ASY'ARIYAH MATURIDIYAH
Oleh: Ust. Asy'ari Masduki, MA
"Ngaos Aswaja"
PMII Komisariat STAIN KEDIRI
- al Hafizh Murtadla az-Zabidi (W 1205 H) dalam kitabnya Ithaf as Sadah al Muttaqin syarh Ihya Ulumiddin juz II hlm. 6, mengatakan:
الفَصْلُ الثَّانِي: إِذَا أُطْلِقَ أَهْلُ السُّنَّةِ وَاْلجَمَاعَةِ فَالْمُرَادُ بِهِمْ اْلأَشَاعِرَةُ وَاْلمَاتُرِيْدِيّةُ
“Pasal Kedua: "Jika dikatakan Ahlussunnah Wal Jama’ah maka yang dimaksud adalah al Asy’ariyyah dan al Maturidiyyah”.
- Asy'ariyah adalah para pengikut imam Abul Hasan al Asy'ari dan Maturidiyah adalah para pengikut imam Abu Manshur al Maturidi.
- Ahlussunnah wal-Jama'ah dinisbatkan pada keduanya karena mereka telah menyelamatkan aqidah Rasulullah dan para sahabatnya pada saat menyebar aqidah2 sesat seperti khowarij, syiah, qodariyah, jabriyah, musyabbihah, muktazilah dan lainnya, dengan cara merumuskan aqidah Rasulullah dan para sahabatnya disertai dalil naqli maupun aqli dan membantah firqoh2 yang menyimpang.
- Dalam ushul aqidah Asy'ariyah dan Maturidiyah itu sama. Asy'ariyah adalah Maturidiyah dan Maturidiyah adalah Asy’ariyah. Perbedaan di antara keduanya dalam furu' aqidah.
- Di antara rumusan penting Asy'ariyah:
1. Rumusan sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah dan Rasulnya.
2. Rumusan takwil dalam memahami ayat mutasyabihat yang dhohirnya mengindikasikan bahwa Allah serupa dengan makhluk-Nya
3. Rumusan bahwa Akal adalah syaahid (saksi pembenar) syara' (al Qur'an dan hadits), sehingga syara' tidak ada yg bertentangan dengan akal begitu juga sebaliknya.
Semoga bermanfaat
#medsosulkarimah GWA Dakwah LDNU Kab Kediri 2 =klik=> http://t.co/h3vfc4l3Ju
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
Oleh: Ust. Asy'ari Masduki, MA
"Ngaos Aswaja"
PMII Komisariat STAIN KEDIRI
- al Hafizh Murtadla az-Zabidi (W 1205 H) dalam kitabnya Ithaf as Sadah al Muttaqin syarh Ihya Ulumiddin juz II hlm. 6, mengatakan:
الفَصْلُ الثَّانِي: إِذَا أُطْلِقَ أَهْلُ السُّنَّةِ وَاْلجَمَاعَةِ فَالْمُرَادُ بِهِمْ اْلأَشَاعِرَةُ وَاْلمَاتُرِيْدِيّةُ
“Pasal Kedua: "Jika dikatakan Ahlussunnah Wal Jama’ah maka yang dimaksud adalah al Asy’ariyyah dan al Maturidiyyah”.
- Asy'ariyah adalah para pengikut imam Abul Hasan al Asy'ari dan Maturidiyah adalah para pengikut imam Abu Manshur al Maturidi.
- Ahlussunnah wal-Jama'ah dinisbatkan pada keduanya karena mereka telah menyelamatkan aqidah Rasulullah dan para sahabatnya pada saat menyebar aqidah2 sesat seperti khowarij, syiah, qodariyah, jabriyah, musyabbihah, muktazilah dan lainnya, dengan cara merumuskan aqidah Rasulullah dan para sahabatnya disertai dalil naqli maupun aqli dan membantah firqoh2 yang menyimpang.
- Dalam ushul aqidah Asy'ariyah dan Maturidiyah itu sama. Asy'ariyah adalah Maturidiyah dan Maturidiyah adalah Asy’ariyah. Perbedaan di antara keduanya dalam furu' aqidah.
- Di antara rumusan penting Asy'ariyah:
1. Rumusan sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah dan Rasulnya.
2. Rumusan takwil dalam memahami ayat mutasyabihat yang dhohirnya mengindikasikan bahwa Allah serupa dengan makhluk-Nya
3. Rumusan bahwa Akal adalah syaahid (saksi pembenar) syara' (al Qur'an dan hadits), sehingga syara' tidak ada yg bertentangan dengan akal begitu juga sebaliknya.
Semoga bermanfaat
#medsosulkarimah GWA Dakwah LDNU Kab Kediri 2 =klik=> http://t.co/h3vfc4l3Ju
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
WhatsApp.com
WhatsApp Group Invite
SHOLAT LIMA WAKTU
Oleh: Ust. Asy'ari Masduki, MA
Ringkasan materi pengajian Ahad pagi Masjid Baiturrahman tegalsari Pare :
- Sholat lima waktu adalah kewajiban yang paling utama setelah iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
- Ketika ditanya tentang amal perbuatan yang paling utama, Rasulullah menjawab:
إيمان بالله و رسوله (رواه البخاري)
- Iman kepada Allah artinya meyakini tanpa keraguan bahwa Allah ada tidak seperti adanya makhluk. Iman kepada para nabi artinya meyakini bahwa Muhammad bin Abdillah ibn Abdul Muthollib ibn Hasyim ibn Abdi Manaf adalah hamba dan utusan Allah pada seluruh manusia dan jin.
- Sholat lima waktu wajib dikerjakan pada waktunya. Haram menjalankan sholat setelah habis waktunya dan mengajarkan sholat sebelum masuk waktunya kecuali udzur seperti orang yang dalam perjalanan jauh, maka dia boleh mengerjakan sholat ashar di waktu dhuhur atau sebaliknya. Allah ta'ala berfirman :
(إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا)
[Surat An-Nisa' 103]
- Allah ta'ala berfirman :
(فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ * الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ)
[Surat Al-Ma'un 4 - 5]
- Makna saahuun dalam ayat ini adalah orang yang mengakhirkan pelaksanaan sholat sampai di luar waktunya.
- Dosa sebelum masuk waktu sholat lebih besar dari mengkhirkan sholat sampai keluar waktu, karena yang pertama sholatnya tidak sah sama sekali baik ada' maupun qodlo.
- Sholat lima waktu wajib dikerjakan sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Beliau bersabda:
صلوا كما رأيتموني أصلي
Smoga bermanfaat
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
Oleh: Ust. Asy'ari Masduki, MA
Ringkasan materi pengajian Ahad pagi Masjid Baiturrahman tegalsari Pare :
- Sholat lima waktu adalah kewajiban yang paling utama setelah iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
- Ketika ditanya tentang amal perbuatan yang paling utama, Rasulullah menjawab:
إيمان بالله و رسوله (رواه البخاري)
- Iman kepada Allah artinya meyakini tanpa keraguan bahwa Allah ada tidak seperti adanya makhluk. Iman kepada para nabi artinya meyakini bahwa Muhammad bin Abdillah ibn Abdul Muthollib ibn Hasyim ibn Abdi Manaf adalah hamba dan utusan Allah pada seluruh manusia dan jin.
- Sholat lima waktu wajib dikerjakan pada waktunya. Haram menjalankan sholat setelah habis waktunya dan mengajarkan sholat sebelum masuk waktunya kecuali udzur seperti orang yang dalam perjalanan jauh, maka dia boleh mengerjakan sholat ashar di waktu dhuhur atau sebaliknya. Allah ta'ala berfirman :
(إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا)
[Surat An-Nisa' 103]
- Allah ta'ala berfirman :
(فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ * الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ)
[Surat Al-Ma'un 4 - 5]
- Makna saahuun dalam ayat ini adalah orang yang mengakhirkan pelaksanaan sholat sampai di luar waktunya.
- Dosa sebelum masuk waktu sholat lebih besar dari mengkhirkan sholat sampai keluar waktu, karena yang pertama sholatnya tidak sah sama sekali baik ada' maupun qodlo.
- Sholat lima waktu wajib dikerjakan sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Beliau bersabda:
صلوا كما رأيتموني أصلي
Smoga bermanfaat
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
Pokok Aqidah Aswaja: Allah ada tanpa tempat
Oleh: Ust. Asy'ari Masduki, MA
Ringkasan materi pengajian Fatayat NU Kepung
- Salah satu sifat wajib Allah adalah mukholafatu lil hawaditsi (berbeda dengan makhluk), berdasakan firman Allah :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi), dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi)”.
- Karena itu Allah bukan benda dan tidak disifati dengan sifat benda
- Salah satu sifat benda adalah bertempat pada suatu tempat. Sehingga Aswaja meyakini bahwa:
@ Allah ada tanpa tempat
@ Allah wonten tanpo panggenan
@ Allah exist without place
@ الله موجود بلا مكان
Semoga bermanfaat
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
Oleh: Ust. Asy'ari Masduki, MA
Ringkasan materi pengajian Fatayat NU Kepung
- Salah satu sifat wajib Allah adalah mukholafatu lil hawaditsi (berbeda dengan makhluk), berdasakan firman Allah :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
“Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi), dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi)”.
- Karena itu Allah bukan benda dan tidak disifati dengan sifat benda
- Salah satu sifat benda adalah bertempat pada suatu tempat. Sehingga Aswaja meyakini bahwa:
@ Allah ada tanpa tempat
@ Allah wonten tanpo panggenan
@ Allah exist without place
@ الله موجود بلا مكان
Semoga bermanfaat
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
Arti Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama (NU) berasal dari dua kata “nahdlah” yang berarti kebangkitan dan “al ‘ulama’” yang berarti para ulama/kyai (orang-orang yang berilmu). Jadi Nahdlatul Ulama berarti kebangkitan para Ulama (kyai).
Sebelum lahirnya jam’iyyah NU, para ulama telah berjuang sendiri-sendiri melalui pondok-pondok pesantren. Secara konsisten (istiqamah) mereka berjuang menyebarkan, menegakkan dan mempertahankan ajaran Islam berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah yang telah diwariskan oleh para wali songo; penyebar Islam di Indonesia
Namun tekanan kelompok yang mengklaim sebagai kelompok modernis yang semakin kuat dan mereka semakin menyudutkan para ulama tradisionalis. Sehingga keadaan seperti ini mendorong kebangkitan mereka untuk melawan dan mempertahankan akidah Ahlussunnah Waljama’ah dan tradisi taqlid al madzahib dalam beragama. Para ulama bangkit dan bersatu dalam satu jam’iyyah dengan satu tujuan mempertahankan dan memperjuangkan ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah baik dalam bidang akidah, hukum dan tashawwuf.
Kelompok modernis adalah kelompok yang terpengaruh oleh pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridla, sedangkan kelompok tradisionalis sering dialamatkan untuk kelompok santri atau kalangan pondok pesantren yang tetap berpegang pada akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Asy’ariyyah dan Maturidiyyah) dan mempertahankan tradisi taqlid pada salah satu madzhab 4 (Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali) dalam masalah furu’ (fiqih). Meskipun sebenarnya istilah tersebut tidak tepat, karena dimaksudkan untuk mendiskridetkan kalangan pondok pesantren.
Para ulama adalah orang-orang yang mulia, karena mereka adalah pewaris ilmu para Nabi. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
Maknanya: “ Para ulama adalah pewaris para Nabi”
Allah ta’aalaa berfirman:
(إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ ٌ)
[Surat Fathir 28]
Maknanya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (Q.S Fathir 28)
Sebagai pewaris para Nabi, para ulama adalah panutan umat. Sehingga dengan kebangkitan dan kepemimpinan mereka, arah kebangkitan menjadi jelas, yaitu untuk kejayaan Islam dan kaum muslimin.
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
Nahdlatul Ulama (NU) berasal dari dua kata “nahdlah” yang berarti kebangkitan dan “al ‘ulama’” yang berarti para ulama/kyai (orang-orang yang berilmu). Jadi Nahdlatul Ulama berarti kebangkitan para Ulama (kyai).
Sebelum lahirnya jam’iyyah NU, para ulama telah berjuang sendiri-sendiri melalui pondok-pondok pesantren. Secara konsisten (istiqamah) mereka berjuang menyebarkan, menegakkan dan mempertahankan ajaran Islam berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah yang telah diwariskan oleh para wali songo; penyebar Islam di Indonesia
Namun tekanan kelompok yang mengklaim sebagai kelompok modernis yang semakin kuat dan mereka semakin menyudutkan para ulama tradisionalis. Sehingga keadaan seperti ini mendorong kebangkitan mereka untuk melawan dan mempertahankan akidah Ahlussunnah Waljama’ah dan tradisi taqlid al madzahib dalam beragama. Para ulama bangkit dan bersatu dalam satu jam’iyyah dengan satu tujuan mempertahankan dan memperjuangkan ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah baik dalam bidang akidah, hukum dan tashawwuf.
Kelompok modernis adalah kelompok yang terpengaruh oleh pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridla, sedangkan kelompok tradisionalis sering dialamatkan untuk kelompok santri atau kalangan pondok pesantren yang tetap berpegang pada akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Asy’ariyyah dan Maturidiyyah) dan mempertahankan tradisi taqlid pada salah satu madzhab 4 (Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali) dalam masalah furu’ (fiqih). Meskipun sebenarnya istilah tersebut tidak tepat, karena dimaksudkan untuk mendiskridetkan kalangan pondok pesantren.
Para ulama adalah orang-orang yang mulia, karena mereka adalah pewaris ilmu para Nabi. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
Maknanya: “ Para ulama adalah pewaris para Nabi”
Allah ta’aalaa berfirman:
(إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ ٌ)
[Surat Fathir 28]
Maknanya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (Q.S Fathir 28)
Sebagai pewaris para Nabi, para ulama adalah panutan umat. Sehingga dengan kebangkitan dan kepemimpinan mereka, arah kebangkitan menjadi jelas, yaitu untuk kejayaan Islam dan kaum muslimin.
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
merupakan tempat turunnya rahmat dan barakah. Sebagaimana apabila seseorang ketika melakukan shalat, ia menghadap ka'bah. Hal ini tidak berarti bahwa Allah berada di dalamnya, akan tetapi karena ka'bah adalah kiblat shalat. Penjelasan seperti ini dituturkan oleh para ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah seperti al Imam al Mutawalli (W. 478 H) dalam kitabnya al Ghunyah, al Imam al Ghazali (W. 505 H) dalam kitabnya Ihya 'Ulum ad-Din, al Imam an-Nawawi (W. 676 H) dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim, al Imam Taqiyy ad-Din as-Subki (W. 756 H) dalam kitab as-Sayf ash-Shaqil dan masih banyak lagi.
Al Imam Abu Ja'far ath-Thahawi –radhiyallahu ‘anhu- (227-321 H) berkata:
تَعَالَـى-يعني الله - عَنِ الْحُدُوْدِ وَاْلغَايَاتِ وَاْلأَرْكَانِ وَاْلأَعْضَاءِ وَاْلأَدَوَاتِ لَا تَحْوِيْهِ الْجِهَاتُ السِّتُّ كَسَائِرِ اْلمُبْتَدَعَاتِ
"Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya). Dia tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang) tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi enam arah penjuru tersebut".
Perkataan al Imam Abu Ja'far al Thahawi di atas merupakan Ijma' (konsensus) para sahabat dan salaf (orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama hijriyah). Diambil dalil dari perkataan tersebut bahwasanya bukanlah maksud dari mi'raj bahwa Allah berada di arah atas lalu Nabi Muhammad -shallallahu 'alayhi wasallam- naik ke atas untuk bertemu dengan-Nya, melainkan maksud mi'raj adalah memuliakan Rasulullah -shallallahu 'alayhi wasallam- dan memperlihatkan kepadanya keajaiban makhluk Allah sebagaimana dijelaskan dalam al Qur'an surat al Isra ayat 1.
Jadi, tidak boleh dikatakan Allah ada di satu tempat atau di mana-mana, juga tidak boleh dikatakan Allah ada di satu arah atau semua arah penjuru. al Imam Abu al Hasan al Asy'ari (W. 324 H) –radhiyallahu ‘anhu- berkata:
إِنَّ اللهَ لاَ مَكَانَ لَهُ
"Sesungguhnya Allah ada tanpa tempat".
Perkataan al Imam al Thahawi di atas juga merupakan bantahan terhadap pengikut paham wahdah al wujud yang berkeyakinan bahwa Allah menyatu dengan makhluk-Nya atau pengikut paham hulul yang berkeyakinan bahwa Allah menempati sebagian makhluk-Nya. Dan ini adalah kekufuran berdasarkan ijma' (konsensus) kaum muslimin sebagaimana dikatakan oleh al Imam al Suyuthi (w. 911 H) dalam karyanya al Hawi li al Fatawi dan lainnya, juga para panutan kita ahli tasawwuf sejati seperti al Imam al Junaid al Baghdadi (w. 297 H), al Imam Ahmad ar-Rifa'i (w. 578 H), Syekh Abdul Qadir al Jailani (w. 561 H) dan semua Imam tasawwuf sejati, mereka selalu memperingatkan masyarakat akan orang-orang yang berdusta sebagai pengikut tarekat tasawwuf dan meyakini aqidah Wahdah al Wujud dan Hulul.
Al Imam Ahmad ibn Hanbal (w. 241 H) dan al Imam Dzu an-Nun al Mishri (w. 245 H) salah seorang murid terkemuka al Imam Malik menuturkan kaidah yang sangat bermanfaat dalam ilmu Tauhid:
مَهْمَا تَصَوَّرْتَ بِبَالِكَ فَاللهُ بِخِلاَفِ ذَلِكَ
"Apapun yang terlintas dalam benak kamu (tentang Allah), maka Allah tidak seperti itu".
Sebagaimana kita tidak bisa membayangkan suatu masa (sedangkan masa adalah makhluk) yang di dalamnya tidak ada cahaya dan kegelapan. Akan tetapi kita beriman dan membenarkan bahwa cahaya dan kegelapan, keduanya memiliki permulaan. Keduanya tidak ada kemudian menjadi ada. Allah jualah yang menciptakan keduanya. Allah berfirman dalam al Qur'an:
وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ
"Dan (Allah) yang telah menjadikan kegelapan dan cahaya"
Jika demikian halnya yang terjadi pada makhluk, maka lebih utama kita beriman dan percaya bahwa Allah ada tanpa tempat dan arah serta tidak bisa kita bayangkan.
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
Al Imam Abu Ja'far ath-Thahawi –radhiyallahu ‘anhu- (227-321 H) berkata:
تَعَالَـى-يعني الله - عَنِ الْحُدُوْدِ وَاْلغَايَاتِ وَاْلأَرْكَانِ وَاْلأَعْضَاءِ وَاْلأَدَوَاتِ لَا تَحْوِيْهِ الْجِهَاتُ السِّتُّ كَسَائِرِ اْلمُبْتَدَعَاتِ
"Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya). Dia tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang) tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi enam arah penjuru tersebut".
Perkataan al Imam Abu Ja'far al Thahawi di atas merupakan Ijma' (konsensus) para sahabat dan salaf (orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama hijriyah). Diambil dalil dari perkataan tersebut bahwasanya bukanlah maksud dari mi'raj bahwa Allah berada di arah atas lalu Nabi Muhammad -shallallahu 'alayhi wasallam- naik ke atas untuk bertemu dengan-Nya, melainkan maksud mi'raj adalah memuliakan Rasulullah -shallallahu 'alayhi wasallam- dan memperlihatkan kepadanya keajaiban makhluk Allah sebagaimana dijelaskan dalam al Qur'an surat al Isra ayat 1.
Jadi, tidak boleh dikatakan Allah ada di satu tempat atau di mana-mana, juga tidak boleh dikatakan Allah ada di satu arah atau semua arah penjuru. al Imam Abu al Hasan al Asy'ari (W. 324 H) –radhiyallahu ‘anhu- berkata:
إِنَّ اللهَ لاَ مَكَانَ لَهُ
"Sesungguhnya Allah ada tanpa tempat".
Perkataan al Imam al Thahawi di atas juga merupakan bantahan terhadap pengikut paham wahdah al wujud yang berkeyakinan bahwa Allah menyatu dengan makhluk-Nya atau pengikut paham hulul yang berkeyakinan bahwa Allah menempati sebagian makhluk-Nya. Dan ini adalah kekufuran berdasarkan ijma' (konsensus) kaum muslimin sebagaimana dikatakan oleh al Imam al Suyuthi (w. 911 H) dalam karyanya al Hawi li al Fatawi dan lainnya, juga para panutan kita ahli tasawwuf sejati seperti al Imam al Junaid al Baghdadi (w. 297 H), al Imam Ahmad ar-Rifa'i (w. 578 H), Syekh Abdul Qadir al Jailani (w. 561 H) dan semua Imam tasawwuf sejati, mereka selalu memperingatkan masyarakat akan orang-orang yang berdusta sebagai pengikut tarekat tasawwuf dan meyakini aqidah Wahdah al Wujud dan Hulul.
Al Imam Ahmad ibn Hanbal (w. 241 H) dan al Imam Dzu an-Nun al Mishri (w. 245 H) salah seorang murid terkemuka al Imam Malik menuturkan kaidah yang sangat bermanfaat dalam ilmu Tauhid:
مَهْمَا تَصَوَّرْتَ بِبَالِكَ فَاللهُ بِخِلاَفِ ذَلِكَ
"Apapun yang terlintas dalam benak kamu (tentang Allah), maka Allah tidak seperti itu".
Sebagaimana kita tidak bisa membayangkan suatu masa (sedangkan masa adalah makhluk) yang di dalamnya tidak ada cahaya dan kegelapan. Akan tetapi kita beriman dan membenarkan bahwa cahaya dan kegelapan, keduanya memiliki permulaan. Keduanya tidak ada kemudian menjadi ada. Allah jualah yang menciptakan keduanya. Allah berfirman dalam al Qur'an:
وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ
"Dan (Allah) yang telah menjadikan kegelapan dan cahaya"
Jika demikian halnya yang terjadi pada makhluk, maka lebih utama kita beriman dan percaya bahwa Allah ada tanpa tempat dan arah serta tidak bisa kita bayangkan.
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
h tidak membutuhkan tempat. Sayyidina Ali berkata:
إِنَّ اللّٰهَ خَلَقَ الْعَرْشَ إِظْهَارًا لِقُدْرَتِهِ وَلَمْ يَتَّخِذْهُ مَكَانًا لِذَاتِهِ
“Sesungguhnya Allah menciptakan ‘Arsy untuk menunjukkan kekuasaan-Nya, bukan untuk menjadikan tempat bagi Dzat-Nya.” (Riwayat Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq bayn al-Firaq, hlm. 333)
6. Sampainya Rasulullah ke sebuah tempat yang tinggi sehingga beliau mendengar suara pena para malaikat.
Setelah dari Sidrat al-Muntaha, Rasulullah tanpa ditemani Jibril meneruskan perjalanan naik hingga sampai ke tempat yang tinggi. Di sana, Rasulullah mendengar suara pena yang digunakan oleh para malaikat untuk menyalin dari al-Lauh al-Mahfuzh ke lembaran-lembaran catatan mereka.
7. Rasulullah mendengar Kalam Allah yang Dzati, Azali dan Abadi.
Aqidah Ahlussunnah menyatakan bahwa Kalam Allah yang merupakan sifat Dzat-Nya adalah qadim dan azali, ada tanpa permulaan, tidak seperti kalam (pembicaraan) kita yang bermula dan berpenghabisan. Kalam Allah azali, bukan huruf, bukan suara dan bukan bahasa, karena bahasa, huruf dan suara adalah makhluk, mustahil Allah bersifat dengan sifat yang diciptakan. Oleh karenanya kita meyakini bahwa Nabi Muhammad mendengar kalam Allah yang merupakan sifat Dzat-Nya yang azali tanpa suara, tanpa huruf dan bukan menempati telinga saat didengar. Pada malam yang penuh berkah tersebut, Allah membuka dari Rasulullah hijab yang yang menghalangi untuk mendengar kalam Allah yang azali dan abadi yang tidak seperti kalam makhluk. Rasulullah memahami dari kalam tersebut perintah-perintah Allah kepadanya, juga beberapa perkara yang diwahyukan kepada beliau. Allah –dengan kuasa-Nya- memperdengarkan Kalam-Nya kepada Rasulullah di tempat yang tinggi, yaitu di atas Sidrat al-Muntaha, karena tempat tersebut adalah tempat ibadah para malaikat kepada Allah, dan tempat yang belum pernah seorangpun berbuat maksiyat di sana, bukan karena tempat itu adalah tempat Allah berada, sebagaimana disebutkan dalam sebagian buku yang menyimpang, karena Allah ada tanpa tempat.
8. Rasulullah melihat Allah dengan hatinya, bukan dengan matanya.
Di antara kemuliaan yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad dalam peristiwa Mi’raj adalah bahwa Allah mengangkat dari hati Rasulullah hijab maknawi, sehingga ia melihat Allah dengan hatinya, yakni Allah menjadikan Rasulullah memiliki kekuatan melihat di hatinya, bukan dengan matanya, karena Allah tidak bisa dilihat dengan mata yang fana di dunia, Rasulullah bersabda:
وَاعْلَمُوْا أَنَّكُمْ لَنْ تَرَوْا رَبَّكُمْ حَتَّى تَمُوْتُوْا
“Ketahuilah bahwa kalian tidak akan melihat Tuhan kalian hingga kalian meninggal.”
Allah akan dilihat di akhirat dengan mata yang kekal, orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya akan melihat Allah tanpa menyerupai sesuatu pun di antara makhluk-Nya, tanpa tempat, tanpa arah, tanpa berhadap-hadapan, tanpa berlaku jarak, tanpa bersambungnya cahaya antara orang yang melihat dan Allah.
9. Rasulullah melihat Jibril dalam bentuk aslinya
Rasulullah sebelumnya pernah melihat malaikat Jibril untuk pertama kali dalam bentuk aslinya di Makkah dan beliau pingsan saat melihatnya. Pada malam Mi’raj, Rasulullah kembali melihat malaikat Jibril untuk yang kedua kalinya dalam bentuk asli, namun beliau tidak pingsan karena keteguhan hati dan kekuatan beliau sudah semakin bertambah kuat.
https://wp.me/p9K7uC-27
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
Twitter
https://t.co/nDRpHoQUwZ
Instagram
https://t.co/i9obzAuDCX
Audio
https://t.co/9gRBY5RIHp
إِنَّ اللّٰهَ خَلَقَ الْعَرْشَ إِظْهَارًا لِقُدْرَتِهِ وَلَمْ يَتَّخِذْهُ مَكَانًا لِذَاتِهِ
“Sesungguhnya Allah menciptakan ‘Arsy untuk menunjukkan kekuasaan-Nya, bukan untuk menjadikan tempat bagi Dzat-Nya.” (Riwayat Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq bayn al-Firaq, hlm. 333)
6. Sampainya Rasulullah ke sebuah tempat yang tinggi sehingga beliau mendengar suara pena para malaikat.
Setelah dari Sidrat al-Muntaha, Rasulullah tanpa ditemani Jibril meneruskan perjalanan naik hingga sampai ke tempat yang tinggi. Di sana, Rasulullah mendengar suara pena yang digunakan oleh para malaikat untuk menyalin dari al-Lauh al-Mahfuzh ke lembaran-lembaran catatan mereka.
7. Rasulullah mendengar Kalam Allah yang Dzati, Azali dan Abadi.
Aqidah Ahlussunnah menyatakan bahwa Kalam Allah yang merupakan sifat Dzat-Nya adalah qadim dan azali, ada tanpa permulaan, tidak seperti kalam (pembicaraan) kita yang bermula dan berpenghabisan. Kalam Allah azali, bukan huruf, bukan suara dan bukan bahasa, karena bahasa, huruf dan suara adalah makhluk, mustahil Allah bersifat dengan sifat yang diciptakan. Oleh karenanya kita meyakini bahwa Nabi Muhammad mendengar kalam Allah yang merupakan sifat Dzat-Nya yang azali tanpa suara, tanpa huruf dan bukan menempati telinga saat didengar. Pada malam yang penuh berkah tersebut, Allah membuka dari Rasulullah hijab yang yang menghalangi untuk mendengar kalam Allah yang azali dan abadi yang tidak seperti kalam makhluk. Rasulullah memahami dari kalam tersebut perintah-perintah Allah kepadanya, juga beberapa perkara yang diwahyukan kepada beliau. Allah –dengan kuasa-Nya- memperdengarkan Kalam-Nya kepada Rasulullah di tempat yang tinggi, yaitu di atas Sidrat al-Muntaha, karena tempat tersebut adalah tempat ibadah para malaikat kepada Allah, dan tempat yang belum pernah seorangpun berbuat maksiyat di sana, bukan karena tempat itu adalah tempat Allah berada, sebagaimana disebutkan dalam sebagian buku yang menyimpang, karena Allah ada tanpa tempat.
8. Rasulullah melihat Allah dengan hatinya, bukan dengan matanya.
Di antara kemuliaan yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad dalam peristiwa Mi’raj adalah bahwa Allah mengangkat dari hati Rasulullah hijab maknawi, sehingga ia melihat Allah dengan hatinya, yakni Allah menjadikan Rasulullah memiliki kekuatan melihat di hatinya, bukan dengan matanya, karena Allah tidak bisa dilihat dengan mata yang fana di dunia, Rasulullah bersabda:
وَاعْلَمُوْا أَنَّكُمْ لَنْ تَرَوْا رَبَّكُمْ حَتَّى تَمُوْتُوْا
“Ketahuilah bahwa kalian tidak akan melihat Tuhan kalian hingga kalian meninggal.”
Allah akan dilihat di akhirat dengan mata yang kekal, orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya akan melihat Allah tanpa menyerupai sesuatu pun di antara makhluk-Nya, tanpa tempat, tanpa arah, tanpa berhadap-hadapan, tanpa berlaku jarak, tanpa bersambungnya cahaya antara orang yang melihat dan Allah.
9. Rasulullah melihat Jibril dalam bentuk aslinya
Rasulullah sebelumnya pernah melihat malaikat Jibril untuk pertama kali dalam bentuk aslinya di Makkah dan beliau pingsan saat melihatnya. Pada malam Mi’raj, Rasulullah kembali melihat malaikat Jibril untuk yang kedua kalinya dalam bentuk asli, namun beliau tidak pingsan karena keteguhan hati dan kekuatan beliau sudah semakin bertambah kuat.
https://wp.me/p9K7uC-27
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
https://t.co/nDRpHoQUwZ
https://t.co/i9obzAuDCX
Audio
https://t.co/9gRBY5RIHp
LDNU Kabupaten KEDIRI
Tujuan Isra’ Mi’raj
Oleh: Ust. Asy’ari Masduki, MA Ringkasan materi pengajian Lailatul ijtima Ranting Damarwulan – Tujuan Isra’ Mi’raj adalah untuk memperlihatkan tanda- tanda kebesaran Allah b…
Aqidah Ulama Nusantara (7)
K.H. Misbah Zaenal Mushthafa, Bangilan, Tuban, Jawa Timur dalam bukunya “al Fushul al Arba’iniyyah fi Muhimmat al Masa-il ad-Diniyyah,” hal. 11 mengatakan:
"لاَ يُشْبِهُهُ شَىْءٌ، لَيْسَ بِجِسْمٍ وَلاَ عَرَضٍ وَلاَ مُصَوَّرٍ وَلاَ مُتَحَيِّزٍ، لاَ يَطْعَمُ وَلاَ يَشْرَبُ، لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ، لاَ يَتَمَكَّنُ بِمَكَانٍ وَلاَ يَجْرِيْ عَلَيْهِ زَمَانٌ، لَيْسَ لَهُ جِهَةٌ مِنَ الْجِهَاتِ السِّتِّ وَلاَ هُوَ فِي جِهَةٍ مِنْهَا، لاَ يَحُلُّ فِي حَادِثٍ".
“Tidak ada sesuatu-pun yang menyerupai Allah, Allah bukan jism, ‘aradl, bukan sesuatu yang memiliki gambar, bukan sesuatu yang menempati ruang, tidak makan, tidak minum, tidak melahirkan dan tidak dilahirkan, tidak ada satu-pun yang membandingi-Nya, Allah tidak bertempat di suatu tempat dan tidak dilalui oleh masa, Allah tidak menempati salah satu arah yang enam dan Allah bukan bertempat di salah satu arah, Allah tidak menempati sesuatu yang baharu (makhluk).”
K.H. Abdullah bin Nuh dalam bukunya “Menuju Mukmin Sejati” terjemahan kitab Minhaj al ‘Abidin karya Imam al Ghazali, hal. 24 mengatakan: “Oleh karena itu i’tiqad bid’ah di dalam hati sangat berbahaya, seperti mengi’tikadkan apa-apa yang nantinya dapat menyesatkan dia kepada kepercayaan bahwa Allah seperti makhluk, misalnya betul-betul duduk di dalam ‘Arasy, padahal Allah itu Laisa Kamitslihi Syaiun (Tidak ada satu-pun yang menyerupai-Nya).”
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
Twitter
http://t.co/nDRpHoQUwZ
Instagram
http://t.co/i9obzAuDCX
Audio
http://t.co/9gRBY5RIHp
https://ldnukabkediri.wordpress.com/2018/03/28/aqidah-ulama-nusantara-9/
K.H. Misbah Zaenal Mushthafa, Bangilan, Tuban, Jawa Timur dalam bukunya “al Fushul al Arba’iniyyah fi Muhimmat al Masa-il ad-Diniyyah,” hal. 11 mengatakan:
"لاَ يُشْبِهُهُ شَىْءٌ، لَيْسَ بِجِسْمٍ وَلاَ عَرَضٍ وَلاَ مُصَوَّرٍ وَلاَ مُتَحَيِّزٍ، لاَ يَطْعَمُ وَلاَ يَشْرَبُ، لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ، لاَ يَتَمَكَّنُ بِمَكَانٍ وَلاَ يَجْرِيْ عَلَيْهِ زَمَانٌ، لَيْسَ لَهُ جِهَةٌ مِنَ الْجِهَاتِ السِّتِّ وَلاَ هُوَ فِي جِهَةٍ مِنْهَا، لاَ يَحُلُّ فِي حَادِثٍ".
“Tidak ada sesuatu-pun yang menyerupai Allah, Allah bukan jism, ‘aradl, bukan sesuatu yang memiliki gambar, bukan sesuatu yang menempati ruang, tidak makan, tidak minum, tidak melahirkan dan tidak dilahirkan, tidak ada satu-pun yang membandingi-Nya, Allah tidak bertempat di suatu tempat dan tidak dilalui oleh masa, Allah tidak menempati salah satu arah yang enam dan Allah bukan bertempat di salah satu arah, Allah tidak menempati sesuatu yang baharu (makhluk).”
K.H. Abdullah bin Nuh dalam bukunya “Menuju Mukmin Sejati” terjemahan kitab Minhaj al ‘Abidin karya Imam al Ghazali, hal. 24 mengatakan: “Oleh karena itu i’tiqad bid’ah di dalam hati sangat berbahaya, seperti mengi’tikadkan apa-apa yang nantinya dapat menyesatkan dia kepada kepercayaan bahwa Allah seperti makhluk, misalnya betul-betul duduk di dalam ‘Arasy, padahal Allah itu Laisa Kamitslihi Syaiun (Tidak ada satu-pun yang menyerupai-Nya).”
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
http://t.co/nDRpHoQUwZ
http://t.co/i9obzAuDCX
Audio
http://t.co/9gRBY5RIHp
https://ldnukabkediri.wordpress.com/2018/03/28/aqidah-ulama-nusantara-9/
Telegram
LD-PCNU Kab KEDIRI
LD-PCNU KAB KEDIRI
Shirath, Neraka dan Haudl
Oleh: Ust. Asy'ari Masduki, MA
Ringkasan materi pengajian kitab Bahjatun Nadhor (Tanya Jawab Sullamut Taufiq)
- as Shirath adalah jembatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, salah satu ujungnya ada di al ardl al mubaddalah (bumi pengganti setelah bumi ini dihancurkan) dan ujung yang lain di tempat sebelum surga.
- As Shirath lebar tetapi licin menggelincirkan (دحض مزلة), maksud perkataan sebagian sahabat bahwa shirat lebih lembut dari rambut dan lebih tajam dari pedang adalah ungkapan untuk menunjukkan bahayanya melewati shirath
- Yang memperjalankan manusia di atas shirath adalah amalnya
- Ketika menyeberangi Shirath umat Islam terbagi menjadi dua:
1. Tidak menginjak shirat; terbang di udara shirat. Meraka adalah para nabi dan orang-orang sholih
2. Menginjak shirath; sebagian diselamatkan oleh Allah dan sebagian Allah jatuhkan ke neraka.
- Orang-orang kafir terpelesat dan jatuh ke dasar neraka jahannam yang jarak tempuhnya 70 tahun perjalanan
- Neraka adalah tempat penyiksaan abadi bagi orang kafir dan penyiksaan sementara waktu bagi sebagian orang mukmin pelaku dosa besar.
- Neraka bukan tempat penyembuhan dan penyucian dosa tetapi tempat penyiksaan sebagai balasan atas kekufuran dan kemaksiatan manusia
- Neraka sekarang sudah ada dan akan abadi selamanya, tidak berakhir. Allah berfirman:
(إِنَّ اللَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيرًا * خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ لَا يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا)
[Surat Al-Ahzab 64 - 65]
- Harus waspada terhadap pendapat Ibnu Taimiyah yg mengatakan bahwa neraka akan punah, karena pendapat itu bertentangan dengan sekitar 60 ayat al Qur'an, hadits serta ijma'.
- Haudl adalah tempat yang Allah persiapkan di dalamnya minuman untuk para penduduk surga sebelum masuk surga.
- Setiap nabi memiliki haudl, dan haudl yg terbesar adalah haudlnya nabi Muhammad shallallahu alayhi wasallam
- Setiap orang yg telah minum dari air haudl tidak akan pernah merasakan rasa haus lagi, karena air haudl dialirkan dari dalam surga
- Penduduk surga minum di dalam surga tidak karena haus tetapi untuk bersenang senang dan berlezat-lezat.
Semoga bermanfaat
http://ldnukabkediri.wordpress.com/2018/03/29/shirath-neraka-dan-haudl/
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri #dakwahnukabkediri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
Twitter
http://t.co/nDRpHoQUwZ
Instagram
http://t.co/i9obzAuDCX
Audio
http://t.co/9gRBY5RIHp
Oleh: Ust. Asy'ari Masduki, MA
Ringkasan materi pengajian kitab Bahjatun Nadhor (Tanya Jawab Sullamut Taufiq)
- as Shirath adalah jembatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, salah satu ujungnya ada di al ardl al mubaddalah (bumi pengganti setelah bumi ini dihancurkan) dan ujung yang lain di tempat sebelum surga.
- As Shirath lebar tetapi licin menggelincirkan (دحض مزلة), maksud perkataan sebagian sahabat bahwa shirat lebih lembut dari rambut dan lebih tajam dari pedang adalah ungkapan untuk menunjukkan bahayanya melewati shirath
- Yang memperjalankan manusia di atas shirath adalah amalnya
- Ketika menyeberangi Shirath umat Islam terbagi menjadi dua:
1. Tidak menginjak shirat; terbang di udara shirat. Meraka adalah para nabi dan orang-orang sholih
2. Menginjak shirath; sebagian diselamatkan oleh Allah dan sebagian Allah jatuhkan ke neraka.
- Orang-orang kafir terpelesat dan jatuh ke dasar neraka jahannam yang jarak tempuhnya 70 tahun perjalanan
- Neraka adalah tempat penyiksaan abadi bagi orang kafir dan penyiksaan sementara waktu bagi sebagian orang mukmin pelaku dosa besar.
- Neraka bukan tempat penyembuhan dan penyucian dosa tetapi tempat penyiksaan sebagai balasan atas kekufuran dan kemaksiatan manusia
- Neraka sekarang sudah ada dan akan abadi selamanya, tidak berakhir. Allah berfirman:
(إِنَّ اللَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيرًا * خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ لَا يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا)
[Surat Al-Ahzab 64 - 65]
- Harus waspada terhadap pendapat Ibnu Taimiyah yg mengatakan bahwa neraka akan punah, karena pendapat itu bertentangan dengan sekitar 60 ayat al Qur'an, hadits serta ijma'.
- Haudl adalah tempat yang Allah persiapkan di dalamnya minuman untuk para penduduk surga sebelum masuk surga.
- Setiap nabi memiliki haudl, dan haudl yg terbesar adalah haudlnya nabi Muhammad shallallahu alayhi wasallam
- Setiap orang yg telah minum dari air haudl tidak akan pernah merasakan rasa haus lagi, karena air haudl dialirkan dari dalam surga
- Penduduk surga minum di dalam surga tidak karena haus tetapi untuk bersenang senang dan berlezat-lezat.
Semoga bermanfaat
http://ldnukabkediri.wordpress.com/2018/03/29/shirath-neraka-dan-haudl/
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri #dakwahnukabkediri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
http://t.co/nDRpHoQUwZ
http://t.co/i9obzAuDCX
Audio
http://t.co/9gRBY5RIHp
LDNU Kabupaten KEDIRI
Shirath, Neraka dan Haudl
Shirath, Neraka dan HaudlOleh: Ust. Asy’ari Masduki, MARingkasan materi pengajian kitab Bahjatun Nadhor (Tanya Jawab Sullamut Taufiq)- as Shirath adalah jembatan yang dibentangkan di atas ner…
Aqidah Ulama Nusantara
Syekh Ihsan bin Muhammad Dahlan al Jampesi, Kediri, Jawa Timur dalam bukunya “Siraj ath-Thalibin ‘ala Minhaj al ‘Abidin,” hal. 104 mengatakan:
"وَمُقَدَّسًا عَنْ أَنْ يَحْوِيَـهُ مَكَانٌ فَيُشَارُ إِلَيْهِ أَوْ تَضُمَّهُ جِهَةٌ، وَإِنَّمَا اخْتَصَّتِ السَّمَاءُ بِرَفْعِ الأَيْدِي إِلَيْهَا عِنْدَ الدُّعَاءِ لأَنَّهَا جُعِلَتْ قِبْلَةَ الأَدْعِيَةِ كَمَا أَنَّ الكَعْبَةَ جُعِلَتْ قِبْلَةً لِلْمُصَلِّي يَسْتَقْبِلُهَا فِي الصَّلاَةِ وَلاَ يُقَالُ إِنَّ اللهَ تَعَالَى فِي جِهَةِ الكَعْبَةِ كَمَا تَقَدَّسَ عَنْ أَنْ يَحُدَّهُ زَمَانٌ".
“Dan Allah maha suci dari diliputi oleh tempat sehingga bisa ditunjuk, Allah juga maha suci dari diliputi arah. Sedangkan tangan yang diangkat dan diarahkan ke langit ketika berdoa dikarenakan langit dijadikan sebagai kiblat doa sebagaimana Ka’bah dijadikan kiblat bagi orang yang sholat, ia menghadap kepadanya di dalam sholat, dan tidak dikatakan bahwa Allah ta’ala ada di arah Ka’bah, sebagaimana Allah maha suci dari dibatasi oleh waktu.”
https://ldnukabkediri.wordpress.com/2018/03/30/aqidah-ulama-nusantara-10/
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri #dakwahnukabkediri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
Twitter
http://t.co/nDRpHoQUwZ
Instagram
http://t.co/i9obzAuDCX
Audio
http://t.co/9gRBY5RIHp
Syekh Ihsan bin Muhammad Dahlan al Jampesi, Kediri, Jawa Timur dalam bukunya “Siraj ath-Thalibin ‘ala Minhaj al ‘Abidin,” hal. 104 mengatakan:
"وَمُقَدَّسًا عَنْ أَنْ يَحْوِيَـهُ مَكَانٌ فَيُشَارُ إِلَيْهِ أَوْ تَضُمَّهُ جِهَةٌ، وَإِنَّمَا اخْتَصَّتِ السَّمَاءُ بِرَفْعِ الأَيْدِي إِلَيْهَا عِنْدَ الدُّعَاءِ لأَنَّهَا جُعِلَتْ قِبْلَةَ الأَدْعِيَةِ كَمَا أَنَّ الكَعْبَةَ جُعِلَتْ قِبْلَةً لِلْمُصَلِّي يَسْتَقْبِلُهَا فِي الصَّلاَةِ وَلاَ يُقَالُ إِنَّ اللهَ تَعَالَى فِي جِهَةِ الكَعْبَةِ كَمَا تَقَدَّسَ عَنْ أَنْ يَحُدَّهُ زَمَانٌ".
“Dan Allah maha suci dari diliputi oleh tempat sehingga bisa ditunjuk, Allah juga maha suci dari diliputi arah. Sedangkan tangan yang diangkat dan diarahkan ke langit ketika berdoa dikarenakan langit dijadikan sebagai kiblat doa sebagaimana Ka’bah dijadikan kiblat bagi orang yang sholat, ia menghadap kepadanya di dalam sholat, dan tidak dikatakan bahwa Allah ta’ala ada di arah Ka’bah, sebagaimana Allah maha suci dari dibatasi oleh waktu.”
https://ldnukabkediri.wordpress.com/2018/03/30/aqidah-ulama-nusantara-10/
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri #dakwahnukabkediri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
http://t.co/nDRpHoQUwZ
http://t.co/i9obzAuDCX
Audio
http://t.co/9gRBY5RIHp
LDNU Kabupaten KEDIRI
Aqidah Ulama Nusantara
Aqidah Ulama NusantaraSyekh Ihsan bin Muhammad Dahlan al Jampesi, Kediri, Jawa Timur dalam bukunya “Siraj ath-Thalibin ‘ala Minhaj al ‘Abidin,” hal. 104 mengatakan:”وَمُقَدَّسًا عَنْ أَنْ يَح…
LD-PCNU Kab KEDIRI
Photo
HARLAH NU 92
HARLAH Lesbumi 56
3-4 April 2018
Kantor PCNU Kediri
Jl. Imam Bonjol 38 Kota Kediri
3 April 2018
PEMBUKAAN HARLAH 19:00
*Tampilan 1.000 Terbang
*Tarian Remo Girah
*Pameran Keris
*Lukisan Cekakik
SARASEHAN BUDAYA
"Menggali dan Menegakkan Sejarah Pesantren yang Terkubur"
Oleh: K Ng H. AGUS SUNYOTO
Ketua LESBUMI PBNU
4 April 2018
SARASEHAN 10:00
"Warisan Budaya Luhur Pusaka NU"
Oleh: Empu Teguh Guno Anom (mpu mageti 5), Mambaudin Samuri ketua Panji Patrem Trenggalek, Romo Donny Satriowibowo ( lesbumi PBNU | anggota litbang senapati nusantara)
"Mengenal Tradisi Budaya di Era Milenium"
Oleh: KH. Abdullah Wung & R Ng Izzulfikri (gus fikri) | 4 April 2018 jam 14:00
PENUTUPAN 19:00
Panggung Gebyar Seni Nusantara oleh para seniman lesbumi | pencak dor | seni tiban
@kedirinesia_ @kedirikusukasuka @gadiskediri @instameetkediri @pb_nahdlatululama @aswajanucenterbangil @satsabharareskediri @ldnupckediri @aswajatv @aswajanucenter @aswajagram @nuonline_id @aisnusantara @aisjawiwetan @ais.jawatengah @ais_lampung @aisjogja #medsosulkarimah #kediri4negeri #dakwahnu #dakwahnukabkediri #kediri #jawatimur
HARLAH Lesbumi 56
3-4 April 2018
Kantor PCNU Kediri
Jl. Imam Bonjol 38 Kota Kediri
3 April 2018
PEMBUKAAN HARLAH 19:00
*Tampilan 1.000 Terbang
*Tarian Remo Girah
*Pameran Keris
*Lukisan Cekakik
SARASEHAN BUDAYA
"Menggali dan Menegakkan Sejarah Pesantren yang Terkubur"
Oleh: K Ng H. AGUS SUNYOTO
Ketua LESBUMI PBNU
4 April 2018
SARASEHAN 10:00
"Warisan Budaya Luhur Pusaka NU"
Oleh: Empu Teguh Guno Anom (mpu mageti 5), Mambaudin Samuri ketua Panji Patrem Trenggalek, Romo Donny Satriowibowo ( lesbumi PBNU | anggota litbang senapati nusantara)
"Mengenal Tradisi Budaya di Era Milenium"
Oleh: KH. Abdullah Wung & R Ng Izzulfikri (gus fikri) | 4 April 2018 jam 14:00
PENUTUPAN 19:00
Panggung Gebyar Seni Nusantara oleh para seniman lesbumi | pencak dor | seni tiban
@kedirinesia_ @kedirikusukasuka @gadiskediri @instameetkediri @pb_nahdlatululama @aswajanucenterbangil @satsabharareskediri @ldnupckediri @aswajatv @aswajanucenter @aswajagram @nuonline_id @aisnusantara @aisjawiwetan @ais.jawatengah @ais_lampung @aisjogja #medsosulkarimah #kediri4negeri #dakwahnu #dakwahnukabkediri #kediri #jawatimur
MENSIKAPI BERITA HOAX
Dimasa sekarang ini sering terjadi pemberitaan dalam media, khusudnya media dosial tentang suatu peristiwa yang sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan yang ada atau berita bohong yang kini dikenal dengan berita hoax. Berita2 seperti itu mungkin saja bersumber dari orang2 yang memang sengaja membuat berita bohong mengenai orang tertentu dengan niat menghasud orang yang bersangkutan, atau mungkin juga memberitakan berdasarkan tanggapannya yang salah terhadap sesuatu peristiwa, atau mungkin juga berita2 tersebut disampaikan secara tidak lengkap seperri kenyataan yang ada, sehinhga menimbulkan salah paham bagi yang membaca atau mendengar berita tersebut.
Akan tetapi, secara tidak disadari, juga telah menimbulkan kebencian, perpecahan dan permusuhan diantara sesama umat Islam dan bangsa Indonesia.
Dalam hal menanggapi berita2 seperti itu, kita sebagai orang muslim telah diberi pedoman oleh Allah swt dalam Al Qur'an Surat Al Hujarat: 6, yang intinya bahwa: "Jika ada orang fasik memberi berita kepada kita, maka kita diperintah untuk memeriksa dengan teliti, agar kita tidak menimpakan musibah kepada suatu kelompok tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kita menyesal atas perbuatan itu".
Lalu siapakah orang yg fasik itu ?
Orang fasik ialah orang yang sering melakukan dosa2 kecil atau pernah melakukan dosa besar, meski orang tersebut adalah orang yang taat menjalankan ibadah. Kalau kita mengikuti definisi "fasik" seperti ini, maka siapakah kira2 diantara kita ini yang tidak termasuk golongan orang fasik dan berapa kira2 jumlah orang yang tidak fasik ?
Dari inti ayat diatas, maka tentulah kita harus memeriksa dengan lebih teliti lagi akan kebenaran berita yang sampai kepada kita yang dibawa oleh sipembawa berita yang belum kita ketahui identitasnya, apakah dia itu orang muslim atau bukan ataukah ia seorang muslim yg taat beragama atau tidak. Apa lagi kalau berita itu tanpa mencantumkan nama penulisnya. Sebab orang yang dijelek2 an itu, khususnya orang muslim, berhak untuk kita sangka baik selain kita berkewajiban untuk menjaga persatuan dan kesatuan sesama muslim dan sesama bangsa.
Orang yang membawa berita seperti itu, secara sengaja atau tidak, telah berbuat kerusakan dimuka bumi yang berhak kita anggap dusta. Dalam Hadits Riwayat Muslim dari sahabat Abu Hurairah r.a, disebutkan bahwa Nabi pernah bersabda sebagai berikut: "Setiap orang muslim, bagi orang muslim yang lain, itu haram darahnya, kehormatannya dan hartanya".
Dari sabda Nabi tersebut, telah jelas bahwa kita dilarang merusak kehormatan seorang muslim dengan jalan menggunjing/ngrasani atau menyebar luaskan cacatnya atau kejelekannya, meski pun cacat atau kejelekan itu memang benar2 ada pada dirinya, apa lagi jika belum jelas kebenarannya.
Jadi ketika kita menerima berita yang tak jelas sumbernya, maka kita tidak boleh menelan mentah2 berita itu selama belum ada konfirmasi dan kejelasan dari pihak² yang bisa kita percaya. Fitnah yang ditimbulkan dari berita hoax sering kali menimbulkan fitnah yang meluas dan acap kali sulit pula untuk dipadamkan.
Oleh: KH. Busyrol Karim Abdul Mughni
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
Dimasa sekarang ini sering terjadi pemberitaan dalam media, khusudnya media dosial tentang suatu peristiwa yang sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan yang ada atau berita bohong yang kini dikenal dengan berita hoax. Berita2 seperti itu mungkin saja bersumber dari orang2 yang memang sengaja membuat berita bohong mengenai orang tertentu dengan niat menghasud orang yang bersangkutan, atau mungkin juga memberitakan berdasarkan tanggapannya yang salah terhadap sesuatu peristiwa, atau mungkin juga berita2 tersebut disampaikan secara tidak lengkap seperri kenyataan yang ada, sehinhga menimbulkan salah paham bagi yang membaca atau mendengar berita tersebut.
Akan tetapi, secara tidak disadari, juga telah menimbulkan kebencian, perpecahan dan permusuhan diantara sesama umat Islam dan bangsa Indonesia.
Dalam hal menanggapi berita2 seperti itu, kita sebagai orang muslim telah diberi pedoman oleh Allah swt dalam Al Qur'an Surat Al Hujarat: 6, yang intinya bahwa: "Jika ada orang fasik memberi berita kepada kita, maka kita diperintah untuk memeriksa dengan teliti, agar kita tidak menimpakan musibah kepada suatu kelompok tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kita menyesal atas perbuatan itu".
Lalu siapakah orang yg fasik itu ?
Orang fasik ialah orang yang sering melakukan dosa2 kecil atau pernah melakukan dosa besar, meski orang tersebut adalah orang yang taat menjalankan ibadah. Kalau kita mengikuti definisi "fasik" seperti ini, maka siapakah kira2 diantara kita ini yang tidak termasuk golongan orang fasik dan berapa kira2 jumlah orang yang tidak fasik ?
Dari inti ayat diatas, maka tentulah kita harus memeriksa dengan lebih teliti lagi akan kebenaran berita yang sampai kepada kita yang dibawa oleh sipembawa berita yang belum kita ketahui identitasnya, apakah dia itu orang muslim atau bukan ataukah ia seorang muslim yg taat beragama atau tidak. Apa lagi kalau berita itu tanpa mencantumkan nama penulisnya. Sebab orang yang dijelek2 an itu, khususnya orang muslim, berhak untuk kita sangka baik selain kita berkewajiban untuk menjaga persatuan dan kesatuan sesama muslim dan sesama bangsa.
Orang yang membawa berita seperti itu, secara sengaja atau tidak, telah berbuat kerusakan dimuka bumi yang berhak kita anggap dusta. Dalam Hadits Riwayat Muslim dari sahabat Abu Hurairah r.a, disebutkan bahwa Nabi pernah bersabda sebagai berikut: "Setiap orang muslim, bagi orang muslim yang lain, itu haram darahnya, kehormatannya dan hartanya".
Dari sabda Nabi tersebut, telah jelas bahwa kita dilarang merusak kehormatan seorang muslim dengan jalan menggunjing/ngrasani atau menyebar luaskan cacatnya atau kejelekannya, meski pun cacat atau kejelekan itu memang benar2 ada pada dirinya, apa lagi jika belum jelas kebenarannya.
Jadi ketika kita menerima berita yang tak jelas sumbernya, maka kita tidak boleh menelan mentah2 berita itu selama belum ada konfirmasi dan kejelasan dari pihak² yang bisa kita percaya. Fitnah yang ditimbulkan dari berita hoax sering kali menimbulkan fitnah yang meluas dan acap kali sulit pula untuk dipadamkan.
Oleh: KH. Busyrol Karim Abdul Mughni
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
Facebook
LDNU Kab. Kediri
LDNU Kab. Kediri, Kota Kediri. 70 likes. Dakwah bil Hikmah
MENGOPTIMALKAN PERAN MASJID
Orang NU itu senang sekali membangun masjid, tetapi untuk ngrumat dan ngramutnya, belum sesemangat seperti ketika mendirikannya, karena selama ini masih banyak masjid yang terkedang dikelola dengan menggunakan manajemen ketokohan/apa kata sesepuh saja, belum menerapkan manajemen secara profesional.
Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu disampaikan untuk memahami betul konsep manajemen masjid. Agar masjid berfungsi secara maksimal, maka setidaknya ada 3 bidang pembinaan yang harus diperhatikan, oleh para Nadzir dan Ta'mir, yakni:
1- Pembinaan bidang Imaroh/memakmurkan masjid. Bidang ini menjadi kewajiban setiap muslim yang mengharapkan memperoleh bimbingan dan petunjuk Allah, sperti yang tersebutkan dalam firman Allah Surat Attaubah:18.
2-Pembinaan bidang Idaroh/ manajemen, dalam arti, masjid ditata dengan manajemen secara profesional.
3-Pembinaan bidang Ri'ayah/Pemeliharaan. Dengan adanya bidang ini, masjid akan tampak bersih dan indah sehingga dapat memberikan daya tarik dan.menyenangkan bagi siapa saja yang memasuki dan dan beribadah didalamnya.
Apabila ketiga bidang tersebut bisa diterapkan dalam mengelola masjid, maka masjid dapat ditingkatkan fungsinya bukan hanya sebagai tempat shalat, tetapi juga dapat berfungsi sebag tempat peningkatan intelektual dan lain sebagainya.
Kurang berfungsinya masjid secara maksimal disebabkan masih rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang masjid. Bahkan sebagian masyarakat masih ada yang menganggap haram untuk melakukan aktifitas demikian itu dalam lingkungan masjid, sehingga masjid² kita, sering terlihat sepi dan bahkan ketika waktu shalat pun para jema'ah shalatnya bagitu minim. Pada hal idealnya, masjid itu dapat dijadikan pusat kegiatan masyarakat untuk mewujudkan tatanan sosial yang baik yang masih bersambungan dengan urusan kemaslahatan umat dipandang dari segi ajaran Islam. Jika selama ini pembinaan masyarakat masih berpusat dilembaga² formal seperti sekolah dan madrasah, maka masyarakat bisa mengembangkan lembaga masjid sebagai salah satu alternatif pembinaan umat dan masyarakat bangsa secara keseluruhan.
Dalam sejarah Islam, tercatat bahwa sejak periode pertama, masyarakat muslim dibawah pimpinan Nabi, beliau merintis terbentuknya satu model kehidupan masyarakat di masjid sebagai pusat kegiatannya. Mulai dari tempat pengajaran, silaturahmi, pertemuan dengan para tamu² dan kegiatan² sosial lain selain buat beribadah. Bukan saja karena masih terbatasnya fasilitas yang dimiliki, tetapi juga karena masjid memang merupakan pusat pembinaann masyarakat. Berkaitan dengan ini semua, maka Takmir masjid itu juga berarti Takmir umamah, dan dalam kerangka inilah Islam muncul dalam karakter "Rahmatan lil 'alamin".
Oleh: KH. Busyrol Karim Abdul Mughni
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
Orang NU itu senang sekali membangun masjid, tetapi untuk ngrumat dan ngramutnya, belum sesemangat seperti ketika mendirikannya, karena selama ini masih banyak masjid yang terkedang dikelola dengan menggunakan manajemen ketokohan/apa kata sesepuh saja, belum menerapkan manajemen secara profesional.
Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu disampaikan untuk memahami betul konsep manajemen masjid. Agar masjid berfungsi secara maksimal, maka setidaknya ada 3 bidang pembinaan yang harus diperhatikan, oleh para Nadzir dan Ta'mir, yakni:
1- Pembinaan bidang Imaroh/memakmurkan masjid. Bidang ini menjadi kewajiban setiap muslim yang mengharapkan memperoleh bimbingan dan petunjuk Allah, sperti yang tersebutkan dalam firman Allah Surat Attaubah:18.
2-Pembinaan bidang Idaroh/ manajemen, dalam arti, masjid ditata dengan manajemen secara profesional.
3-Pembinaan bidang Ri'ayah/Pemeliharaan. Dengan adanya bidang ini, masjid akan tampak bersih dan indah sehingga dapat memberikan daya tarik dan.menyenangkan bagi siapa saja yang memasuki dan dan beribadah didalamnya.
Apabila ketiga bidang tersebut bisa diterapkan dalam mengelola masjid, maka masjid dapat ditingkatkan fungsinya bukan hanya sebagai tempat shalat, tetapi juga dapat berfungsi sebag tempat peningkatan intelektual dan lain sebagainya.
Kurang berfungsinya masjid secara maksimal disebabkan masih rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang masjid. Bahkan sebagian masyarakat masih ada yang menganggap haram untuk melakukan aktifitas demikian itu dalam lingkungan masjid, sehingga masjid² kita, sering terlihat sepi dan bahkan ketika waktu shalat pun para jema'ah shalatnya bagitu minim. Pada hal idealnya, masjid itu dapat dijadikan pusat kegiatan masyarakat untuk mewujudkan tatanan sosial yang baik yang masih bersambungan dengan urusan kemaslahatan umat dipandang dari segi ajaran Islam. Jika selama ini pembinaan masyarakat masih berpusat dilembaga² formal seperti sekolah dan madrasah, maka masyarakat bisa mengembangkan lembaga masjid sebagai salah satu alternatif pembinaan umat dan masyarakat bangsa secara keseluruhan.
Dalam sejarah Islam, tercatat bahwa sejak periode pertama, masyarakat muslim dibawah pimpinan Nabi, beliau merintis terbentuknya satu model kehidupan masyarakat di masjid sebagai pusat kegiatannya. Mulai dari tempat pengajaran, silaturahmi, pertemuan dengan para tamu² dan kegiatan² sosial lain selain buat beribadah. Bukan saja karena masih terbatasnya fasilitas yang dimiliki, tetapi juga karena masjid memang merupakan pusat pembinaann masyarakat. Berkaitan dengan ini semua, maka Takmir masjid itu juga berarti Takmir umamah, dan dalam kerangka inilah Islam muncul dalam karakter "Rahmatan lil 'alamin".
Oleh: KH. Busyrol Karim Abdul Mughni
#medsosulkarimah Channel Dakwah LDNU Kab Kediri =klik=> http://Telegram.me/LDNUPCKEDIRI
#kediri4negeri
Let's joint us on Facebook
http://t.co/kJk9mdo3Oy
Facebook
LDNU Kab. Kediri
LDNU Kab. Kediri, Kota Kediri. 70 likes. Dakwah bil Hikmah