MUSDA JATAMAN
Pada hari Sabtu pertengahan Desember 2019 ini, Idaraoh Syu'biyah Jam'iyah Ahlith Tjariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyah Kab. Kediri mengadakan MUSDA (Musyawarah Idarah Syu'biyah). Jam'iyah Ahlit Thariqah Al Mu'tabarah yang biasa disingkat dengan JATAMAN yang menjadi salah satu Banom NU adalah suatu perkumpulan Ahlit Thariqah yang menghimpun lebih dari 40 Thariqah Mu'tabarah.
Thariqah sendiri yang merupakan bagian dari ajaran Tashawuf, artinya ialah metode. Thariqah mengajak manusia untuk menghilangkan sifat2 yang tidak terpuji menurut syara' serta menghiasi hati manusia dengan dzikir tertentu yang diajarkan Nabi Muhammad ﷺ. Mendekatkan diri kepada Allah ta'ala dengan cara berdzikir adalah cara paling praktis dan bijaksana sekali untuk memperbaiki jiwa yang senantiasa melakukan perbuatan yang menentang syara'.
Didalam thariqah dikenal ada tiga macam dzikir yaitu dzikir dengan lisan, hati dan ruh. Antara ketiganya tidak bisa dipisahkan. Oleh krn itu, ada pendapat bahwa dzikir dengan lisan tanpa diingat dalam hati, disebut dzikir "Adah", atau dzikirnya orang awam. Dzikir dengan lisan dengan diyakini dalam hati, disebut dzikir "ibadah", sedangkan dzikir dengan segenap anggota badan, disebut dzikir "Mahabbah" dan "Makrifah".
Ditanah air, Thariqah mendapatkan pengikutnya, pertama dilingkungan istana dan lama kemudian barulah merembes kekalangan masyarakat awam. Pendiri dinasti raja sendiri ada yang pernah mengunjungi tanah Arab dan berbaiat menjadi pengikut sejumlah Thariqah seperti Syathariyah, Naqsyabandiyah dan Syadziliyah.
Perkembangan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peranan penganut Thariqah yang begitu gigih dalam menyebarkan Islam. Dapat diamati betapa para kiyai yang mengamalkan Thariqah mempunyai pengikut yang jauh lebih banyak daripada yang tidak melalukannya. Selain itu, pada masa2 penjajahan, tokoh2 Thariqah ternyata mampu menggiring para pengikutnya melawan penjajah Belanda. Konon sebelum munculnya organisasi politik praktis, para pengikut Thariqah inilah yang telah membuat penjajah Belanda kerepotan memadamkan berbagai pemberontakan. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa Islam tersebar ke Nusantara oleh para sufi atau tokoh ahli Tasawuf, suatu disiplin ilmu yang dipakai oleh ahli Thariqah, krn Walisongo yang dikenal sebagai penyebar Islam ditanah air itu adalah orang2 sufi.
Diantara tariqah Muktabarah yang terkenal ialah Thariqah yang bernama "Qadiriyah wan Naqsyabandiyah" (gabungan antara Qadiriyah dan Naqsyabandiyah) yang berkembang sangat pesat di Indonesia, bahkan diperkirakan, kini merupakan Thariqah terbesar pengikutnya. Sebenarnya, Qadiriyah dan Naqsyabandiyah, muncul sebagai thariqah yang sangat berbeda, masing2 dengan tradisi dan teknik spiritual yang tersendiri. Dalam thariqah Qadiriyah wan Naqsyabandiyah, beberapa teknik yang dipilih dari thariqah Naqsyabandiyah dikombinasikan dengan teknik lain yang berasal dari thariqah Qadiriyah dan dijadikan sebagai satu paket tunggal. Diantaranya seperti bentuk meditasi tanpa suara yang biasanya merupakan bagian dari thariqah Naqsyabandiyah dan dzikir dengan suara keras berisi pembacaan secara ritmis kalimat Tauhid. Orang bergabung menjadi pengikut thariqah ini melalui suatu pembaiatan tunggal sebagai pengganti dari dua kali pembaiatan terpisag oleh seorang Mursyid thariqah Naqsyabandiyah dan Qadiriyah.
Tokoh yang dikenal sebagai pendiri thariqah Qadiriyah wan Naqsyabandiyah atau paling tidak orang yang mempromosikannya dikalangan masyarakat Indonesia, adalah seorang sufi Indonesia bernama Ahmad Khathib dari Sambas, Kalimantan Barat yang menetap dan mengajar di Makkah pada pertengahan abad ke 19. Dia membaiat sejumlah murid yang berasal dari Asia Tenggara menjadi pengikut thariqahnya itu yang menggantikan thariqah Samaniyah yang ketika itu merupakan thariqah yang paling populer di Nusantara.
Oleh: KH. Busyrol Karim Abdul Mughni
Rois Syuriah PCNU Kabupaten Kediri
#LDNU KAB KEDIRI #Jatman
http://www.facebook.com/pg/LDNUPCKEDIRI/community/
📗📲 Lembaga DAKWAH NU Kab Kediri
: ldnukabkediri.wor
Pada hari Sabtu pertengahan Desember 2019 ini, Idaraoh Syu'biyah Jam'iyah Ahlith Tjariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyah Kab. Kediri mengadakan MUSDA (Musyawarah Idarah Syu'biyah). Jam'iyah Ahlit Thariqah Al Mu'tabarah yang biasa disingkat dengan JATAMAN yang menjadi salah satu Banom NU adalah suatu perkumpulan Ahlit Thariqah yang menghimpun lebih dari 40 Thariqah Mu'tabarah.
Thariqah sendiri yang merupakan bagian dari ajaran Tashawuf, artinya ialah metode. Thariqah mengajak manusia untuk menghilangkan sifat2 yang tidak terpuji menurut syara' serta menghiasi hati manusia dengan dzikir tertentu yang diajarkan Nabi Muhammad ﷺ. Mendekatkan diri kepada Allah ta'ala dengan cara berdzikir adalah cara paling praktis dan bijaksana sekali untuk memperbaiki jiwa yang senantiasa melakukan perbuatan yang menentang syara'.
Didalam thariqah dikenal ada tiga macam dzikir yaitu dzikir dengan lisan, hati dan ruh. Antara ketiganya tidak bisa dipisahkan. Oleh krn itu, ada pendapat bahwa dzikir dengan lisan tanpa diingat dalam hati, disebut dzikir "Adah", atau dzikirnya orang awam. Dzikir dengan lisan dengan diyakini dalam hati, disebut dzikir "ibadah", sedangkan dzikir dengan segenap anggota badan, disebut dzikir "Mahabbah" dan "Makrifah".
Ditanah air, Thariqah mendapatkan pengikutnya, pertama dilingkungan istana dan lama kemudian barulah merembes kekalangan masyarakat awam. Pendiri dinasti raja sendiri ada yang pernah mengunjungi tanah Arab dan berbaiat menjadi pengikut sejumlah Thariqah seperti Syathariyah, Naqsyabandiyah dan Syadziliyah.
Perkembangan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peranan penganut Thariqah yang begitu gigih dalam menyebarkan Islam. Dapat diamati betapa para kiyai yang mengamalkan Thariqah mempunyai pengikut yang jauh lebih banyak daripada yang tidak melalukannya. Selain itu, pada masa2 penjajahan, tokoh2 Thariqah ternyata mampu menggiring para pengikutnya melawan penjajah Belanda. Konon sebelum munculnya organisasi politik praktis, para pengikut Thariqah inilah yang telah membuat penjajah Belanda kerepotan memadamkan berbagai pemberontakan. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa Islam tersebar ke Nusantara oleh para sufi atau tokoh ahli Tasawuf, suatu disiplin ilmu yang dipakai oleh ahli Thariqah, krn Walisongo yang dikenal sebagai penyebar Islam ditanah air itu adalah orang2 sufi.
Diantara tariqah Muktabarah yang terkenal ialah Thariqah yang bernama "Qadiriyah wan Naqsyabandiyah" (gabungan antara Qadiriyah dan Naqsyabandiyah) yang berkembang sangat pesat di Indonesia, bahkan diperkirakan, kini merupakan Thariqah terbesar pengikutnya. Sebenarnya, Qadiriyah dan Naqsyabandiyah, muncul sebagai thariqah yang sangat berbeda, masing2 dengan tradisi dan teknik spiritual yang tersendiri. Dalam thariqah Qadiriyah wan Naqsyabandiyah, beberapa teknik yang dipilih dari thariqah Naqsyabandiyah dikombinasikan dengan teknik lain yang berasal dari thariqah Qadiriyah dan dijadikan sebagai satu paket tunggal. Diantaranya seperti bentuk meditasi tanpa suara yang biasanya merupakan bagian dari thariqah Naqsyabandiyah dan dzikir dengan suara keras berisi pembacaan secara ritmis kalimat Tauhid. Orang bergabung menjadi pengikut thariqah ini melalui suatu pembaiatan tunggal sebagai pengganti dari dua kali pembaiatan terpisag oleh seorang Mursyid thariqah Naqsyabandiyah dan Qadiriyah.
Tokoh yang dikenal sebagai pendiri thariqah Qadiriyah wan Naqsyabandiyah atau paling tidak orang yang mempromosikannya dikalangan masyarakat Indonesia, adalah seorang sufi Indonesia bernama Ahmad Khathib dari Sambas, Kalimantan Barat yang menetap dan mengajar di Makkah pada pertengahan abad ke 19. Dia membaiat sejumlah murid yang berasal dari Asia Tenggara menjadi pengikut thariqahnya itu yang menggantikan thariqah Samaniyah yang ketika itu merupakan thariqah yang paling populer di Nusantara.
Oleh: KH. Busyrol Karim Abdul Mughni
Rois Syuriah PCNU Kabupaten Kediri
#LDNU KAB KEDIRI #Jatman
http://www.facebook.com/pg/LDNUPCKEDIRI/community/
📗📲 Lembaga DAKWAH NU Kab Kediri
: ldnukabkediri.wor
Facebook
Log in or sign up to view
See posts, photos and more on Facebook.