigitlah ajaran itu dengan gigi geraham kalian. Hati-hatilah kalian dari hal yang diada-adakan karena sungguh, setiap bid’ah adalah kesesatan.” [H.R. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah]
2. Dalam riwayat lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika berkhutbah memulai khutbahnya dengan ucapan:
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
📖 “Sesungguhnya ucapan terbaik adalah Kitabullah dan petunjuk terbaik adalah petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Dan perkara terjelek adalah yang diada-adakan dan setiap bid’ah adalah sesat.” [H.R. Muslim]
🌎 dari Saudara, bidah itu tercela
•┈┈•┈┈•⊰✿📖✿⊱•┈┈•┈┈•
#bidah #hadis #albani
📘 Channel Majalah Tashfiyah t.me/majalahtashfiyah
(bag. 2 Hadis Rasulullah menerangkan)
✍️ [oleh Abu Yusuf Abdurrahman]
☝🏻 Hadis Pun Menerangkan
1. Shahabat Irbadh bin Sariyah z mengisahkan bahwa suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan wejangan kepada para shahabat. Mereka pun merasa terharu terhadap wejangan tersebut. Air mata berlinang dan kalbu pun bergetar. Nasihat yang begitu mengharukan seolah-olah nasihat orang yang hendak berpamitan. Maka, para shahabat pun meminta wasiat kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam . Lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun mewasiatkan dengan wasiat yang ringkas namun memiliki makna yang padat dan penting. Kata beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
أوصيكُمْ بتَقوى الله ، والسَّمْعِ والطَّاعةِ ، وإنْ تَأَمَّرَ عَليكُم عَبْدٌ ، وإنَّه من يَعِشْ مِنْكُم بعدي فَسَيرى اختلافاً كَثيراً ، فَعَلَيكُمْ بِسُنَّتِي وسُنَّةِ الخُلفاء الرَّاشدينَ المهديِّينَ ، عَضُّوا عليها بالنَّواجِذِ ، وإيَّاكُم ومُحْدَثاتِ الأمور ، فإنَّ كُلَّ بِدعَةٍ ضَلالةٌ
☝🏻“Aku mewasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada pemerintah), meski yang memerintahkan kalian sebelumnya adalah seorang budak. Sungguh, siapa yang masih hidup sepeninggalku, niscaya dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib untuk kalian pegang teguh jalanku dan jalan para Khulafaur Rasyidin yang terpetunjuk. Gigitlah ajaran itu dengan gigi geraham kalian. Hati-hatilah kalian dari hal yang diada-adakan karena sungguh, setiap bid’ah adalah kesesatan.” [H.R. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah]
2. Dalam riwayat lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika berkhutbah memulai khutbahnya dengan ucapan:
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
📖 “Sesungguhnya ucapan terbaik adalah Kitabullah dan petunjuk terbaik adalah petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Dan perkara terjelek adalah yang diada-adakan dan setiap bid’ah adalah sesat.” [H.R. Muslim]
🌎 dari Saudara, bidah itu tercela
•┈┈•┈┈•⊰✿📖✿⊱•┈┈•┈┈•
#bidah #hadis #albani
📘 Channel Majalah Tashfiyah t.me/majalahtashfiyah
Tashfiyah
Dalil Tercelanya Bidah Al Qur'an, hadis, salaf, dan logika | Majalah Muslim Tashfiyah
Saudara, bidah adalah amalan tercela. Al Quran, sunnah hadis Nabi, dan para ulama telah menjelaskan dan menegaskannya. Logika yang sehat pun mendukung hal itu.
SAUDARA, BIDAH ITU TERCELA
(bag. 3 Para ulama mempersaksikan)
✍️ [oleh Abu Yusuf Abdurrahman]
☝🏻 Para Ulama Terdahulu Mempersaksikan
Riwayat-riwayat dari para salaf yang mencela bid’ah sangat banyak. Kami cukupkan sebagian saja, semoga bisa menjadi gambaran tentang pendapat mereka terhadap bid’ah.
1️⃣ Abu Idris Al Khaulani rahimahullah (tabi’in senior, wafat 80 H) mengatakan, “Saya melihat di masjid ada api yang tidak bisa saya padamkan lebih baik daripada saya melihat di masjid ada bid’ah yang tidak bisa saya ubah.”
2️⃣ Abdullah bin Mas’ud z berkata, “Teladanilah dan jangan kalian berbuat bid’ah. Sungguh, kalian sudah dicukupi.”
3️⃣ Beliau mengucapkan dalam kesempatan lainnya, “Sederhana dalam sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam bid’ah.”
4️⃣ Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Tidaklah bertambah semangat ahlul bid’ah dalam puasa dan salat, kecuali Allah justru bertambah jauh darinya.”
5️⃣ Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Jangan engkau duduk bersama pelaku bid’ah, itu akan menyebabkan kalbumu sakit.”
6️⃣ Al Fudhail bin Iyadh rahimahullah (tabiut tabi’in, wafat 187 H) mengatakan, “Ikutilah jalan kebenaran, jangan risau dengan sedikitnya orang yang menganutnya. Jauhilah olehmu jalan kesesatan, jangan terpana dengan banyaknya orang yang binasa.”
🌎 dari Saudara, bidah itu tercela
•┈┈•┈┈•⊰✿📖✿⊱•┈┈•┈┈•
#bidah #hadis #albani
📘 Channel Majalah Tashfiyah t.me/majalahtashfiyah
(bag. 3 Para ulama mempersaksikan)
✍️ [oleh Abu Yusuf Abdurrahman]
☝🏻 Para Ulama Terdahulu Mempersaksikan
Riwayat-riwayat dari para salaf yang mencela bid’ah sangat banyak. Kami cukupkan sebagian saja, semoga bisa menjadi gambaran tentang pendapat mereka terhadap bid’ah.
1️⃣ Abu Idris Al Khaulani rahimahullah (tabi’in senior, wafat 80 H) mengatakan, “Saya melihat di masjid ada api yang tidak bisa saya padamkan lebih baik daripada saya melihat di masjid ada bid’ah yang tidak bisa saya ubah.”
2️⃣ Abdullah bin Mas’ud z berkata, “Teladanilah dan jangan kalian berbuat bid’ah. Sungguh, kalian sudah dicukupi.”
3️⃣ Beliau mengucapkan dalam kesempatan lainnya, “Sederhana dalam sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam bid’ah.”
4️⃣ Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Tidaklah bertambah semangat ahlul bid’ah dalam puasa dan salat, kecuali Allah justru bertambah jauh darinya.”
5️⃣ Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Jangan engkau duduk bersama pelaku bid’ah, itu akan menyebabkan kalbumu sakit.”
6️⃣ Al Fudhail bin Iyadh rahimahullah (tabiut tabi’in, wafat 187 H) mengatakan, “Ikutilah jalan kebenaran, jangan risau dengan sedikitnya orang yang menganutnya. Jauhilah olehmu jalan kesesatan, jangan terpana dengan banyaknya orang yang binasa.”
🌎 dari Saudara, bidah itu tercela
•┈┈•┈┈•⊰✿📖✿⊱•┈┈•┈┈•
#bidah #hadis #albani
📘 Channel Majalah Tashfiyah t.me/majalahtashfiyah
Tashfiyah
Dalil Tercelanya Bidah Al Qur'an, hadis, salaf, dan logika | Majalah Muslim Tashfiyah
Saudara, bidah adalah amalan tercela. Al Quran, sunnah hadis Nabi, dan para ulama telah menjelaskan dan menegaskannya. Logika yang sehat pun mendukung hal itu.
SAUDARA, BIDAH ITU TERCELA
(bag. 4 [akhir] Logika Juga Sepakat)
✍️ [oleh Abu Yusuf Abdurrahman]
Bid’ah Tercela Secara Logika
1️⃣ Logika pertama, syariat Islam merupakan syariat yang telah sempurna. Semenjak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih hidup, Allah subhanahu wata’ala telah menegaskan bahwa Islam telah sempurna. Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya, “Pada hari ini telah Aku lengkapi untuk kalian agama kalian dan telah Aku sempurnakan untuk kalian nikmat-Ku dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.” [Q.S. Al Maidah:3]
Ayat yang turun saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan Hajjatul Wada’ ini menjadi pertanda bahwa Islam telah sempurna dan paripurna. Tidak diturunkan ayat mengenai hukum halal dan haram setelahnya. Sesuatu yang sempurna tidak memerlukan penambahan maupun pengurangan. Apabila ditambah, maka yang tadinya sempurna tidak menjadi lebih sempurna, namun justru menjadi cacat.
Sebagai contoh untuk memudahkan pemahaman, Allah subhanahu wata’ala menciptakan manusia memiliki dua tangan. Dua tangan ini merupakan sifat kesempurnaan pada manusia. Jika salah satu anggota tubuh manusia ini berkurang, maka dikatakan bahwa dia tidak sempurna. Demikian pula, jika dia diciptakan memiliki satu tangan yang lebih. Meskipun anggota tubuh tersebut mampu berfungsi sebagaimana mestinya, tetap dikatakan tidak normal (cacat) dan tidak dikatakan sempurna. Maka, orang yang menambahi syariat ini, dia tidak menambahi kesempurnaan agama ini, justru menjadikan agamanya tidak sempurna. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa orang yang berbuat bid’ah telah melakukan hal yang tercela.
2️⃣ Logika kedua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan segala hal yang bisa mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka. Sehingga, tidak ada lagi suatu amalan yang perlu ditambahkan. Siapa yang menambahi syariat ini, sadar atau tidak, dia menuduh bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengkhianati risalah. Secara tersirat, dia telah menuduh bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam belum menyampaikan semua syariat. Meskipun secara lisan dia mengingkarinya, namun inilah konsekuensi dari perbuatannya. Jadi, dipandang dari segi ini pun, orang yang berbuat bid’ah telah melakukan hal yang tercela.
Imam Malik rahimahullah sampai mengatakan, “Siapa yang mengadakan bid’ah dan dia anggap baik, maka dia telah menganggap bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengkhianati risalah (yakni beliau tidak menyampaikan seluruhnya). Sebab, Allah subhanahu wata’ala telah berfirman yang artinya, ‘Di hari ini telah Aku lengkapi agama kalian.’ [Q.S. Al Maidah:3] Maka segala hal yang bukan termasuk agama di hari turunnya ayat itu, bukan termasuk agama pula pada hari ini.”
3️⃣ Logika ketiga, asalnya, manusia diciptakan sebagai makhluk yang tidak mengetahui. Dia terlahir ke dunia ini tanpa memiliki pengetahuan sedikit pun. Lalu, dia pun sedikit demi sedikit bertambah ilmunya baik dari pengalaman maupun dari pengajaran yang dia dapatkan. Ilmunya yang dimilikinya pun sangat terbatas sekali karena berasal dari sumber yang terbatas.
Adapun pada perkara gaib, manusia sama sekali tidak memiliki jalan untuk mengetahuinya. Misalnya, surga serta cara untuk sampai kepadanya; dan neraka serta cara untuk menjauhinya. Oleh sebab itu, Allah subhanahu wata’ala mengaruniakan kepada manusia dengan diutusnya para rasul untuk menunjukkan jalan yang terbaik bagi manusia. Jalan terbaik tersebut adalah jalan syariat. Maka, ketika seseorang tidak mau meniti jalan rasul dalam urusan agama, namun malah membuat jalan lain, dia telah berbuat lancang. Orang itu telah melakukan hal yang tanpa didasari ilmu. Karena, hanya melalui rasul ini, ilmu agama didapatkan.
Pembaca Tashfiyah yang kami muliakan, demikianlah dalil-dalil dan alasan kenapa bid’ah dalam agama adalah sesuatu yang tercela. Maka, sebagai muslim yang beriman, tentunya sudah sepantasnya bagi kita untuk menjauhi perkara-perkara bid’ah dalam agama ini. Wallahu a’lam bish shawab.
🌎 dari Saudara, bidah itu tercela
•┈┈•┈┈•⊰✿📖✿⊱•┈┈•┈┈•
#bidah #akal #nalar #logika
(bag. 4 [akhir] Logika Juga Sepakat)
✍️ [oleh Abu Yusuf Abdurrahman]
Bid’ah Tercela Secara Logika
1️⃣ Logika pertama, syariat Islam merupakan syariat yang telah sempurna. Semenjak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih hidup, Allah subhanahu wata’ala telah menegaskan bahwa Islam telah sempurna. Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya, “Pada hari ini telah Aku lengkapi untuk kalian agama kalian dan telah Aku sempurnakan untuk kalian nikmat-Ku dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.” [Q.S. Al Maidah:3]
Ayat yang turun saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan Hajjatul Wada’ ini menjadi pertanda bahwa Islam telah sempurna dan paripurna. Tidak diturunkan ayat mengenai hukum halal dan haram setelahnya. Sesuatu yang sempurna tidak memerlukan penambahan maupun pengurangan. Apabila ditambah, maka yang tadinya sempurna tidak menjadi lebih sempurna, namun justru menjadi cacat.
Sebagai contoh untuk memudahkan pemahaman, Allah subhanahu wata’ala menciptakan manusia memiliki dua tangan. Dua tangan ini merupakan sifat kesempurnaan pada manusia. Jika salah satu anggota tubuh manusia ini berkurang, maka dikatakan bahwa dia tidak sempurna. Demikian pula, jika dia diciptakan memiliki satu tangan yang lebih. Meskipun anggota tubuh tersebut mampu berfungsi sebagaimana mestinya, tetap dikatakan tidak normal (cacat) dan tidak dikatakan sempurna. Maka, orang yang menambahi syariat ini, dia tidak menambahi kesempurnaan agama ini, justru menjadikan agamanya tidak sempurna. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa orang yang berbuat bid’ah telah melakukan hal yang tercela.
2️⃣ Logika kedua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan segala hal yang bisa mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka. Sehingga, tidak ada lagi suatu amalan yang perlu ditambahkan. Siapa yang menambahi syariat ini, sadar atau tidak, dia menuduh bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengkhianati risalah. Secara tersirat, dia telah menuduh bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam belum menyampaikan semua syariat. Meskipun secara lisan dia mengingkarinya, namun inilah konsekuensi dari perbuatannya. Jadi, dipandang dari segi ini pun, orang yang berbuat bid’ah telah melakukan hal yang tercela.
Imam Malik rahimahullah sampai mengatakan, “Siapa yang mengadakan bid’ah dan dia anggap baik, maka dia telah menganggap bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengkhianati risalah (yakni beliau tidak menyampaikan seluruhnya). Sebab, Allah subhanahu wata’ala telah berfirman yang artinya, ‘Di hari ini telah Aku lengkapi agama kalian.’ [Q.S. Al Maidah:3] Maka segala hal yang bukan termasuk agama di hari turunnya ayat itu, bukan termasuk agama pula pada hari ini.”
3️⃣ Logika ketiga, asalnya, manusia diciptakan sebagai makhluk yang tidak mengetahui. Dia terlahir ke dunia ini tanpa memiliki pengetahuan sedikit pun. Lalu, dia pun sedikit demi sedikit bertambah ilmunya baik dari pengalaman maupun dari pengajaran yang dia dapatkan. Ilmunya yang dimilikinya pun sangat terbatas sekali karena berasal dari sumber yang terbatas.
Adapun pada perkara gaib, manusia sama sekali tidak memiliki jalan untuk mengetahuinya. Misalnya, surga serta cara untuk sampai kepadanya; dan neraka serta cara untuk menjauhinya. Oleh sebab itu, Allah subhanahu wata’ala mengaruniakan kepada manusia dengan diutusnya para rasul untuk menunjukkan jalan yang terbaik bagi manusia. Jalan terbaik tersebut adalah jalan syariat. Maka, ketika seseorang tidak mau meniti jalan rasul dalam urusan agama, namun malah membuat jalan lain, dia telah berbuat lancang. Orang itu telah melakukan hal yang tanpa didasari ilmu. Karena, hanya melalui rasul ini, ilmu agama didapatkan.
Pembaca Tashfiyah yang kami muliakan, demikianlah dalil-dalil dan alasan kenapa bid’ah dalam agama adalah sesuatu yang tercela. Maka, sebagai muslim yang beriman, tentunya sudah sepantasnya bagi kita untuk menjauhi perkara-perkara bid’ah dalam agama ini. Wallahu a’lam bish shawab.
🌎 dari Saudara, bidah itu tercela
•┈┈•┈┈•⊰✿📖✿⊱•┈┈•┈┈•
#bidah #akal #nalar #logika
Tashfiyah
Dalil Tercelanya Bidah Al Qur'an, hadis, salaf, dan logika | Majalah Muslim Tashfiyah
Saudara, bidah adalah amalan tercela. Al Quran, sunnah hadis Nabi, dan para ulama telah menjelaskan dan menegaskannya. Logika yang sehat pun mendukung hal itu.