Malam.
Kita seringkali terlena ketika mendapatkan omset yang “lumayan” bahkan jauh melampaui target pada saat berbisnis.
Betul?
Akhirnya jadi kendor. Ibarat lagi ngendarain mobil, pijakan gas mulai dikurangin dan mobil melambat.
“Oh saya kan sudah achieve target bulan lalu. Saya sudah kerja keras. Minggu ini pantas donk saya liburan.”
Bukan saya melarang Anda memanjakan diri, tapi konteksnya adalah Anda tidak seharusnya merasa sudah pantas dan kemudian menghilangkan momentum yang sudah ada.
Yang seharusnya tetap nge-push dan memikirkan bagaimana agar bisa achieve level yang lebih tinggi, tapi ini malah berpikir untuk leha-leha, liburan kemana, mau pamer apa seketika mendapatkan income lumayan.
Even Anda baru saja mendapatkan revenue lumayan, tapi karena memutuskan hal kecil seperti liburan, beli ini, beli itu, yang akan menggerogoti uang Anda jadinya apa?
Anda balik lagi ke posisi semula. Mulai dari 0 lagi. Karena Anda merasa Anda sudah cukup pantas.
Ini semua tentang menemukan momentum Anda dan ketika momentum itu datang, Anda terus push. Terus action.
Anda tidak seharusnya cuma memaintain, tapi push beyond limit karena Anda tau Anda punya potensi yang lebih dari sekedar memaintain apa yang sudah dicapai sekarang ini.
Tapi bagaimana caranya Anda bisa mendapatkan lebih banyak uang jika tidak mendorong diri Anda ke level berikutnya?
Saya sudah menjawabanya di podcast saya, bisa di dengarkan lewat platfrom kesayangan Anda atau klik link yang ada di bawah ini
https://open.spotify.com/episode/4vFEYPU7f70r6FvPWQBIFw?si=bNLxF4nKSWS5C8B3eV7EJA
Kita seringkali terlena ketika mendapatkan omset yang “lumayan” bahkan jauh melampaui target pada saat berbisnis.
Betul?
Akhirnya jadi kendor. Ibarat lagi ngendarain mobil, pijakan gas mulai dikurangin dan mobil melambat.
“Oh saya kan sudah achieve target bulan lalu. Saya sudah kerja keras. Minggu ini pantas donk saya liburan.”
Bukan saya melarang Anda memanjakan diri, tapi konteksnya adalah Anda tidak seharusnya merasa sudah pantas dan kemudian menghilangkan momentum yang sudah ada.
Yang seharusnya tetap nge-push dan memikirkan bagaimana agar bisa achieve level yang lebih tinggi, tapi ini malah berpikir untuk leha-leha, liburan kemana, mau pamer apa seketika mendapatkan income lumayan.
Even Anda baru saja mendapatkan revenue lumayan, tapi karena memutuskan hal kecil seperti liburan, beli ini, beli itu, yang akan menggerogoti uang Anda jadinya apa?
Anda balik lagi ke posisi semula. Mulai dari 0 lagi. Karena Anda merasa Anda sudah cukup pantas.
Ini semua tentang menemukan momentum Anda dan ketika momentum itu datang, Anda terus push. Terus action.
Anda tidak seharusnya cuma memaintain, tapi push beyond limit karena Anda tau Anda punya potensi yang lebih dari sekedar memaintain apa yang sudah dicapai sekarang ini.
Tapi bagaimana caranya Anda bisa mendapatkan lebih banyak uang jika tidak mendorong diri Anda ke level berikutnya?
Saya sudah menjawabanya di podcast saya, bisa di dengarkan lewat platfrom kesayangan Anda atau klik link yang ada di bawah ini
https://open.spotify.com/episode/4vFEYPU7f70r6FvPWQBIFw?si=bNLxF4nKSWS5C8B3eV7EJA
Suka ngerasa gak sih ketika kita sedang menyebut nama produk, tapi malah merknya yang kesebut?
Aqua lah,
Indomie lah,
Rinso lah.
Padahal ini semua bukan nama produknya
bener ga?
Aqua lah,
Indomie lah,
Rinso lah.
Padahal ini semua bukan nama produknya
bener ga?
Nah ini membuat saya agak terusik dan penasaran, kenapa sih kita ini lebih sering nyebut merk daripada nama produknya?
Dan setelah saya riset, voila~
Ternyata banyak fakta menarik di balik itu semua.
Dan setelah saya riset, voila~
Ternyata banyak fakta menarik di balik itu semua.
Penyebutan produk jadi merk ini berpengaruh dari datangnya produk itu sendiri ke Indonesia.
Misal:
Dulu sebelum ada ades, cleo, le minerale, dan sebagainya,
Aqua duluan yang masuk ke Indonesia.
Begitu juga indomie, rinso, odol, atau merek-merek pertama yang masuk ke Indonesia.
Mereka menjadi pionir. Produk-produk tersebut adalah merek pertama yang ada di Indonesia..
Misal:
Dulu sebelum ada ades, cleo, le minerale, dan sebagainya,
Aqua duluan yang masuk ke Indonesia.
Begitu juga indomie, rinso, odol, atau merek-merek pertama yang masuk ke Indonesia.
Mereka menjadi pionir. Produk-produk tersebut adalah merek pertama yang ada di Indonesia..
Pelafalannya juga mudah diingat dibanding nama produk aslinya.
Ini membuat eksistensi nama produk pun tersingkirkan
Gini misal, “Beb, mana pasta giginya?”
Terdengar asing nggak sih? saya sih iya haha
Saya lebih sering bilang “mana odol? mana indomie?” daripada nyebut nama produknya.
Ada yang sama ? Tos👋
Nah karena udah jadi pionir terus pelafalannya udah bisa gantiin nama produk aslinya, produk-produk ini dikatakan sebagai market leader atau pemimpin pasar karena sudah menjadi 'top mind of the brand'
“Top mind the brand itu kayak apa ron?”
Ini membuat eksistensi nama produk pun tersingkirkan
Gini misal, “Beb, mana pasta giginya?”
Terdengar asing nggak sih? saya sih iya haha
Saya lebih sering bilang “mana odol? mana indomie?” daripada nyebut nama produknya.
Ada yang sama ? Tos👋
Nah karena udah jadi pionir terus pelafalannya udah bisa gantiin nama produk aslinya, produk-produk ini dikatakan sebagai market leader atau pemimpin pasar karena sudah menjadi 'top mind of the brand'
“Top mind the brand itu kayak apa ron?”
Kalau saya bahas disini mungkin akan panjang ya, kalian bisa langsung liat video saya aja di youtube. Saya udah bahas ini secara lengkap mulai dari alasan brand ini menggantikan nama produk hingga tahapan menjadi top mind of the brand
linknya disini :
https://www.youtube.com/watch?v=naYh5AsryKU&feature=youtu.be
linknya disini :
https://www.youtube.com/watch?v=naYh5AsryKU&feature=youtu.be
YouTube
Begini Caranya Agar Produk Anda Menjadi Top Of Mind!!
Anda pasti asing mengucapkan air mineral Aqua, tapi Anda lebih familiar dengan aqua, begitupun dengan rinso, odol dan lain-lain..
kenapa demikian? di video ini saya bedah semuanya kenapa nama brand tersebut bisa gantikan nama produk aslinya.
Simak video…
kenapa demikian? di video ini saya bedah semuanya kenapa nama brand tersebut bisa gantikan nama produk aslinya.
Simak video…
“Koh, kenapa ya saya jualan kok susah laku?”
“Koh gimana caranya biar kita ga perang harga sama kompetitor?”
“Koh gimana caranya biar kita ga perang harga sama kompetitor?”
Nggak jarang dari teman-teman followers saya memborbardir pertanyaan-pertanyaan seperti ini di kolom komentar instagram maupun platform lainnya.
Padahal sebagian dari mereka sudah merasa:
-Produk sudah bagus
-Harga sudah bersaing
-Value yang di berikan sudah maksimal
Tapi kenapa kok susah laku?
-Produk sudah bagus
-Harga sudah bersaing
-Value yang di berikan sudah maksimal
Tapi kenapa kok susah laku?
Oke saya sharing konsep jualan yang jarang dipahami oleh banyak orang, tapi sangat penting agar jualan Anda bisa laris manis dan tidak terseret dalam perang harga.
Saya menyebutnya dengan konsep jualan offer, bukan jualan produk. Anda harus paham jualan offer itu tidak sama dengan produk.
Untuk memudahkan Anda, saya jelaskan konsep ini dalam suatu studi kasus. Anda bisa menonton videonya di youtube, klik link yang di bawah ini
https://www.youtube.com/watch?v=8iaoG5dNsK8&feature=youtu.be
https://www.youtube.com/watch?v=8iaoG5dNsK8&feature=youtu.be
YouTube
Jualan Gak laku? Cek Lagi Offernya
Jualan offer - ini adalah konsep yang memungkinkan Anda untuk jual kesiapapun yang Anda inginkan. konsep yang jarang dipahami oleh banyak orang tapi sangat penting agar jualan Anda bisa laris manis dan tidak terseret dalam perang harga.
Untuk memudahkan…
Untuk memudahkan…
Di video tersebut saya sharing pengalaman saya ketika saya berjualan kaos print on demand.
Sedikit cerita, pada saat saya berjualan kaos print on demand, semua penjual memasang harga Rp 120.000. Tapi saya bisa menjual produk saya dengan harga Rp 299.000 dengan gunakan konsep jualan offer ini.
Sedikit cerita, pada saat saya berjualan kaos print on demand, semua penjual memasang harga Rp 120.000. Tapi saya bisa menjual produk saya dengan harga Rp 299.000 dengan gunakan konsep jualan offer ini.
Untuk tau lebih jauh Anda bisa klik link videonya dan coba terapkan konsep offer ini di bisnis Anda.
“Ron lu ga capek kerja mulu? gimana sih caranya nyemangatin diri sendiri”
Faktanya adalah saya jarang kerja, saya lebih milih produktif daripada sibuk tiap hari
Saya ini malas sebenarnya
Faktanya adalah saya jarang kerja, saya lebih milih produktif daripada sibuk tiap hari
Saya ini malas sebenarnya
Jadi yang saya lakukan agar tetap bisa produktif adalah saya cari cara shortcut bagaimana saya bisa bekerja seminimal mungkin tapi hasilnya semaksimal mungkin
Contoh dalam hal produksi konten:
saya akan nentuin satu hari untuk fokus nulis, bisa 10 artikel dalam sehari
kemudian saya akan record podcast untuk 1 hari
kemudian saya bikin video 5-10 untuk jatah sebulan kedepan dan intensitasnya tergantung kebutuhan
Karena saya senang nulis jadi urusan bikin konten itu saya yang melakukannya dan urusan upload itu tim.. karena saya malas untuk upload
saya akan nentuin satu hari untuk fokus nulis, bisa 10 artikel dalam sehari
kemudian saya akan record podcast untuk 1 hari
kemudian saya bikin video 5-10 untuk jatah sebulan kedepan dan intensitasnya tergantung kebutuhan
Karena saya senang nulis jadi urusan bikin konten itu saya yang melakukannya dan urusan upload itu tim.. karena saya malas untuk upload
Jadi waktu saya untuk kerja itu hanya seminggu dalam sebulan, sisanya saya delegasikan ke tim untuk upload dan pekerjaan teknis yang saya tidak senangi..
Tiap orang punya cara sendiri untuk bisa survive dan tetap produktif.
Saya pun juga memiliki cara sendiri untuk bisa melakukan itu.
Tiap orang punya cara sendiri untuk bisa survive dan tetap produktif.
Saya pun juga memiliki cara sendiri untuk bisa melakukan itu.
Tapi sangat tidak unfair dan naif jika saya menuntut semua orang harus seperti saya agar bisa sukses. Makanya saya bilang jangan dengerin apa kata mastah!
Namun tidak salah juga jika Anda mau pelajari dari saya atau mastah-mastah lainnya.
Jika cocok untuk Anda maka terapkan, jika tidak maka lewatkan.
Namun tidak salah juga jika Anda mau pelajari dari saya atau mastah-mastah lainnya.
Jika cocok untuk Anda maka terapkan, jika tidak maka lewatkan.