memang tak henti-hentinya menampilk an Islam dengan wajah yang menyeramkan. Media massa yang seharusnya menjadi sarana mencerdaskan masyarakat ternyata terkadang dijadikan sarana untuk menebarkan bibit-bibit permusuhan di tengah masyarakat. Hal ini tentu sebuah pengkhianatan dan pembodohan publik.
⏳ Insya Allah bersambung
🌎 Sumber: http://asysyariah.com/efek-negatif-media-massa/
✍ Ditulis oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman hafidzahullahu ta'ala
📎 hashtag : #bijak_menyikapi_media
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Jum'at 10 Syawwal 1437 H / 15 Juli 2016 M
⏳ Insya Allah bersambung
🌎 Sumber: http://asysyariah.com/efek-negatif-media-massa/
✍ Ditulis oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman hafidzahullahu ta'ala
📎 hashtag : #bijak_menyikapi_media
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Jum'at 10 Syawwal 1437 H / 15 Juli 2016 M
AsySyariah.com
Efek Negatif Media Massa
Disadari atau tidak, pola pikir dan perilaku masyarakat saat ini kebanyakan terpengaruh oleh kultur media massa. Bermunculannya media informasi yang sangat pesat bak jamur tumbuh di musim hujan disambut layaknya makanan lezat oleh orang yang lapar atau air…
📚 http://bit.ly/telegramTIC 📚
📡📺📻📰
〰〰〰〰
*EFEK NEGATIF MEDIA MASSA (Bag. 04)*
📌 Peran Pemerintah dan Ulama
Setelah pemaparan tentang dampak buruk media massa terhadap individu dan masyarakat, bahkan terhadap negara, sudah semestinya pemerintah bergerak cepat memantau pemberitaan dan tayangan yang ada.
Tentu saja tidak hanya memantau, tetapi melakukan tindakan yang semestinya terhadap media massa yang menyuguhkan pemberitaan yang membahayakan urusan dunia atau agama. Hal ini sudah menjadi kewajiban pemerintah yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah ‘azza wa jalla.
Para ulama dan da’i juga berkewajiban memberi peringatan kepada masyarakat tentang dampak buruk media massa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَامِنْ قَوْمٍ يٌعْمَلُ فِيْهِمْ بِالْمَعَاصِي هُمْ أَعَزُّ وَأَكْثَرُ مِمَّنْ يَعْمَلُهُ ثُمَّ لَمْ يُغَيِّرُوْهُ إِلَّا عَمَّهُمُ اللهُ مِنْهُ بِعِقَابٍ
“Tiada suatu kaum yang kemaksiatan dilakukan di tengah-tengah mereka, yang kaum tersebut lebih mulia dan lebih banyak daripada orang yang berbuat maksiat, tetapi mereka tidak mau mengubahnya, kecuali Allah ‘azza wa jalla akan ratakan azab kepada mereka.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah dari Jarir radhiallahu ‘anhu. Lihat Shahih al-Jami’ 5749)
Sesungguhnya pembangunan di segala bidang tidak akan banyak memberi manfaat apabila moralitas masyarakat rusak. Nilai-nilai kebaikan yang ditanamkan di rumah-rumah, masjid-masjid, dan sekolah-sekolah, akan sedikit artinya ketika kejahatan media dibiarkan merajalela.
Seandainya di sana ada seribu tukang bangunan bersatu padu membangun sebuah gedung yang tinggi nan kokoh, namun di belakang mereka ada satu orang yang siap meruntuhkannya, tentu bangunan itu terancam runtuh. Lantas bagaimana kiranya apabila yang membangun gedung tersebut hanya satu orang, sementara di belakang dia ada seribu orang yang siap meruntuhkannya?!
Wallahu a’lam bish-shawab.
🌎 Sumber: http://asysyariah.com/efek-negatif-media-massa/
✍ Ditulis oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman hafidzahullahu ta'ala
📎 hashtag : #bijak_menyikapi_media
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Sabtu 11 Syawwal 1437 H / 16 Juli 2016 M
📡📺📻📰
〰〰〰〰
*EFEK NEGATIF MEDIA MASSA (Bag. 04)*
📌 Peran Pemerintah dan Ulama
Setelah pemaparan tentang dampak buruk media massa terhadap individu dan masyarakat, bahkan terhadap negara, sudah semestinya pemerintah bergerak cepat memantau pemberitaan dan tayangan yang ada.
Tentu saja tidak hanya memantau, tetapi melakukan tindakan yang semestinya terhadap media massa yang menyuguhkan pemberitaan yang membahayakan urusan dunia atau agama. Hal ini sudah menjadi kewajiban pemerintah yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah ‘azza wa jalla.
Para ulama dan da’i juga berkewajiban memberi peringatan kepada masyarakat tentang dampak buruk media massa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَامِنْ قَوْمٍ يٌعْمَلُ فِيْهِمْ بِالْمَعَاصِي هُمْ أَعَزُّ وَأَكْثَرُ مِمَّنْ يَعْمَلُهُ ثُمَّ لَمْ يُغَيِّرُوْهُ إِلَّا عَمَّهُمُ اللهُ مِنْهُ بِعِقَابٍ
“Tiada suatu kaum yang kemaksiatan dilakukan di tengah-tengah mereka, yang kaum tersebut lebih mulia dan lebih banyak daripada orang yang berbuat maksiat, tetapi mereka tidak mau mengubahnya, kecuali Allah ‘azza wa jalla akan ratakan azab kepada mereka.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah dari Jarir radhiallahu ‘anhu. Lihat Shahih al-Jami’ 5749)
Sesungguhnya pembangunan di segala bidang tidak akan banyak memberi manfaat apabila moralitas masyarakat rusak. Nilai-nilai kebaikan yang ditanamkan di rumah-rumah, masjid-masjid, dan sekolah-sekolah, akan sedikit artinya ketika kejahatan media dibiarkan merajalela.
Seandainya di sana ada seribu tukang bangunan bersatu padu membangun sebuah gedung yang tinggi nan kokoh, namun di belakang mereka ada satu orang yang siap meruntuhkannya, tentu bangunan itu terancam runtuh. Lantas bagaimana kiranya apabila yang membangun gedung tersebut hanya satu orang, sementara di belakang dia ada seribu orang yang siap meruntuhkannya?!
Wallahu a’lam bish-shawab.
🌎 Sumber: http://asysyariah.com/efek-negatif-media-massa/
✍ Ditulis oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman hafidzahullahu ta'ala
📎 hashtag : #bijak_menyikapi_media
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Sabtu 11 Syawwal 1437 H / 16 Juli 2016 M
Telegram
TIC [ Tholibul Ilmi Cikarang ]
🌎 Meraih ridho Allah dengan senantiasa mengikhlaskan niat.
📞 Saran , kritik , masukan2 dll silahkan hubungi abu fadhillah di nomor 0857-7123-2111 [ phone , sms , wa/telegram ]
📞 Saran , kritik , masukan2 dll silahkan hubungi abu fadhillah di nomor 0857-7123-2111 [ phone , sms , wa/telegram ]
bisa saja orang yang dapat dipercaya terjadi darinya kekeliruan. Karena berita yang tersebar ada yang bisa dipertanggungjawabkan keotentikannya dan ada yang justru sebaliknya. Perlu kiranya kita mengetahui etika-etika pemberitaan yang sesuai dengan ajaran Islam. Lebih-lebih pemberitaan bisa memengaruhi kondisi suatu masyarakat, baik dari sisi agama maupun sisi dunianya.
⏳ Insya Allah bersambung
🌎 Sumber: http://asysyariah.com/etika-pemberitaan-dalam-islam/
✍ Ditulis oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman hafidzahullahu ta'ala
📎 hashtag : #bijak_menyikapi_media
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Rabu 15 Syawwal 1437 H / 20 Juli 2016 M
⏳ Insya Allah bersambung
🌎 Sumber: http://asysyariah.com/etika-pemberitaan-dalam-islam/
✍ Ditulis oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman hafidzahullahu ta'ala
📎 hashtag : #bijak_menyikapi_media
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Rabu 15 Syawwal 1437 H / 20 Juli 2016 M
Majalah Islam Asy-Syariah
Etika Pemberitaan dalam Islam
Beragam media massa yang sulit dihitung karena saking banyaknya dewasa ini merupakan bukti nyata pesatnya teknologi informasi. Era globalisasi telah menyuguhkan kemudahan akses informasi yang dibutuhkan dalam hitungan detik dengan biaya yang relatif murah.…
Islam dan kaum muslimin. Bahkan, mereka siap menggelontorkan dana guna menghalang-halangi manusia dari jalan Allah ‘azza wa jalla. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ لِيَصُدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah.” (al-Anfal: 36)
Oleh karena itu, kaum muslimin mesti waspada dari pemberitaan mereka yang berkaitan dengan Islam dan muslimin. Sebab, media massa yang mereka miliki dijadikan sarana untuk membuat kesan negatif seputar masalah keislaman. Belum lagi media-media yang dimiliki oleh orang fasik yang tidak lagi mengindahkan norma agama dan kesopanan. Sebagian mereka tidak peduli dengan keakuratan info yang ditebarkan, karena yang dicari hanyalah sensasi dan keuntungan.
Pendek kata, setiap media massa punya misi yang ingin ditebarkan melalui pemberitaan dan yang semisalnya. Sebagai bukti, ketika mengabarkan satu peristiwa, terkadang pemberitaan media tersebut bertolak belakang. Salah satu media memberikan penilaian positif, sementara media yang lain sebaliknya. Hal ini tentu membingungkan masyarakat. Pada tahap berikutnya, masyarakat menjadi korban pembodohan publik. Oleh karena itu, masyarakat seharusnya tidak mudah percaya dengan berita agar tidak menjadi korban dari pemberitaan yang menyesatkan.
⏳ Insya Allah bersambung
🌎 Sumber: http://asysyariah.com/etika-pemberitaan-dalam-islam/
✍ Ditulis oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman hafidzahullahu ta'ala
📎 hashtag : #bijak_menyikapi_media
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Rabu 15 Syawwal 1437 H / 20 Juli 2016 M
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ لِيَصُدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah.” (al-Anfal: 36)
Oleh karena itu, kaum muslimin mesti waspada dari pemberitaan mereka yang berkaitan dengan Islam dan muslimin. Sebab, media massa yang mereka miliki dijadikan sarana untuk membuat kesan negatif seputar masalah keislaman. Belum lagi media-media yang dimiliki oleh orang fasik yang tidak lagi mengindahkan norma agama dan kesopanan. Sebagian mereka tidak peduli dengan keakuratan info yang ditebarkan, karena yang dicari hanyalah sensasi dan keuntungan.
Pendek kata, setiap media massa punya misi yang ingin ditebarkan melalui pemberitaan dan yang semisalnya. Sebagai bukti, ketika mengabarkan satu peristiwa, terkadang pemberitaan media tersebut bertolak belakang. Salah satu media memberikan penilaian positif, sementara media yang lain sebaliknya. Hal ini tentu membingungkan masyarakat. Pada tahap berikutnya, masyarakat menjadi korban pembodohan publik. Oleh karena itu, masyarakat seharusnya tidak mudah percaya dengan berita agar tidak menjadi korban dari pemberitaan yang menyesatkan.
⏳ Insya Allah bersambung
🌎 Sumber: http://asysyariah.com/etika-pemberitaan-dalam-islam/
✍ Ditulis oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman hafidzahullahu ta'ala
📎 hashtag : #bijak_menyikapi_media
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Rabu 15 Syawwal 1437 H / 20 Juli 2016 M
Majalah Islam Asy-Syariah
Etika Pemberitaan dalam Islam
Beragam media massa yang sulit dihitung karena saking banyaknya dewasa ini merupakan bukti nyata pesatnya teknologi informasi. Era globalisasi telah menyuguhkan kemudahan akses informasi yang dibutuhkan dalam hitungan detik dengan biaya yang relatif murah.…
hashtag : #bijak_menyikapi_media
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Jum'at 17 Syawwal 1437 H / 22 Juli 2016 M
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Jum'at 17 Syawwal 1437 H / 22 Juli 2016 M
📚 http://bit.ly/telegramTIC 📚
📡📺📻📰
〰〰〰〰
*ETIKA PEMBERITAAN DALAM ISLAM (Bag. 04)*
📌 Pemberitaan Tentang Situasi Politik
Di antara yang harus diperhatikan bahwa pemberitaan tentang situasi politik suatu negara diserahkan kepada para ulama dan pemerintah negeri setempat. Seseorang tidak boleh mengeluarkan statemen kondisi suatu negara tempat ia tinggal itu aman atau mencekam. Kita tahu bahwa hati manusia itu lemah dan mudah terpengaruh dengan pemberitaan yang menebar meskipun belum tentu kebenarannya.
Karena itu, pemberitaan tentang situasi politik suatu negara sangat berbahaya bila tidak diserahkan kepada yang berkompeten, yaitu para alim ulama dan pemerintah. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَإِذَا جَآءَهُمۡ أَمۡرٞ مِّنَ ٱلۡأَمۡنِ أَوِ ٱلۡخَوۡفِ أَذَاعُواْ بِهِۦۖ وَلَوۡ رَدُّوهُ إِلَى ٱلرَّسُولِ وَإِلَىٰٓ أُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنۡهُمۡ لَعَلِمَهُ ٱلَّذِينَ يَسۡتَنۢبِطُونَهُۥ مِنۡهُمۡۗ وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ لَٱتَّبَعۡتُمُ ٱلشَّيۡطَٰنَ إِلَّا قَلِيلٗا ٨٣
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah ‘azza wa jalla kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu).” (an-Nisa’: 83)
Asy-Syaikh as-Sa’di berkata, “Ini adalah pengajaran (teguran) dari Allah ‘azza wa jalla untuk para hamba-Nya terhadap perbuatan mereka yang tidak pantas, yaitu bahwa yang seyogianya mereka lakukan bila datang kepada mereka suatu perkara (berita) yang penting dan maslahat umum terkait dengan kondisi aman dan menyenangkan kaum mukminin atau kondisi takut yang padanya ada musibah.
Hendaknya mereka mengecek terlebih dahulu kebenarannya dan tidak terburu-buru menyebarkan berita tersebut. Mereka seharusnya mengembalikan berita itu kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang memegang kendali perkara/para penguasa, orang-orang yang jauh pandangannya, ahli pikir, berilmu, tulus, berakal, dan pandai; yang mengetahui masalah serta maslahat dan mudaratnya.
Apabila orang-orang tersebut memandang disebarkannya berita tersebut ada maslahatnya untuk menyemangati kaum mukminin, menyenangkan mereka, dan terjaganya mereka dari musuh; merekalah yang akan menyiarkannya.
Sebaliknya, jika mereka memandang penyebaran berita itu tidak ada maslahat atau ada maslahatnya namun mudaratnya lebih banyak, mereka tidak akan menyiarkannya.
Oleh karena itu Allah ‘azza wa jalla mengatakan,
لَعَلِمَهُ ٱلَّذِينَ يَسۡتَنۢبِطُونَهُۥ مِنۡهُمۡۗ
“Tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil Amri).” (an-Nisa: 83)
Maksudnya, mereka (para penguasa, ulama, dan pakar di bidangnya) bisa mengeluarkan pernyataan dengan pikiran dan pandangan mereka yang tepat serta dengan pengetahuan yang benar.
Di sini ada dalil tentang sebuah prinsip dalam masalah etika, yaitu apabila terjadi pembahasan tentang suatu perkara, sepantasnya diserahkan kepada yang berkompeten dan yang ahli serta tidak mendahului mereka. Sikap yang seperti ini lebih dekat kepada kebenaran dan lebih bisa selamat dari kekeliruan.
Padanya (juga) ada larangan dari sikap terburu-buru untuk menebarkan perkara di saat mendengarnya.
Padanya ada perintah untuk meneliti sebelum berbicara dan menimbang apakah padanya ada maslahat sehingga seorang akan melakukannya atau memandang tidak ada maslahatnya lalu ia menahan diri darinya?” (Tafsir as-Sa’di surat an-Nisa ayat 83)
⏳ Insya Allah bersambung
🌎 Sumber: http://asysyariah.com/etika-pemberitaan-dalam-islam/
✍ Ditulis oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman hafidzahullahu ta'ala
📎 hashtag : #bijak_menyikapi_media
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Jum
📡📺📻📰
〰〰〰〰
*ETIKA PEMBERITAAN DALAM ISLAM (Bag. 04)*
📌 Pemberitaan Tentang Situasi Politik
Di antara yang harus diperhatikan bahwa pemberitaan tentang situasi politik suatu negara diserahkan kepada para ulama dan pemerintah negeri setempat. Seseorang tidak boleh mengeluarkan statemen kondisi suatu negara tempat ia tinggal itu aman atau mencekam. Kita tahu bahwa hati manusia itu lemah dan mudah terpengaruh dengan pemberitaan yang menebar meskipun belum tentu kebenarannya.
Karena itu, pemberitaan tentang situasi politik suatu negara sangat berbahaya bila tidak diserahkan kepada yang berkompeten, yaitu para alim ulama dan pemerintah. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَإِذَا جَآءَهُمۡ أَمۡرٞ مِّنَ ٱلۡأَمۡنِ أَوِ ٱلۡخَوۡفِ أَذَاعُواْ بِهِۦۖ وَلَوۡ رَدُّوهُ إِلَى ٱلرَّسُولِ وَإِلَىٰٓ أُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنۡهُمۡ لَعَلِمَهُ ٱلَّذِينَ يَسۡتَنۢبِطُونَهُۥ مِنۡهُمۡۗ وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ لَٱتَّبَعۡتُمُ ٱلشَّيۡطَٰنَ إِلَّا قَلِيلٗا ٨٣
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah ‘azza wa jalla kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu).” (an-Nisa’: 83)
Asy-Syaikh as-Sa’di berkata, “Ini adalah pengajaran (teguran) dari Allah ‘azza wa jalla untuk para hamba-Nya terhadap perbuatan mereka yang tidak pantas, yaitu bahwa yang seyogianya mereka lakukan bila datang kepada mereka suatu perkara (berita) yang penting dan maslahat umum terkait dengan kondisi aman dan menyenangkan kaum mukminin atau kondisi takut yang padanya ada musibah.
Hendaknya mereka mengecek terlebih dahulu kebenarannya dan tidak terburu-buru menyebarkan berita tersebut. Mereka seharusnya mengembalikan berita itu kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang memegang kendali perkara/para penguasa, orang-orang yang jauh pandangannya, ahli pikir, berilmu, tulus, berakal, dan pandai; yang mengetahui masalah serta maslahat dan mudaratnya.
Apabila orang-orang tersebut memandang disebarkannya berita tersebut ada maslahatnya untuk menyemangati kaum mukminin, menyenangkan mereka, dan terjaganya mereka dari musuh; merekalah yang akan menyiarkannya.
Sebaliknya, jika mereka memandang penyebaran berita itu tidak ada maslahat atau ada maslahatnya namun mudaratnya lebih banyak, mereka tidak akan menyiarkannya.
Oleh karena itu Allah ‘azza wa jalla mengatakan,
لَعَلِمَهُ ٱلَّذِينَ يَسۡتَنۢبِطُونَهُۥ مِنۡهُمۡۗ
“Tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil Amri).” (an-Nisa: 83)
Maksudnya, mereka (para penguasa, ulama, dan pakar di bidangnya) bisa mengeluarkan pernyataan dengan pikiran dan pandangan mereka yang tepat serta dengan pengetahuan yang benar.
Di sini ada dalil tentang sebuah prinsip dalam masalah etika, yaitu apabila terjadi pembahasan tentang suatu perkara, sepantasnya diserahkan kepada yang berkompeten dan yang ahli serta tidak mendahului mereka. Sikap yang seperti ini lebih dekat kepada kebenaran dan lebih bisa selamat dari kekeliruan.
Padanya (juga) ada larangan dari sikap terburu-buru untuk menebarkan perkara di saat mendengarnya.
Padanya ada perintah untuk meneliti sebelum berbicara dan menimbang apakah padanya ada maslahat sehingga seorang akan melakukannya atau memandang tidak ada maslahatnya lalu ia menahan diri darinya?” (Tafsir as-Sa’di surat an-Nisa ayat 83)
⏳ Insya Allah bersambung
🌎 Sumber: http://asysyariah.com/etika-pemberitaan-dalam-islam/
✍ Ditulis oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman hafidzahullahu ta'ala
📎 hashtag : #bijak_menyikapi_media
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Jum
Telegram
TIC [ Tholibul Ilmi Cikarang ]
🌎 Meraih ridho Allah dengan senantiasa mengikhlaskan niat.
📞 Saran , kritik , masukan2 dll silahkan hubungi abu fadhillah di nomor 0857-7123-2111 [ phone , sms , wa/telegram ]
📞 Saran , kritik , masukan2 dll silahkan hubungi abu fadhillah di nomor 0857-7123-2111 [ phone , sms , wa/telegram ]
📌 Berita Provokatif
Di antara macam pemberitaan yang menimbulkan dampak buruk yang sangat serius adalah pemberitaan yang mengangkat kejelekan pemerintah yang pembawa berita ada di negeri tersebut atau tidak.
Berita provokatif bisa menjadi pemicu munculnya gelombang perlawanan dan pemberontakan terhadap penguasa yang sah seperti yang terjadi akhir-akhir ini di beberapa negara di belahan bumi.
Akibat dari munculnya aksi perlawanan kepada pemerintah adalah hilangnya ketenteraman yang sebelumnya dirasakan segenap lapisan masyarakat. Rakyat saling curiga dengan penguasa yang bisa berujung saling menumpahkan darah.
Sangat disayangkan bahwa kebebasan berpendapat dijadikan tameng untuk tersebarnya berita provokatif ini. Padahal, sejatinya hal ini telah menabrak rambu-rambu agama dan bentuk kebebasan yang keterlaluan.
Semua kita tahu bahwa penguasa itu adalah manusia yang tidak luput dari kekeliruan dan kealpaan, sehingga mereka membutuhkan bimbingan dan nasihat. Akan tetapi, agama telah menjelaskan cara menasihati para penguasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَرَادَأَنْ يَنْصَحَ لِذِى سُلْطَانٍ فَلَا يُبْدِهِ عَلَانِيَةً وَلَكِنْ يَأْخُذُ بِيَدِهِ فَيَخْلُوْبِهِ فَإِنْ قُبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ وَإِلَّاكَانَ قَدْأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ
“Barang siapa ingin menasihati penguasa, maka janganlah ia menampakkan secara terang-terangan. Akan tetapi, ia memegang tangannya lalu menyepi bersamanya. Bila nasihatnya diterima, maka itu yang diharapkan. Jika tidak, maka dia telah menunaikan yang menjadi kewajibannya.” (HR. Ibnu abi ‘Ashim dari ‘Iyadh bin Ghunmin radhiallahu ‘anhu. Asy-Syaikh al-Albani menyatakan hadits sahih dalam Zhilalul Jannah)
Dalam hadits ini disebutkan cara menasihati penguasa yaitu dengan sembunyi-sembunyi dan tidak terang-terangan di hadapan khalayak. Cara seperti ini tentu akan lebih bisa diterima daripada nasihat yang disampaikan dari atas mimbar, podium, atau surat terbuka untuk penguasa yang bisa diketahui khalayak.
Asy-Syaikh Ibnu Baz berkata, “Membeberkan kejelekan penguasa dan menyebutkannya di atas mimbar bukan cara salaf (pendahulu umat Islam yang baik). Sebab, cara yang seperti ini bisa mengarah kepada penggulingan kekuasaan, tidak didengar dan tidak ditaatinya penguasa dalam kebaikan dan akan menyeret kepada pemberontakan yang menimbulkan mudarat dan tidak mendatangkan kebaikan.
Akan tetapi, cara yang dilakukan oleh salaf adalah penyampaian nasihat antara ia dengan penguasa (secara sembunyi-sembunyi) dan menulis (nasihat) kepadanya atau menghubungi ulama mengenal baik penguasa agar ulama tersebut mengarahkan penguasa tersebut kepada kebaikan. (Mu’amalatul Hukkam hlm. 43, karya Abdus Salam Barjas)
⏳ Insya Allah bersambung
🌎 Sumber: http://asysyariah.com/etika-pemberitaan-dalam-islam/
✍ Ditulis oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman hafidzahullahu ta'ala
📎 hashtag : #bijak_menyikapi_media
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Jum'at 17 Syawwal 1437 H / 22 Juli 2016 M
Di antara macam pemberitaan yang menimbulkan dampak buruk yang sangat serius adalah pemberitaan yang mengangkat kejelekan pemerintah yang pembawa berita ada di negeri tersebut atau tidak.
Berita provokatif bisa menjadi pemicu munculnya gelombang perlawanan dan pemberontakan terhadap penguasa yang sah seperti yang terjadi akhir-akhir ini di beberapa negara di belahan bumi.
Akibat dari munculnya aksi perlawanan kepada pemerintah adalah hilangnya ketenteraman yang sebelumnya dirasakan segenap lapisan masyarakat. Rakyat saling curiga dengan penguasa yang bisa berujung saling menumpahkan darah.
Sangat disayangkan bahwa kebebasan berpendapat dijadikan tameng untuk tersebarnya berita provokatif ini. Padahal, sejatinya hal ini telah menabrak rambu-rambu agama dan bentuk kebebasan yang keterlaluan.
Semua kita tahu bahwa penguasa itu adalah manusia yang tidak luput dari kekeliruan dan kealpaan, sehingga mereka membutuhkan bimbingan dan nasihat. Akan tetapi, agama telah menjelaskan cara menasihati para penguasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَرَادَأَنْ يَنْصَحَ لِذِى سُلْطَانٍ فَلَا يُبْدِهِ عَلَانِيَةً وَلَكِنْ يَأْخُذُ بِيَدِهِ فَيَخْلُوْبِهِ فَإِنْ قُبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ وَإِلَّاكَانَ قَدْأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ
“Barang siapa ingin menasihati penguasa, maka janganlah ia menampakkan secara terang-terangan. Akan tetapi, ia memegang tangannya lalu menyepi bersamanya. Bila nasihatnya diterima, maka itu yang diharapkan. Jika tidak, maka dia telah menunaikan yang menjadi kewajibannya.” (HR. Ibnu abi ‘Ashim dari ‘Iyadh bin Ghunmin radhiallahu ‘anhu. Asy-Syaikh al-Albani menyatakan hadits sahih dalam Zhilalul Jannah)
Dalam hadits ini disebutkan cara menasihati penguasa yaitu dengan sembunyi-sembunyi dan tidak terang-terangan di hadapan khalayak. Cara seperti ini tentu akan lebih bisa diterima daripada nasihat yang disampaikan dari atas mimbar, podium, atau surat terbuka untuk penguasa yang bisa diketahui khalayak.
Asy-Syaikh Ibnu Baz berkata, “Membeberkan kejelekan penguasa dan menyebutkannya di atas mimbar bukan cara salaf (pendahulu umat Islam yang baik). Sebab, cara yang seperti ini bisa mengarah kepada penggulingan kekuasaan, tidak didengar dan tidak ditaatinya penguasa dalam kebaikan dan akan menyeret kepada pemberontakan yang menimbulkan mudarat dan tidak mendatangkan kebaikan.
Akan tetapi, cara yang dilakukan oleh salaf adalah penyampaian nasihat antara ia dengan penguasa (secara sembunyi-sembunyi) dan menulis (nasihat) kepadanya atau menghubungi ulama mengenal baik penguasa agar ulama tersebut mengarahkan penguasa tersebut kepada kebaikan. (Mu’amalatul Hukkam hlm. 43, karya Abdus Salam Barjas)
⏳ Insya Allah bersambung
🌎 Sumber: http://asysyariah.com/etika-pemberitaan-dalam-islam/
✍ Ditulis oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman hafidzahullahu ta'ala
📎 hashtag : #bijak_menyikapi_media
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Jum'at 17 Syawwal 1437 H / 22 Juli 2016 M
Majalah Islam Asy-Syariah
Etika Pemberitaan dalam Islam
Beragam media massa yang sulit dihitung karena saking banyaknya dewasa ini merupakan bukti nyata pesatnya teknologi informasi. Era globalisasi telah menyuguhkan kemudahan akses informasi yang dibutuhkan dalam hitungan detik dengan biaya yang relatif murah.…
sungguhnya di antara manusia ada orang yang menjadi pembuka kebaikan dan penutup kejelekan. Ada pula manusia orang yang menjadi pembuka kejelekan dan penutup kebaikan. Beruntunglah orang yang Allah ‘azza wa jalla jadikan kunci kebaikan melalui tangannya dan celakalah orang yang Allah ‘azza wa jalla jadikan kunci kejelekan melalui tangannya.” (HR. Ibnu Majah dari sahabat Jabir radhiallahu ‘anhu. Asy-Syaikh al-Albani menyatakan hasan dalam Shahih al-Jami’)
Berusahalah menjadi teladan dalam kebaikan sehingga pahala akan Anda dapat dari upaya Anda dan orang yang mengikuti Anda dalam kebaikan.
Wallahu a’lam.
🌎 Sumber: http://asysyariah.com/etika-pemberitaan-dalam-islam/
✍ Ditulis oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman hafidzahullahu ta'ala
📎 hashtag : #bijak_menyikapi_media
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Jum'at 17 Syawwal 1437 H / 22 Juli 2016 M
Berusahalah menjadi teladan dalam kebaikan sehingga pahala akan Anda dapat dari upaya Anda dan orang yang mengikuti Anda dalam kebaikan.
Wallahu a’lam.
🌎 Sumber: http://asysyariah.com/etika-pemberitaan-dalam-islam/
✍ Ditulis oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman hafidzahullahu ta'ala
📎 hashtag : #bijak_menyikapi_media
〰〰〰〰〰〰〰
📚🔰Salafy Kendari || https://tlgrm.me/salafykendari
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
Jum'at 17 Syawwal 1437 H / 22 Juli 2016 M
✋✅🌹MARI BERSIKAP BIJAK DALAM BERBAGAI KONDISI ...
☝💬 Berkata sebagian salaf :
Janganlah kamu termasuk dari orang yang apabila Ridha terhadap sesuatu,
Maka keridhoan tersebut menyeretnya kepada perbuatan yang bathil.
Dan apabila marah,
Maka kemarahan itu menyebabkan dia keluar dari kebenaran.
🖥 Sumber :
Ighatsatul Lahafan Karya Imam Ibnul Qayyim rohimahullaah 1/74
"قال بعضُ السّلف :
لا تُكنْ ممّن إذا رضي أدخلهُ رضاهُ في الباطل
وإذا غضِب أخرجهُ غضبُه عن الحقّ"
ابن القيم
إغاثة اللهفان174
•••┈••••○❁🌹❁○••••┈•••
📠 Dikutip dari channel @KajianIslamTemanggung
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
#bijak
☝💬 Berkata sebagian salaf :
Janganlah kamu termasuk dari orang yang apabila Ridha terhadap sesuatu,
Maka keridhoan tersebut menyeretnya kepada perbuatan yang bathil.
Dan apabila marah,
Maka kemarahan itu menyebabkan dia keluar dari kebenaran.
🖥 Sumber :
Ighatsatul Lahafan Karya Imam Ibnul Qayyim rohimahullaah 1/74
"قال بعضُ السّلف :
لا تُكنْ ممّن إذا رضي أدخلهُ رضاهُ في الباطل
وإذا غضِب أخرجهُ غضبُه عن الحقّ"
ابن القيم
إغاثة اللهفان174
•••┈••••○❁🌹❁○••••┈•••
📠 Dikutip dari channel @KajianIslamTemanggung
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
#bijak
Telegram
TIC [ Tholibul Ilmi Cikarang ]
🌎 Meraih ridho Allah dengan senantiasa mengikhlaskan niat.
📞 Saran , kritik , masukan2 dll silahkan hubungi abu fadhillah di nomor 0857-7123-2111 [ phone , sms , wa/telegram ]
📞 Saran , kritik , masukan2 dll silahkan hubungi abu fadhillah di nomor 0857-7123-2111 [ phone , sms , wa/telegram ]
☝🏻🌷📑💥 SIKAP BIJAK KETIKA MENGHADAPI KRITIKAN DAN NASEHAT
✍🏻 Asy-Syaikh Abul Harits Ibrahim at-Tamimy hafizhahullah berkata:
إذا تعرضتَ لنقد من ناصحٍ فاجعل همك في الاستفادة منه، وهل هو في محله لتتدارك وتصحح أم ليس في محله، ولا تجعل همك كيف ترد على صاحبه وتبرر لنفسك!
"Jika Anda menghadapi kritikan dari orang yang menasehati, maka jadikanlah perhatian terbesar Anda untuk mendapatkan faedah darinya, dan perhatikanlah apakah kritikan tersebut memang tepat pada tempatnya sehingga Anda menyadarinya dan membenahinya, atau ternyata tidak tepat, dan jangan jadikan perhatian terbesar Anda bagaimana Anda bisa membantah orang yang menasehati Anda tersebut dan bagaimana Anda mencari pembenaran bagi diri Anda!"
🌍 Sumber || https://twitter.com/alsalafy/status/765790121346162688
📠 Dikutip dari channel @ForumSalafy
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
#bijak
✍🏻 Asy-Syaikh Abul Harits Ibrahim at-Tamimy hafizhahullah berkata:
إذا تعرضتَ لنقد من ناصحٍ فاجعل همك في الاستفادة منه، وهل هو في محله لتتدارك وتصحح أم ليس في محله، ولا تجعل همك كيف ترد على صاحبه وتبرر لنفسك!
"Jika Anda menghadapi kritikan dari orang yang menasehati, maka jadikanlah perhatian terbesar Anda untuk mendapatkan faedah darinya, dan perhatikanlah apakah kritikan tersebut memang tepat pada tempatnya sehingga Anda menyadarinya dan membenahinya, atau ternyata tidak tepat, dan jangan jadikan perhatian terbesar Anda bagaimana Anda bisa membantah orang yang menasehati Anda tersebut dan bagaimana Anda mencari pembenaran bagi diri Anda!"
🌍 Sumber || https://twitter.com/alsalafy/status/765790121346162688
📠 Dikutip dari channel @ForumSalafy
🚀 Dipublikasikan oleh:
👉🏿 http://bit.ly/telegramTIC
👉🏿 http://bit.ly/websiteTIC
📚 WA Tholibul Ilmi Cikarang
______________________________
#bijak
Twitter
إبراهيم التميمي
إذا تعرضتَ لنقد من ناصحٍ فاجعل همك في الاستفادة منه وهل هو في محله لتتدارك وتصحح أم ليس في محله، ولا تجعل همك كيف ترد على صاحبه وتبرر لنفسك!