MUSTANIR ONLINE
3.24K subscribers
865 photos
163 videos
56 files
900 links
Sharing audio, tulisan karya Dr Adian Husaini, Dr Hamid Fahmy Zarkasyi serta pemikir muslim kontemporer lainnya.
Download Telegram
lemah", Nabi adalah pelindung anak yatim (sosial) alias orang miskin dan ia akan bersama mereka di sorga. Masih banyak lagi dalih untuk justifikasi kiri Islam.

Tapi orang lupa bahwa Islam bisa berbau kapitalis. Saudagar kaya (kapi talis) yang jujur, misalnya, akan berada di surga bersama para nabi dan syuhada. Nabi pun menyukai Muslim yang kaya dan kuat. Orang akan lengkap rukun Islamnya jika ia kaya dan mampu membayar zakatnya.

Masyarakat dunia kini sedang meng alamai kekeringan nilai, kehausan spiritual, dan kekosongan moral. Sistim apapun untuk mengatur kesejahteraan material, baik kapitalisme maupun komunisme, tidak akan menyelesaikan nestapa manusia modern. Dunia mulai menyadari ketidak mampuan kapitalis dan kegagalan komunis. Tapi mengapa Muslim dengan secara cerdas tidak segera menjadikan Islam sebagai alternatif dari dua sistim yang gagal itu.
--------------
Dimuat di Republika online dan ISLAMIA Republika, Kamis 19 Mei 2016.
*Sejarah Daulah Utsmaniyah*
Penulis: Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi

Sinopsis:
Daulah Utsmaniyah (Ottoman Empire) merupakan pemerintahan terbesar dan terkuat dalam sejarah dunia Islam. Dengan wilayah kekuasaan yang membentang seluas sekitar 20 juta km persegi dan meliputi tiga benua, membuatnya disegani oleh bangsa-bangsa Eropa pada masa itu.

Perjalanan sejarah Daulah Utsmaniyah memiliki banyak alasan penting untuk dikaji. Di antaranya karena daulah ini dianggap sebagai Khilafah Islamiyah yang terakhir dan terpanjang umur kekuasaannya. Daulah Utsmaniyah juga telah melakukan pekerjaan-pekerjaan mulia yang dipersembahkan bagi umat ini, yang dikupas tuntas dalam buku ini. Buku ini juga memotret kekurangan yang melingkupi Khilafah Utsmaniyah yang penting untuk dijadikan renungan dan pelajaran.

Kedua aspek—baik positif maupun negatif—berhasil dipotret dengan apik oleh Dr. Ali Ash-Shallabi, penulis buku-buku Sejarah Islam yang memiliki reputasi internasional. Di sisi lain, penulis buku ini juga berhasil menepis dan meluruskan berbagai persepsi negatif yang menyerang Turki Utsmani. Pada akhirnya, isi buku ini penting untuk didulang faedahnya; apa saja kunci-kunci kejayaan dan apa saja faktor-faktor pemicu keruntuhan umat Islam.
--------------------------
Sejarah Daulah Utsmaniyah
Penulis: Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi
Ukuran: 17×24 cm
Tebal: 960 hlm
Berat: 1.6 kg
ISBN: 978-602-6579-28-7
Harga: Rp 185.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997

Syukran..
Adanya Fatwa MUI soal Atribut Natal, Karena Iman itu Penting Bagi Muslim

Cendekiawan Muslim dan mantan wartawan Istana, Adian Husaini mengatakan, sudah merupakan tugasnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menyelamatkan iman umat Islam, termasuk dengan mengeluarkan fatwa larangan menggunakan atribut natal.

“Makanya kenapa MUI sampai mengeluarkan fatwa soal atribut Natal, karena itu persoalan serius yang berkaitan dengan iman,” ujarnya pada Ulasan Media Radio Dakta 107 FM, Selasa (20/12/2016).

Adian menjelaskan, di dunia ini seseorang tergantung apa yang dianggapnya penting. Kalau yang dianggap penting adalah jabatannya, maka jabatan yang jadi pikirannya.

“Kan ketahuan yang dianggap penting seseorang itu apa, kalau penguasa keliahatan dari kebijakannya. Kalau intelektual kelihatan dari pikirannya,” jelasnya.

“Makanya kenapa MUI sampai mengeluarkan fatwa soal atribut natal, karena itu persoalan serius yang berkaitan dengan iman. Itu penting,” tambah Adian.

Karenanya, Adian mengungkapkan, seharusnya Presiden Jokowi maupun Kapolri Tito sebagai Muslim bisa memahami dan sepatutnya faham perasaan dan tanggungjawab MUI.

“Ini yang harus dipahami,” tegas Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) ini.

Adian juga menyampaikan, agar tidak terjadi sweeping oleh kalangan ormas, Kapolri perlu mengeluarkan edaran agar perusahaan-perusahaan tidak melakukan pemaksaan terhadap karyawan Muslim untuk mengenakan atribut Natal.*
http://m.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/12/21/108134/adanya-fatwa-mui-soal-atribut-natal-karena-iman-itu-penting-bagi-muslim.html#.WFqHnTKTBFg.facebook
KORUPSI DAN KEBAHAGIAAN
Oleh: Dr. Adian Husaini
(Dosen Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor)

Pada tahun 2006, BBC pernah mempublikasikan sebuah hasil survei bertajuk A Global Projection of Subjective Well-Being. Berdasarkan survei tersebut, 81% rakyat Inggris setuju bahwa tujuan utama pemerintahan adalah mewujudkan kebahagiaan rakyat, bukan kekayaan. Maka, PM Inggris David Cameron yang saat itu masih mejadi pimpinan oposisi meletakkan kebahagiaan sebagai agenda politik utama. Ia katakan: Its time we admitted that there is more to life than money, and its time we focus not just on GDP, but GWB General Well Being.
Sejumlah sarjana di Inggris kemudian meluncurkan hasil survei berupa Peta Kebahagiaan Global (A Map of Global Happiness 2006). Dalam peta itu, Indonesia menduduki peringkat ke-64. Berturut-turut menempati urutan teratas adalah Denmark, Swiss, Austria, Iceland, Bahamas, Finlandia, Swedia, Bhutan, Brunei, Kanada, dan seterusnya. Jepang menduduki peringkat ke-89 dan India peringkat ke-125. (Dikutip dari buku Budaya Ilmu dan Gagasan 1 Malaysia, karya Prof Wan Mohd Nor Wan Daud, (Kuala Lumpur: BTN, 2011).

Tentu, bisa diperdebatkan kriteria yang digunakan dalam survei semacam itu. Namun, setidaknya, hasil survei itu bisa dijadikan sebuah perbandingan. Apalagi, dalam perspektif Islam. Kebahagiaan (saadah/happiness) oleh banyak cendekiawan dan ulama didefinisikan sebagai kondisi batiniah saat manusia berada di maqam taqwa. Imam al-Ghazali, seperti dikutip Buya Hamka dalam bukunya, Tasauf Modern, mengungkapkan: Bahagia dan kelezatan yang sejati, ialah bilamana dapat mengingat Allah. Hutaiah, seorang ahli syair, menggubah sebuah syair: wa-lastu araa al-saadata jamu maalin wa-laakin al-tuqaa lahiya al-saiidu (Menurut pendapatku, bukanlah kebahagiaan itu pada pengumpul harta benda; Tetapi, taqwa akan Allah itulah bahagia).

Prof. S.M. Naquib Al-Attas mendefinisikan kebahagiaan (saadah/happiness) sebagai: Kesejahteraan dan kebahagiaan itu bukan dianya merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari; dan bukan pula dia suatu keadaan akal-fikri insan yang hanya dapat dinikmati dalam alam fikiran dan nazar-akali belaka. Kesejahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan Hakikat Terakhir yang Mutlak yang dicari-cari itu yakni: keadaan diri yang yakin akan Hak Taala dan penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri itu berdasarkan keyakinan itu dan menuruti titah batinnya. (SMN al-Attas, Mana Kebahagiaan dan Pengalamannya dalam Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC:2002), pengantar Prof. Zainy Uthman, hal. xxxv).

Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati, yang dipenuhi dengan keyakinan (iman), dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya, meskipun dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara.
Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai marifatullah, telah mengenal Allah SWT. Selanjutnya, al-Ghazali menyatakan: Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu ialah bila kita rasai nikmat kesenangan dan kelezatannya, dan kelezatan itu ialah menurut tabiat kejadian masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dari tubuh manusia. Ada pun kelezatan hati ialah teguh marifat kepada Allah, karena hati itu dijadikan ialah buat mengingat Tuhan.... Seorang hamba rakyat akan sangat gembira kalau dia dapat berkenalan dengan wazir; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan pula dengan raja. Tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala macam kegembiraan, lebih dari apa yang dapat dikira-kirakan oleh manusia, sebab tidak ada yang maujud ini yang lebih dari kemuliaan Allah... Oleh sebab itu tidak ada marifat yang lebih lezat daripada marifatullah.

Allah SWT sudah mengingatkan: Andaikan penduduk suatu wilayah mau beriman
dan bertaqwa, maka pasti akan Kami buka pintu-pintu barokah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ajaran-ajaran Allah), maka Kami azab mereka, karena perbuatan mereka sendiri (QS al-Araf: 96) Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rizkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (QS an-Nahl: 112).

Nabi Muhammad saw memberikan teladan yang tinggi dalam upaya meraih kebahagiaan hakiki. Beliau sendiri menjadi teladan dalam sikap zuhud terhadap dunia. Beliau pun sangat tegas dalam menghadapi berbagai tindak kecurangan, semacam suap atau korupsi di tengah masyarakat. Dalam soal suap, misalnya, kita ingat Nabi SAW sudah menegaskan, bahwa al-rasyi wal-murtasyi fin-nar (penyuap dan yang disuap tempatnya di neraka). Bahkan, Rasulullah saw tidak memberikan toleransi terhadap praktik penerimaan hadiah kepada para pejabat negara.

Rasulullah saw juga bersabda bahwa Allah melaknat penyuap dan penerima suap (HR. Abu Dawud). Tentang hadiah untuk pejabat pemerintah, Nabi bersabda, Hadiah yang diberikan kepada para pejabat adalah haram dan hakim yang menerima suap adalah kufur (HR. Imam Ahmad). Nabi saw pun sangat konsisten dalam penerapan hokum. Beliau tidak membeda-bedakan anggota keluarga beliau dengan masyarakat lainnya, sehingga terkenallah ucapan beliau: Demi Allah jika Fatimah, putriku, mencuri, pasti aku potong tangannya.

Dalam kasus kecurangan harta Negara, Nabi Muhammad saw bersikap tegas, sampai-sampai beliau menerapkan sanksi tasyhir terhadap orang yang curang, meskipun dia sudah gugur di medan jihad. Imam Malik, dalam al-Muwaththa, meriwayatkan bahwa Rasululllah saw pernah mengumumkan kecurangan seorang tentara Islam yang diketahui menyembunyikan beberapa buah permata milik orang Yahudi. Sanksi tasyhir ini berupa pengumuman aib orang tersebut. Umar bin Khatab juga menerapkan sanksi tasyhir terhadap saksi palsu. Qadhi Syuraikh, hakim di zaman Umar dan Ali r.a. menerapkan sanksi tasyhir dengan cara membawa pelaku kejahatan ke tengah-tengah pasar dan dimumkan kejahatannya kepada masyarakat.

Sanksi lain yang terkenal adalah berupa penyitaan harta hasil korupsi. Umar bin Khatab dikenal sangat tegas jika mendapatkan laporan ada pejabat yang memiliki kekayaan tidak wajar. Jika terbukti harta itu diperoleh dengan cara tidak sah, maka segera disita. Bahkan, Umar pernah menyita onta milik anaknya sendiri yang dia dapati tumbuh besar karena memakan rumput milik Baitul Mal. Dia perintahkan agar onta itu dijual dan keuntungannya diserahkan ke BaitulMal.

Pemberantasan korupsi yang begitu nyaring diteriakkan di negeri kita hanya akan berhasil jika para elite khususnya ulama dan penguasa memberikan keteladanan hidup dan tidak salah dalam memaknai kebahagiaan. Imam al-Ghazali mengingatkan: Sesungguhnya rusaknya rakyat terjadi karena rusaknya penguasa; dan rusaknya penguasa terjadi karena rusaknya ulama.

Maka, renungkan: Jika penguasa saat ini rusak, jangan-jangan, memang bermula dari kerusakan yang terjadi di dunia pendidikan, diawali oleh kerusakan ulama dan cendekiawan! Wallahu alam bil-shawab. (***)
*Islam VS Pluralisme Agama*
Penulis: Qosim Nursheha Dzulhadi

Sinopsis:
Apakah Islam anti toleransi ? Apakah Islam tidak menghargai keyakinan agama lain? Bagaimana cara pandang Islam dalam membangun hubungan yang harmonis antar umat beragama? pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab dalam buku ini. Penulis berusaha memamparkannya secara argumentatif dan ilmiah, sebagai wacana membangun dialog antar umat agama yang sehat dan menjawabpenyimpangan-penyimpangan tafsir yang keliru dari isu-isu tersebut.

'Buku ini menjadi "penting" dibaca, karena secara khusus mengkritik disertasi doktoral secara ilmiah seorang tokoh liberal, sebagai upaya meluruskan pemahaman yang keliru terhadap Islam.'
(Dr. Adian Husaini, Diruktur At-Taqwa College (ATCO) Depok)
--------------------------
Islam VS Pluralisme Agama
Penulis: Qosim Nursheha Dzulhadi
No ISBN: 9789795928386
Sampul : Soft Cover
Isi: 298 halaman
Ukuran: 21.5 Cm x 14 Cm
Berat: 400 gr
Harga: Rp 78.000,-

Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.

Syukran...
FAKTA BARU WALISONGO
Telaah Kritis Ajaran, Dakwah dan Sejarah Walisongo
Penulis: Zainal Abidin Bin Syamsuddin

Sinopsis:
Benarkah Jawa diislamkan atau Islam dijawakan? Mungkinkah Islam menjadi agama mayoritas di pulau Jawa hanya sebatas usaha Sembilan orang yang disebut Walisongo, atau bahkan Walisongo sebenarnya tidak pernah ada? Inilah polemik saat sosok Walisongo diperbincangkan.

Tampaknya sosok Walisongo akan terus menjadi idola terutama bagi orang Jawa. Makam mereka dibanjiri para penziarah, walaupun gambaran Walisongo di benak mereka masih kabur dan tidak jelas. Bahkan Walisongo yang dianggap sebagai tokoh utama dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa dalam historiografi Jawa tampil sosok mistis, sakti dan memuja praktik klenik seperti bertapa, pemujaan terhadap roh leluhur, tidak terlibat dalam kehidupan sosial-politik profan. Sosok Walisongo sangat berlawanan dengan kehidupan generasi awal penyebaran Islam yang sarat dengan petualangan politik yang patriotik, berwatak sosial dan apresiasi rasional terhadap tradisi dan kultur-kultur lokal yang berkembang di masyarakat.

Malah sosok Walisongo baik sebagai pribadi maupun lembaga dakwah yang memenuhi kualifikasi keorganisasian yang solid, dan strategi maupun perjuangan Dakwah yang hebat, hampir lenyap ditelan legenda, dongeng dan mitos. Sehingga mendata sejarah dan ajaran Walisongo butuh sikap cermat, nalar sehat, telaah kritis dan objektif agar muncul kembali sebagai sosok yang logis, figur bertalenta dan juru Dakwah yang berhasil dengan sukses menyampaikan dakwah Islam kepada masyarakat Jawa yang sebelumnya mayoritas memeluk agama Hindu, Budha dan Animisme yang akhirnya masyarakat Jawa memeluk agama Islam.
----------------------------------
FAKTA BARU WALISONGO
Telaah Kritis Ajaran, Dakwah dan Sejarah Walisongo
Penulis: Zainal Abidin Bin Syamsuddin
Hard Cover,
Dimensi 15,5 x 24 cm,
Isi 385 halaman.
Berat 1058 gram,
Harga Rp. 120.000,-

Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.

Syukran...
FIKIH ISLAM LENGKAP MADZHAB SYAFI'I

Sinopsis:
Buku ini dikupas oleh seorang doktor di bidang syariah, Dr. Musthafa Dib Al-Bugha, dimana buku ini membahas aspek-aspek dalam ilmu fikih, bisa dilihat di daftar isi.

Selain itu buku ini cocok sekali untuk muslim yang awam yang ingin mempelajari ilmu fikih karena bahasa yang mudah di pahami dan juga dilengkapi dengan teks matannya.

DAFTAR ISI :
- Kitab Thaharah
- Kitab Shalat
- Kitab Zakat
- Kitab Puasa
- Kitab Haji
- Kitab Jual Beli dan Mu'amalat Lainnya
- Kitab Faraidh dan Wasiat
- Kitab Nikah
- Kitab Jinayat
- Kitab Hudud
- Kitab Jihad
- Kitab Perburuan dan Penyembelian
- Kitab Perlombaan dan Memanah
- Kitab Sumpah dan Nadzar
- Kitab Pengadilan dan Persaksian
- Kitab Pembebasan Budak
------------------
Fikih Islam Lengkap Madzhab Syafi'i
Penulis Dr. Musthafa Dib Al-Bugha
Isi: 578 halaman
Sampul: hardcover
Dimensi 16,5 x 23,5 cm
Berat: 871 gram
Harga Rp. 120.000,-

Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.

Syukran....
PROPHETIC PARENTING
CARA NABI MENDIDIK ANAK
Penulis Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid

Sinopsis:
Buku ini mendapat banyak rekomendasi dari para ulama, di antaranya: Syaikh Abul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi, Syaikh Dr. Muhammad Fauzi Faidullah, Syaikh Abdurrahman Hasan Habnakah, Syaikh Ahmad Qallasy, Syaikh Dr. Mahmud Ath-Thahhan. Buku ini diterjemahkan dari kitab yang berjudul Manhaj Tarbiyah Nabawiyah lith Thifl. Yang mana artinya adalah metode pembelajaran dalam membentuk kepribadian anak sedikit demi sedikit sampai mencapai tingkatan lengkap dan sempurna.

Parenting Bermula dari Mana? Pendidikan bagi anak bermula dari ketika kedua orang tua menikah. Kemudian hubungan kedua orang tua, kesalehan mereka dan kesepakatan mereka dalam melakukan kebajikan, memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam membentuk sisi psikis dan kecenderungan bagi sang anak. Penulis juga mengetengahkan tentang pentingnya pertumbuhan anak di gendongan ibunya, keluarga dan lingkungannya serta hubungan kekerabatan dengan kedua orang tua dan karib kerabatnya. Juga tentang pentingnya menjaga nilai-nilai Islami dalam masa pertumbuhannya dan membiasakannya untuk selalu berpikir. Penulis juga menekankan tentang pentingnya memakai berbagai media dan alat peraga yang sesuai dengan usia anak. Itu semua beliau simpulkan dari metode pendidikan Islam, hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pernyataan para pakar pendidikan Islam.

Imam Ghazali menyebutkan bahwa ada seseorang datang kepada Abdullah bin Mubarak untuk mengadukan kedurhakaan anaknya. Abdullah bin Mubarak bertanya kepadanya? “Apakah engkau sudah mendoakan keburukan atasnya?” Dia menjawab, “Benar.” Abdullah berkata, “Kalau begitu engkau telah merusaknya.”

Daripada menjadi penyebab rusaknya anak dengan mendoakan keburukan padanya, lebih baik kita mendoakan kebaikan padanya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah yang mendoakan kebaikan bagi anak-anak, sehingga Allah memberkati masa depan mereka dengan amal saleh, harta benda, dan anak yang banyak.
---------------------
Prophetic Parenting
Cara Nabi Mendidik Anak
Penulis Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid
Sampul: softcover,
Tebal buku: 610 halaman
Ukuran buku: 16 x 24 cm
Berat buku: 750 gram
Harga Rp. 110.000,-

Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.

Syukran....
ROH
Penulis: Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Sinopsis:
Hampir bisa dipastikan, setiap orang penasaran oleh masalah roh. Roh itu ada dan memiliki hakikat, karakter dan sifat, bisa merasakan kesedihan dan kegembiraan, bisa bergerak ke sana ke mari, naik turun dan berbagai macam aktifitas.

Tapi apa yang anda tau tentang roh itu? Apa beda roh dengan jiwa? Apa beda roh dengan kehidupan? Dan, mungkin masih ada setumpuk pertanyaan yang tidak terjawab tentang semua ini. Anda tak perlu penasaran. Karena buku ini sarat dengan penjelasan, yang menggambarkan kedalaman pengetahuan pengarang yang sudah dikenal dengan kelurusan akidahnya, dan disertai kejelasan keterangan tentang berbagai masalah terkait.

Di sana dijelaskan pula macam-macam jiwa, alam barzakh, alam mimpi, pertemuan dan dialog antara orang hidup dengan orang yang sudah meninggal, sampai-sampai ada pemberitahuan yang disampaikan orang yang sudah membujur sekian lama di dalam kuburnya, dan ternyata kejadiannya sama persis.
-----------------------
ROH
Penulis: Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
ISBN: 979-592-119
Sampul: Hard Cover
Isi : 440 hlm
Ukuran: 16.5 x 24.5 Cm
Berat: 700 gr
Harga: Rp. 93.000,-

Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.

Syukran...
RASULULLAH SANG PANGLIMA

Sinopsis:
Sejarah telah mencatat kejeniusan dan kehebatan Rasulullah saw sebagai panglima yang tak tertandingi oleh panglima perang manapun dalam perang apapun. Kehebatan beliau tiada banding, baik pada masa lalu, sekarang, maupun yang akan datang.

Buku ini istimewa, yang membahas tuntas sepak terjang nan gemilang Rasulullah sebagai Sang Panglima. Ditulis oleh seorang petinggi militer Irak pada zamannya, Mayor Jenderal Mahmud Syait Khaththab.
Dengan analisa yang lihai lagi detail, sang penulis mampu mengungkap sisi-sisi yang luput dari pengamatan orang sipil kebanyakan dan mengurai dengan gamblang apa saja yang dijalani oleh Nabi Muhammad saw selama memimpin para sahabat dalam menghadapi para penghadang dakwah dan pengacau syiar Islam.

Sungguh, ini adalah buku yang layak dibaca oleh para pemimpin dan umat Islam secara umum. Terkhusus generasi muda Muslim, yang pundak mereka menjadi tumpuan harapan umat dalam meraih kejayaan Islam.
-----------------------------
Rasulullah Sang Panglima
Penulis: Mayjen Mahmud Syait Khaththab
Ukuran: 15 x 23 cm
Tebal: 626 Halaman
Berat: 1 Kg
Sampul: Hard Cover
Harga: Rp. 150.000,-

Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.

Syukran...
DUALISME
Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi

Dalam sebuah acara talk-show di sebuah stasiun TV Inggris tahun 90an ditampilkan isu pelacuran. Panelisnya pendidik, pastur, tokoh masyarakat dan beberapa pelacur. Hampir semua menyoroti profesi pelacur dengan nada sinis. Pelacur adalah sampah masyarakat. Pelacur mesti dijauhkan dari anak-anak. Merusak adat kesopanan sosial, dan seterusnya.

Tapi yang menarik giliran pelacur angkat bicara. “Saya memang pelacur. Dan saya melakukan ini karena saya janda. Saya menjalani profesi ini untuk menghidupi tiga orang anak saya. Kalian boleh saja mencemooh. Tapi siapa yang peduli jika anak-anak saya kelaparan, siapa! siapa!” ia berteriak lantang. “Supaya kalian semua tahu, lanjutnya, saya memang pelacur tapi hati saya tetap suci”. Hadirin pun bersorak.

Nampaknya orang bersorak bukan karena ia pelacur, tapi karena ia dualis. Menjadi pelacur dan merasa suci. Dua sifat yang kontradiktif. Yang saya heran justru mengapa mereka bersorak. Sebab doktrin dualisme sudah lama berakar di dalam pemikiran Barat. Asal usul terdekatnya adalah filsafat akal (philosophy of mind) yang digemari Descartes, Kant, Leibniz, Christian Wolf dan lain-lain.

Menurut Christian Wolff misalnya “The dualists (dualistae) are those who admit the existence of both material and immaterial substances” tapi wujud materi dan jiwa terpisah. Pengertian ini disepakati Pierre Bayle dan Leibniz.

Bahkan konon Barat mewarisinya dari kepercayaan Zoroaster (1000 SM) di Timur. Dunia dianggap sebagai pergulatan abadi antara kebaikan dan kejahatan. Thomas Hyde menemukan doktrin ini dalam sejarah agama Persia kuno (Historia religionis veterum Persiarum, 1700). Doktrin Zoroaster diwarisi oleh Manicheisme dan diramu dengan dualisme Yunani. Tuhan akhirnya dianggap sebagai person dan juga materi.

Bagi orang Mesir kuno Rē adalah tuhan matahari simbol kehidupan dan kebenaran. Lawannya adalah Apophis lambang kegelapan dan kejahatan. Deva dalam agama Hindu adalah tuhan baik, musuhnya adalah asura tuhan jahat.

Di Babylonia peperangan antara Marduk dan Tiamat adalah mitos yang mewarnai worldview mereka. Mitologi Yunani selalu menampilkan peperangan Zeus dengan Titans. Di Jerman perang antara Ases dan Vanes, meski berakhir damai.

Dalam filsafat, Pythagoras adalah dualis. Segala sesuatu diciptakan saling berlawanan: satu dan banyak, terbatas tak terbatas, berhenti-gerak, baik-buruk dan sebagainya. Empedocles setuju dengan Pythagoras, baginya dunia ini dikuasai oleh dua hal, cinta dan kebencian. Plato dalam dialog-dialognya memisahkan jiwa dari raga, inteligible dari sensible.

Tapi apakah dualisme itu benar-benar realitas? Atau sekedar persepsi yang menyimpang? Sebab nilai-nilai monistis (kesatuan) dalam realitas juga ada dan riil. Heraclitus dan Parmenides mengkritik dualisme Pythagoras.

Banyak itu pun berasal dari yang satu yang abadi. Yang dianggap saling berlawanan itu sebenarnya membentuk kesatuan dan tidak bisa dipisahkan. Aristotle ikut-ikutan. Dualisme Plato juga tidak benar. Jika jiwa diartikan bentuk (form) dari raga alami yang berpotensi hidup maka jiwa adalah pasangan raga. Jadi jiwa dan raga adalah suatu kesatuan. Tapi Aristotle ternyata masih dualis juga. Ia memisahkan akal dari jiwa.

Dalam kepercayaan kuno pun unsur monisme juga wujud. Marduk ternyata turunan dari Tiamat. Zeus dan Titan berasal dari moyang yang sama. Leviathan ternyata diciptakan Tuhan. Pemberontak Mahabharata adalah dari keluarga yang sama.

Dalam agama Zoroaster, kebaikan selalu dinisbatkan kepada Ahura Mazda atau Ohrmazd sedangkan kejahatan disifatkan kepada Ahra Mainyu atau Ahriman. Tapi dalam kitab Gathas, kebaikan dan kejahatan adalah saudara kembar dan memilih salah satu karena kehendak.

Para pemikir Kristen mulanya memilih ikut Plato, tapi mulai abad ke 13 mereka pindah ikut Aristotle dengan beberapa modifikasi. Di zaman Renaissance dualisme Plato kembali menjadi pilihan. Tapi pada abad ke 17 Descartes memodifikasinya. Baginya yang riil itu adalah akal sebagai substansi yang berpikir (substance that think) dan materi sebagai substansi yang menemp
ati ruang (extended substance).

Teori ini dikenal dengan Cartesian dualism. Tujuannya agar fakta-fakta di dunia materi (fisika) dapat dijelaskan secara matematis geometris dan mekanis. Kant dalam The Critique of Pure Reason mengkritik Descartes, tapi dia punya doktrin dualismenya sendiri. Pendek kata Neo-Platonisme, Cartesianisme dan Kantianisme adalah filsafat yang mencoba merenovasi doktrin dualisme. Tapi terjebak pada dualisme yang lain.

Perang antara monisme dan dualisme, sejatinya adalah pencarian konsep ke-esa-an (tauhid). Peperangan itu digambarkan dengan jelas oleh Lovejoy dalam bukunya The Revolt Against Dualism. Fichte dan Hegel, misalnya juga mencoba menyodorkan doktrin monisme, tapi bagaimana bentuk kesatuan kehendak jiwa dan raga, tidak jelas. Nampaknya, karena arogansi akal yang tanpa wahyu (unaided reason) maka monisme tersingkir dan dualisme berkibar. Jiwa dan raga dianggap dua entitas.

Seorang dualis melihat fakta secara mendua. Akal dan materi adalah dua substansi yang secara ontologis terpisah. Jiwa-raga (mind-body) tidak saling terkait satu sama lain, karena beda komposisi. Akal bisa jahat dan materi bersifat suci. Atau sebaliknya, jiwa selalu dianggap baik dan raga pasti jahat.

Padahal dari jiwalah kehendak berbuat jahat itu timbul. Dalam Islam kerja raga adalah suruhan jiwa (innama al-a’mal bi al-niyyat). Karena itu ketulusan dan kebersihan jiwa membawa kesehatan raga.

Dualis dikalangan antropolog pasti memandang manusia dari dua sisi: akal dan nafsu, jiwa dan raga, kebebasan dan taqdir (qadariyyah & jabariyyah). Dalam filsafat ilmu, dualisme pasti merujuk kepada dikotomi subyek-obyek, realitas subyektif dan obyektif.

Kebenaran pun menjadi dua kebenaran obyektif dan sobyektif. Bahkan di zaman postmo kebenaran ada dua absolute dan relatif. Dalam Islam konsep tauhid inherent dalam semua konsep, tentunya asalkan sang sobyek berpikir tauhidi.

Nampaknya doktrin dualisme telah memenuhi pikiran manusia modern, termasuk pelacur itu. Pernyataan pelacur itu tidak beda dari dialog dua sejoli dalam film Indecent Proposal, ”I slept with him but my heart is with you”.

Seorang dualis bisa saja berpesan “lakukan apa saja asal dengan niat baik”. Anak muda Muslim yang terjangkiti pikiran liberal akan berkata ‘jalankan syariat sesuka hatimu yang penting mencapai maqasid syariah”.

Kekacauan berpikir inilah kemudian yang melahirkan istilah “penjahat yang santun”, “koruptor yang dermawan”, “ateis yang baik”, “Pelacur yang moralis”, dan seterusnya.

Mungkin akibat ajaran dualisme pula Pak Kyai menjadi salah tingkah dan berkata ”Hati saya di Mekkah, tapi otak saya di Chicago”. Dualisme akhirnya bisa menjadi perselingkuhan intelektual. Hatinya berzikir pada Tuhan tapi pikirannya menghujatNya.