BBG Al-ilmu
883 subscribers
27 photos
5 videos
3 files
405 links
Menebar cahaya sunnah, group medsos berawal dari grup bbm Al-ilmu
Download Telegram
umi sendiri. Demikian ini diantara keistimewaan yang terpenting walaupun tidak menjelaskan sebab kelemahannya kecuali sangat sedikit. Nampaknya beliau Rahimahullah bertujuan untuk meringkas.
6. Beliau Rahimahullah terkadang menyebutkan permasalahan dalam sanad-sanad berupa irsaal (mursal), inqitha’ (munqathi’) atau waqf (mauquf). Kadang beliau Rahimahullah me-rajih-kan apabila hadits memiliki lebih dari satu sanad. Semua itu diungkapkan secara singkat.
7. Beliau Rahimahullah terkadang menyampaikan riwayat-riwayat dan hadits-hadits yang mendukung hadits yang dijadikannya sebagai asal (pokok), dan tidak melakukannya kecuali karena faidah berupa taqyiid al-muthlaq, tafshil al-mujmal, taudhih mughallaq, daf’u ta’aarudh, atau sejenisnya.
Sungguh, Allah Ta'ala telah menampakkan dengan menganugerahkan nikmat keilmuan terkait dengan kitab ini; yakni dengan diterimanya kitab Bulugh al-Maraam Min Adillati al-Ahkaam ini di kalangan para ulama terdahulu dan sekarang, sehingga para ulama pun memujinya. Begitu pula para penuntut ilmu mengelutinya dan bersemangat untuk menghafalnya. Sebagian ma'had, madrasah, sekolah menjadikannya sebagai buku pegangan dalam pengajaran, sehingga para ulamapun memberikan syarah dan penjelasan terhadap kitab ini. Kitab ini juga telah diberi penjelasan dari sisi ilmu hadits dengan ditakhrij dan disandarkan kepada sumber rujukan aslinya, diberi hukum shahih dan dha’ifnya, serta lainnya.

METODE SYARAH
Dalam men-syarah kitab Bulugh al-Maraam min Adillati al-Ahkaam ini kami menggunakan metode sebagai berikut.
1. Berusaha menjelaskan kitab ataupun bab dan yang berhubungan dengannya sebelum men-syarah hadits yang ada di bawahnya.
2. Dalam menjelaskan dan men-syarah hadits dalam kitab ini mengikuti metode sebagai berikut:
a. Menjelaskan judul hadits dan menjelaskan tema, serta menjelaskan maksudnya.
b. Memberikan biografi singkat terhadap perawi yang disebutkan al-Haafizh.
c. Men-takhrij hadits dengan menyampaikan sumber rujukan yang mungkin dilakukan dengan keterbatasan yang ada dengan menjelaskan hukum para ulama tentang hal itu, khususnya hukum-hukum yang disampaikan Syaikh al-Albani dalam kitab-kitab beliau.
d. Tidak terikat dalam penyampaian sumber rujukan (al-mashadir) dengan satu cara tertentu, karena yang terpenting adalah kejelasan hukum hadits tersebut dari sisi shahih atau tidaknya.
e. Apabila berasal dari Shahihain, maka kami cukupkan dengannya, kecuali ada hal-hal yang memerlukan penjelasan lebih dari itu.
f. Terkadang haditsnya disampaikan secara utuh apabila al-Haafizh tidak menyampaikannya secara utuh, atau bila ada perbedaan lafadz –bila memungkinkan- dengan menyampaikan juga hukum al-Haafizh terhadap hadits tersebut yang ada dalam kitab ini atau selainnya, ditambah dengan hukum para ulama lainnya.
g. Apabila ada faidah isnad atau ilmu hadits, terkadang kami sampaikan karena berfaedah.
h. Kemudian setelah takhrij, maka disampaikan syarah kosa kata hadits dan syarah umum.
i. Menyampaikan masalah-masalah fikih dan lainnya yang diambil dari hadits tersebut
3. Terkadang dalam masalah khilafiyah disampaikan juga pendapat dan ulama yang berpendapat demikian dengan membawakan dalil-dalil setiap pendapat –bila memungkinkan- dengan berusaha men-tarjih dari pendapat yang ada, dan dengan melihat serta berpedoman kepada tarjih yang dilakukan para ulama mu’tabar.
Demikian metodologi yang hendak kami lakukan. Mudah-mudahan mempermudah kita dalam memahami agama ini. Dan semoga usaha ini dijadikan sebagai simpanan amalan sholeh yang tidak putus hingga hari kiamat nanti.
Sebagai penutup, kami membuka hati dan telinga untuk menerima tegur sapa dan kritik membangun dari para pembaca yang menemui kekurangan dan kesalahan dalam penulisan syarah ini, sehingga kami dapat memperbaiki saat kemudian hari.
والله تعالى أسأل أن يجعل عملي صالحاً، ولوجهه خالصاً، ولعباده نافعاً، وصلى الله وسلَّم على نبيّنا محمد، وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين.
Penulis
Kholid Syamhudi
Ponpes. Ibnu Abbas, Kliwonan, Masaran, Sragen
Banisyamhudi@yahoo.com dan Kholidsmhd@gmail.com
http:/www.Ustadzkholid.com
http:/ww
Hukum Menambahkan Nama Suami di Belakang Istri

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum.

Boleh tidak menambahkan nama suami di belakang nama istri?

Terima kasih

Dari: Murizal

Jawaban:
Wassalamu’alaikum

Tidak boleh menambahkan nama suami ke nama istri, itu budaya orang-orang Barat yang bertentangan dengan syariat nasab dalam Islam.

Wassalamu’alaikum

Dijawab oleh Ustadz Dr. Muhammad Arifin bin Baderi (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Tambahan dari www.ustadzaris.com
Banyak orang yang memiliki kebiasaan menggabungkan nama suami ke nama isterinya. Jika ada seorang suami bernama Habibie dan isterinya bernama Ainun jadilah nama isterinya Ainun Habibie dan semisalnya. Bagaimanakah hukum masalah ini?

فتاوى اللجنة الدائمةالسؤال الثالث من الفتوى رقم 18147

Fatwa Lajnah Daimah, pertanyaan ketiga dari fatwa no 18147

Pertanyaan, “Tersebar di berbagai negeri sebuah fenomena yaitu seorang wanita muslimah yang sudah menikah dinasabkan kepada nama atau gelar suaminya. Misalnya ada wanita bernama Zainab menikah dengan Zaid. Setelah menikah bolehkan kita tulis nama isteri dengan Zainab Zaid? Ataukah kebiasaan ini adalah bagian dari budaya barat yang wajib kita jauhi dan kita waspadai?

Jawaban Lajnah Daimah, “Tidak boleh menasabkan seseorang kepada selain ayahnya.

Allah berfirman yang artinya, “Panggilan mereka dengan menasabkan mereka kepada ayah mereka. Itulah yang lebih adil di sisi Allah.” (QS al Ahzab:5).

Juga terdapat hadits yang berisi ancaman keras untuk orang yang menasabkan diri kepada selain ayahnya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka tidak diperbolehkan menasabkan seorang wanita kepada suaminya sebagaimana kebiasaan orang-orang kafir dan kebisaan sebagian kaum muslimin yang suka ikut-ikutan dengan ciri khas orang kafir”.

Fatwa ini ditandatangani oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz selaku ketua Lajnah Daimah, Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh selaku wakil ketua, Abdullah bin Ghadayan, Shalih al Fauzan dan Bakr Abu Zaid masing-masing selaku anggota.

Sumber:
Fatawa Lajnah Daimah jilid 20 hal 379

Artikel www.ustadzaris.com
KETIKA SEMUA INGIN BERDAKWAH

MUKADDIMAH

Ibnu Mas'ud pernah mengajarkan kita kaedah emas:
وكم من مريد للخير لن يصيبه

"Betapa banyak orang yang ingin kebaikan namun gagal mendapatkannya.

(Atsar diriwayatkan oleh ad-Darimi dalam Sunan dan Ibnu Abi Syaibah dalam Musannafnya, dan hadis di sahihkan oleh Syeikh Al-Albani).

DAKWAH BUTUH KEBERSAMAAN DAN MUSYAWARAH

Jikalah Nabi-Shallalahu Alaihi wa sallam-diperintahkan Allah untuk bermusyawarah dengan firmannya:
ْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
"Dan bermusyawaratlah dengan mereka"Qs: An-Nisa : 159.

Apalagi kita yang tidak maksum dan selalu diliputi kejahilan dan kebodohan,tentu lebih wajib untuk senantiasa bermusyawarah dalam urusan-urusan besar yang menyangkut orang banyak.

Apalagi jika masih ada bersama mereka para penimba ilmu dan astidzah yang telah kenyang makan "asam garam" kehidupan di medan dakwah. Bukankah Allah -azza wa jalla-memerintahkan manusia kembali kepada ulama dan orang berilmu mereka dalam firmanNya:

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا

"Dan apabila datang kepada mereka berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya,seandainya mereka menyerahkan urusan tersebut kepada Rasul dan Ulil Amri (ulama dan umara)di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)". Qs: An-Nisa: 83.

Dalam ayat di atas, segala perkara yang berkaitan dengan orang banyak,baik tentang maslahat dan mudarat hendaklah dikembalikan kepada Rasulullah,yaitu sunnahnya, dan kepada ulil amri,yaitu para umara dan ulama yang mampu memberikan solusi melalui pemahaman mereka terhadap sunnah. Bahkan Allah menyebutkan setelah itu bahwa siapa saja yang tidak merujuk kepada mereka berarti telah mengangkat syetan sebagai panutan.

BELAJAR DARI PENGALAMAN SALAF

Siapa saja yang membentangkan sejarah di hadapan matanya, akan mendapatkan bahwa keselamatan itu ada dengan bertanya kepada para ulama,sebaliknya kebinasaan itu begitu dekat dengan meninggalkan ulama.

Lihatlah ribuan khawarij tersesat disebabkan tidak merujuk kepada ulama dalam memahami Quran. Lihat pula bagaimana Ibnu Abbas dengan dialoqnya dapat mengembalikan ribuan orang yang tercemar paham khawarij kepada Islam.

Seandainya bukan bertanya pada Ibnu Umar-setelah Allah-niscaya akan tersesat dua tabiin yang datang dari Kufah dalam fitnah kufur kpd Qadar.

Seandainya tidak bertemu Abdullah bin Mas'ud,akan tergelincir Bisyr bin amru dalan fitnah khawarij memerangi pemerintah.

Bisyir berkata:" Kami mengikuti Ibnu Mas’ud tatkala dia keluar menuju Qadisiyah,lantas dia masuk ke kebun menunaikan hajatnya, dia berwhudu dan mengusap di atas kaos kakinya, kemudian dia keluar sementara tetesan air wudhu membasahi janggutnya.

Kami berkata: berikanlah pada kami wasiat, sebab manusia telah terjebak dalam fitnah dan kami tidak tau apakah bisa bertemu kembali denganmu atau tidak.

Innu Masud menjawab: " bertakwalah pada Allah dan bersabarlah hingga orang-orang yang baik akan beristirahat(wafat) dari orang jahat atau sebaliknya, manusia di istirahatkan dari mereka. Hendaklah kalian mengikuti jama’ah sebab Allah tidak akan mengumpulkan ummat Muhammad di atas kesesatan.

TIDAK CUKUP HANYA MODAL SEMANGAT

Dalam berdakwah, tidak cukup hanya bermodalkan semangat dan iklash, di butuh ilmu, butuh strategi,butuh penangan dari para ulama agar terarah.

Jika hanya mengandalkan semangat, biasanya apa yang diinginkan akan tidak sesuai dengam kenyataan. Akibatnya fatal,jadilah apa yang mereka anghap kemaslahata hakikatnya kerusakan.

Dakwah butuh musyawarat dalam menentukan langkah-langkah strategis ke depan. Tanpa musyawarah dakwah akan berjalan sendiri-sendiri sesuai selera masing-m
asing. Setelah itu muncullah kesemrautan dan tumpang tindih kebijakan.

Berapa kali kita temukan di daerah perpecahan disebabkan tanpa koordinasi yang baik.

Pernah kusaksikan baliho yang terpampang besar di jalan-jalan tentang kegiatan daurah ust senior dan da'i nasional yang kuyakin dibayar mahal untuk iklan tersebut. Tetapi menurut informasi sebagian ikhwan, daurah tersebut di batalkan sang ust karena ternyata berbenturan dengan daurah ust senior yang lain, yang diadakan di tempat yang sama dengan waktu yang sedikit berbeda. Pernah pula daurah diadakan dalam waktu yang sama di tempat yang berdekatan, sehingga memecah belah jama'ah.

BUKAN INGIN MEMONOPOLI DAKWAH

Sebagian ikhwan,terkadang salah sangka memandang sikap sebagian yayasan dan asatidzah yang melarang mereka untuk mengadakan daurah dengan berbagai tuduhan seperti ungkapan:

Ingin memonopoli dakwah...
Menghalangi kebaikan....
Mau menguasai masjid....
Berebut kotak infak....
Takut ditinggalkan jamaah....
Dst....

Padahal,senadainya mereka bijak,hendaklah mereka datang baik-baik,mengutarakan baik-baik,mengusulkan baik-baik kepada panitia daurah yang ditunjuk asatidzah atau yayasan, pastilah diterima karena hakikatnya membantu program dakwah asatidzah dan yayasan.

DAKWAH INI BUKAN SEMAU ORANG YANG PUNYA UANG DAN PUNYA RELASI

Sebagian orang, ada yang diangerahkan Allah berupa kekayaan dan relasi yang baik dengan ustadz-ustadz. Dengan "semangat 45" dan tujuan yang baik, dia langsung mengundang ustadz-ustadz itu untuk mengisi kajian di daerahnya, tanpa mendiskusikan terlebih dahulu keinginannya dengan lembaga dakwah yang lebih dahulu memulai dakwah di tempat tersebut dan dengan meninggalkan ust-ust senior yang telah mendahuli dakwah di tempat itu. Akibatnya,tidak jarang kajian yang diadakan tersebut berbenturan dengan kajian yang lain.

Ustadz-ustadz yang di undang sulit disalahkan karena mereka menyangka yang mendatangkan mereka adalah lembaga dakwah dan ustadz-ustadz yang mereka kenal di daerah tersebut. Ternyata mereka pun tidak tau -menau tentang kedatangan ustad tersebut. Lebih miris lagi, ia tidak disambut seorang ustazpun di tempat itu.

USTADZ-USTADZ ITU BUKAN ARTIS

Para ustadz itu bukan artis yang bisa diundang kapan mau oleh siapa saja yang punya uang dan relasi untuk manggung. Terkadang di ekspoitasi untuk menguntungkan dunia panitia, berkaitan dengan dagangan yang ingin mereka lariskan, atau untuk mencari laba dari hasil infaq orang-orang yang panitia kumpulkan.

Kedatangan mereka bukan untuk proyek jual cd-cd dakwah mereka tanpa seizin mereka. Maka janganlah mengeksploitasi mereka atas nama dakwah.

Semoga semua kita sadar bahwa dakwah butuh ilmu dan pandangan jauh ke depan yang hanya mampu di baca para ulama dan para penimba ilmu.

Semoga kita sadar bahwa keberkahan dakwah itu ada beserta bimbingan para ustadz senior, sebagaimana kata ulama terdahulu: "keberkahan itu senantiasa bersama akabir(senior) kalian.

--------------
Samarinda, 26 Jumada ula 1437/06 Maret 2016

Abu Fairuz Ahmad Ridwan My
#ADAB MENYERU#

Dari Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim Ibnu Taimiyah.

Barang siapa yang menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran, maka sepatutnya dia itu :

[1]. Seorang yang 'alim (berilmu) terhadap apa yang ia suruh, berilmu terhadap apa yang ia larang

[2]. Seorang yang berlemah-lembut pada apa yang dia suruh dan berlemah-lembut pada apa yang dia larang

[3]. Seorang yang bijaksana pada apa yang dia suruh dan bijaksana pada apa yang dia larang.

Maka berilmu sebelum menyuruh, berlemah-lembut di waktu menyuruh, serta bijaksana setelah menyuruh. Kalau seandainya ia bukan seorang yang 'alim, maka ia tidak boleh mengikuti apa yang tidak ia ketahui. Kalau seandainya ia seorang yang 'alim (berilmu), tetapi tidak berlemah-lembut, maka bagaikan seorang dokter yang tidak mempunyai sikap lemah-lembut, lantas bersikap kasar terhadap pesien, akibatnya pasien pun tidak menerimanya. Dan seperti seorang pendidik yang kasar, maka anak pun tidak bisa menerimanya. Sungguh Allah Ta'ala telah berfirman kepada Musa dan Harun :

Artinya : "Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (kepada Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah-lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". [Thoha : 44]
# Maqashid Syari'ah 7#
Ust. Badrusalam LC

"Berbicara dengan bahasa arab".

Syarah:
Bahasa arab adalah bahasa al qur'an dan hadits. Tidak mungkin kita dapat memahaminya tanpa menguasai bahasa arab.

Kaidah fiqih berkata:
"Maa laa yatimmul waajibu illaa bihi fahuwa waajibun."
Artinya sesuatu yang tida sempurna kewajiban kecuali dengan melakukan sesuatu tersebut, maka itu hukumnya wajib.

Maka siapa saja yang ingin mendalami Al Qur'an dan Sunnah, ia wajib mempelajari bahasa arab.

Bahasa arab adalah syi'ar agama islam, selayaknya bagi kita semua untuk mempelajarinya
# Maqashid Syari'ah 8#
Ust. Badrusalam LC

"Mengajak bicara dengan bahasa yang dapat difahami oleh seluruh mukallaf".

Syarah:
Al Qur'an diturunkan oleh Allah dengan bahasa arab yang paling fasih.

Konsekwensi fasih adalah mudah difahami maknanya oleh setiap bangsa arab.

Demikian Juga Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam adalah manusia yang paling fasih.

Maka bahasa beliau pun akan mudah difahami oleh bangsa arab.

Namun, ketika kemampuan bahasa arab semakin rendah, maka terkesan bahasa al qur'an dan hadits sulit difahami.

Bahkan dengan munculnya kaum jahmiyah dan sejenisnya, mereka menta'wil makna-maknanya sesuai hawa nafsu dan akal mereka.

Mereka berkata bahwa al qur'an dan hadits lafadznya sering berbentuk kiasan yang maknanya tidak sesuai dengan lahiriahnya.

Tentu ini sama saja menyatakan bahwa Allah dan RasulNya tidak fasih untuk menjelaskan syari'at, sehingga butuh kepada kiasan dan harus dita'wil maknanya.

Maha suci Allah dari apa yang mereka katakan.
#Kaidah dan faidah dari kitab At Tadmuriyah karya Syaikhul islam ibnu Taimiyah. (Seri 1)#

1. Kewajiban hamba adalah menetapkan untuk Allah apa yang wajib ditetapkan berupa sifat-sifat yang sempurna. Dan meniadakan dariNya apa yang wajib ditiadakan berupa sifat yang kurang. Dan dalam hukum-hukumNya seorang hamba wajib menetapkan penciptaan dan perintahNya, ia wajib beriman kepada ciptaanNya yang mengandung kesempurnaan takdir dan kehendakNya. Dan ia menetapkan perintahNya yang mengandung penjelasan apa yang Allah cintai dan ridlai berupa perkataan dan perbuatan. Wajib beriman kepada syari'at dan qadarNya dengan keimanan yang selamat dari penyimpangan, dan ini mengandung tauhid dalam ibadah kepadaNya saja.

2. Allah mengutus Rasul-rasulNya dengan membawa penetapan terperinci dan peniadaan yang global, artinya mereka menetapkan sifat-sifat Allah secara terperinci dan meniadakan sifat-sifat yang tidak layak bagiNya (secara global), berupa tasybih dan tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhlukNya).

3. Pembicaraan masalah sifat sama dengan pembicaraan masalah Dzat, sebagaimana Dzat Allah tidak serupa dengan dzat apapun, demikian pula sifatNya. Karena Allah tidak serupa dengan apapun dalam dzat, nama, sifat dan perbuatanNya. (Sebagai bantahan terhadap jahmiyah dan mu'tazilah yang menolak sifat Allah).
# Kaidah dan faidah dari kitab At Tadmuriyah karya Syaikhul islam ibnu Taimiyah. (Seri 1)#
Ust. Badrusalam LC


1. Kewajiban hamba adalah menetapkan untuk Allah apa yang wajib ditetapkan berupa sifat-sifat yang sempurna. Dan meniadakan dariNya apa yang wajib ditiadakan berupa sifat yang kurang. Dan dalam hukum-hukumNya seorang hamba wajib menetapkan penciptaan dan perintahNya, ia wajib beriman kepada ciptaanNya yang mengandung kesempurnaan takdir dan kehendakNya. Dan ia menetapkan perintahNya yang mengandung penjelasan apa yang Allah cintai dan ridlai berupa perkataan dan perbuatan. Wajib beriman kepada syari'at dan qadarNya dengan keimanan yang selamat dari penyimpangan, dan ini mengandung tauhid dalam ibadah kepadaNya saja.

2. Allah mengutus Rasul-rasulNya dengan membawa penetapan terperinci dan peniadaan yang global, artinya mereka menetapkan sifat-sifat Allah secara terperinci dan meniadakan sifat-sifat yang tidak layak bagiNya (secara global), berupa tasybih dan tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhlukNya).

3. Pembicaraan masalah sifat sama dengan pembicaraan masalah Dzat, sebagaimana Dzat Allah tidak serupa dengan dzat apapun, demikian pula sifatNya. Karena Allah tidak serupa dengan apapun dalam dzat, nama, sifat dan perbuatanNya. (Sebagai bantahan terhadap jahmiyah dan mu'tazilah yang menolak sifat Allah).
Mengenal Kitab Bulugh al-Maraam.
Kitab Bulugh al-Maraam termasuk karya ilmiyah terbaik dan terpenting dalam penyusuan dan pengumpulan hadit-hadits ahkâm yang ringkas. Memuat sekitar 1520 hadits dan ada yang menyebut jumlahnya 1596 hadits yang menjadi sandaran hukum-hukum syariat disusun sesuai bab-bab fikih dengan penjelasan martabat hadits dan perawi serta ulama yang mengeluarkannya.
Cetakan kitab Bulugh al-Maraam
Kitab Bulugh al-Maraam telah dicetak dalam banyak penerbit, diantaranya:
Cetakan Hajariyah di Laktâw tahun 1253 H
Cetakan Lahore tahun 1305 H
Cetakan Mathba’ al-Anshari di Newdelhi, India tahun 1311 H
Cetakan Mathba’ah at-tamaddun ash-Shina’iyah di Mesir tahun 1320 H
Cetakan Mathba’ah Mushthafa Muhammad di Mesir dengan tash-hih Syeikh Muhammad Haamid al-Faqi tahun 1348 H, lalu cetakan kedua tahun 1352 H dengan tambahan dan penomoran hadits dgn jumlah hadits menurut cetakan ini 1596 hadits..
Cetakan Mathba’ah Abdulhamid Hanafi dengan tash-hih Syeikh Abdullah bin Muhammad ash-Shidiq al-Ghumâri tahun 1372
Cetakan Daar al-Kitaab al-‘Arabi tahun 1374 H dengan tash-hih Syeikh Ridhwân Muhammad Ridhwaan yang bersandar kepada cetakan lahore tahun 1305 H. Jumlah haditsnya versi beliau adalah 1356 hadits.
Cetakan Daar al-‘Ahdi dan dipasarkan Maktabah an-Nahdhah al-Haditsiyah di Makkah pada tahun 1372 H dengan tash-hih Thoha Muhammad az-Zaini dan ta’liq as-Sayyid Muhammad Amin al-Kutubi. Cetakan ini bersandar kepada naskah cetakan Mushthofa al-Yâbi al-Halabi tahun 1351 H dan naskah cetakan Mathba’ah Mushthofa Ahmad tahun 1352 H dan ada ta’liq Abdullah al-Ghumâri yang sama persis dengan ta’liq Syeikh Muhammad Haamid al-faqi dengan dihapus sebagian muqaddimahnya saja.
Cetakan Mathaabi’ al-Kitaab al-‘Arabi tahun 1373 H dengan Tash-hih Syeikh Muhammad Ridhwaan
Cetakan Daar Ihyaa al-Ulum di baerut dengan tahqiq Syeikh Usaamah Sholahuddin Manimanah tahun 1412 H.
Cetakan kairo tahun 1414 H dengan tahqiq dan takhrij Syeikh ‘Ishaamuddin Sayyid ash-Shabaabathi diterbitkan Dâr al-Hadits di kairo. Cetakan ini dilengkapi dengan pendapat syeikh al-Albani tentang hukum haditsnya.
Cetakan Daar Ibnu Katsir Damaskus dengan tahqiq Syeikh Yusuf Ali Badiwi, cetakan keduanya tahun 1415 H.
Cetakan Maktabah Nizaar Musthofa al-Bâz di makkah tahun 1417 H dengan tahqiq Markaz ad-dirasât wa al-Buhuts di penerbit tersebut.
Cetakan maktabah ad-Dalil di al-Jubail KSA tahun 1417 H dengan tahqiq Samir bin Amin az-Zuhairi. Pentahqiq bersandar kepada dua naskah manuskrip. Kemudian cetakan keduanya dicetak Daar adh-Dhiyaa’ di Riyaadh tahun 1419 H. Sedangkan cetakan ke tujuh tahun 1424 H dicetak Daar al-Falaq Riyaadh
Cetakan Daar al-‘Athaar Riyaadh tahun 1424 H dengan tahqiq Abu Mu’adz Thâriq bin ‘Audhullah Muhammad. Pentahqiq bersandar kepada empat naskah manuskrip dari kitab ini dengan tambahan takhrij ringkas.
Cetakan maktabah ar-Rusyd cetakan pertama tahun 1426 H dengan ta’liq Ahmad bin Sulaiman. Ia bersandar kepada 3 naskah manuskrip dengan merujuk kepada naskah yang telah dicetak dengan ta’liq Syeikh al-faqi dan naskah Subul as-Salam yang telah divetak dengan tahqiq Muhammad Shubhi Halâq.
Demikian sebagian cetakan yang ada dengan harapan mudah-mudahan bermanfaat.
By Ust. Kholid syamhudi LC
# Sibukkan Dengan Aib Sendiri #
By Ust Abu Ya’la Kurnaedi, Lc

Nasehat Syekh Ibnu Utsaimin Rahimahullah

" Sibukkanlah diri anda dengan aib-aib anda ( sendiri ), sucikan diri anda darinya semampunya, wajib atas anda dengan diri anda secara khusus, karena seseorang yang SIBUK dengan aib-aib manusia ( orang lain ) ia akan LELAH ".

Semoga kita mampu mengamalkan nasehat beliau...

http://salamdakwah.com/baca-artikel/sibukkan-dengan-aib-sendiri.html
(*) KEUTAMAAN SHOLAT BERJAMAAH SELAMA 40 HARI BERTURUT TURUT TANPA TERLAMBAT TAKBIROTUL IHROM BERSAMA IMAM (*)

Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz

عن أنس بن مالك ـ رضي الله عنه ـ قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الْأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنْ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنْ   النِّفَاقِ

(*) TERJEMAHAN HADITS:

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Barangsiapa yang shalat karena Allah selama 40 hari secara berjama’ah dengan mendapatkan Takbir pertama (yakni takbirotul ihramnya imam), maka ditulis untuknya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari sifat kemunafikan.” (Hadits riwayat At-Tirmidzi dengan derajat HASAN. Lihat kitab Shahih Al Jami’ II/1089, dan kitab Al-Silsilah al-Shahihah: IV/629 dan VI/314).

(*) BEBERAPA PELAJARAN PENTING DAN FAEDAH ILMIYAH YANG TERKANDUNG DI DALAM HADITS INI:

1. Hadits ini menerangkan tentang dua keutamaan besar bagi orang yang melaksanakan sholat berjama’ah selama 40 (empat puluh) hari tanpa terlambat dari takbirotul ihrom bersama imam. Dua keutamaan besar tersebut ialah: Selamat dari siksa Api Neraka di akhirat, dan selamat dari kemunafikan di dunia.

2. Yang dimaksud dengan selamat dari kemunafikan ialah sebagaiman dijelaskan oleh Al-‘Allamah al-Thiibi rahimahullah, ia berkata: ”Ia dilindungi (oleh Allah) di dunia ini dari melakukan perbuatan kemunafikan dan diberi taufiq untuk melakukan amalan orang-orang yang ikhlas. Sedangkan di akhirat, ia dilindungi dari adzab yang ditimpakan kepada orang munafik dan diberi kesaksian bahwa ia bukan seorang munafik. Yakni jika kaum munafik melakukan sholat, maka mereka sholat dengan bermalas-malasan. Dan keadaannya ini berbeda dengan keadaan mereka.” (Lihat Tuhfatul Ahwadzi I/201).

3. Dua keutamaan besar dari sholat berjamaah tersebut akan didapatkan oleh setiap muslim dan muslimah yang memenuhi beberapa syarat berikut ini:

» Melaksanakan sholat dengan niat ikhlash karena mengharap ridho Allah semata.
» Melaksanakan sholat sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
» Melaksanakan sholat dengan berjama’ah, baik di masjid maupun musholla.
» Menjaga sholat berjama’ah selama 40 hari (siang dan malamnya).
» Mendapatkan takbiratul ihromnya imam secara berturut-turut, tanpa tertinggal atau terlambat (masbuq) sama sekali.

Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, dari Anas bin Malik radliyallah ‘anhu:

:مَنْ وَاظَبَ عَلَى الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوْبَةِ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً لا تَفُوْتُهُ رَكْعَةٌ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهَا بَرَاءَتَيْنِ، بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ”

"Siapa yang menekuni (menjaga dengan teratur) shalat-shalat wajib selama 40 malam, tidak pernah tertinggal satu raka’atpun maka Allah akan mencatat untuknya dua kebebasan; yaitu terbebas dari neraka dan terbebas dari kenifakan.” (HR. Al-Baihaqi di dalam kitab Syu’abul Iman, no. 2746).

4. Seorang muslim yang pernah terlambat dari takbirotul ihrom bersama imam karena adanya udzur (halangan) syar’i, dan bukan merupakan kebiasaannya terlambat dari sholat berjamaah, maka ia bukanlah termasuk orang munafik.

5. Bagi siapa saja yang ingin meraih 2 keutamaan besar tersebut namun ia pernah terlambat dari takbirotul ihrom bersama imam, maka hendaknya ia memulai lagi dengan hitungan baru, dengan memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan di atas. Akan tetapi, orang-orang yang pernah terlambat dari takbirotul ihrom bersama imam karena adanya udzur (halangan) syar’i seperti sakit, berada di negeri kafir atau di daerah yang penduduknya tidak ada yang sholat, maka diharapkan baginya meraih 2 keutamaan besar tersebut, karena Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang itu tergantung terhadap apa yang dia niatkan.” (HR. Imam Al-Bukhori nomor.1, dan Muslim nomor.1907).

Demikian beberapa
pelajaran penting dan faedah ilmiyah yang dapat dipetik dari hadits ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Dan semoga Allah Ta’ala memberikan Taufiq dan bimbingan-Nya kpd kita semua agar dapat menjalankan setiap amal ibadah yang mendatangkan pahala besar dan keridhaan-Nya, serta menyelamatkan kita dari segala keburukan dan kebinasaan di dunia dan akhirat. Amiin.

#Grup WA dan BB Majlis Hadits, chat room Kajian Hadits SHOHIH.

(*) Blog Dakwah Kami (Pesantren Islam Al-Ittiba' Klaten) KLIK:
https://abufawaz.wordpress.com/2014/09/18/keutamaan-sholat-berjamaah-selama-40-hari-berturut-turut-tanpa-terlewatkan-takbirotul-ihrom-bersama-imam
Kata-Kata Mutiara Tentang Sunnah

@fuadhbaraba

مثل السنة في الدنيا
 مثل الجنة في اﻵخرة
من دخل الجنة في اﻵخرة سلم
ومن دخل السنة في الدنيا سلم
{"ذم الكلام" 4/384}

"Perumpamaan 'Sunnah' di dunia itu seperti 'Surga' di akherat; barangsiapa masuk surga di akherat maka dia selamat (dari neraka), dan barangsiapa masuk (berpegang teguh) dengan sunnah ketika di dunia maka dia akan selamat. (Dzammul Kalam: 4/384).

كان ابن عون يقول عند الموت:
السنة، السنة
وإياكم والبدع حتى مات
{شرح السنة:126-129}

Ibnu 'Aun -rahimahullah- mengatakan di akhir hayatnya (ketika ajal menjemputnya) : Berpegang teguhlah dengan sunnah! Berpegang teguhlah dengan sunnah! Dan jauhi bid'ah! hingga dia meninggal. (Syarh as-Sunnah: 126-129).

Mudah-mudahan kita semua diteguhkan di atas sunnah Nabi صلى الله عليه و سلم hingga akhir hayat kita
#Kaidah dan faidah dari kitab At Tadmuriyah karya Syaikhul islam ibnu Taimiyah. (Seri 2)#

4. Pembicaraan tentang sebagian sifat sama dengan sifat lainnya.

Penjelasan:
Ini sebagai bantahan untk kaum asy 'ariyah yang hanya menetapkan 20 sifat dan menolak sifat lainnya seperti marah, ridla dsb.
Kita katakan kepada mereka: mengapa kalian menolak sifat marah?

Jawab mereka: karena marah adalah bergolaknya darah di hati, dan ini adalah sifat makhluk.

Kita katakan: bukankah kalian menetapkan sifat iradah? Padahal iradah adalah sifat makhluk juga?

Jawab mereka: iradah yang kami tetapkan sesuai dengan keagungan Allah dan tidak sama dengan iradah makhluk.

Kita katakan: demikian pula kami menetapkan marah yang sesuai dengan keagungan Allah, dan tidak sama dengan marahnya makhluk, karena penetapan sebagian sifat adalah sama dengan sifat lainnya.
# SEGUMPAL DARAH  
Ust. Rochmad supriadi LC

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 


Sesungguhnya hati merupakan sasaran pandangan dan penilaian Allah Ta'ala kepada seorang hamba, jika baik, niscaya seluruh anggota badan nya akan mengikuti baik, dan jika buruk, maka seluruh anggota badan nya akan mengikuti buruk, sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi Sallallahu alaihi wa sallam dalam sabda beliau : 



أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

" Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad nya, dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad nya, ketahuilah bahwa ia adalah hati ". (HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 


Hati juga merupakan sumber utama untuk makrifatullah, mengenal Allah Ta'ala, mahabbah kepada Allah Ta'ala, khosyah, khouf, roja' kepada Allah Ta'ala, dan tempat bersarang nya niat manusia, dengan nya amalan akan diterima atau ditolak, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi Sallallahu alaihi wa sallam : 


 إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى 


 " Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan ". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 


Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata : "  Sesungguhnya yang paling mulia dalam tubuh manusia adalah hati, karena ia adalah sarana untuk mengenal Allah Ta'ala, mendorong untuk berjalan menuju Nya, tempat bercokol nya iman dan anggota badan adalah mengikuti nya, ibarat antara raja dan rakyatnya, pemimpin dengan yang dipimpinnya, dan sesungguhnya Allah Ta'ala berkuasa untuk membolak balikkan hati manusia, senantiasa mengawasi hati dan perbuatan anggota badannya, sehingga do'a yang paling banyak di panjatkan oleh Nabi Sallallahu alaihi wa sallam adalah : 
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
http://rochmadsupriyadi.blogspot.co.id/2016/03/segumpal-darah.html?m=1
Channel photo updated
# Kaidah dan faidah dari kitab At Tadmuriyah karya Syaikhul islam ibnu Taimiyah. (Seri 3)#
Ust. Badrusalam LC

5. Para imam salaf dan orang-orang yang mengikuti mereka mengimani apa yang Allah kabarkan tentang diriNya dan tentang hari akhirat, disertai keyakinan mereka perbedaan yang jelas antara apa yang ada di dunia dan apa yang ada di akhirat, maka perbedaan Allah dengan makhlukNya lebih besar lagi.

Syarah.
Maksudnya bahwa di surga ada nama-nama seperti di dunia, seperti ada pisang, delima, dan kesenangan lainnya. Namun hakikatnya berbeda, walaupun namanya sama yaitu sama-sama bernama pisang, namun bentuk dan rasanya jauh berbeda. Delima di dunia amat berbeda hakikatnya dengan delima di surga, walaupun namanya sama.
Maka perbedaan Allah dengan makhlukNya dari jenis ini bahkan lebih besar lagi, seperti disebutkan bahwa Allah punya tangan, dan manusia pun punya tangan, namun hakikat tangan Allah sangat jauh berbeda dengan hakikat tangan manusia, walaupun sama-sama bernama tangan.
Jadi persamaan nama tidak mengharuskan persamaan hakikatnya. Bila antara makhluk saja berbeda walaupun namanya sama, bagaimana antara Allah dan MakhlukNya??!
BERGAUL

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Orang yang beriman, yang ia berbaur (berinteraksi) dengan manusia dan bersabar atas perbuatan buruk mereka, lebih besar pahalanya daripada seorang yang beriman, yang tak berbaur (berinteraksi) dengan manusia dan tidak sabar atas tindakan buruk mereka.”
(HR. At-Tirmizi no. 2507, Ibnu Majah no. 4022, & dinyatakan shahih oleh Al-Albani dlm Shahih Al-Jami’ no. 6651)

Pelajaran dari Hadits diatas:
1. TIDAK SOK EKSKLUSIF
Seorang Muslim/Muslimah yang beriman seharusnya adalah hidup bermasyarakat dan tidak Eksklusif atau mengasingkan diri hanya dengan berbaur pada kelompok atau komunitas tertentu saja.

2. MENJADI TAULADAN
Seorang yang beriman haruslah menjadi sosok Tauladan dalam Masyarakat, mencontohkan Akhlaq yang baik, dan bisa mendakwahkan mereka kepada Islam yang sesungguhnya walau itu pastilah sangat berat.

3. BERDAKWAH DENGAN HIKMAH DAN SABAR
Bersabar dalam mendakwahi mereka dan tetaplah bersikap lemah lembut serta memberikan hikmah dalam pergaulan.


Jangan Mahal senyum..!!
Jangan Sombong..!!
Jangan merasa diri lebih Mulia..!!

Apalagi 'Laa Salam wa Laa Kalam.'
Gak mau ucap Salam dan gak mau tegur sapa…

Maka jangan salahkan jika mereka menilai negatif..

Berdakwahlah kepada Masyarakat...
Merekapun berhak mendapatkan hidayah seperti kita dan semoga Allah memberi mereka hidayah dengan dakwah kita.


👤 Ust. M. Arifin Baderi MA حفظه الله