Aaron Blenda
4.97K subscribers
5 photos
1 file
62 links
Download Telegram
“Gue kalau nggak ngapa-ngapain ngerasa bersalah, Bro!”

Atau ...

"Makin sibuk, gue makin merasa jadi manusia berguna.”

Jujur saya kesal banget sama istilah Budaya Gila Kerja atau bahasa kerennya Hustle Culture.

Budaya yang menganggap bahwa untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan hanya dengan BEKERJA KERAS.
Well, is not all wrong, KALAU …. kerja kerasnya seimbang. Saya pecinta work-life balance, soalnya.

Anda menginginkan sesuatu dan Anda bekerja keras untuk mendapatkannya?

YES, of course saya setuju🔥
Tapi jangan merasa Anda harus TERUS-MENERUS bekerja keras dan hanya boleh meluangkan SEDIKIT waktu untuk ‘nggak ngapa-ngapain’ alias istirahat.

Padalah, hustle culture ini nggak sehat, baik untuk FISIK maupun MENTAL Anda.
Saya baca di Halodoc (supaya Anda percaya karena yang ngomong ini ya memang ahli di bidangnya) …

… dampak fisik dari hustle culture adalah peningkatan risiko penyakit infark miokard (serangan jantung) dan penyakit jantung koroner.

Lalu, dampak buruk untuk mental Anda adalah gejala depresi, kecemasan, hingga pikiran untuk bunuh diri.
“Emang lo nggak pernah kejebak hustle culture gitu, Ron?”🤔

Justru saya menulis panjang lebar begini karena saya juga salah satu korban.

Saya pernah burnout, saya manusia sama seperti Anda, jangan lupa itu.
Tapi, kalau sudah begitu, saya buru-buru cari tahu apa yang salah dan sebisa mungkin untuk kembali hidup normal.

Kerja dan istirahat harus balance menurut saya.

After all, salah satu yang saya tahu kenapa saya jarang banget kejebak hustle culture ya karena saya bekerja berdasarkan passion.
Saya mencintai apa yang saya kerjakan, dan saya bisa hidup dari sana.

Mungkin Anda juga mau coba? Siapa tahu nanti betah begitu menjalankan bisnis sesuai passion 😄

Coba dengarkan podcast saya dulu, kenapa Anda perlu menjalankan bisnis berdasarkan passion Anda.
“Anda seorang consultant? Anda pasti tahu segalanya.”

Merasa relate dengan statement di atas? 🤣

Tidak cuma seorang consultant, basically, kalau Anda bergerak di bidang coaching / expert, pasti ada anggapan-anggapan seperti ini.
Mereka kira kalau kita menjalankan bisnis sebagai consultant, coach, atau expert, maka kita automatically handal di semua bidang, tahu segalanya.

Nyatanya, yang namanya expert, bukankah dia sudah seharusnya capable untuk satu bidang tersebut?
Hal ini juga yang akhirnya membuat mereka para calon consultant, coach, expert, educator merasa minder karena tidak bisa tahu segalanya.

Menjadi expert di satu bidang menurut saya malah memberi keuntungan tersendiri.
Misal, fokus Anda tidak terbagi saat menjalankannya, jadi kemungkinan untuk mendapatkan hasil yang baik sangat besar.

Tenaga dan waktu Anda juga bisa digunakan untuk terus upgrade satu bidang tersebut.

Alhasil, integritas Anda juga akan terbentuk.
“Lalu, gimana kalau ada yang datang dan kita tidak mampu menyelesaikan masalahnya?”🤔

Simpel, mereka bukan target Anda. Transparan aja sejak awal.

Saya sendiri tidak pernah menawarkan sesuatu kalau saya sendiri belum pernah mencapainya.
Kalau suatu saat klien Anda justru mencapai lebih dari yang Anda ajarkan, itu jauh lebih baik.

Karena bagaimana pun, berbicara tentang bisnis ‘jualan kelas’, kita tidak bisa asal-asalan soal integritas.💯
Orang-orang mau menjadikan kita sebagai coach / guru mereka karena sudah yakin kita memiliki integritas yang bagus.

Nah, kadang, demi membangun integritas ini, banyak orang sibuk melakukan personal branding supaya namanya ‘baik’.

Apalagi sampai niat banget sewa penthouse dan supercar hanya buat foto.😌
Jika Anda menganggap personal branding ada ‘CHEAT’nya, maka Anda terlalu naif.

Coba dengarkan podcast saya tentang personal branding supaya pikiran Anda terbuka.

Klik link di bawah ini untuk akses podcast-nya.

https://open.spotify.com/episode/5L7cR0Ps9FjZDNIb5yqAY7?si=mMU8fo5KQkKUusB1OWrHMQ
Jika Anda menginginkan sesuatu, apakah Anda selalu menganggapnya sebagai sebuah ‘needs’ (read: keinginan)?

Saya melihat banyak sekali orang-orang yang menurut saya bias dalam mendefinisikan ‘keinginan’.
Okay, let’s say Anda ingin memiliki mobil mewah.

Well, keinginan itu tidak salah.

Justru Anda bisa menjadikannya sebagai mimpi. Semakin tinggi mimpi Anda, semangat Anda biasanya akan semakin tinggi untuk kerja keras dalam mewujudkannya.
Permasalahannya, ketika nanti sudah bisa memiliki mobil impian tersebut …

… ada banyak orang yang keinginannya bertambah.

“Pengen lagi mobil mewah yang baru keluar.” atau “Ada yang lebih baik nih! Lebih bagus dan lebih lebih lainnya.”
Hingga akhirnya yang tadinya cuma ingin, lama-lama tidak ada puasnya dan membuat Anda susah membedakan: antara keinginan atau greed (serakah).

Well, kalau ngomongin Greed, sebenarnya kita bisa berbicara beberapa faktor