"Sesungguhnya akan lahir dari orang ini suatu kaum yang membaca al Qur’an tapi tidak sampai melewati kerongkongannya, mereka membunuh orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala, mereka terlepas dari islam sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya. Jika aku menjumpai mereka sungguh akan aku perangi mereka sebagaimana memerangi kaum ‘Ad.” (HR. Bukhari dan Muslim).
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1442939925807083&id=212684542165967
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1442939925807083&id=212684542165967
Facebook
Adian Husaini
Khawarij & Syiah Penulis: Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi Sinopsis: Syiah Rafidhah dan Khawarij merupakan dua sekte yang muncul secara bersamaan dalam satu waktu, bahkan dari sumber yang sama....
“Siapa yang mengangkat seseorang untuk mengelola urusan (memimpin) kaum Muslimin, lalu ia mengangkatnya, sementara pada saat yang sama dia mengetahui ada orang yang lebih layak dan sesuai (ashlah) daripada orang yang dipilihnya, maka dia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya.”(HR Al-Hakim).
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1185619771577971&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1185619771577971&id=153825841424041
Facebook
Mustanir Online Book Store
Bersatulah Pilih Pemimpin Taqwa, Untuk Kejayaan Indonesia! Oleh: Dr. Adian Husaini “Andaikan penduduk suatu negeri mau beriman dan bertaqwa, maka pasti akan Kami buka pintu-pintu barakah dari langit...
Nasehat untuk yang kufur akan Tuhan, yang hidup sembrono dan suka menzalimi orang lain serta mereka yang cinta dunia, jabatan, wanita, pria dsb. "Hiduplah sesukamu, tetapi ketahuilah bahwa kamu pasti akan mati. Berbuatlah sesukamu, tetapi ingatlah bahwa kamu pasti akan dibalas. Cintailah apa yang kamu suka, tetapi ingatlah semuanya pasti akan berpisah (al-Hadith).
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
*Menjadi Hafizh Tips & Motivasi Menghafal Al-Qur’an*
Penulis: Ahmad Baduwailan
Sinopsis:
Pernahkah terlintas dalam benak Anda sepercik keinginan untuk menjadi penghafal al-Qur’an (Hafiz Qur’an)? Sekiranya mimpi itu bisa jadi kenyataan … inilah saatnya! Buku yang ditulis oleh praktisi training tahfizh al-Qur’an ini cocok untuk pemula dan semua kalangan. Dan perlu Anda ketahui, dengan membeli buku ini … Anda sudah langsung mendapat bonus DVD Kisah Inspiratif Para penghafal al-Qur’an tanpa diundi, tanpa kupon … Subhanallah!
Buku yang ada di hadapan pembaca ini merupakan buah karya dari seorang hafizh, bernama Dr. Ahmad bin Salim Baduwailan. Berisikan tips penting dan motivasi untuk mengatasi segala halang rintang dalam menghafal al-Qur’an.
Dalam buku ini, penulis memaparkan beberapa penjelasan penting, di antaranya tentang keutamaan menjadi hafizh al-Qur’an, cara mewujudkan impian menjadi hafizh al-Qur’an, tips-tips dalam menghafal al-Qur’an, beberapa saran dan metode menghafal, peran keluarga dalam menjadikan anak menjadi hafizh al-Qur’an, cara membuat anak-anak mencintai al-Qur’an, penghambat-penghambat dalam menghafal, nutrisi yang dapat membantu proses menghafal, dan lain sebagainya.
Di akhir buku penulis juga menjelaskan bahwa setiap orang yang hatinya terikat kuat dengan al-Qur’an dan berpegang teguh dengannya, maka dia dapat meraih kesuksesan dalam pekerjaannya jika dia seorang pekerja, dan berprestasi dalam belajarnya jika dia seorang pelajar. Segala urusan hidupnya yang sulit pun menjadi mudah baginya. Lebih dari itu, orang yang hafal al-Qur’an akan menjadi ahlullah ; keluarga Allah dan hamba pilihann-Nya.
Motivasi Langit
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Surat al-Qamar: 40)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
“Bacalah al-Qur’an karena al-Qur’an akan datang pada hari Kiamat nanti sebagai pemberi syafa’at bagi yang membacanya.” (HR. Muslim, no. 1910)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Dawud, no. 1464 dan Tirmidzi, no. 2914)
Berkata Walid bin Mughirah, “Sungguh, ia (al-Qur’an) sangat mengagumkan dan dihiasi dengan keindahan. Bagian atasnya menghasilkan banyak buah dan bagian bawahnya sangat subur. Sungguh, ia benar-benar tinggi dan tidak ada yang mengunggulinya.”
-----------
*Menjadi Hafizh Tips & Motivasi Menghafal Al-Qur’an*
Penulis Ahmad Bin Salim Baduwailan,
Sampul hardcover,
Tebal buku 272 halaman,
Ukuran buku 15,5 cm x 23 cm,
Berat buku 550 gram,
Harga Rp. 78.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Penulis: Ahmad Baduwailan
Sinopsis:
Pernahkah terlintas dalam benak Anda sepercik keinginan untuk menjadi penghafal al-Qur’an (Hafiz Qur’an)? Sekiranya mimpi itu bisa jadi kenyataan … inilah saatnya! Buku yang ditulis oleh praktisi training tahfizh al-Qur’an ini cocok untuk pemula dan semua kalangan. Dan perlu Anda ketahui, dengan membeli buku ini … Anda sudah langsung mendapat bonus DVD Kisah Inspiratif Para penghafal al-Qur’an tanpa diundi, tanpa kupon … Subhanallah!
Buku yang ada di hadapan pembaca ini merupakan buah karya dari seorang hafizh, bernama Dr. Ahmad bin Salim Baduwailan. Berisikan tips penting dan motivasi untuk mengatasi segala halang rintang dalam menghafal al-Qur’an.
Dalam buku ini, penulis memaparkan beberapa penjelasan penting, di antaranya tentang keutamaan menjadi hafizh al-Qur’an, cara mewujudkan impian menjadi hafizh al-Qur’an, tips-tips dalam menghafal al-Qur’an, beberapa saran dan metode menghafal, peran keluarga dalam menjadikan anak menjadi hafizh al-Qur’an, cara membuat anak-anak mencintai al-Qur’an, penghambat-penghambat dalam menghafal, nutrisi yang dapat membantu proses menghafal, dan lain sebagainya.
Di akhir buku penulis juga menjelaskan bahwa setiap orang yang hatinya terikat kuat dengan al-Qur’an dan berpegang teguh dengannya, maka dia dapat meraih kesuksesan dalam pekerjaannya jika dia seorang pekerja, dan berprestasi dalam belajarnya jika dia seorang pelajar. Segala urusan hidupnya yang sulit pun menjadi mudah baginya. Lebih dari itu, orang yang hafal al-Qur’an akan menjadi ahlullah ; keluarga Allah dan hamba pilihann-Nya.
Motivasi Langit
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Surat al-Qamar: 40)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
“Bacalah al-Qur’an karena al-Qur’an akan datang pada hari Kiamat nanti sebagai pemberi syafa’at bagi yang membacanya.” (HR. Muslim, no. 1910)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Dawud, no. 1464 dan Tirmidzi, no. 2914)
Berkata Walid bin Mughirah, “Sungguh, ia (al-Qur’an) sangat mengagumkan dan dihiasi dengan keindahan. Bagian atasnya menghasilkan banyak buah dan bagian bawahnya sangat subur. Sungguh, ia benar-benar tinggi dan tidak ada yang mengunggulinya.”
-----------
*Menjadi Hafizh Tips & Motivasi Menghafal Al-Qur’an*
Penulis Ahmad Bin Salim Baduwailan,
Sampul hardcover,
Tebal buku 272 halaman,
Ukuran buku 15,5 cm x 23 cm,
Berat buku 550 gram,
Harga Rp. 78.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
*Kamus Mufradat Santri*
5000 Kata Yang Sering Muncul Dalam Kamus & Kitab Arab
Penulis : DR. Tammam Hassan
Harga: 59.000
Berat: 270 gr
Metode 5T Paling Banyak :
• Terulang
• Tersebar
• Terpenting
• Terpilih
• Termudah
*Bonus EBOOK*
80% Kisa kata dalam Al-Quran & tips mudah Menghafal.
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
5000 Kata Yang Sering Muncul Dalam Kamus & Kitab Arab
Penulis : DR. Tammam Hassan
Harga: 59.000
Berat: 270 gr
Metode 5T Paling Banyak :
• Terulang
• Tersebar
• Terpenting
• Terpilih
• Termudah
*Bonus EBOOK*
80% Kisa kata dalam Al-Quran & tips mudah Menghafal.
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Seluruh umat manusia bebas untuk memilih beriman pada Allah atau kufur. Jika memilih kekufuran akan membawa resiko kemurkaan dan azab Allah. Sebaliknya memilih keimanan akan membawa kebahagiaan. Sebab beriman adalah naluri bawaan (fitrah) manusia sejak ia dilahirkan. Islam datang memenuhi kebutuhan naluri itu dengan agama fitrah. Maka dari itu siapapun yang berbuat baik ia telah berbuat adil pada dirinya sesuai dengan fitrahnya. Sebaliknya siapapun yang bermaksiat dia sudah zalim atau tidak adil pada dirinya dan jiwanya yang diciptakan Allah dengan sebaik-baik ciptiaan. Wallahu a’lam.
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan) yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah. Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara' yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu dan sabar. (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)
- Dr. Hamid Fahmy Zarkasy-
- Dr. Hamid Fahmy Zarkasy-
*ADAB BERNEGARA*
Oleh: Dr. Adian Husaini
Alhamdulillah, Ahad (5/8/2018), kemarin bisa isi kajian di INSISTS, bersama komunitas ITJ. Temanya tentang Adab Bernegara. Secara umum, masalah ini sudah saya tulis di Buku "10 Kuliah Agama Islam", terbitan Pro-U Media, Yogyakarta. Kuliah ke-10 pada buku itu berjudul: "Berislam dan Berindonesia." Intinya, menegaskan bahwa sebagai manusia, sebagai hamba Allah, maka loyalitas tertinggi kita adalah kepada Allah SWT. Loyalitas kepada makhluk, harus kita letakkan derajatnya di bawah loyalitas kepada Allah SWT.
Secara konstitusional, Pembukaan UUD 1945 sudah memberikan panduan bernegara yang indah: "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur..."
Tentu saja, dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, kita akan menghadapi berbagai tantangan dan ujian, yang bisa jadi bertentangan dengan prinsip loyalitas kepada Allah SWT. Itulah arti perjuangan. Dengan prinsip ini, kita insyaAllah bisa menjadi manusia yang baik, meskipun tidak seluruh aturan dan lingkungan kehidupan sesuai dengan ajaran-ajaran Allah. Yang penting, worldview (pandangan hidup) kita tidak berubah. Meskipun negara belum secara resmi melarang dan menjadikan seluruh bentuk perzinahan sebagai satu tindakan kriminal, pandangan dan keyakinan kita sebagai muslim, tetap tidak berubah, bahwa zina adalah perbuatan haram. Meskipun negara tidak memberikan sanksi apa pun kepada orang-orang muslim yang tidak menjalankan shalat lima waktu, tetapi pandangan dan keyakinan kita tidak berubah, bahwa shalat lima waktu adalah wajib.
Ada yang bertanya, mengapa tidak kita hadirkan sistem Islam sekarang saja? Saya jawab, agenda kita yang terpenting saat ini adalah menyiapkan SDM-SDM umat yang unggul, yang mampu menjadi pemimpin (teladan) di semua bidang kehidupan. Bukan hanya dalam bidang politik, tetapi juga dalam bidang keilmuan. Kita perlu para ilmuwan mujahid yang memiliki otoritas keilmuan di berbagai bidang kehidupan. Dan itu dibuktikan dengan karya ilmiah yang berkualitas tinggi. KIta bisa bertanya, siapa saja saat ini, ilmuwan sejarah kita yang hebat, yang diakui otoritas ilmu sejarahnya? Siapa saja ahli Tafsir kIta yang mampu menulis Tafsir 30 Juz, yang berkualitas ilmiah yang tinggi? Siapa saja ilmuwan kita tentang Pancasila, ilmuwan dalam bidang filsafat, dalam bidang paham-paham tertentu, seperti komunisme, pluralisme, human rights, perbandingan agama, dan sebagainya.
Ingat rumus dari Imam al-Ghazali, dalam Ihya' Ulumiddin, bahwa masyarakat rusak karena penguasa rusak; penguasa rusak karena ulama rusak; dan ulama rusak karena cinta harta dan kedudukan. Memperjuangkan umara yang baik itu sangat penting, tetapi mewujudkan ulama-ulama yang baik, yang mumpuni ilmunya dan muiia akhlaknya, juga sangat penting. Dan ini butuh kesungguhan, keikhlasan, dan kerjasama berbagai komponen umat Islam.
Jangan sampai pemimpin dan tokoh umat sibuk memikirkan dan berjuang untuk mewujudkan tatanan sosial-politik yang ideal, tetapi tidak peduli dengan parkaderan ulama di masa depan. Kita harus memahami, bagaimana cara menyiapkan anak-anak menjadi pelanjut perjuangan para ulama. Ini bukan perkara mudah!
Ringkasnya, dalam sistem negara Indonesia seperti sekarang, siapa pun Presidennya nanti, kita tetap berpeluang dan wajib berjuang menjadi manusia yang baik (manusia yang taqwa). Sebab, siapa pun presidennya, yang diminta pertanggungjawaban adalah amal perbuatan kita. Kepada para pemimpin, tanggung jawab kita adalah menyampaikan nasehat dengan cara-cara yang bijak.
Adalah ironis, ketika berada di bawah pemerintahan penjajah, banyak madrasah di Jakarta mampu melahirkan ulama dan guru-guru pejuang yang hebat. Bagaiman kondisi sekolah dan madrasah kita saat ini, setelah kita merdeka, dan gubernurnya muslim?
Para ulama dulu mampu mengkader dan melahirkan guru-guru dan pejuang yang hebat, dari pondok pesantren mereka, meskipun pemerintahan jajahan terus menindas mereka. Bagaimana dengan kondisi saat ini? Yuk, kita pikirkan masalah ini!
Untuk lebih jelasnya masalah ini, silakan baca buk
Oleh: Dr. Adian Husaini
Alhamdulillah, Ahad (5/8/2018), kemarin bisa isi kajian di INSISTS, bersama komunitas ITJ. Temanya tentang Adab Bernegara. Secara umum, masalah ini sudah saya tulis di Buku "10 Kuliah Agama Islam", terbitan Pro-U Media, Yogyakarta. Kuliah ke-10 pada buku itu berjudul: "Berislam dan Berindonesia." Intinya, menegaskan bahwa sebagai manusia, sebagai hamba Allah, maka loyalitas tertinggi kita adalah kepada Allah SWT. Loyalitas kepada makhluk, harus kita letakkan derajatnya di bawah loyalitas kepada Allah SWT.
Secara konstitusional, Pembukaan UUD 1945 sudah memberikan panduan bernegara yang indah: "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur..."
Tentu saja, dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, kita akan menghadapi berbagai tantangan dan ujian, yang bisa jadi bertentangan dengan prinsip loyalitas kepada Allah SWT. Itulah arti perjuangan. Dengan prinsip ini, kita insyaAllah bisa menjadi manusia yang baik, meskipun tidak seluruh aturan dan lingkungan kehidupan sesuai dengan ajaran-ajaran Allah. Yang penting, worldview (pandangan hidup) kita tidak berubah. Meskipun negara belum secara resmi melarang dan menjadikan seluruh bentuk perzinahan sebagai satu tindakan kriminal, pandangan dan keyakinan kita sebagai muslim, tetap tidak berubah, bahwa zina adalah perbuatan haram. Meskipun negara tidak memberikan sanksi apa pun kepada orang-orang muslim yang tidak menjalankan shalat lima waktu, tetapi pandangan dan keyakinan kita tidak berubah, bahwa shalat lima waktu adalah wajib.
Ada yang bertanya, mengapa tidak kita hadirkan sistem Islam sekarang saja? Saya jawab, agenda kita yang terpenting saat ini adalah menyiapkan SDM-SDM umat yang unggul, yang mampu menjadi pemimpin (teladan) di semua bidang kehidupan. Bukan hanya dalam bidang politik, tetapi juga dalam bidang keilmuan. Kita perlu para ilmuwan mujahid yang memiliki otoritas keilmuan di berbagai bidang kehidupan. Dan itu dibuktikan dengan karya ilmiah yang berkualitas tinggi. KIta bisa bertanya, siapa saja saat ini, ilmuwan sejarah kita yang hebat, yang diakui otoritas ilmu sejarahnya? Siapa saja ahli Tafsir kIta yang mampu menulis Tafsir 30 Juz, yang berkualitas ilmiah yang tinggi? Siapa saja ilmuwan kita tentang Pancasila, ilmuwan dalam bidang filsafat, dalam bidang paham-paham tertentu, seperti komunisme, pluralisme, human rights, perbandingan agama, dan sebagainya.
Ingat rumus dari Imam al-Ghazali, dalam Ihya' Ulumiddin, bahwa masyarakat rusak karena penguasa rusak; penguasa rusak karena ulama rusak; dan ulama rusak karena cinta harta dan kedudukan. Memperjuangkan umara yang baik itu sangat penting, tetapi mewujudkan ulama-ulama yang baik, yang mumpuni ilmunya dan muiia akhlaknya, juga sangat penting. Dan ini butuh kesungguhan, keikhlasan, dan kerjasama berbagai komponen umat Islam.
Jangan sampai pemimpin dan tokoh umat sibuk memikirkan dan berjuang untuk mewujudkan tatanan sosial-politik yang ideal, tetapi tidak peduli dengan parkaderan ulama di masa depan. Kita harus memahami, bagaimana cara menyiapkan anak-anak menjadi pelanjut perjuangan para ulama. Ini bukan perkara mudah!
Ringkasnya, dalam sistem negara Indonesia seperti sekarang, siapa pun Presidennya nanti, kita tetap berpeluang dan wajib berjuang menjadi manusia yang baik (manusia yang taqwa). Sebab, siapa pun presidennya, yang diminta pertanggungjawaban adalah amal perbuatan kita. Kepada para pemimpin, tanggung jawab kita adalah menyampaikan nasehat dengan cara-cara yang bijak.
Adalah ironis, ketika berada di bawah pemerintahan penjajah, banyak madrasah di Jakarta mampu melahirkan ulama dan guru-guru pejuang yang hebat. Bagaiman kondisi sekolah dan madrasah kita saat ini, setelah kita merdeka, dan gubernurnya muslim?
Para ulama dulu mampu mengkader dan melahirkan guru-guru dan pejuang yang hebat, dari pondok pesantren mereka, meskipun pemerintahan jajahan terus menindas mereka. Bagaimana dengan kondisi saat ini? Yuk, kita pikirkan masalah ini!
Untuk lebih jelasnya masalah ini, silakan baca buk
Enjoy Your Life!
Seni Menikmati Hidup
Karya: Dr. Muhammad al-
ISBN: 978-979-1303-24-8
Ukuran: 15,5 x 24 cm
Jenis Buku: Hard Cover
Jenis Kertas: HVS
Jumlah Hlm: 610 hlm
Berat: 1 kg
Harga Rp. 122.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Seni Menikmati Hidup
Karya: Dr. Muhammad al-
Areifi
Sinopsis.
Kisah-kisah inspiratif dari kehidupan Rasulullah s.a.w. yang dinukil penulis akan menuntun kita menjalani hidup ini secara lebih islami, Puluhan teladan, nasihat, kaidah, dan konsep pengembangan diri yang dipaparkan penulis pun sangat sederhana dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi, semua itu merupakan hasil pengamatan, perenungan, dan pengalamannya sendiri selama lebih dari 20 tahun.
Seni berinteraksi dengan berbagai macam watak, perangai, dan latar belakang sosial merupakan pelajaran utama yang akan mengisi halaman demi halaman buku ini. Darinya kita akan mendapat kunci dan cara menikmati hidup. Sebab, buku ini mengajarkan bagaimana menjalani hidup ini tidak hanya sekadar berarti, namun juga mudah.
Inilah karya monumental Dr. Muhammad al-
Areifi dari dua puluhan karyanya yang rata-rata telah menembus angka 1 juta eksemplar lebih dalam tempo kurang dari satu tahun. Kehadirannya merupakan penawar dahaga umat akan buku-buku motivasi dan pengembangan diri yang islami dan tak hanya berorientasi duniawi, tetapi juga bernilai ukhrawi.ISBN: 978-979-1303-24-8
Ukuran: 15,5 x 24 cm
Jenis Buku: Hard Cover
Jenis Kertas: HVS
Jumlah Hlm: 610 hlm
Berat: 1 kg
Harga Rp. 122.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
"POLITIK RASIONAL VS POLITIK SIMBOL" (Revisi)
Oleh: Dr. Adian Husaini
Kamis malam itu, karena lelah menunggu pengumuman capres-cawapres kubu Prabowo, saya tertidur. Pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin sudah diumumkan. Ketika saya terbangun, tampak Prabowo sedang mengumumkan pasangan dirinya dengan Sandiaga Uno. Jujur, saat itu, saya kecewa. Karena saya berharap ada "kejutan", dan berharap ada calon wapres Prabowo dari kalangan ulama.
Tetapi, ketika saya cermati pidato Prabowo, Sandi, dan beberapa pimpinan Partai Koalisi Prabowo, saya paham, bahwa pilihan Prabowo atas Sandi adalah sebuah pilihan rasional. Prabowo fokus pada program pembangunan kedaulatan dan keadilan ekonomi. Itu gagasan dia yang sudah saya dengar sejak saya masih aktif sebagai wartawan tahun 1990-an.
Prabowo tampak konsisten, tidak berubah, baik gagasan maupun gaya bicaranya. Puluhan tahun saya tidak jumpa lagi dengan Prabowo, mungkin sejak 1998. Saya paham, mengapa Amien Rais, Sohibul Iman, Zulkifli Hasan, dan lain-lain, bisa menerima Sandi sebagai cawapresnya Prabowo. Bukan karena uang, tetapi karena Prabowo adalah sosok yang sangat cerdas dan rasional. Tidak mudah berdiskusi dengan Prabowo. Perlu modal intelektual dan referensi tinggi. Prabowo, SBY, ZA Maulani (alm), Sayyidiman, dan beberapa jenderal lainnya, dikenal sebagai sosok-sosok tentara intelektual yang hobi membaca buku. Mereka juga punya kemampuan retorika yang tinggi.
Mimpi saya, bagus sekali jika para jenderal itu kemudian mendalami ulumuddin dan bisa tampil pula sebagai ustad yang mampu khutbah Jumat. Saya sama sekali tidak merasa tersaingi sebagai khatib Jumat. Justru saya merasa sangat gembira, kalau AHY -- misalnya -- mau belajar agama dengan serius, sehingga menjadi ulama.
Seorang jenderal AD pernah bilang kepada beberapa wartawan, saya termasuk di situ, "Ini jelas-jelas batu, tapi kalau Jenderal ini (bukan Prabowo) ngomong bahwa ini emas, bisa-bisa orang percaya bahwa ini emas." Sang jenderal itu tentu sedang bermetapora. Ia hanya menggambarkan, betapa kuatnya kemampuan sang jenderal itu dalam membangun narasi.
Jadi, kembali ke pilihan Prabowo terhadap Sandi. Malam itu saya senyum-senyum sendiri. Karena saya paham dan bisa membayangkan, bagaimana cara Prabowo meyakinkan para pimpinan partai itu untuk menerima Sandi. Inilah pilihan rasional. Saya juga paham, meskipun ini masih sebatas dugaan, mengapa Prabowo tidak memilih Arifin Ilham dan AA Gym.
Jadi, pilihan terhadap Sandi adalah sebuah politik rasional. Sebaliknya, pilihan Jokowi terhadap Kyai Makruf Amin, lebih merupakan strategi politik simbol. Dan itu juga pilihan cerdas. Sebab, kubu Jokowi tidak memerlukan konsep dan strategi pembangunan ekonomi yang baru. Cukup mencitrakan bahwa pembangunan ekonominya berhasil, setidaknya perlu diberi kesempatan untuk memperbaiki apa yang kurang.
Beberapa kali saya bahas dalam acara ULASAN MEDIA RADIO DAKTA, bahwa jika mengacu kepada hasil Pilkada beberapa daerah, khususnya di Jateng, maka paduan pasangan "nasionalis" dan "tokoh Islam" terbukti sukses. Pilihan Kyai Makruf Amin juga diharapkan meredam sentimen dan citra anti-Islam dan anti-ulama yang berkembang di kalangan tokoh-tokoh dan umat Islam. Dan sejauh ini, tujuan itu cukup berhasil. Suasana Pilpres 2019 pun terasa lebih sejuk, dibandingkan dengan suasana 2014 atau Pilkada DKI terakhir.
Siapa yang akan menang? Politik Rasional atau Politik simbol? Menurut prediksi saya, faktor Sandiaga Uno menjadi unsur yang paling menentukan. Sandi punya potensi besar untuk ditampilkan sebagai "sosok ideal" generasi milenial. Ia pintar, kaya, tampan, gagah, religius, setia istri. Modal tampilan fisik ini tidak dimiliki pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Alhamdulillah, saya berkesempatan mengenal Kyai Ma'ruf dengan cukup baik. Selama 10 tahun saya pernah menjadi pengurus MUI Pusat, meskipun amat jarang bertemu dengan beliau. Ketika Kyai Ma'ruf menjadi anggota Wantimpres, seingat saya, dua kali saya diundang. Salah satunya, saya diminta presentasi mak
Oleh: Dr. Adian Husaini
Kamis malam itu, karena lelah menunggu pengumuman capres-cawapres kubu Prabowo, saya tertidur. Pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin sudah diumumkan. Ketika saya terbangun, tampak Prabowo sedang mengumumkan pasangan dirinya dengan Sandiaga Uno. Jujur, saat itu, saya kecewa. Karena saya berharap ada "kejutan", dan berharap ada calon wapres Prabowo dari kalangan ulama.
Tetapi, ketika saya cermati pidato Prabowo, Sandi, dan beberapa pimpinan Partai Koalisi Prabowo, saya paham, bahwa pilihan Prabowo atas Sandi adalah sebuah pilihan rasional. Prabowo fokus pada program pembangunan kedaulatan dan keadilan ekonomi. Itu gagasan dia yang sudah saya dengar sejak saya masih aktif sebagai wartawan tahun 1990-an.
Prabowo tampak konsisten, tidak berubah, baik gagasan maupun gaya bicaranya. Puluhan tahun saya tidak jumpa lagi dengan Prabowo, mungkin sejak 1998. Saya paham, mengapa Amien Rais, Sohibul Iman, Zulkifli Hasan, dan lain-lain, bisa menerima Sandi sebagai cawapresnya Prabowo. Bukan karena uang, tetapi karena Prabowo adalah sosok yang sangat cerdas dan rasional. Tidak mudah berdiskusi dengan Prabowo. Perlu modal intelektual dan referensi tinggi. Prabowo, SBY, ZA Maulani (alm), Sayyidiman, dan beberapa jenderal lainnya, dikenal sebagai sosok-sosok tentara intelektual yang hobi membaca buku. Mereka juga punya kemampuan retorika yang tinggi.
Mimpi saya, bagus sekali jika para jenderal itu kemudian mendalami ulumuddin dan bisa tampil pula sebagai ustad yang mampu khutbah Jumat. Saya sama sekali tidak merasa tersaingi sebagai khatib Jumat. Justru saya merasa sangat gembira, kalau AHY -- misalnya -- mau belajar agama dengan serius, sehingga menjadi ulama.
Seorang jenderal AD pernah bilang kepada beberapa wartawan, saya termasuk di situ, "Ini jelas-jelas batu, tapi kalau Jenderal ini (bukan Prabowo) ngomong bahwa ini emas, bisa-bisa orang percaya bahwa ini emas." Sang jenderal itu tentu sedang bermetapora. Ia hanya menggambarkan, betapa kuatnya kemampuan sang jenderal itu dalam membangun narasi.
Jadi, kembali ke pilihan Prabowo terhadap Sandi. Malam itu saya senyum-senyum sendiri. Karena saya paham dan bisa membayangkan, bagaimana cara Prabowo meyakinkan para pimpinan partai itu untuk menerima Sandi. Inilah pilihan rasional. Saya juga paham, meskipun ini masih sebatas dugaan, mengapa Prabowo tidak memilih Arifin Ilham dan AA Gym.
Jadi, pilihan terhadap Sandi adalah sebuah politik rasional. Sebaliknya, pilihan Jokowi terhadap Kyai Makruf Amin, lebih merupakan strategi politik simbol. Dan itu juga pilihan cerdas. Sebab, kubu Jokowi tidak memerlukan konsep dan strategi pembangunan ekonomi yang baru. Cukup mencitrakan bahwa pembangunan ekonominya berhasil, setidaknya perlu diberi kesempatan untuk memperbaiki apa yang kurang.
Beberapa kali saya bahas dalam acara ULASAN MEDIA RADIO DAKTA, bahwa jika mengacu kepada hasil Pilkada beberapa daerah, khususnya di Jateng, maka paduan pasangan "nasionalis" dan "tokoh Islam" terbukti sukses. Pilihan Kyai Makruf Amin juga diharapkan meredam sentimen dan citra anti-Islam dan anti-ulama yang berkembang di kalangan tokoh-tokoh dan umat Islam. Dan sejauh ini, tujuan itu cukup berhasil. Suasana Pilpres 2019 pun terasa lebih sejuk, dibandingkan dengan suasana 2014 atau Pilkada DKI terakhir.
Siapa yang akan menang? Politik Rasional atau Politik simbol? Menurut prediksi saya, faktor Sandiaga Uno menjadi unsur yang paling menentukan. Sandi punya potensi besar untuk ditampilkan sebagai "sosok ideal" generasi milenial. Ia pintar, kaya, tampan, gagah, religius, setia istri. Modal tampilan fisik ini tidak dimiliki pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Alhamdulillah, saya berkesempatan mengenal Kyai Ma'ruf dengan cukup baik. Selama 10 tahun saya pernah menjadi pengurus MUI Pusat, meskipun amat jarang bertemu dengan beliau. Ketika Kyai Ma'ruf menjadi anggota Wantimpres, seingat saya, dua kali saya diundang. Salah satunya, saya diminta presentasi mak
alah tentang konsep Kerukunan Umat Beragama. Kyai Ma'ruf Amin adalah ulama yang mumpuni, dan juga politisi yang kenyang makan asam garam. Saya senang Kyai Ma'ruf bisa mendampingi Jokowi. Saya membayangkan, sosok Kyai Ma'ruf memang cukup disegani di kubu Jokowi.
Saya menduga, kubu Prabowo akan melakukan usaha habis-habisan untuk menampilkan sosok Sandi sebagai "model ideal generasi milenial" dan "wajah masa depan Indonesia baru". Dengan potensi yang ada pada diri Sandi, tentu ini bukan hal yang sulit. Apalagi, kubu ini diperkuat dengan kehadiran AHY. Maka, tidak heran, saat berfoto di KPU, Prabowo minta dirinya diapit oleh AHY dan Sandi Uno. Ini tampilan cerdas. Bisa dipahami, mengapa Prabowo tidak merespon celaan-celaan yang bertubi-tubi diarahkan politisi demokrat pada dirinya, seperti dikatakan sebagai Jenderal kardus dan sebagainya.
Jokowi pun tampak semakin piawani dalam memainkan kata-kata. Jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2014. Di KPU, Jokowi secara terbuka memuji Prabowo dan Sandi; menyebut mereka sebagai putra-putra terbaik bangsa. Ini juga tampilan cerdas, yang menarik simpati.
Jadi, kalau begitu, siapa yang akan menang dalam Pilpres 2019? Perjalanan masih panjang. Yang jelas, tampaknya, kita akan menyaksikan kontestasi politik yang menarik. Biasanya, selama ini, politik simbol lebih mudah menarik simpati, ketimbang politik rasional. Tetapi, dua-duanya tidak bisa ditinggalkan, jika ingin memenangkan kontestasi politik.
Saya bukan pengamat politik. Saya hanya orang Pesantren yang setiap hari bertungkus-lumus dengan dunia pendidikan di pesantren. Jadi, coretan tentang Pilpres ini, jangan dianggap serius dan terlalu dipercaya.
Kalau boleh, saya juga ingin urun rembuk, bahwa menang kalah itu adalah 'Keputusan Allah'. Yang menang akan mendapatkan amanah yang sangat berat. Yang kalah, lebih ringan amanahnya.
Dalam rumus keilmuan Islam, jika mau menang, maka ikutilah rumus dari Allah. Gunakan konsep keilmuan dalam Aqaid Nasafiyah, bahwa ada 3 sumber ilmu, yaitu panca indera, akal, dan wahyu. Ketiga potensi itu harus dipadukan secara harmonis. Yang akan menang adalah yang sabar dan taqwa serta bersih jiwanya. (QS 3:123-125, juga 91:9-10).
Yang jelas, sebagai bangsa Indonesia, kita semua berharap, yang menang nanti adalah yang lebih baik, dan akan bersungguh-sungguh dalam mewujudkan kebaikan (kemaslahatan) bagi rakyat dan negara Indonesia.
Tentu kita paham, bahwa saat ini bangsa kita sedang menghadapi masalah yang sangat berat dan kompleks. Maka, kita berharap, para pemimpin bangsa itu mampu merumuskan konsep pembangunan yang luar biasa hebat, yang tidak biasa-biasa saja! Dan jangan merasa mampu menyelesaikan masalah bangsa, dengan tanpa memohon pertolongan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa! Amin. (www.ponpes-attaqwa.com, 11/8/2018).
Saya menduga, kubu Prabowo akan melakukan usaha habis-habisan untuk menampilkan sosok Sandi sebagai "model ideal generasi milenial" dan "wajah masa depan Indonesia baru". Dengan potensi yang ada pada diri Sandi, tentu ini bukan hal yang sulit. Apalagi, kubu ini diperkuat dengan kehadiran AHY. Maka, tidak heran, saat berfoto di KPU, Prabowo minta dirinya diapit oleh AHY dan Sandi Uno. Ini tampilan cerdas. Bisa dipahami, mengapa Prabowo tidak merespon celaan-celaan yang bertubi-tubi diarahkan politisi demokrat pada dirinya, seperti dikatakan sebagai Jenderal kardus dan sebagainya.
Jokowi pun tampak semakin piawani dalam memainkan kata-kata. Jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2014. Di KPU, Jokowi secara terbuka memuji Prabowo dan Sandi; menyebut mereka sebagai putra-putra terbaik bangsa. Ini juga tampilan cerdas, yang menarik simpati.
Jadi, kalau begitu, siapa yang akan menang dalam Pilpres 2019? Perjalanan masih panjang. Yang jelas, tampaknya, kita akan menyaksikan kontestasi politik yang menarik. Biasanya, selama ini, politik simbol lebih mudah menarik simpati, ketimbang politik rasional. Tetapi, dua-duanya tidak bisa ditinggalkan, jika ingin memenangkan kontestasi politik.
Saya bukan pengamat politik. Saya hanya orang Pesantren yang setiap hari bertungkus-lumus dengan dunia pendidikan di pesantren. Jadi, coretan tentang Pilpres ini, jangan dianggap serius dan terlalu dipercaya.
Kalau boleh, saya juga ingin urun rembuk, bahwa menang kalah itu adalah 'Keputusan Allah'. Yang menang akan mendapatkan amanah yang sangat berat. Yang kalah, lebih ringan amanahnya.
Dalam rumus keilmuan Islam, jika mau menang, maka ikutilah rumus dari Allah. Gunakan konsep keilmuan dalam Aqaid Nasafiyah, bahwa ada 3 sumber ilmu, yaitu panca indera, akal, dan wahyu. Ketiga potensi itu harus dipadukan secara harmonis. Yang akan menang adalah yang sabar dan taqwa serta bersih jiwanya. (QS 3:123-125, juga 91:9-10).
Yang jelas, sebagai bangsa Indonesia, kita semua berharap, yang menang nanti adalah yang lebih baik, dan akan bersungguh-sungguh dalam mewujudkan kebaikan (kemaslahatan) bagi rakyat dan negara Indonesia.
Tentu kita paham, bahwa saat ini bangsa kita sedang menghadapi masalah yang sangat berat dan kompleks. Maka, kita berharap, para pemimpin bangsa itu mampu merumuskan konsep pembangunan yang luar biasa hebat, yang tidak biasa-biasa saja! Dan jangan merasa mampu menyelesaikan masalah bangsa, dengan tanpa memohon pertolongan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa! Amin. (www.ponpes-attaqwa.com, 11/8/2018).
Memilih pemimpin negara perlu hati-hati berdasarkan kriteria yang ideal sesuai panduan Islam. Tentu saja, faktor iman dan taqwa menjadi keteladanan utama. Jangan memilih pemimpin secara sembarangan, hanya karena faktor-faktor kekerabatan atau fanatisme kelompok, sehingga kualitas diabaikan.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1195715547235060&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1195715547235060&id=153825841424041
Facebook
Eko Heru Prayitno
Akhlak Bangsa Oleh: Dr. Ahmad Zein An-Najah (Ketua Majlis Fatwa Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) DR. Abdul Halim Uwais, di dalam bukunya “Sebab- Sebab Runtuhnya 33 Negara” , memaparkan sejarah...
Yang menarik tentu bukan peristiwa perampokannya, tapi kesimpulan al-Ghazzali tentang letak ilmu. Benarkah mengetahui dan pengetahuan itu ada di dalam dada?
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1197871687019446&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1197871687019446&id=153825841424041
Facebook
Mustanir Online Book Store
MENGETAHUI Oleh: Dr Hamid Fahmy Zarkasyi Suatu ketika al-Ghazzali melakukan perjalanan panjang. Dalam perjalanannya itu ia membawa serta seluruh buku bacaannya. Konon di tengah jalan tiba-tiba...
Hitler membuktikan, bahwa suatu kejahatan jika dipromosikan dengan canggih, bisa meraih kemenangan. Karena itulah, kaum Muslimin diajarkan untuk melaksanakan amar makruf nahi munkar, agar kemunkaran tidak leluasa untuk menguasai pikiran dan budaya masyarakat.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1200664796740135&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1200664796740135&id=153825841424041
Facebook
Mustanir Online Book Store
BELAJAR DARI KASUS HITLER DAN MACHIAVELLI Oleh: Dr. Adian Husaini Nama Hitler dan Machiavelli tentu tak asing lagi bagi para politisi di dunia. Dua sosok ini begitu fenomenal dalam dunia politik....