MUSTANIR ONLINE
3.18K subscribers
865 photos
163 videos
56 files
900 links
Sharing audio, tulisan karya Dr Adian Husaini, Dr Hamid Fahmy Zarkasyi serta pemikir muslim kontemporer lainnya.
Download Telegram
ra sungguh-sungguh dan terencana untuk meng-Islamkan negeri ini. Mereka rela meninggakan negeri dan keluarga mereka dengan tujuan mulia, menyebarkan Islam ke seluruh pelosok dunia, sebagaimana diamanahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam.

Dengan rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur maka negeri ini menjadi hampir 100% muslim; bahkan disebut sebagai negeri Muslim terbesar di dunia. Ini sebuah prestasi dakwah yang amat sangat luar biasa. Secara pelan dan teratur, proses Islamisasi pun terus berjalan, dengan segala hambatan dan tantangannya. Para pejuang Islam itu terus berusaha meningkatkan kualitas keislaman masyarakat muslim Indonesia, setahap demi setahap. Dakwah tidak pernah berhenti. Laksana air, ia terus mengalir, mencari tempat-tempat yang bisa diairi arusnya.

Lalu, datanglah penjajah kuffar. Misi mereka pun jelas: gold, gospel, glory. Mereka merampok kekayaan alam negeri ini; berusaha memurtadkan kaum Muslim. Indonesia dianggap sebagai negeri yang siap menerima misi Injil. Dengan segala kekuatan dan cara, proses pengkristenan negeri ini dilakukan oleh para penjajah dan kaum misionaris, tanpa pernah berhenti.

KM Panikkar menulis dalam bukunya Asia and Western Dominance: “Yang mendorong bangsa Portugal (untuk menjajah di Asia adalah) strategi besar melawan kekuatan politik Islam, melakukan Kristenisasi, dan keinginan untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah.” Ketika berhasil menduduki Malaka, D’albuquerqe berpidato, “Tugas besar yang harus kita abdikan kepada Tuhan kita dalam mengusir orang-orang Moor (Muslim) dari negara ini dan memadamkan api Sekte Muhammad sehingga ia tidak muncul lagi sesudah ini…” (Prof. Bilveer Singh, Timor Timur, Indonesia dan Dunia, Mitos dan Kenyataan, (Jakarta: IPS, 1998)).

Adalah sesuatu yang juga luar biasa, berkat lindungan dan pertolongan Allah Subhanahu Wata’ala, meskipun kuasa politik digenggam kaum kufar penjajah, selama ratusan tahun, mayoritas penduduk negeri ini masih tetap bertahan sebagai Muslim. Padahal, selama itu pula, proses Kristenisasi dan sekularisasi secara konsisten dipaksakan kepada kaum Muslim. Strategi merusak pemikiran dan aqidah umat Islam, juga devide et impera – pecah belah dan adu domba — cukup sukses dalam melemahkan kekuatan internal umat Islam. Sudah menjadi sunnatullah, akan selalu terjadi benturan abadi antara perjuangan menegakkan misi kenabian (Tauhidullah) dengan para pendukung kemusyrikan, sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam memerintahkan umatnya: Jaahidul musyrikiina bi-amwaalikum wa-anfusikum wa-alsinatikum! (Berjihadlah melawan orang-orang musyrik dengan hartamu, jiwamu dan dengan lidah-mu).

Alhamdulillah, usaha kemerdekaan untuk melepaskan diri dari penjajah kuffar berhasil. Kaum Muslimin mendukung sepenuhnya usaha kemerdekaan ini. Para ulama dan tokoh Islam melanjutkan perjuangan para ulama dan muballigh untuk menjadikan negeri ini sebagai negeri Muslim yang diridhoi Allah Subhanahu Wata’ala, menjadi baldatun thayyibatun wa-rabbun ghafur. Itulah negara yang diatur dengan nilai-nilai Islam, sebagaimana dulu, Rasulullah saw telah mewujudkan sebuah negara di Madinah dengan Piagam Madinah yang disebut sebagai konstitusi negara tertulis pertama di dunia (the first written constitution in the world).

Sepeninggal penjajah, kaum sekuler, kristen, komunis, dan sebagainya, terus berjuang tiada henti untuk mewujudkan negara sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut. Terjadilah pergulatan pemikiran dan aspirasi yang terus-menerus hingga kini. Pasca Perang Dingin, dengan dukungan kekuatan penguasa dunia dari peradaban Barat, kaum liberal-sekuler semakin mendapat angin untuk memposisikan Indonesia sebagai negara sekuler.

Mereka berhasil membajak pemahaman terhadap Pancasila dan memaksakan penafsiran sekuler atas Pancasila, sehingga Pancasila diajarkan di sekolah-sekolah sebagai “pandangan hidup” , “pedoman amal” dan sumber dari segala sumber hukum, yang seharusnya merupakan wilayah Islam. Anak-anak kaum muslim dipaksa berpikir dualistis dan terbelah sikap dan pemikirannya. Sebab, ana
k-anak Muslim itu sudah diajar oleh para ulama, ustad, dan guru-guru agana, bahwa Islam adalah pandangan hidup dan sekaligus pedoman amal mereka. Pancasila dijadikan sebagai agama, atau diletakkan sejajar dengan agama. Itu jelas keliru dalam pandangan Islam.

Panggung politik
Sejalan dengan dominannya pandangan hidup sekuler, dunia politik di Indonesia pun tampaknya semakin didomnasi wacana politik sekuler. Wacana-wacana duniawi, urusan ekonomi, janji-janji kesejahteraan duniawi, menjadi sangat dominan. Wacana keimanan, akhlak, dan pembangunan jiwa menjadi terpinggirkan; dianggap “tidak laku dijual”. Panggung politik nyaris tak mendendangkan ‘nyanyian’ politisi Muslim yang menyerukan secara terbuka pentingnya negara Indonesia ini hidup di bawah naungan al-Quran, merumuskan perundang-undangan yang bersumberkan syariat Islam, atau menolak perundang-undangan yang bertentangan dengan syariat Allah Subhanahu Wata’ala.

Bukankah aneh, jika aturan penjajah lebih dijunjung tinggi dibandingkan dengan aturan Tuhan Yang Maha Esa.

Kita sepertinya nyaris tak mendengar lagi politisi muslim yang secara terbuka mengupas kebobrokan pemikiran dan sistem kehidupan sekuler; yang menyatakan akan berjuang sekuat tenaga dalam menegakkan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan negara, jika mereka menduduki pos-pos kekuasaan. Jika politik semakin kehilangan wacana ideologis keislaman, maka dikhawatirkan, aspek-aspek pragmatisme akan semakin mendominasi. Jiwa pengorbanan akan sirna sejalan dengan merebaknya penyakit gila dunia.

Pada saat yang sama, kekuatan politik internal umat Islam, kini diwarnai dengan fragmentasi antar pegiat dakwah, dengan maraknya pendapat-pendapat yang mengharamkan keterlibatan kaum Muslimin ke dalam sistem parlemen bahkan pemerintahan, karena sistem ini dinilai sebagai sistem kufur. Di era Partai Islam Masyumi dulu, pendapat semacam ini tidak muncul. Para tokoh Islam bersepakat “demokrasi” bukan merupakan sistem yang ideal. Tetapi, mereka menempuh cara-cara konstitusional untuk mengubah secara gradual sistem yang tidak ideal; dari sistem demokrasi sekuler menuju sistem dan kehidupan masyarakat yang lebih Islami.

Tujuannya sangat jelas: bagaimana mewujudkan tujuan perjuangan, yakni menjadikan Indonesia sebagai negeri Muslim yang menerapkan ajaran Islam dalam tataran individu, masyarakat, dan negara. Inilah yang dulu ditegaskan dalam tujuan perjuangan politik Partai Islam Masyumi, yakni: ”Terlaksananya ajaran dan hukum Islam, di dalam kehidupan orang seorang , masyarakat dan negara Republik Indonesia, menuju keridhaan Ilahi.” (Anggaran Dasar Partai Masjumi, Pasal III).

Sebagai bagian kewajiban melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan taushiyah sesama Muslim, maka kita perlu mengimbangi dominasi wacana politik sekuler dengan menggelorakan terus-menerus wacana politik berbasis al-Quran. Wacana politik sekuler yang hanya menekankan aspek materi dan duniawi, akan semakin menjauhkan bangsa muslim terbesar ini dari nilai-nilai dan ajaran Ilahi yang mengutamakan pembangunan iman dan taqwa. Padahal, Al-Quran sudah dengan tegas memberi kabar kepada bangsa kita semua, bahwa jika penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, maka pasti akan dikucurkan barakah Allah dari langit dan bumi.

Kita perlu mengoreksi konsep dan aplikasi pembangunan nasional yang terlalu dominan menekankan aspek dunia dan meteri serta mengabaikan pembangunan jiwa. Padahal, perintah Allah sangat jelas: “Sungguh beruntung manusia yang mensucikan jiwanya dan sungguh celaka, manusia yang mengotori jiwanya!” (QS: 91:9-10). Pembangunan jiwa berdasarkan iman dan taqwa inilah yang seharusnya menjadi program utama pembangunan manusia Indonesia, sehingga tidak menjadikan manusia Indonesia sebagai manusia yang serakah dan sombong, yang dengan beraninya menolak konsep-konsep kehidupan yang bersumberkan pada wahyu Allah Subhanahu Wata’ala. Misi Ilahi inilah yang perlu digaungkan sekuat-kuatnya oleh para politisi Muslim dan partai Islam.

Karena itu, dengan niat beribadah karena Allah, dalam rangka kecintaan kita kepada negeri amanah Allah ini, agar
adhu’, tidak angkuh, tidak jumawa, ikhlas panca indera dan akalnya dipadukan dengan panduan wahyu Allah Subhanahu Wata’ala.

Perjuangan mengemban misi suci tidak pernah terlambat. Kita mulai melangkah di tahun 2014 ini. Kita percaya, para politisi dan partai Islam juga merindukan dan mencitakan hal yang sama dengan kita semua. Kita mencitakan negeri kita menjadi negeri aman sejahtera, adil dan makmur, di bawah naungan ridha Ilahi.

Karena itu, bismillahirrahmanirrahim... dengan berusaha sekuat-kuatnya mengikhlaskan niat karena ibadah kepada Allah, kita bersihkan hati kita… kita gaungkan sekeras-kerasnya dalam hati, dan kita pancarkan gelombang kebenaran abadi sekuat-kuatnya melalui lisan kita: SELAMATKAN INDONESIA DENGAN AL-QURAN! Semoga dengan itu negeri kita berhak mendapatkan kucuran berkah Allah dan dijauhkan dari azab dan bencana.

Depok, 26 Maret 2014
tidak mendapatkan murka dan azab dari Allah Subhanahu Wata’ala — karena mengingkari asas iman dan taqwa – maka tidak berlebihan kiranya jika kita berusaha sekuat tenaga untuk meneguhkan komitmen kita bersama, melanjutkan amanah perjuangan menegakkan misi kenabian; berusaha menyadarkan diri, keluarga, dan bangsa kita agar bersedia hidup DI BAWAH NAUNGAN AL-QURAN, menjunjung tinggi prinsip iman dan taqwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kita dicipta Allah dan kini ada di Indonesia, bukan tanpa makna. Kita dicipta untuk melanjutkan amanah risalah Sang Nabi tercinta. Kita hanyalah satu mata rantai dari serangkaian derap langkah panjangnya para Nabi utusan Yang Maha Kuasa. Kita tatap dengan semangat dan penuh optimis masa depan perjuangan Islam di Indonesia. Kita arahkan pandangan kita ke ufuk cakrawala yang jauh, tanpa mengabaikan realitas kondisi dan sitausi yang terjadi. Realitas penting untuk menjadi pertimbangan kita. Tetapi, misi abadi kenabian, penegakan kalimah Tauhid dan menebar rahmat ke seluruh alam, tidak boleh tenggelam oleh kepentingan pragmatis kekuasaan semata.

“Dialah Allah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan ad-Din yang Haq untuk dimenangkan atas berbagai agama lainnya, walaupun kaum musyrik membencinya.” (QS: ash-Shaf:9).

Ibrahim (a.s.) memang diusir dan dibakar oleh sang penguasa. Tapi, al-Quran lebih membela Ibrahim, dan sama sekali tidak bersimpati kepada raja yang musyrik dan zalim. Meskipun Firaun jauh lebih kuat dari Musa (a.s.), tapi al-Quran tidak pernah sedikit pun memberikan pujian untuk Fir’aun. Ketika kecil dan ketika kuat, Daud a.s. tetap dipuji karena keteguhannya memperjuangkan kalimah Tauhid.

Jika tidak ingin dimusuhi kaumnya yang musyrik, logikanya, lebih aman dan nyaman, jika Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassallam tidak mendahulukan seruan tauhidnya dan mengkritisi kemusyrikan yang telah menjadi tradisi bangsanya. Meskipun ditentang keras, dimusuhi, diboikot, diancam dibunuh, dan sebagainya, Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam tetap mengajak kaumnya untuk meninggalkan agama mereka yang syirik dan memeluk Islam, mengakui Allah sebagaisatu-satunya Tuhan dan mengakui Muhammad saw sebagai utusan-Nya yang terakhir.

Mungkin, jika ingin dakwahnya diterima secara luas, tidak dimusuhi kaum dan keluarganya sendiri, dan bisa hidup lebih nyaman, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam hanya akan mengangkat isu-isu ekonomi dan kesejahteraan, dengan – misalnya — membentuk semacam koperasi atau Perseroan Terbatas. Bangsa Arab akan menerima ajakan itu, karena Rasulullah saw juga pedagang yang sukses dan manusia terpercaya. Meski pun al-Quran memerintahkan kepedulian sosial yang tinggi sejak dakwah di periode awal di Makkah, tetapi seruan untuk menegakkan Tauhid adalah isu utama dalam dakwah Nabi.

Dan umat manusia menjadi saksi, di tengah ancaman, makian, hujatan, dan kesulitan hidup, Nabi Shallalu ‘alaihi Wassallam tetap tegar dalam menggaungkan tegaknya Tauhid. Sebab, hanya dengan semata-mata menghambakan diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala itulah, maka manusia akan bisa hidup bahagia dunia dan akhirat; bebas dari penindasan antar sesama; bebas dari belenggu perbudakan setan. Memberantas korupsi itu sangat penting! Tetapi, memberantas kemusyrikan lebih penting lagi! Cukup sandang pangan dan papan itu harus, tetapi selamat iman, wajib lebih dipentingkan. Sebab, tanpa iman, amal tiada nilainya, laksana fatamorgana yang tiada berharga. (QS 24:39).

Kita camkan benar peringatan al-Quran:

وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Jangan merasa hina dan jangan berduka! Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kalian mukmin!” (QS ali Imron [3]:139).

Umat Islam adalah ummatur-risalah. Kita mendapatkan amanah dari Allah Subhanahu Wata’ala. Kita kibarkan panji Tauhid, meski banyak yang enggan melirik, bahan ada yang sinis dan mencibirnya. Kita pilih pemimpin terbaik, yang kita percayai memiliki ilmu dan pribadi unggul yang mampu memimpin dan membawa negeri ini kepada keberkahan Ilahi; pemimpin yang taw
AYYUHAL WALAD
Nasihat Imam Al-Ghazali Untuk Para Penuntut Ilmu
Penulis: Muhammad bin Muhammad Abu Hamid Al-Ghazzali

Inilah buku Ayyuhal Walad, untaian nasihat Imam Ghazzali kepada seorang murid senior yang meminta nasihat kepadanya.

Kandungan buku ini sungguh berharga, di antaranya adalah nasihat beliau soal pentingnya memanfaatkan waktu, kaitan antara ilmu dan amal, dan melandasi semua amal untuk mencari ridha Allah.

Beliau juga mengulas tentang keyakinan, taubat, debat yang harus dijauhi, tidak asal berbicara, melatih dan membersihkan jiwa dari berbagai akhlak tercela, menanamkan akhlak yang terpuji, tidak bergaul secara intens dengan penguasa dan tidak menerima hadiah dari mereka, dan perlawanan terhadap setan. Dan sesuatu yang tak kalah penting adalah nasihat beliau seputar pendidikan, makna pendidikan, syarat seorang guru, dan adab penuntut ilmu terhadap gurunya secara lahir maupun batin.

Kandungannya yang tetap relevan sepanjang masa, menjadikan kitab ini tak hanya layak untuk murid beliau. Namun layak pula dibaca oleh seluruh umat Islam, terlebih orang-orang yang berkecimpung dalam dunia ilmu. Buku ini sepantasnya dijadikan rujukan dalam dunia pendidikan, menjadi bahan bacaan wajib di sekolah-sekolah dan diajarkan sedini mungkin.
-----------------------
Ayyuhal Walad
Penulis: Muhammad bin Muhammad Abu Hamid Al-Ghazzali
Ukuran: 10 x 14 cm
Sampul: Soft Cover
Tebal: 174 halaman
Berat: 200 gr.
Harga: Rp. 43.000,-

Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997

Syukran.
Al-Quran (al-Anam:112) mengingatkan, bahwa sesungguhnya musuh para nabi adalah setan dari jenis manusia dan setan dari jenis jin, yang pekerjaan mereka adalah menyebarkan kata-kata indah (zukhrufal qawli) dengan tujuan untuk menipu manusia. Malik Bin Dinar, seorang ulama terkenal (m. 130 H/748 M) pernah berkata: Sesungguhnya setan dari golongan manusia lebih berat bagiku daripada setan dari golongan jin. Sebab, setan dari golongan jin, jika aku telah membaca taawudz, maka dia langsung menyingkir dariku, sedangkan setan dari golongan manusia dapat mendatangiku untuk menyeretku melakukan berbagai kemaksiatan secara terang-terangan. (dikutip dari Imam al-Qurthubi, 7/68 oleh Dr. Abdul Aziz bin Shalih al-Ubaid, Menangkal Teror Setan (Jakarta: Griya Ilmu, 2004), hal. 88).

Setan baik dari golongan manusia maupun dari golongan jin memiliki ambisi utama untuk menyesatkan manusia, seluruhnya. Dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu. (QS al-Ghafir:5).

Jadi mudah sekali mengenali logika setan. Yakni, siapa saja yang menjadi pendukung kebatilan dan kemunkaran, pasti ia telah menggunakan logika setan. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan munkar. (QS an-Nur: 21; lihat juga QS al-Baqarah: 168-169).
-Dr. Adian Husaini-
*BANGKIT DAN RUNTUHNYA DAULAH ABBASIYAH*

Sebuah sistem pemerintahan Islam yang berlangsung selama 524 tahun dengan berbagai peristiwa besarnya sampai akhirnya diluluhlantakkan oleh bangsa Mongol.

Daulah Abbasiyah yang berpusat di Baghdad ini telah membentangkan sayap kekuasaannya sampai ke Asia Tengah, ke wilayah yang disebut dengan Transoxania (Maa waraa An-Nahr). Daulah ini juga masih tetap eksis, meskipun ada beberapa daulah-daulah lain yang berdiri di wilayah Maghribi dan di wilayah lainnya. Pada masa-masa akhirnya, daulah ini juga bersentuhan dengan Kesultanan Saljuk atau Daulah Bani Saljuk, dengan beragam corak dan pola interaksinya.

Sebagai sebuah pemerintahan dengan rentang waktu yang cukup panjang, Daulah Abbasiyah juga mengalami masa keemasan dan masa kegelapan. Pada masa keemasan, khalifah dari daulah ini begitu besar perannya dalam ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Di Baghdad misalnya, berdiri baitul Hikmah, sebuah perpustakaan yang cukup besar, dengan beragam jenis ilmu pengetahuan yang ada dalam jutaan koleksi buku dan manuskripnya. Belum lagi peninggalan-peninggalan dalam bentuk artefak-artefak sejarah yang memberikan gambaran betapa pada masa lalu daulah ini begitu memiliki pengaruh besar di dunia Islam.

Daulah Abbasiyah runtuh seiring dengan invasi Hullagu Khan, seorang pemimpin bangsa Mongol yang dikenal mempunyai misi menguasi negeri-negeri Muslim. Keruntuhan daulah ini adalah tragedi besar dalam sejarah Islam. Apalagi, Baghdad sebagai mercusuar peradaban Islam pada masa itu, ikut diluluhlantahkan. Selain pemaparan sejarah yang apik, buku ini juga memberikan analisa terkait faktor-faktor yang menyebabkan daulah ini runtuh. Pemaparan tersebut bisa menjadi pelajaran penting bagi umat Islam saat ini.
--------------------------------------
Bangkit Dan Runtuhnya Daulah Abbasiyah
Penulis: Syaikh Muhammad Al Khudari
ISBN: 9789795927488
Sampul: Hard Cover
Isi: 823 Halaman
Ukuran: 1 x 24 Cm
Berat: 1,2 Kg
Harga: Rp 185.000,-

Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997

Syukran.
FRAMEWORK STUDI ISLAM
Pengantar: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.Phil.

Penulis:
• Prof. Alparslan Acigence
• Dr. Adian Husaini
• Dr. Adnin Armas
• Dr. Nirwan Syafrin
• Dr. Syamsuddin Arif,
dkk....

Tebal 439 halaman
Harga Rp. 155.000,-


Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997

Syukran.
*Kumpulan Tulisan Ibnu Abi Ad-Dunya*
Penulis: Ibnu Abi Ad-Dunya

Sebuah buku yang sangat berharga, karena buku ini adalah karya seorang jenius diantara ulama kaum muslimin, dan seorang tokoh diantara para tokoh muhaddits, yaitu Al Hafizh Abu Bakar bin Abu Ad-Dunya, salah satu cendekiawan abad ketiga hijriyah, yang dipenuhi dengan ilmu dan kesantunan. Beliau memperkaya hidangan-hidangan ilmu dengan berbagai karya, dan menampilkan manfaat-manfaatnya melalui ucapan dan tulisan.

Selain beliau memiliki karya-karya besar mengenai tema hadits dan lainnya, beliau juga memiliki karya mengenai tema zuhud, kelembutan hati, akhlak, dan tanda-tanda, serta waktu. Beliau mengarang sejumlah tulisan dalam banyak tema yang mengangumkan dan sensasional. Diantaranya adalah buku ini, yaitu buku yang mengumpulkan beberapa tulisan beliau dengan tema mengenai yakin, berbaik sangka kepada Allah, tawakal kepada Allah, Qana'ah dan Ta'affuf (menjaga diri dari meminta-minta), akal dan keutamaannya, serta tercelanya hal-hal yang melalaikan.
------------------------------------------
Kumpulan Tulisan Ibnu Abi Ad-Dunya
Penulis: Ibnu Abi Ad-Dunya
Ukuran : 16 x 24,5 cm
Isi: 808 Halaman
Berat : 1,2 Kg
Sampul: Hard Cover
Harga: Rp. 195.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997

Syukran.
IGHATSATUL LAHFAN
(Menyelamatkan Hati Dari Tipu Daya Setan)
Penulis: Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Hati adalah raja yang memiliki kewenangan mutlak mengatur, mengeluarkan instruksi, dan menggunakan seluruh organ tubuh manusia. Seluruh organ tunduk kepada kekuasaannya. Maka, hati merupakan kunci keistiqomahan maupun penyimpangan organ.

Semua organ melaksanakan perintah hati dan menerima pemberiannya. Suatu perbuatan terlaksana dengan benar hanya apabila terbit dari kehendak hati. Hati adalah penanggung jawab seluruh organ, karena “Setiap pemimpin adalah penanggung jawab bagi rakyatnya.”

Tak heran, setan senantiasa berusaha merusak hati manusia, memikatnya dengan pesona syahwat, menghias sifat dan perbuatan jahat yang menghalangi dari jalan kebenaran, menawarkan kepadanya sarana-sarana kesesatan, dan memasang perangkap yang menjebaknya atau setidaknya menghambat perjalanannya menuju Allah.

Maka, menyelamatkan hati agar tetap terawat, sehat dan lurus menjadi fokus perhatian para penempuh jalan menuju Allah. Menyelamatkan hati agar terhindar dari penyakit dan mengobatinya jika telah tertimpa penyakit, merupakan langkah paling penting yang dilakukan oleh para ahli ibadah.
--------------------------
Ighatsatul Lahfan
Penulis: Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Ukuran: 19.5 x 26.5 cm
Sampul: Hard Cover
Tebal: 770 halaman
Berat: 1,7 Kg
ISBN : 9785028417150
Harga Rp.199.000,-

Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997

Syukran.
Lathaiful Maarif
Agenda Muslim dalam Setahun
Penulis: Ibnu Rajab Al-Hanbali

Allah swt telah menentukan dalam setahun ada dua belas bulan tentu bukan tanpa tujuan. Dalam sehari-semalam, Allah swt telah menentukan tugas-tugas ibadah yang mesti dijalankan seluruh hamba-Nya yang beriman. Allah pun telah menetapkan tugas-tugas ibadah dalam jangka bulanan. Di antara tugas tersebut ada yang wajib, ada pula yang sebatas dianjurkan.

Sudah menjadi pengetahuan kita sebagai umat Islam, bahwa semakin jauh dari masa Rasulullah maka semakin banyak kontaminasi ajaran menyimpang dalam agama ini. Di sisi lain, terkadang ilmu dan pola pikir sebagian orang yang ditokohkan kaum muslim yang tidak mengerti menjadikan pemikiran, kebiasaan, tradisi yang tidak jelas sumbernya bahkan nyata sesatnya justru dilestarikan dan dianggap sebagai bagian dari ajaran Islam.

Buku ini hadir sebagai upaya menunjukkan apa saja ibadah dalam setahun yang dianjurkan Rasulullah SAW. dan bagaimana tata caranya. AL-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali telah memudahkan umat islam dengan menulis buku ini. Penulis berharap, buku ini dapat menjadi acuan bagi siapa saja dalam mencari bekal guna menyongsong akhirat, sekaligus sebagai persiapan menghadapi kematian.
-------------------------------------------
Lathaiful Maarif
Agenda Muslim dalam Setahun
Penulis: Ibnu Rajab Al-Hanbali
Ukuran : 17 x 25 cm
Sampul: Hard Cover
Isi: HVS 654 halaman
Berat: 1,3 Kg
ISBN: 9786028417808
Harga: Rp. 190.000,-

Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997

Syukran...