*#MewaspadaiSalahFikir*
*METODE MENJAWAB TUDUHAN JAHIL TERBARU: BID'AH-NYA LIQO*
(Saya hadiahkan untuk sahabat yang menggunakan metode liqo dalam dakwahnya, sebuah metode di antara banyak metode Rasulullah Saw. Tuduhan yang berangkat dari metodologi salah fikir akan terus berulang dari orang yang sama selama tidak diperbaiki metodologinya, sehingga tulisan ini agak panjang agar ke depan dapat menjadi bagian dari kontribusi referensi menjawab setiap tuduhan jahil.)
*STUDI KASUS:*
Jawaban Ustadz Yahya Badrussalam, Lc., sosok yang sama yang terkenal kontroversial karena beberapa jawabannya dalam pertanyaan yang lain yang juga kontroversial seperti tidak najisnya kotoran kucing, dan penghormatan beliau atas kesalahan target Densus 88
*HIPOTESIS:*
Problematika Metodologi Berpikir
*LANGKAH-LANGKAH MENJAWAB TUDUHAN:*
*1. LANGKAH PERTAMA: SIAPKAN QALBU*
Siapkan Qalbu agar menjadi pribadi shalih:
a. Qalbu bersih tidak perlu marah-marah, karena marah tanda tidak bisa menjawab tuduhan
b. Qalbu jernih akan mencari dimana titik lemah tuduhan lawan menggunakan ragam instrumen seperti pemahaman bahasa, penghayatan terma sampai kepada menemukan titik lemah penuduh
c. Qalbu salim akan melahirkan cinta kepada orang-orang jahil yang asal berbicara, sejatinya kondisi mereka imma lagi kurang kerjaan, punya dendam sejarah, atau tidak memahami detail yang dibicarakan namun terburu-buru ingin dianggap bisa menjawab pertanyaan jama'ah. Pahami bahwa mereka masih berada dalam kejahilan
d. Qalbu sehat akan melahirkan rasa terima kasih ada sosok yang mau menghabiskan waktunya untuk memperhatikan gerak liqo antum, karena boleh jadi suatu saat beliau akan bergabung dengan liqo
*2. LANGKAH KEDUA: SUSUN URUTAN ALASAN PENUDUH*
Dalam konteks di atas berikut alasan penuduh:
a. Sifatnya sangat mengikat
b. Murobbi kakak kelas, bukan alim yang betul-betul berilmu
c. Metode yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya
*3. LANGKAH KETIGA: FOKUS MENCARI LANDASAN SYARI'AT PADA ALASAN PENUDUH*
Dalam konteks di atas kita cukup fokus dahulu dengan 3 (tiga) alasan yang digunakannya dan berusaha menjawabnya dengan hikmah, dalil yang paling efektif, berawal dari mengangkat pertanyaan-pertanyaan dengan makna berkebalikan.
*4. LANGKAH KEEMPAT: KUMPULKAN FAKTA TERKAIT APA YANG DITUDUHKAN SECARA LENGKAP*
*_4.A. LIQO: SIFATNYA MENGIKAT?_*
Fakta yang ditemukan
A.1 Terma liqo ternyata terma umum, bukan terma khusus milik sekelompok orang. Orang-orang alim sangat akrab dengan terma liqo, dan sehingga banyak digunakan seperti oleh organisasi-organisasi Islam dengan makna dasar: pertemuan. Makna dasarnya umum, namun dimaksudkan kepada pertemuan dalam mengkaji hal-hal yang baik dan menambah ilmu atau menyelesaikan masalah. Ikatan dimaksud biasanya adalah ikatan kesamaan cara pandang ingin meraih sesuatu seperti ilmu, atau menyelesaikan sesuatu seperti masalah.
Beberapa contoh data (sample) organisasi Islam yang menggunakan terma liqo dalam aktifitas dakwah mereka:
4.A.1.1 Nahdhatul 'Ulama
“Rencana untuk program utama kami berikutnya, regenerasi kader. Format yang akan kami lakukan mungkin sedikit mirip dengan model liqo’ yang dilakukan oleh kelompok tarbiyah,” terang Sekretaris NU Sambi Wan Nur Jadi, saat dihubungi NU Online, Selasa (26/8) lalu.
(Referensi: http://www.nu.or.id/post/read/54105/nu-sambi-coba-pengaderan-berbentuk-liqorsquo)
4.A.1.2 Wahdah Islamiyah
Dewan Syariah Wahdah Islamiyah melaksanakan Liqo Ilmi pada Sabtu, 14 Jumadil Ula 1438 H (11/02). Liqo Ilmi digelar di mushalla Baitul Halaqah, perumahan Dosen Unhas, Antang, Makassar. Kegiatan ini diikuti oleh para ustadz anggota dewan syariah Wahdah Islamiyah serta para undangan dari lembaga-lembaga lingkup Wahdah Islamiyah.
(Referensi: http://wahdah.or.id/liqo-ilmi-dewan-syariah-wi-bahas-polemik-waktu-shalat/)
4.A.1.3 HASMI
Liqo’ Syawwal HASMI
(Himpunan Ahlussunnah untuk Masyarakat Islami)
(Referensi: https://www.hasmijakarta.org/2017/07/10/hadirilah-liqo-syawal-hasmi-himpunan-ahlussunnah-untuk-masyarakat-islami/)
4.A.2 Liqo adalah model pendidikan, dan dimanapun sepanjang sejarah, pend
*METODE MENJAWAB TUDUHAN JAHIL TERBARU: BID'AH-NYA LIQO*
(Saya hadiahkan untuk sahabat yang menggunakan metode liqo dalam dakwahnya, sebuah metode di antara banyak metode Rasulullah Saw. Tuduhan yang berangkat dari metodologi salah fikir akan terus berulang dari orang yang sama selama tidak diperbaiki metodologinya, sehingga tulisan ini agak panjang agar ke depan dapat menjadi bagian dari kontribusi referensi menjawab setiap tuduhan jahil.)
*STUDI KASUS:*
Jawaban Ustadz Yahya Badrussalam, Lc., sosok yang sama yang terkenal kontroversial karena beberapa jawabannya dalam pertanyaan yang lain yang juga kontroversial seperti tidak najisnya kotoran kucing, dan penghormatan beliau atas kesalahan target Densus 88
*HIPOTESIS:*
Problematika Metodologi Berpikir
*LANGKAH-LANGKAH MENJAWAB TUDUHAN:*
*1. LANGKAH PERTAMA: SIAPKAN QALBU*
Siapkan Qalbu agar menjadi pribadi shalih:
a. Qalbu bersih tidak perlu marah-marah, karena marah tanda tidak bisa menjawab tuduhan
b. Qalbu jernih akan mencari dimana titik lemah tuduhan lawan menggunakan ragam instrumen seperti pemahaman bahasa, penghayatan terma sampai kepada menemukan titik lemah penuduh
c. Qalbu salim akan melahirkan cinta kepada orang-orang jahil yang asal berbicara, sejatinya kondisi mereka imma lagi kurang kerjaan, punya dendam sejarah, atau tidak memahami detail yang dibicarakan namun terburu-buru ingin dianggap bisa menjawab pertanyaan jama'ah. Pahami bahwa mereka masih berada dalam kejahilan
d. Qalbu sehat akan melahirkan rasa terima kasih ada sosok yang mau menghabiskan waktunya untuk memperhatikan gerak liqo antum, karena boleh jadi suatu saat beliau akan bergabung dengan liqo
*2. LANGKAH KEDUA: SUSUN URUTAN ALASAN PENUDUH*
Dalam konteks di atas berikut alasan penuduh:
a. Sifatnya sangat mengikat
b. Murobbi kakak kelas, bukan alim yang betul-betul berilmu
c. Metode yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya
*3. LANGKAH KETIGA: FOKUS MENCARI LANDASAN SYARI'AT PADA ALASAN PENUDUH*
Dalam konteks di atas kita cukup fokus dahulu dengan 3 (tiga) alasan yang digunakannya dan berusaha menjawabnya dengan hikmah, dalil yang paling efektif, berawal dari mengangkat pertanyaan-pertanyaan dengan makna berkebalikan.
*4. LANGKAH KEEMPAT: KUMPULKAN FAKTA TERKAIT APA YANG DITUDUHKAN SECARA LENGKAP*
*_4.A. LIQO: SIFATNYA MENGIKAT?_*
Fakta yang ditemukan
A.1 Terma liqo ternyata terma umum, bukan terma khusus milik sekelompok orang. Orang-orang alim sangat akrab dengan terma liqo, dan sehingga banyak digunakan seperti oleh organisasi-organisasi Islam dengan makna dasar: pertemuan. Makna dasarnya umum, namun dimaksudkan kepada pertemuan dalam mengkaji hal-hal yang baik dan menambah ilmu atau menyelesaikan masalah. Ikatan dimaksud biasanya adalah ikatan kesamaan cara pandang ingin meraih sesuatu seperti ilmu, atau menyelesaikan sesuatu seperti masalah.
Beberapa contoh data (sample) organisasi Islam yang menggunakan terma liqo dalam aktifitas dakwah mereka:
4.A.1.1 Nahdhatul 'Ulama
“Rencana untuk program utama kami berikutnya, regenerasi kader. Format yang akan kami lakukan mungkin sedikit mirip dengan model liqo’ yang dilakukan oleh kelompok tarbiyah,” terang Sekretaris NU Sambi Wan Nur Jadi, saat dihubungi NU Online, Selasa (26/8) lalu.
(Referensi: http://www.nu.or.id/post/read/54105/nu-sambi-coba-pengaderan-berbentuk-liqorsquo)
4.A.1.2 Wahdah Islamiyah
Dewan Syariah Wahdah Islamiyah melaksanakan Liqo Ilmi pada Sabtu, 14 Jumadil Ula 1438 H (11/02). Liqo Ilmi digelar di mushalla Baitul Halaqah, perumahan Dosen Unhas, Antang, Makassar. Kegiatan ini diikuti oleh para ustadz anggota dewan syariah Wahdah Islamiyah serta para undangan dari lembaga-lembaga lingkup Wahdah Islamiyah.
(Referensi: http://wahdah.or.id/liqo-ilmi-dewan-syariah-wi-bahas-polemik-waktu-shalat/)
4.A.1.3 HASMI
Liqo’ Syawwal HASMI
(Himpunan Ahlussunnah untuk Masyarakat Islami)
(Referensi: https://www.hasmijakarta.org/2017/07/10/hadirilah-liqo-syawal-hasmi-himpunan-ahlussunnah-untuk-masyarakat-islami/)
4.A.2 Liqo adalah model pendidikan, dan dimanapun sepanjang sejarah, pend
Wido Supraha
Photo
#MewaspadaiSalahFikir
JIKA ADA HADITS SHAHIH MAKA ITULAH MADZHABKU
Benarkah para imam madzhab tidak tahu adanya hadits yang shahih?
Benarkah para imam madzhab berani menyelisihi Nabi Muhammad ﷺ?
Benarkah para imam madzhab bukan ahli hadits?
Konsep: "Idzā shahha al-hadīts fa huwa madzhabī" sering dijadikan senjata kaum salah fikir untuk membuat konsep baru:
1. Tinggalkan imam madzhab dan ulama salaf, karena Rasūlullāh ﷺ adalah sosok yang paling salaf;
2. Ikuti guru kami dan tinggalkan pendapat imam madzhab, karena imam madzhab tidak lebih tahu daripada guru kami;
3. Terjemahan teks hadits yang saya baca membuktikan kekeliruan pemahaman imam madzhab, maka aku ikuti terjemahan teks ini, karena teks inilah yang sesuai Sunnah menurutku
Lahirlah madzhab baru yakni madzhab tidak bermadzhab. Madzhab yang anti imam madzhab. Namun tentu sebagaimana jamaknya madzhab, madzhab kontemporer ini pun punya standar kurikulum, kitab, guru, masyayikh. Siapapun yang ingin ikut madzhab kontemporer ini, wajib ikut standar baru ini.
Anda ikut madzhab mana?
Madzhab Rasūlullāh ﷺ.
Bagaimana cara anda ikut madzhab Rasūlullāh ﷺ?
Pakai kurikulum kami.
Apakah kurikulum Anda yang baru lahir abad ke-20 M ini lebih bisa dipertanggungjawabkan dari madzhab generasi salaf?
Tentu, kurikulum kami sesuai Sunnah.
Bagaimana Anda bisa yakin padahal jaraknya terpaut 1400-1100 tahun yang lalu, dan selama itu ada rentang persoalan panjang?
Karena kami berpegang teguh pada Al-Qur'ān dan As-Sunnah
Berarti imam madzhab tidak berpegang teguh dengan Al-Qur'ān dan As-Sunnah?
"Idzā shahha al-hadīts fa huwa madzhabī"
***
Demikianlah lingkaran tak berujung dialog bersama kaum salah fikir.
Foto: Kitab dari akh Ardiansyah, membahas tuntas makna sebenar dari teks: "Idzā shahha al-hadīts fa huwa madzhabī".
Wido Supraha
twitter.com/supraha
instagram.com/supraha
JIKA ADA HADITS SHAHIH MAKA ITULAH MADZHABKU
Benarkah para imam madzhab tidak tahu adanya hadits yang shahih?
Benarkah para imam madzhab berani menyelisihi Nabi Muhammad ﷺ?
Benarkah para imam madzhab bukan ahli hadits?
Konsep: "Idzā shahha al-hadīts fa huwa madzhabī" sering dijadikan senjata kaum salah fikir untuk membuat konsep baru:
1. Tinggalkan imam madzhab dan ulama salaf, karena Rasūlullāh ﷺ adalah sosok yang paling salaf;
2. Ikuti guru kami dan tinggalkan pendapat imam madzhab, karena imam madzhab tidak lebih tahu daripada guru kami;
3. Terjemahan teks hadits yang saya baca membuktikan kekeliruan pemahaman imam madzhab, maka aku ikuti terjemahan teks ini, karena teks inilah yang sesuai Sunnah menurutku
Lahirlah madzhab baru yakni madzhab tidak bermadzhab. Madzhab yang anti imam madzhab. Namun tentu sebagaimana jamaknya madzhab, madzhab kontemporer ini pun punya standar kurikulum, kitab, guru, masyayikh. Siapapun yang ingin ikut madzhab kontemporer ini, wajib ikut standar baru ini.
Anda ikut madzhab mana?
Madzhab Rasūlullāh ﷺ.
Bagaimana cara anda ikut madzhab Rasūlullāh ﷺ?
Pakai kurikulum kami.
Apakah kurikulum Anda yang baru lahir abad ke-20 M ini lebih bisa dipertanggungjawabkan dari madzhab generasi salaf?
Tentu, kurikulum kami sesuai Sunnah.
Bagaimana Anda bisa yakin padahal jaraknya terpaut 1400-1100 tahun yang lalu, dan selama itu ada rentang persoalan panjang?
Karena kami berpegang teguh pada Al-Qur'ān dan As-Sunnah
Berarti imam madzhab tidak berpegang teguh dengan Al-Qur'ān dan As-Sunnah?
"Idzā shahha al-hadīts fa huwa madzhabī"
***
Demikianlah lingkaran tak berujung dialog bersama kaum salah fikir.
Foto: Kitab dari akh Ardiansyah, membahas tuntas makna sebenar dari teks: "Idzā shahha al-hadīts fa huwa madzhabī".
Wido Supraha
twitter.com/supraha
instagram.com/supraha