Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an
Penulis: Manna’ Al-Qaththan
Sinopsis:
Kajian tentang Al-Qur’an memerlukan banyak ragam ilmu, yang disebut sebagai Ulumul Qur’an (Ilmu-Ilmu Al-Qur’an). Ulumul Qur’an merupakan disiplin ilmiah yang mempunyai ruang lingkup pembahasan yang luas, yang meliputi Ilmu Tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti Balaghah dan I’rabul Qur’an, di samping ilmu-ilmu lainnya. Di dalam kitab Al-Itqan, Imam As-Suyuthi menguraikannya hingga sebanyak 80 cabang ilmu.
Mengerti cabang-cabang ilmu tersebut dan para ahlinya sangatlah penting. Apalagi pada zaman di mana banyak umat Islam lemah pemahamannya tentang Islam, bahkan dalam hal-hal yang sangat mendasar dan aksiomatik. Tidak paham Ulumul Qur’an bisa berujung pada kesalahan dan penyimpangan dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an.
Di sisi lain, dengan berbekal Ulumul Qur’an, seorang muslim tidak berada dalam ketakutan yang berlebihan untuk bisa dekat dan menadaburi Al-Qur’an. Yang jelas, buku ini merupakan permulaan yang tepat bagi mereka yang ingin naik jenjang; dari hanya sebatas membaca Al-Qur’an menuju kepada mempelajari dan memahami kandungannya. Buku ini juga telah teruji bertahun-tahun sebagai pegangan standar di kalangan akademisi karena kelengkapan isi dan kepakaran penulisnya.
Syekh Manna’ bin Khalil Al-Qatthan | Dilahirkan pada tahun 1925 di Syansur, Manufiyah, Mesir. Kehidupan ilmiahnya dimulai dengan tahfizh Al-Qur’an sejak kecil. Kemudian melanjutkan ke Madrasah Ibtida’iyah dan Ma’had Diniyah Al-Azhar. Ketika muda turut berjihad di Palestina dua kali, yaitu pada tahun 1938 dan 1948. Selanjutnya menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Ushuluddin di Kairo dan menjadi ketua asosiasi mahasiswa. Belajar kepada sejumlah ulama senior seperti Syekh Abdurrazzaq Afifi, Dr. Muhammad Al-Bahi, dan Dr. Muhammad Yusuf Musa. Kemudian pindah ke Arab Saudi untuk mengajar di berbagai ma’had (1953).
Sejak tahun 1958 menjadi dosen di Fakultas Syariah dan Fakultas Bahasa Arab di Riyadh, direktur di Ma’had Ali li Al-Qadha’ (Sekolah Tinggi Kehakiman), dan direktur Studi Pascasarjana, Universitas Al-Imam Muhammad bin Suud. Mendapat amanat sebagai pembimbing hingga 115 Judul tesis dan disertasi di tiga perguruan tinggi terkemuka, yaitu Universitas Al-Imam (Riyadh), Universitas Ummul Qura (Mekkah), dan Universitas Islam Madinah. Tidak kurang dari 22 Judul karya tulis ilmiahnya yang sudah dicetak, di antaranya yang paling terkenal adalah buku Mabahits fi Ulum Al-Qur’an. Wafat pada 19 Juli 1999 dalam usia 75 tahun dan dimakamkan di Riyadh.
---------------------------
Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an
Penulis: Manna’ Al-Qaththan
Ukuran: 17 x 24 cm
Tebal: 581 hal (Hvs 70gr)
Berat: 1,1 kg
ISBN: 978-602-7637-85-6
Harga: Rp 110.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Penulis: Manna’ Al-Qaththan
Sinopsis:
Kajian tentang Al-Qur’an memerlukan banyak ragam ilmu, yang disebut sebagai Ulumul Qur’an (Ilmu-Ilmu Al-Qur’an). Ulumul Qur’an merupakan disiplin ilmiah yang mempunyai ruang lingkup pembahasan yang luas, yang meliputi Ilmu Tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti Balaghah dan I’rabul Qur’an, di samping ilmu-ilmu lainnya. Di dalam kitab Al-Itqan, Imam As-Suyuthi menguraikannya hingga sebanyak 80 cabang ilmu.
Mengerti cabang-cabang ilmu tersebut dan para ahlinya sangatlah penting. Apalagi pada zaman di mana banyak umat Islam lemah pemahamannya tentang Islam, bahkan dalam hal-hal yang sangat mendasar dan aksiomatik. Tidak paham Ulumul Qur’an bisa berujung pada kesalahan dan penyimpangan dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an.
Di sisi lain, dengan berbekal Ulumul Qur’an, seorang muslim tidak berada dalam ketakutan yang berlebihan untuk bisa dekat dan menadaburi Al-Qur’an. Yang jelas, buku ini merupakan permulaan yang tepat bagi mereka yang ingin naik jenjang; dari hanya sebatas membaca Al-Qur’an menuju kepada mempelajari dan memahami kandungannya. Buku ini juga telah teruji bertahun-tahun sebagai pegangan standar di kalangan akademisi karena kelengkapan isi dan kepakaran penulisnya.
Syekh Manna’ bin Khalil Al-Qatthan | Dilahirkan pada tahun 1925 di Syansur, Manufiyah, Mesir. Kehidupan ilmiahnya dimulai dengan tahfizh Al-Qur’an sejak kecil. Kemudian melanjutkan ke Madrasah Ibtida’iyah dan Ma’had Diniyah Al-Azhar. Ketika muda turut berjihad di Palestina dua kali, yaitu pada tahun 1938 dan 1948. Selanjutnya menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Ushuluddin di Kairo dan menjadi ketua asosiasi mahasiswa. Belajar kepada sejumlah ulama senior seperti Syekh Abdurrazzaq Afifi, Dr. Muhammad Al-Bahi, dan Dr. Muhammad Yusuf Musa. Kemudian pindah ke Arab Saudi untuk mengajar di berbagai ma’had (1953).
Sejak tahun 1958 menjadi dosen di Fakultas Syariah dan Fakultas Bahasa Arab di Riyadh, direktur di Ma’had Ali li Al-Qadha’ (Sekolah Tinggi Kehakiman), dan direktur Studi Pascasarjana, Universitas Al-Imam Muhammad bin Suud. Mendapat amanat sebagai pembimbing hingga 115 Judul tesis dan disertasi di tiga perguruan tinggi terkemuka, yaitu Universitas Al-Imam (Riyadh), Universitas Ummul Qura (Mekkah), dan Universitas Islam Madinah. Tidak kurang dari 22 Judul karya tulis ilmiahnya yang sudah dicetak, di antaranya yang paling terkenal adalah buku Mabahits fi Ulum Al-Qur’an. Wafat pada 19 Juli 1999 dalam usia 75 tahun dan dimakamkan di Riyadh.
---------------------------
Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an
Penulis: Manna’ Al-Qaththan
Ukuran: 17 x 24 cm
Tebal: 581 hal (Hvs 70gr)
Berat: 1,1 kg
ISBN: 978-602-7637-85-6
Harga: Rp 110.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
*Zuhud, Upaya Mendekatkan Diri Kepada Allah dan Meninggalkan Cinta Dunia*
Penulis: Ibnu Al Mubarak
Sinopsis:
Abdullah bin Al Mubarak atau lebih dikenal dengan Ibnul Mubarak, merupakan sosok yang dikenal sebagai pejuang sejati yang gigih memperjuangkan Islam, beliau dikenal dengan budi pekertinya yang mulia. Dalam karya tulisnya kitab Az-Zuhdu atau kitab Zuhud upaya mendekatkan diri kepada Allah dan meninggalkan cinta dunia, menjelaskan kepada kita akhlak terpuji dan nilai-nilai moral yang luhur berlandaskan ragam hadits dan atsar Salafush Shalih agar kita bisa merenungi kembali sejauh mana pemahaman kita terhadap ajaran moral.
Hal ini sejalan dengan prediksi Nabi Muhammad ﷺ ketika menjelaskan kondisi umat Islam di akhir zaman. faktor ketidak tahuan atau kurangnya umat terhadap ajaran Islam dan minimnya penerapan nilai-nilai moral yang luhur ditengah-tengah masyarakat-lah yang menjadi penyebab utama. Oleh sebab itu, umat Islam perlu disadarkan kembali terhadap nilai-nilai moral yang luhur agar menjadi umat terbaik yang pernah ada di tengah-tengah masyarakat dunia seperti misi yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang luhur'. Sehingga kita kembali memiliki izzah dan menjadi umat terbaik seperti yang diharapkan.
Harga 1 set (3 Jilid Lengkap) Rp. 537.000.
Gratis ongkos kirim.
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Penulis: Ibnu Al Mubarak
Sinopsis:
Abdullah bin Al Mubarak atau lebih dikenal dengan Ibnul Mubarak, merupakan sosok yang dikenal sebagai pejuang sejati yang gigih memperjuangkan Islam, beliau dikenal dengan budi pekertinya yang mulia. Dalam karya tulisnya kitab Az-Zuhdu atau kitab Zuhud upaya mendekatkan diri kepada Allah dan meninggalkan cinta dunia, menjelaskan kepada kita akhlak terpuji dan nilai-nilai moral yang luhur berlandaskan ragam hadits dan atsar Salafush Shalih agar kita bisa merenungi kembali sejauh mana pemahaman kita terhadap ajaran moral.
Hal ini sejalan dengan prediksi Nabi Muhammad ﷺ ketika menjelaskan kondisi umat Islam di akhir zaman. faktor ketidak tahuan atau kurangnya umat terhadap ajaran Islam dan minimnya penerapan nilai-nilai moral yang luhur ditengah-tengah masyarakat-lah yang menjadi penyebab utama. Oleh sebab itu, umat Islam perlu disadarkan kembali terhadap nilai-nilai moral yang luhur agar menjadi umat terbaik yang pernah ada di tengah-tengah masyarakat dunia seperti misi yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang luhur'. Sehingga kita kembali memiliki izzah dan menjadi umat terbaik seperti yang diharapkan.
Harga 1 set (3 Jilid Lengkap) Rp. 537.000.
Gratis ongkos kirim.
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
*Bimbingan Tahsin & Tajwid Ustmani ( Bonus CD Tutorial )*
Penulis: Ust. H. Efendi Anwar, Lc. Al-Hafizh
Harga: Rp. 50.000
Berat: 250 gr
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran.
Penulis: Ust. H. Efendi Anwar, Lc. Al-Hafizh
Harga: Rp. 50.000
Berat: 250 gr
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran.
Jika kita setuju bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman, maka logis jika dikatakan bahwa siapapun yang korupsi dengan cara apapun seperti mempermudah kepentingan asing untuk keuntungan pribadi dan kelompok; melakukan kebijakan demi kepentingan golongan/partai/kelompok/organisasi sendiri dan mengesampingkan kepentingan golongan / partai / kelompok / organisasi orang lain setanah air; membuka keburukan orang-orang setanah air kepada orang asing, maka ia itu tergolong lemah imannya dan tidak benar-benar mencintai tanah airnya.
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
“Politisi boleh bohong tapi tidak boleh salah, ilmuwan tidak boleh bohong tapi boleh salah”. Inilah sebabnya mengapa seorang profesor dan ulama tidak “mudah” mengikuti logika politik.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1078466742293275&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1078466742293275&id=153825841424041
Seorang alim ulama dengan ilmu yang luas, tidak dijamin kuat memegang amanah sebagai umara'. Buktinya Nabi menolak permintaan Abu Zar yang sangat ingin menjadi pejabat, tapi justru mempercayai Khalid bin Walid yang kurang alim menjadi panglima perang. Lagi pula, dalam al- Qur'an yang diberi janji akan dijadikan Allah pemimpin adalah orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Diantara makna beramal shaleh adalah bersikap amanah, adil, berakhlaq, jujur dan yang terpenting adalah tidak menginginkan jabatan. Tapi yang diberi janji Allah untuk diangkat ke derajat nya setinggi tingginya adalah mereka yang beriman dan berilmu pengetahuan luas.
Maka, sebaiknya para alim ulama yang tidak mampu memegang amanah tidak memaksakan diri atau mengkampanyekan diri jadi penguasa. Sebab jabatan itu diberi dan tidak diminta. Wallahu A'lam.
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
Maka, sebaiknya para alim ulama yang tidak mampu memegang amanah tidak memaksakan diri atau mengkampanyekan diri jadi penguasa. Sebab jabatan itu diberi dan tidak diminta. Wallahu A'lam.
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
Kekeliruan sebagian tokoh agama dalam politik yang menindas rakyat akhirnya memunculkan trauma masyarakat Barat terhadap peran agama dalam politik. Bahkan, kemudian muncul fenomena anti-clericalism di Eropa pada abad ke-18.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1210878819052066&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1210878819052066&id=153825841424041
Facebook
Mustanir Online Book Store
LIBERALISASI POLITIK Oleh: Dr. Adian Husaini (Peneliti INSISTS) Politik adalah sekedar seni meraih dan mempertahankan kekuasaan, dengan segala cara. Politik harus dibebaskan dari moralitas. Yang...
*Kamus Al-Munawwir Lit-Tullab Arab-Indonesia*
Penyusun: Ahmad Warson Munawwor, Muhammad Fairuz
Edisi khusus Santri/Pelajar & Umum
Mini tapi padat dan kaya Kosa kata Pilihan. Mengungguli kamus-kamus yang ada sejenis
● Kamus ini adalah ringkasan dari kamus Munawwir (Arab-Indonesia) Terlengkap
● Disusun khusus sesuai kebutuhan para Santri/Pelajar dan Umum
● Dilengkapi pula dengan ilmu Shorof Dasar
Harga: Rp. 79.000
XVIII + 638 Halaman
15.5 x 23.5 Hc
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Penyusun: Ahmad Warson Munawwor, Muhammad Fairuz
Edisi khusus Santri/Pelajar & Umum
Mini tapi padat dan kaya Kosa kata Pilihan. Mengungguli kamus-kamus yang ada sejenis
● Kamus ini adalah ringkasan dari kamus Munawwir (Arab-Indonesia) Terlengkap
● Disusun khusus sesuai kebutuhan para Santri/Pelajar dan Umum
● Dilengkapi pula dengan ilmu Shorof Dasar
Harga: Rp. 79.000
XVIII + 638 Halaman
15.5 x 23.5 Hc
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Akulturalisasi
Oleh: Hamid Fahmy Zarkasyi
Ketika saya kuliah di Birmingham, setiap hari Rabo kampus kami menawarkan kelas inter-religious dialogue. Biasanya kelas itu dihadiri oleh kawan-kawan yang berbeda-beda agama. Mahasiswa berbagai Negara yang berlainan agama hadir. Kebanyakan dari Afrika, Korea Selatan, dari Malaysia dan beberapa dari India dan Negara lain. Dalam diskusi itu kawan dari Korea menjelaskan, bahwa missionaries Kristen melakukan akulturalisasi ketika mendakwahkan agamanya ke suatu kawasan, bangsa atau budaya. Artinya agar agama itu dapat diterima masyarakat maka harus disesuaikan dengan kultur setempat. Kawan dari Afrika memberi contoh di Afrika anda harus menggambarkan Jesus berkulit hitam, jika tidak masyarakat tidak akan mudah menerima Kristen.
Kuriositas saya tentang masalah ini bukan tanpa alasan. Sebab kini muncul berbagai asumsi bahwa Islam berakulturalisasi dengan berbagai kultur. Di Jawa Islam menyesuaikan dengan budaya Jawa sehingga menjadi Islam Jawa atau kebatinan. Di Lombok menjadi Islam Waktu Telu. Hasilnya, kini terdapat banyak Islam. Cheryl Bernard, dalam saran-sarannya untuk meliberalkan umat Islam perlu diciptakan Islam Amerika, Islam Eropah, Islam Pakistan dsb. Akulturalisasi nampaknya menjadi sarana pendukung pluralisme sosial dan teologis.
Tapi seberapa jauh akulturalisasi untuk agama-agama dimungkinkan, perlu diskusi panjang. Dalam Jurnal American Quarterly Laura Levitt menulis artikel berjudul Impossible Assimilations, American Liberalism, and Jewish Difference :Revisiting Jewish Secularism. Disitu ia menyatakan bahwa Yahudi tidak dapat diliberalkan. Yang mungkin hanyalah sikap inklsif secara sosial atau toleransi. Jika Yahudi memaksakan diri menyesuaikan diri dengan kultur setempat (Barat) maka Yahudi kurang lebih sama saja dengan orang lain. (Jews are just like everybody else only more so. Selajutnya, Levitt mennyatakan The containment of Jewish difference within such narrow categoriesas required by liberal pluralism is no longer viable”.
Apakah umat Islam melakukan akulturalisasi atau Islamisasi? Ketika Islam dipraktekkan di Yatsrib, kota itu telah terdapat orang Yahudi dan suku-suku Arab dan tentu telah berkultur plural. Namun, Nabi tidak lantas melakukan akulturalisasi. Tidak terdengar dalam sejarah Islam istilah Islam Makkah atau Islam Madinah, Islam Kufah atau Islam Basrah dsb.
Kota Yatsrib malah diganti namanya menjadi Madinah. Tradisi-tradisi kesukuan yang membawa pertikaian di Islamkan atu diganti dengan nilai-nilai kemanusiaan universal dari Islam dalam bentuk Piagam Madinah. Yang masuk Islam harus memahami ukhuwwah Islamiyah. Makna-makna nikah, rezeki, ibadah, karim, kebahagiaan dsb dimaknai secara Islam.
Ketika saya kuliah di Malaysia saya mendengar argumen Islamisasi, dan bukan akulturalisasi, dari Prof.Wan Daud. Argumentasinya sederhana. Dengan datar dan tanpa beban ia menyatakan, “wajar jika Barat sekuler melakukan sekularisasi atau liberalisasi, Kristen melakukan Kristenisasi, dan Islam melakukan Islamisasi”.
Nampaknya memang wajar. Dalam sejarahnya suatu peradaban yang dominan akan mempengaruhi peradaban yang kurang dominan atau lemah. Ketika kini Barat dominan, banyak banyak bangsa, budaya dan agama yang terbaratkan. Dimana banyak umat Islam yang terbaratkan, budaya ataupun cara berfikirnya. Ketika Islam dominan di abad 8 hingga 14 banyak kultur yang terislamkan. Di Spanyol banyak orang Eropah yang terislamkan secara cultural (musta’rab).
Hanya bedanya ketika Negara-negara Islam di Baratkan (dijajah), pemiskian sistimatis tidak dapat dipungkiri dan pengayaan negara-negara Barat dijamin pasti. Ketika Muslim diBaratkan pun dekadensi moral tidak terhindarkan. Sementara ketika Spanyol, Persia, Damascus di Islamkan, kawasan itu menjadi maju dan makmur. Makkah dan Madinah tidak bertambah kaya. Begitulah beda westernisasi dan Islamisasi. Jadi akulturalisasi bukan watak peradaban yang kuat seperti Barat atau Islam. Masalahnya, bisakah dua peradaban besar ini saling belajar dari masa lalu.
Oleh: Hamid Fahmy Zarkasyi
Ketika saya kuliah di Birmingham, setiap hari Rabo kampus kami menawarkan kelas inter-religious dialogue. Biasanya kelas itu dihadiri oleh kawan-kawan yang berbeda-beda agama. Mahasiswa berbagai Negara yang berlainan agama hadir. Kebanyakan dari Afrika, Korea Selatan, dari Malaysia dan beberapa dari India dan Negara lain. Dalam diskusi itu kawan dari Korea menjelaskan, bahwa missionaries Kristen melakukan akulturalisasi ketika mendakwahkan agamanya ke suatu kawasan, bangsa atau budaya. Artinya agar agama itu dapat diterima masyarakat maka harus disesuaikan dengan kultur setempat. Kawan dari Afrika memberi contoh di Afrika anda harus menggambarkan Jesus berkulit hitam, jika tidak masyarakat tidak akan mudah menerima Kristen.
Kuriositas saya tentang masalah ini bukan tanpa alasan. Sebab kini muncul berbagai asumsi bahwa Islam berakulturalisasi dengan berbagai kultur. Di Jawa Islam menyesuaikan dengan budaya Jawa sehingga menjadi Islam Jawa atau kebatinan. Di Lombok menjadi Islam Waktu Telu. Hasilnya, kini terdapat banyak Islam. Cheryl Bernard, dalam saran-sarannya untuk meliberalkan umat Islam perlu diciptakan Islam Amerika, Islam Eropah, Islam Pakistan dsb. Akulturalisasi nampaknya menjadi sarana pendukung pluralisme sosial dan teologis.
Tapi seberapa jauh akulturalisasi untuk agama-agama dimungkinkan, perlu diskusi panjang. Dalam Jurnal American Quarterly Laura Levitt menulis artikel berjudul Impossible Assimilations, American Liberalism, and Jewish Difference :Revisiting Jewish Secularism. Disitu ia menyatakan bahwa Yahudi tidak dapat diliberalkan. Yang mungkin hanyalah sikap inklsif secara sosial atau toleransi. Jika Yahudi memaksakan diri menyesuaikan diri dengan kultur setempat (Barat) maka Yahudi kurang lebih sama saja dengan orang lain. (Jews are just like everybody else only more so. Selajutnya, Levitt mennyatakan The containment of Jewish difference within such narrow categoriesas required by liberal pluralism is no longer viable”.
Apakah umat Islam melakukan akulturalisasi atau Islamisasi? Ketika Islam dipraktekkan di Yatsrib, kota itu telah terdapat orang Yahudi dan suku-suku Arab dan tentu telah berkultur plural. Namun, Nabi tidak lantas melakukan akulturalisasi. Tidak terdengar dalam sejarah Islam istilah Islam Makkah atau Islam Madinah, Islam Kufah atau Islam Basrah dsb.
Kota Yatsrib malah diganti namanya menjadi Madinah. Tradisi-tradisi kesukuan yang membawa pertikaian di Islamkan atu diganti dengan nilai-nilai kemanusiaan universal dari Islam dalam bentuk Piagam Madinah. Yang masuk Islam harus memahami ukhuwwah Islamiyah. Makna-makna nikah, rezeki, ibadah, karim, kebahagiaan dsb dimaknai secara Islam.
Ketika saya kuliah di Malaysia saya mendengar argumen Islamisasi, dan bukan akulturalisasi, dari Prof.Wan Daud. Argumentasinya sederhana. Dengan datar dan tanpa beban ia menyatakan, “wajar jika Barat sekuler melakukan sekularisasi atau liberalisasi, Kristen melakukan Kristenisasi, dan Islam melakukan Islamisasi”.
Nampaknya memang wajar. Dalam sejarahnya suatu peradaban yang dominan akan mempengaruhi peradaban yang kurang dominan atau lemah. Ketika kini Barat dominan, banyak banyak bangsa, budaya dan agama yang terbaratkan. Dimana banyak umat Islam yang terbaratkan, budaya ataupun cara berfikirnya. Ketika Islam dominan di abad 8 hingga 14 banyak kultur yang terislamkan. Di Spanyol banyak orang Eropah yang terislamkan secara cultural (musta’rab).
Hanya bedanya ketika Negara-negara Islam di Baratkan (dijajah), pemiskian sistimatis tidak dapat dipungkiri dan pengayaan negara-negara Barat dijamin pasti. Ketika Muslim diBaratkan pun dekadensi moral tidak terhindarkan. Sementara ketika Spanyol, Persia, Damascus di Islamkan, kawasan itu menjadi maju dan makmur. Makkah dan Madinah tidak bertambah kaya. Begitulah beda westernisasi dan Islamisasi. Jadi akulturalisasi bukan watak peradaban yang kuat seperti Barat atau Islam. Masalahnya, bisakah dua peradaban besar ini saling belajar dari masa lalu.
Jika seorang muslim tidak mau dijinakkan hatinya dan tidak mau menjinakkan hati saudaranya maka ia tidak dapat dapat berukhuwwah. Kemampuan dan kemauan sesorang untuk menjinakkan dan dijinakkan hatinya adalah tanda keimanannya.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1213967978743150&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1213967978743150&id=153825841424041
Facebook
Eko Heru Prayitno
Ukhuwwah Islamiyyah Oleh: Dr Hamid Fahmy Zarkasyi Memahami makna dan pelaksanaan persatuan Islam mesti merujuk kepada konsep din yang utuh. Artinya pandangan dikotomis dalam Islam, seperti...
*Konsep Kepemimpinan dalam Islam*
Penulis: Prof. Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji
Sinopsis:
Kitab yang berjudul asli Al-Imâmah al-‘Uzhma ‘Inda Ahl As-Sunnah wa al-Jamâ‘ah (1987) ini merupakan karya seorang ulama besar asal Mekkah, Prof. Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji. Kitab yang aslinya setebal 718 halaman ini ditulis oleh penulis sebagai tesis untuk meraih gelas magister di Universitas Ummul Quro pada tahun 1983. Setelah diadakan ujian (munâqasyah) oleh Dewan Penguji, Penulis pun dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude (mumtâz). Di antara Dewan Penguji itu adalah Syaikh Sayyid Sabiq, seorang ulama yang terkenal dengan kitabnya, Fiqhus Sunnah.
-----------------------------------
Konsep Kepemimpinan dalam Islam
Penulis: Prof. Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji
Hardcover,
Tebal buku 664 halaman,
Ukuran buku 17,5 x 24 cm,
Berat 1262 gram.
Harga Rp. 125.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997
Syukran...
Penulis: Prof. Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji
Sinopsis:
Kitab yang berjudul asli Al-Imâmah al-‘Uzhma ‘Inda Ahl As-Sunnah wa al-Jamâ‘ah (1987) ini merupakan karya seorang ulama besar asal Mekkah, Prof. Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji. Kitab yang aslinya setebal 718 halaman ini ditulis oleh penulis sebagai tesis untuk meraih gelas magister di Universitas Ummul Quro pada tahun 1983. Setelah diadakan ujian (munâqasyah) oleh Dewan Penguji, Penulis pun dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude (mumtâz). Di antara Dewan Penguji itu adalah Syaikh Sayyid Sabiq, seorang ulama yang terkenal dengan kitabnya, Fiqhus Sunnah.
-----------------------------------
Konsep Kepemimpinan dalam Islam
Penulis: Prof. Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji
Hardcover,
Tebal buku 664 halaman,
Ukuran buku 17,5 x 24 cm,
Berat 1262 gram.
Harga Rp. 125.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997
Syukran...
Ensiklopedi Adab Islam
Edisi lengkap 1 Set (2 jilid)
Penulis: Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada
Sinopsis:
Seluruh syariat Islam, baik yang hukumnya wajib, sunnah, mustahab, maupun mubah baik yang berhubungan secara vertikal, antara hamba dengan Penciptanya, maupun secara horizontal, antar sesama hamba, berfungsi untuk menjaga hubungan baik dengan Pencipta dan dengan sesama mereka secara beradab. Apabila seorang hamba telah memberikan hak-hak dan melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Penciptanya dan kepada sesama hamba, berarti dia tergolong hamba yang beradab. Sebaliknya, apabila dia tidak melaksanakan hal-hal tersebut, maka dia digolongkan ke dalam golongan hamba yang tidak beradab. Semua itu telah diatur sedemikian rupa oleh syari'at Islam.
Seorang Muslim yang telah melaksanakan adab-adab tersebut sesuai dengan syari'at Islam berarti ia telah beradab dengan adab islami. Dalam hal ini, Rasulullah laihi saw adalah teladan bagi setiap Muslim dalam beradab islami. Setiap hari selama 24 jam, beliau selalu menjaga hubungan baik dengan Penciptanya dan dengan sesama hamba. Mulai dari masalah kecil keseharian, seperti tidur, mandi, makan, minum, dan lain-lain, hingga yang besar, seperti mengatur negara, berperang, berdamai, dan lain-lain mulai dari urusan ukhrawi ibadah hingga urusan duniawi. Dengan demikian, tampaklah suatu peradaban yang indah, harmonis, demokratis, tertib, rapi, manusiawi, sekaligus bersifat ilahiyah yang jauh dari kesan kekerasan, kekejaman, diskriminasi, dan kesan-kesan negatif lainnya.
Yang perlu digarisbawahi dalam hal ini ialah bahwa semua itu hanya ada di dalam agama Islam sehingga Islam layak disebut sebagai agama yang berperadaban dan penganutnya adalah manusia-manusia yang berperadaban tinggi (masyarakat madani).Lantas, dari manakah kesan terorisme dan teroris didapatkan? Ataukah stigma seperti itu sengaja dipropagandakan oleh musuh-musuh Islam untuk memojokkannya?
-------------------------------------
Ensiklopedi Adab Islam
Edisi lengkap 1 Set (2 jilid)
Penulis: Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada
Ukuran: 17 X 24 cm
Sampul: Hardcover
Jilid 1: 544 halaman
Jilid 2: 576 halaman
Kertas isi: HVS
Berat: 2 Kg
Harga: Rp. 260.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Edisi lengkap 1 Set (2 jilid)
Penulis: Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada
Sinopsis:
Seluruh syariat Islam, baik yang hukumnya wajib, sunnah, mustahab, maupun mubah baik yang berhubungan secara vertikal, antara hamba dengan Penciptanya, maupun secara horizontal, antar sesama hamba, berfungsi untuk menjaga hubungan baik dengan Pencipta dan dengan sesama mereka secara beradab. Apabila seorang hamba telah memberikan hak-hak dan melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Penciptanya dan kepada sesama hamba, berarti dia tergolong hamba yang beradab. Sebaliknya, apabila dia tidak melaksanakan hal-hal tersebut, maka dia digolongkan ke dalam golongan hamba yang tidak beradab. Semua itu telah diatur sedemikian rupa oleh syari'at Islam.
Seorang Muslim yang telah melaksanakan adab-adab tersebut sesuai dengan syari'at Islam berarti ia telah beradab dengan adab islami. Dalam hal ini, Rasulullah laihi saw adalah teladan bagi setiap Muslim dalam beradab islami. Setiap hari selama 24 jam, beliau selalu menjaga hubungan baik dengan Penciptanya dan dengan sesama hamba. Mulai dari masalah kecil keseharian, seperti tidur, mandi, makan, minum, dan lain-lain, hingga yang besar, seperti mengatur negara, berperang, berdamai, dan lain-lain mulai dari urusan ukhrawi ibadah hingga urusan duniawi. Dengan demikian, tampaklah suatu peradaban yang indah, harmonis, demokratis, tertib, rapi, manusiawi, sekaligus bersifat ilahiyah yang jauh dari kesan kekerasan, kekejaman, diskriminasi, dan kesan-kesan negatif lainnya.
Yang perlu digarisbawahi dalam hal ini ialah bahwa semua itu hanya ada di dalam agama Islam sehingga Islam layak disebut sebagai agama yang berperadaban dan penganutnya adalah manusia-manusia yang berperadaban tinggi (masyarakat madani).Lantas, dari manakah kesan terorisme dan teroris didapatkan? Ataukah stigma seperti itu sengaja dipropagandakan oleh musuh-musuh Islam untuk memojokkannya?
-------------------------------------
Ensiklopedi Adab Islam
Edisi lengkap 1 Set (2 jilid)
Penulis: Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada
Ukuran: 17 X 24 cm
Sampul: Hardcover
Jilid 1: 544 halaman
Jilid 2: 576 halaman
Kertas isi: HVS
Berat: 2 Kg
Harga: Rp. 260.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...