MUSTANIR ONLINE
3.24K subscribers
865 photos
163 videos
56 files
900 links
Sharing audio, tulisan karya Dr Adian Husaini, Dr Hamid Fahmy Zarkasyi serta pemikir muslim kontemporer lainnya.
Download Telegram
itu tapi pas dikasih dia nolak. Malu mungkin ya, Ma." Fahri bercerita panjang lebar.

Bu Tia terdiam.

Ya Allah mengapa ia tak tahu? Selama ini, ia aktiv ikut kegiatan sosial, mengunjungi panti asuhan ini dan itu. Namun ia abai akan keadaan di sekitar.

"Ma, bolunya gak ada rasa, kurang enak," ucap Fachri membuyarkan lamunannya.

"Sengaja, makannya bukan gitu. Tapi kamu oles mentega dan taburi meses atau kamu oles selai buah."

"Ohhh, gitu ya. Tumben mama pesan bolu tawar."

"Lagi pengen aja."

Bu Tia menghela napas panjang. Tak akan terulang lagi, jangan sampai ada tangis anak yatim yang kelaparan di sekitarnya.

Anak yatim itu bukan tanggung jawab ibunya saja tapi keluarga dan orang sekitar.

***

Sepele bagi kita namun berarti bagi mereka.

Ada kala sisa nasi kemarin sore yang tak tersentuh di atas meja makan kita adalah mimpi dari anak-anak yang telah berhari-hari terpaksa hanya berteman dengan ubi rebus saja.

Jangan heran menatap binar seseorang yang begitu terharu ketika gaun pesta yang menurut kita sudah ketinggalan jaman itu kita berikan pada mereka.

Uang lima puluh ribu yang sangat mudah lenyap ketika dibawa ke mini market bertukar dengan kinderj*y dan beraneka jajanan yang habis dalam sekejap itu adalah setara dengan hasil kerja keras seorang buruh dari subuh hingga menjelang Magrib.

Bersedekah itu gak perlu banyak, sedikit saja dari yang kita punya. Memberi itu jangan menunggu kaya, saat kekurangan lah justru diri harus lebih bermurah hati.

Beruntunglah bila di sekitar begitu banyak ladang sedekah dimana kita dapat menukar rupiah menjadi pahala. Kaya itu bukan pada jumlah harta tapi bagaimana kita membelanjakannya. Akherat itu ada dan sudah kah kita menyiapkan hunian di sana?
--------------------
Copas
BUKU PUTIH IHYA ‘ULUMUDDIN IMAM AL-GHAZALI

Buku ini merupakan buku yang memberishkan buku karya Imam Al-Ghazali Ihya’ Ulumuddin, dari hadits-hadits palsu dan lemah serta kesalahan-kesalahan lainnya.

DAFTAR ISI:
- Ilmu
- Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah
- Rahasia-Rahasia Thaharah
- Rahasia-Rahasia Shalat
- Rahasia-Rahasia Zakat
- Rahasia-Rahasia Puasa
- Rahasia-Rahasia Haji
- Jihad Di Jalan Allah
- Adab-Adab Tilawah Alquran
- Dzikir-Dzikir dan Doa-Doa
- Adab-Adab Makan, Undangan dan Menjamu
- Adab-Adab Menikah dan Himbauan Melakukannya
- Adab-Adab Bekerja dan Mencari Nafkah
- Halal dan Haram
- Uzlah dan Mukhalathah
- Adab-Adab Bepergian
- Menyimak
- Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar
- Sifat-Sifat Nabi dan Akhlak Muhammad
- Riyadhah (Latihan) Jiwa Dalam Proses dan Perbaikannya
- Bencana-Bencana Lisan
- Celaan Terhadap Kemarahan, Iri dan Dengki
- Celaan Terhadap Dunia
-Celaan Terhadap Kekikiran dan Cinta Harta
- Celaan Terhadap Popularitas dan Riya’
-Celaan Terhadap Sifat Takabbur dan Ujub
- Celaan Terhadap Keterpedayaan
- Taubat
- Sabar dan Syukur
- Penuh Harap dan Rasa Takut
- Kefakiran dan Kezuhudan
- Tawakal
- Mahabatullah (Cinta Kepada Allah)
- Niat, Ikhlas dan Jujur
- Muhasabah dan Muraqabah
- Tafakur
- Mengingat Maut dan Setelahnya.
----------------
Buku Putih Ihya ‘Ulumuddin Imam Al-Ghazali
Penulis Syaikh Jamaluddin Al-Qasimi
Isi 708 halaman
Sampul: hardcover
Ukuran: 16 x 24,5 cm
Berat: 1kg
Harga Rp. 140.000,-

Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.

Syukran....
ISLAM, KOMUNIS DAN PANCASILA
Oleh: Dr. Adian Husaini

Sejarah perjalanan kehidupan bernegara di Indonesia mencatat satu babak tentang perebutan memaknai Pancasila antar berbagai kelompok ideologi di Indonesia. Pergulatan pemikiran itu secara intensif pernah terjadi dalam Majlis Konstituante, dimana kekuatan Islam dan sekulerisme kembali terlibat dalam perdebatan tentang Dasar Negara Indonesia. Kekuatan komunis pernah menggunakan Pancasila untuk memuluskan penerapan ideologi komunisme di Indonesia.

Mantan Wakil Kepala BIN, As'ad Said Ali, menulis dalam bukunya, Negara Pancasila, (hlm. 170-171), bahwa munculnya semangat para tokoh Islam untuk memperjuangkan Islam sebagai dasar negara, dalam Majelis Konstituante, antara lain juga didorong oleh masuknya kekuatan komunis (melalui Partai Komunis Indonesia/PKI) ke dalam blok pendukung Pancasila.

"Kalangan Islam langsung curiga. Muncul kekhawatiran Pancasila akan dipolitisasi oleh kelompok-kelompok komunis untuk selanjutnya diminimalisasi dimensi religiusitasnya. Kekhawatiran tersebut semakin mengkristal karena adanya peluang perubahan konstitusi sehubungan UUDS mengamanatkan perlunya dibentuk Majelis Konstituante yang bertugas merumuskan UUD yang definitif," tulis As'ad dalam bukunya tersebut.

Dalam pidatonya di Majelis Konstituante tanggal 13 November 1957, tokoh Islam Kasman Singodimedjo banyak mengkritisi pandangan dan sikap PKI terhadap Pancasila. Kasman menilai PKI hanya membonceng Pancasila untuk kemudian diubah sesuai paham dan ideologi komunisme. Ketika itu PKI bermaksud mengubah sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi "kebebasan beragama". Termasuk dalam cakupan "kebebasan beragama" adalah "kebebasan untuk tidak beragama."

Mr. Kasman Singodimedjo adalah Jaksa Agung RI 1945-1946 dan Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (1945-1950). Ia juga dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah. Dalam Sidang Konstituante itu mengingatkan: "Saudara ketua, sama-sama tokh kita mengetahui bahwa soko guru dari Pancasila itu adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, dan sama-sama kita mengetahui bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu justru telah mempunyai peraturan-peraturan yang tentu-tentu bagi umat manusia yang lazimnya dinamakan agama. Saudara ketua, sama-sama kita tahu, bahwa PKI dan komunis pada umum nya dan pada dasarnya justru anti Tuhan dan anti-Agama!." (Lihat buku Hidup Itu Berjuang, Kasman Singodimedjo 75 Tahun, hlm. 480-481).

Masuknya kaum komunis ke dalam blok pembela Pancasila kemudian dipandang oleh kubu Islam sebagai upaya membelokkan Pancasila dari prinsip dasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagai contoh, pada 20 Mei 1957, tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) Ir. Sakirman mendukung pandangan Fraksi Katolik yang menyatakan, bahwa "Rakyat Indonesia terdiri dari berbagai-bagai golongan dengan berbagai-bagai kepercayaan atau keyakinan masing-masing bersifat universal."

Karena itu Sakirman menyeru kepada golongan Islam: "Betapa pun universal, praktis dan objektifnya Islam, tetapi karena Islam hanya merupakan salah satu dari sekian banyak kepercayaan dan keyakinan, yang hidup dalam masyarakat Indonesia, maka Pancasila sebagai apa yang dinamakan oleh Partai Kristen Indonesia (Parkindo) suatu "grootste gemene deler" yang mempertemukan keyakinan dan kepercayaan kita semua, akan tetapi lebih praktis lebih objektif dan lebih universal dari pada Islam."

Dalam Sidang Konstituante tanggal 2 Desember 1957, Kasman mengkritik ucapan Nyoto dari PKI pada Sidang Konstituante 28 November 1957 yang menyatakan: "Pancasila itu bersegi banyak dan berpihak ke mana-mana." Kasman berkomentar: "Itu artinya, dan menurut kehendak dan tafsiran PKI, bahwa Pancasila itu dapat dan boleh saja bersegi ateis dan politeis, pun dapat/ boleh saja berpihak ke syaitan dan neraka." Begitulah sikap para tokoh Islam dalam sidang Konstituante yang memang merupakan forum untuk merumuskan dasar negara yang baru. Tapi, ketika forum itu di bubarkan dan dikeluarkan Dekrit pada 5 Juli 1959, Kasman dan para tokoh Islam lain nya, menerimanya karena telah sah secara konstitusional. (Hidup Itu Berjuang, Kasman Singodimedjo 75 Tahun, hlm. 536-540).

D
alam bukunya, Renungan dari Tahanan, Kasman menulis: "… seluruh rakyat Indonesia, termasuk seluruh umat Islam yang meliputi mayoritas mutlak dari rakyat Indonesia itu kini harus mengindahkan Dekrit Presiden itu sepenuh-penuhnya." (Lihat, Kasman Singodimedjo, Renungan dari Tahanan, (Jakarta: Tintamas, 1967), hlm. 34).

Memang, Ir. Sakirman pernah berpidato dalam Majlis Kontituante dengan menyebutkan adanya rumusan sila kelima yang diajukan Bung Karno pada 1 Juni 1945, yang berbeda dengan rumusan risalah sidang BPUPK, yaitu (5) "Ke-Tuhanan yang berkebudayaan atau Ke-Tuhanan yang berbudi luhur atau Ke-Tuhanan yang hormat menghormati satu sama lain." Sakirman juga mengakui, bahwa PKI memang menginginkan agar sila Ketuhanan Yang Maha Esa diganti dengan sila "Kemerdekaan Beragama dan Berkeyakinan Hidup." (Pidato Ir. Sakirman dikutip dari buku Pancasila dan Islam: Perdebatan antar Parpol dalam Penyusunan Dasar Negara di Dewan Konstituante, editor: Erwien Kusuma dan Khairul (Jakarta: BAUR Publishing, 2008), hlm. 275.

Fakta komunisme
Tajamnya perbedaan antara Islam dan Komunisme, tidak menyurutkan usaha untuk menyatukan kekuatan agama dan komunisme. Tapi, sejarah kemudian mencatat, upaya penyatuan antara kelompok Nasionalis, Agama, dan Komunis, di bawah payung Pancasila mengalami kegagalan.

Golongan Islam melakukan perlawanan habis-habisan melawan komunisme. Dalam Muktamar Ulama se-Indonesia tanggal 8- 11 September 1957 di Palembang, para ulama memutuskan: (1) Ideologi/ajaran Komunisme adalah kufur hukumnya, dan haram bagi umat Islam menganutnya, (2)

Bagi orang yang menganut ideologi/ajaran Komunisme dengan keyakinan dan kesadaran, maka kafirlah dia dan tiada sah menikah dan menikahkan orang Islam, tiada pusaka-mempusakai dan haram hukumnya jenazahnya diselenggarakan secara Islam, (3) Bagi orang yang memasuki organisasi/Partai yang berideologi komunisme (PKI, Sobsi, Pemuda Rakyat dll; tidak dengan keyakinan dan kesadaran, sesatlah dia dan wajib bagi umat Islam menyeru mereka meninggalkan organisasi dan partai tersebut, (4) Walaupun Republik Indonesia belum menjadi negara Islam, namun haram hukumnya bagi umat Islam mengangkat/ memilih kepala negara yang berideologi Komunisme, (5) Memperingatkan kepada pemerintah RI agar bersikap waspada terhadap gerakan aksi subversif asing yang membantu perjuangan kaum Komunis/ Atheis Indonesia, (6) Mendesak kepada Presiden RI untuk mengeluarkan dekrit menyatakan PKI dan mantel organisasinya sebagai partai terlarang di Indonesia. (Lihat buku Muktamar Ulama se-Indonesia di Palembang tanggal 8-11 September 1957, yang disusun oleh H. Husin Abdul Mu'in, (Palembang: Panitia Kongres Alim Ulama Seluruh Indonesia, 1957).

Dalam sambutannya untuk Muktamar tersebut, mantan wakil Presiden RI Mohammad Hatta mengingatkan kepada para ulama, bahwa perkembangan Komunisme di Indonesia, terutama dihasilkan melalui kerja keras mereka dan kondisi kemiskinan rakyat. "Kemajuan PKI tidak disebabkan oleh kegiatan orang-orang komunis mengembangkan ideologi yang belum di mengerti oleh rakyat, melainkan dengan kegiatannya bekerja dalam kalangan rakyat serta janji-janjinya akan membagikan tanah dan memperbaiki hidup rakyat yang miskin… Apabila kaum Ulama kita tidak menilai masalah kemasyarakatan ini dengan ukuran yang tepat, Muktamar tidak akan dapat menyusun rencana yang tepat terhadap gerakan Atheisme," kata Hatta dalam sambutannya. Hatta mengajak agar Ulama berusaha menegakkan keadilan Islam. Kata Hatta lagi, "Apabila berlaku keadilan Islam di Indonesia, maka dengan sendirinya Komunisme akan lenyap dari bumi Indonesia.

Apabila berlaku keadilan Islam di bumi kita ini, tidak ada yang akan dituntut oleh Komunisme. Keadilan Islam adalah keadilan yang setinggi-tingginya, keadilan Ilahi. Keadilan Islam menumbuhkan rasa damai, rasa bahagia dan sejahtera."

Perjuangan melawan komunisme, dalam sejarah perjuangan umat Islam, bisa dikatakan sudah mendarah daging di berbagai penjuru dunia. Sebab, kekejaman komunisme di berbagai belahan dunia sudah terbukti. Di Indonesia, salah seorang sastrawan terkemuka yang aktif melawan komun
isme, sejak zaman Orde Lama sampai zaman kini adalah Taufik Ismail. Berbagai buku yang menjelaskan bahaya dan kegagalan komunisme ditulis oleh Taufik Ismail, termasuk buku-buku saku yang disebarluaskan secara gratis kepada masyarakat luas.

Taufiq mengaku risau dengan generasi muda yang tidak lagi mengenal hakekat dan kekejaman kaum komunis. Dalam sebuah buku saku berjudul Tiga Dusta Raksasa Palu Arit Indonesia: Jejak Sebuah Ideologi Bangkrut di Pentas Jagad Raya, (Jakarta: Titik Infinitum, 2007), Taufiq menyajikan data yang menarik: Komunisme adalah ideologi penindas dan penggali kuburan massal terbesar di dunia. Dalam mengeliminasi lawan politik, kaum komunis telah membantai 120 juta manusia, dari tahun 1917 sampai 1991. Itu sama dengan pembunuhan terhadap 187 nyawa per jam, atau satu nyawa setiap 20 detik. Itu dilakukan selama ¾ abad (sekitar 75 tahun) di 76 negara. Karl marx (1818-1883) pernah berkata: "Bila waktu kita tiba, kita tak akan menutup-nutupi terorisme kita."

Vladimir Ilich Ullyanov Lenin (1870- 1924) juga menyatakan: "Saya suka mendengarkan musik yang merdu, tapi di tengah revolusi sekarang ini, yang perlu adalah membelah tengkorak, menjalankan keganasan dan berjalan dalam lautan darah." Satu lagi tulisannya: "Tidak jadi soal bila ¾ penduduk dunia habis, asal yang tinggal ¼ itu komunis. Untuk melaksanakan komunisme, kita tidak gentar berjalan di atas mayat 30 juta orang."

Lenin bukan menggertak sambal. Semasa berkuasa (1917-1923) ia membantai setengah juta bangsanya sendiri. Dilanjut kan Joseph Stalin (1925-1953) yang menjagal 46 juta orang; ditiru Mao Tse Tung (RRC) 50 juta (1947-1976); Pol Pot (Kamboja) 2,5 juta jiwa (1975-1979) dan Najibullah (Afghanistan) 1,5 juta nyawa (1978-1987). Buku saku lain tentang komunis me yang ditulis oleh Taufiq Ismail adalah Komunisme=Narkoba dan Komunis Bakubunuh Komunis, serta Karl Marx, Tukang Ramal Sial yang Gagal (Jakarta: Infinitum, 2007).

Sepatutnya, bangsa Indonesia mau belajar dari sejarah. Ketika agama dibuang; Tuhan disingkirkan, jadilah manusia laksana binatang. Anehnya, kini ada yang mulai berkampanye tentang perlunya "kebebasan beragama" harus mencakup juga "kebebasan untuk tidak beragama". Dalam kondisi seperti ini, Islam dan kekuatan anti-komunisme lainnya, diharapkan memainkan perannya yang signifikan. Jangan sampai elite-elite muslim lupa diri; sibuk memikirkan kepentingan diri dan kelompoknya; sibuk saling caci; tanpa sadar komunisme dalam kemasan baru semakin mendapat simpati masyarakat. Na'udzubillahi min dzalika.
*MENJERAT GUS DUR*
Penulis: Virdika Rizky Utama
Penerbit: Numedia Digital Indonesia
Tebal buku: xxi+376 hlm, 17,6 x 25 cm
ISBN: 978-602-53420-6-9

- Ditulis berdasarkan dokumen rahasia penjatuhan Gus Dur.

Harga Rp. 165.000,-

Pemesanan silahknan sms/whatsapp ke 087878147997.

Syukran.
"Saya mengimbau kepada orang Islam, mulai bergeser dari kitab suci ke konstitusi kalau dalam berbangsa dan bernegara. Sama, semua agama. Jadi kalau bahasa hari ini, konstitusi di atas kitab suci. Itu fakta sosial politik," kata Yudian seperti dilansir Tempo, Kamis (13/2/2020).

https://www.google.com/amp/s/m.jitunews.com/amp/read/114938/pernyataanya-kembali-jadi-polemik-kepala-bpip-sebut-konstitusi-harus-di-atas-kitab-suci
Pernyataan Sikap MIUMI
*"AGAMA DAN PANCASILA SEJALAN BUKAN UNTUK DIPERTENTANGKAN"*

Setelah memperhatikan, menelaah, dan mengkaji wawancara Prof. Yudian Wahyudi yang dimuat di detik.com pada hari Rabu tanggal 12 Februari 2020. Pada wawancaranya tersebut Prof. Yudian Wahyudi menyatakan bahwa "musuh utama Pancasila adalah agama" dan memperhatikan juga respon masyarakat, maka Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) menyatakan bahwa:

1. Pernyataan yang disampaikan Prof. Yudian Wahyudi, terutama dalam posisinya sebagai Kepala BPIP, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Guru Besar Studi Islam, adalah pernyataan yang tidak bertanggung jawab dan membahayakan, sebab:
a. Tidak sesuai dengan nilai historis dan filosofis Pancasila itu sendiri.
b. berpotensi memecah belah persatuan bangsa akibat mempertentangkan agama dan Pancasila.
c. Dapat memberikan legitimasi kepada Kelompok ekstrimis, baik agama maupun sekuler, yang berpandangan Pancasila bertentangan dengan agama.
d. Merusak citra lembaga BPIP yang misinya adalah memperkuat ketahanan nasional.

2. Mendukung pihak-pihak yang melaporkan Prof. Yudian Wahyudi kepada pihak yang berwajib untuk diproses secara hukum karena telah memenuhi unsur-unsur pidana panistaan agama dan membahayakan ketahanan negara.

3. Memohon kepada Bapak Presiden Joko Widodo untuk mempertimbangkan kembali jabatan Prof. Yudian Wahyudi sebagai kepala BPIP dan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Demikian pernyataan Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini dibuat sebagai tanggung jawab kami dalam memperkuat persatuan bangsa dan kesatuan Negara Republik Indonesia. Semoga dapat menjadi tadzkiroh untuk yang bersangkutan dan kita semua.

-------- dikeluarkan pada :
Jakarta, 14 Februari 2020 / 20 Jumadil Akhir 1441

Tertanda

_Dr. H. Hamid Fahmy Zarkasyi, MA, M.Phil',_
Ketua Umum MIUMI
9 Langkah Mudah Menghafal Al-Quran

Sinopsis:
Sebenarnya, menghafal AlQuran dan mengamalkanya adalah impian hidup kita sebagai seorang muslim, bahkan agenda terpenting hidup kita. Tapi kita sering beralasan tidak memiliki waktu dan kemampuan sehingga sampai saat ini kita tak kunjung berusaha untuk menghafal Al Quran.

Penulis telah menelaah berbagai buku yang ditulis tentang teknik menghafal Al-Quran, dan menyimpulkan bahwa semua buku tersebut masih memerlukan sebuah buku yang ditulis berdasarkan ilmu modern. Terutama tentang riset otak manusia, kekuatan ingatan, dan teori belajar modern dalam praktiknya, penulis juga telah menggelar seminar dan pelatihan menghafal Al-Quran melalui metode belajar modern dan berhasil secara efektif.

Gaya bahasa yang dipakai dalam buku ini sangat komunikatif, seolah penulis sedang bertutur langsung di depan kita, mengajak kita, bertanya kepada kita, dan memandu kita. Satu hal lagi, “9 langkah” yang dipaparkan di dalam buku ini sangat realistis untuk diterapkan, baik untuk anak, remaja, maupun orang tua.
----------------------------
9 Langkah Mudah Menghafal Al-Quran
Penulis: Majdi Ubaid Al-Hafizh
Halaman: 244 Halaman
Sampul: Hardcover
Ukuran : 17 x 24 cm
Berat: 500 gr
ISBN: 978-979-039-331-8
Harga: Rp. 88.000,-

Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.

Syukran....
MINHAJ: BERISLAM DARI RITUAL HINGGA INTELEKTUAL
Karya terbaru dari Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi

Sinopsis:
Buku ini mencoba menggambarkan pemahaman tentang makna dan cara (Minhaj) berislam dari yang tingkat ritual (syari'ah), diikuti tingkat mental emosional ('aqidah) yang dijaga dengan ketaqwaan dan dibuktikan dalam perbuatan sosial (ihsan). Namun, masih diperlukan satu langkah lagi yaitu berislam secara intelektual yaitu berfikir secara Islam berbasis pandangan hidup (worldview).

Dengan keempat tingkatan ini diharapkan Muslim dapat berislam dalam keluarga, dalam masyarakat, dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, dan lain-lain.

Penulis mengatakan:
"Dalam Islam pelaku tindakan mencuri, korupsi, berzina dan sebagainya itu adalah termasuk pendosa besar. Tapi yang lebih besar dosanya adalah adalah orang mengatakan bahwa itu semua bukan dosa dan tidak apa-apa jika ada yang melakukannya untuk tujuan yang baik. Ini berarti dosa pikiran itu lebih besar darpada dosa perbuatan. Maka dari itu seorang Muslim terpelajar perlu memahami bagaimana berislam dengan syariah, aqidah dan akhlaq.

Penjelasan lebih detail tentang hal ini baca buku saya MINHAJ (berislam dari ritual hingga intelektual)".
---------------------
MINHAJ: BERISLAM DARI RITUAL HINGGA INTELEKTUAL
Sampul: Soft Cover
Ukuran: 13,5 cm x 20,5 Cm.
Kertas | isi: imperial 72 gsm | 346 halaman.
------------------
Catatan:
BUKU AKAN DIKIRIM INSYAALLAH MULAI TANGGAL 7 MARET 2020.
-----------------
Harga: Rp. 135.000,-

Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.

Atau tekan tombol whatsapp yang ada di bawah gambar cover buku Minhaj.

Syukran....
Kalau Mau Cari Pancasila Datanglah ke Pesantren, Kiai Jangan Diajari Nasionalisme
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1635220246617919&id=153825841424041
*Diskon 15% untuk semua buku-buku karya Buya Hamka dengan minimal pembelian Rp. 200.000,-*

Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.

Sukran....