الدين القيم

HUKUM MAKANAN YANG DIBUAT OLEH ORANG YANG BERHAJI TATKAKA IA KEMBALI DARI SAFARNYA

🗒Pertanyaan :
Telah berlangsung kebiasaan di sisi kami bahwa seorang yang ingin pergi untuk menunaikan ibadah haji membuat makanan dan ia mengundang kerabat-kerabat, orang-orang yang dicintai dan para tetangga untuk berkumpul dan menikmati makanan tersebut, dan ia melakukan hal yang sama ketika ia kembali (pulang) dari menunaikan ibadah haji, dan undangan makan ini di sisi kami dinamakan dengan Asya' Al Haaj, maka kita berharap dari engkau untuk menjelaskan hukum membuat makanan ini, wabarakallahu fiikum.

🔖Jawaban Asy Syaikh Al Allamah Muhammad Ali Farkus hafizhahullah :

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على من أرسله الله رحمة للعالمين، وعلى آله وصحبه وإخوانه إلى يوم الدين، أما بعد :

Makanan yang disediakan ketika kedatangan musafir dari safarnya disebut "An Naqi'ah" Dan asal penamaan tersebut adalah bahwa kata An Naqi'ah diambil dari lafazh An Naq'u yang bermakna debu dikarenakan seorang musafir ia datang dari safarnya dalam keadaan terkena debu safar, dan sungguh telah shahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwasanya tatkala beliau datang ke Madinah maka beliau menyembelih unta atau sapi.

Dan hadits ini menunjukkan disyariatkannya mengundang makan ketika datang dari safar, dan Al Imam Al Bukhari membuat bab dalam shahihnya dimana beliau berkata :
"Bab membuat makanan ketika datang dari safar, dan adalah Ibnu Umar Radhiallahu anhuma memberi makan orang yang mendatanginya".
Yakni mendatangi beliau untuk mengucapkan salam kepada beliau dan mengucapkan selamat atas kedatangannya".

Berkata Ibnu Baththal tatkala mensyarah hadits di atas :
"Di dalamnya terdapat faedah bahwa seorang penguasa diperbolehkan memberi makan ketika datang dari safar, dan perbuatan ini hukumnya mustahab/sunnah di sisi salaf, dan disebut dengan An Naqi'ah, dan dinukilkan dari Al Muhallab bahwasanya Ibnu Umar radhiallahu anhuma apabila beliau datang dari safar maka beliau memberi makan orang yang mendatanginya dan berbuka bersama mereka dan beliau meninggalkan qadha Ramadhan dikarenakan beliau tidak berpuasa ketika safar maka apabila selesai acara undangan makan maka beliau mulai mengqadha Ramadhan".

Dan madzhab (pendapat yang dipegangi) jumhur shahabat dan tabi'in adalah wajibnya memenuhi semua walimah (jamuan) yang berjumlah 8 jenis walimah sebagaimana yang disebutkan oleh Al Qadhi Iyadh dan An Nawawi diantaranya adalah An Naqi'ah namun mereka berselisih pendapat apakah makanan tersebut dibuat oleh orang yang melakukan safar ataukah dibuat oleh orang lain untuknya ? Dan dari nash (hadits) dan atsar yang telah lewat menjadi nampak kuatnya pendapat yang pertama (bahwa makanan tersebut dibuat oleh orang yang melakukan safar).

Adapun menyediakan makanan sebelum melakukan safar maka tidak diketahui bahwa hal tersebut termasuk walimah yang disyariatkan, dikarenakan ia merupakan walimah (jamuan) yang berkaitan dengan haji dan disandarkan kepadanya dan setiap yang disandarkan kepada hukum syar'i membutuhkan kepada dalil yang membenarkannya.

والعلم عند الله، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين، وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وإخوانه إلى يوم الدين، وسلم تسليما.

📅Al Jazair 26 Dzulhijjah 1427 H bertepatan 15 Januari 2007 M.

http://telegram.me/dinulqoyyim

1.33K views23:18