KEUTAMAAN SILATURRAHIM #8
Rasulullah adalah pribadi yang gemar melakukan silaturrahim sejak sebelum diangkat menjadi seorang nabi.
Setelah menerima wahyu pertama sayyiah Khadijah berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
فَوَاللَّهِ لَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا فَوَاللَّهِ إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَصْدُقُ الْحَدِيثَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَق
"Demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau benar-benar seorang yang senantiasa menyambung silaturahmi, seorang yang jujur kata-katanya, menolong yang lemah, memberi kepada orang yang tak punya, engkau juga memuliakan tamu dan membela kebenaran."
HR al Bukhari dan Muslim
#LDNU IDUL FITRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Rasulullah adalah pribadi yang gemar melakukan silaturrahim sejak sebelum diangkat menjadi seorang nabi.
Setelah menerima wahyu pertama sayyiah Khadijah berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
فَوَاللَّهِ لَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا فَوَاللَّهِ إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَصْدُقُ الْحَدِيثَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَق
"Demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau benar-benar seorang yang senantiasa menyambung silaturahmi, seorang yang jujur kata-katanya, menolong yang lemah, memberi kepada orang yang tak punya, engkau juga memuliakan tamu dan membela kebenaran."
HR al Bukhari dan Muslim
#LDNU IDUL FITRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
AQIDAH SALAF #1
Abu Bakr as Shiddiq Radliyallahu 'anhu berkata:
الْعَجْزُ عَنْ دَرَكِ الإِدْرَاكِ إِدْرَاكٌ * وَالْبَحْثُ عَنْ ذَاتِهِ كُفْرٌ وَإِشْرَاكُ
"Merasa lemah dari mengetahui hakikat Allah adalah keimanan. Dan mencari-cari hakekat dzat Allah dengan cara membayangkan Nya adalah kekufuran dan kesyirikan"
(Diriwayatkan oleh al Faqih al Muhaddits Badruddin az Zarkasyi)
Penjelasan:
✅Seseorang yang mengakui bahwa dirinya tidak bisa mengetahui hakekat Allah adalah orang yang beriman.
☝️Karena tidak ada yang mengetahui hakekat Allah kecuali hanya Allah. Sebab hakekat Allah bukan benda dan tidak disifati dg sifat benda, ada tanpa tempat dan arah, sehingga Allah tidak bisa dibayangkan, digambarkan dan dikhayalkan.
✅Seseorang yang berusaha mengetahui hakekat Allah dengan cara membayangkan dan menggambarkan Allah, maka dia akan jatuh pada kekufuran dan kesyirikan.
✅Karena semua yang ada dalam bayangan dan gambaran manusia adalah benda, dan orang yang meyakini bahwa Allah benda berarti telah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Abu Bakr as Shiddiq Radliyallahu 'anhu berkata:
الْعَجْزُ عَنْ دَرَكِ الإِدْرَاكِ إِدْرَاكٌ * وَالْبَحْثُ عَنْ ذَاتِهِ كُفْرٌ وَإِشْرَاكُ
"Merasa lemah dari mengetahui hakikat Allah adalah keimanan. Dan mencari-cari hakekat dzat Allah dengan cara membayangkan Nya adalah kekufuran dan kesyirikan"
(Diriwayatkan oleh al Faqih al Muhaddits Badruddin az Zarkasyi)
Penjelasan:
✅Seseorang yang mengakui bahwa dirinya tidak bisa mengetahui hakekat Allah adalah orang yang beriman.
☝️Karena tidak ada yang mengetahui hakekat Allah kecuali hanya Allah. Sebab hakekat Allah bukan benda dan tidak disifati dg sifat benda, ada tanpa tempat dan arah, sehingga Allah tidak bisa dibayangkan, digambarkan dan dikhayalkan.
✅Seseorang yang berusaha mengetahui hakekat Allah dengan cara membayangkan dan menggambarkan Allah, maka dia akan jatuh pada kekufuran dan kesyirikan.
✅Karena semua yang ada dalam bayangan dan gambaran manusia adalah benda, dan orang yang meyakini bahwa Allah benda berarti telah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
AQIDAH SALAF #2
Sayyidina Ali bin Abi Tholib Radliyallahu 'anhu berkata:
«كَانَ اللَّهُ وَلاَ مَكَانَ وَهُوَ الآنَ عَلَى مَا عَلَيْهِ كَانَ».
"(Pada azal) Allah ada dan tidak ada tempat dan Dia sekarang (setelah terciptanya tempat) tetap seperti semula (Ada tanpa tempat)
(Diriwayatkan oleh imam Abu Manshur al Baghdadi dalam kitab al Farqu Bain al Firaq)
Penjelasan:
✅Sayyidina Ali bin Abi Tholib adalah:
1⃣ *Anak dari paman (sepupu)* Rasulullah
2⃣Menantu Rasulullah
3⃣Khalifah keempat
4⃣ Wali termulia setelah Sayyidina Abu Bakr, Umar dan Utsman
5⃣Sahabat yang paling luas ilmunya
6⃣Salah satu dari 10 orang yang dikabarkan masuk surga
7⃣ Dijuluki sebagai Mishbah at Tauhid (lampunya tauhid), sebab beliau banyak menjelaskan akidah Ahlussunnah wal jama'ah.
✅Makna perkataan Sayyidina Ali:
👍Sebelum Allah menciptakan langit, bumi, Arsy dan tempat-tempat lainnya, *Allah ada tanpa tempat-tempat tersebut.*
👍Setelah langit, bumi, Arsy dan tempat-tempat lainnya diciptakan oleh Allah, Allah tidak berubah, *Allah tetap ada tanpa tempat.*
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Sayyidina Ali bin Abi Tholib Radliyallahu 'anhu berkata:
«كَانَ اللَّهُ وَلاَ مَكَانَ وَهُوَ الآنَ عَلَى مَا عَلَيْهِ كَانَ».
"(Pada azal) Allah ada dan tidak ada tempat dan Dia sekarang (setelah terciptanya tempat) tetap seperti semula (Ada tanpa tempat)
(Diriwayatkan oleh imam Abu Manshur al Baghdadi dalam kitab al Farqu Bain al Firaq)
Penjelasan:
✅Sayyidina Ali bin Abi Tholib adalah:
1⃣ *Anak dari paman (sepupu)* Rasulullah
2⃣Menantu Rasulullah
3⃣Khalifah keempat
4⃣ Wali termulia setelah Sayyidina Abu Bakr, Umar dan Utsman
5⃣Sahabat yang paling luas ilmunya
6⃣Salah satu dari 10 orang yang dikabarkan masuk surga
7⃣ Dijuluki sebagai Mishbah at Tauhid (lampunya tauhid), sebab beliau banyak menjelaskan akidah Ahlussunnah wal jama'ah.
✅Makna perkataan Sayyidina Ali:
👍Sebelum Allah menciptakan langit, bumi, Arsy dan tempat-tempat lainnya, *Allah ada tanpa tempat-tempat tersebut.*
👍Setelah langit, bumi, Arsy dan tempat-tempat lainnya diciptakan oleh Allah, Allah tidak berubah, *Allah tetap ada tanpa tempat.*
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
AQIDAH SALAF #3
Sayyidina Ali bin Abi Tholib Radliyallahu 'anhu berkata :
إنَّ الله خَلَقَ العَرْشَ إِظْهَارًا لِقُدْرَتِهِ وَلَمْ يَتَّخِذهُ مَكَاناً لِذَاتِهِ
"Sesungguhnya Allah menciptakan Arsy untuk memperlihatkan kekuasaan Nya dan tidak untuk Ia jadikan sebagai tempat bagi Dzat Nya"
(Diriwayatkan oleh Abu Manshur al Baghdadi dalam kitab al Farq bain al Firaq)
Penjelasan:
✅Arsy adalah makhluk Allah yang paling besar bentuk dan ukurannya, letaknya di atas langit ke tujuh, bagian dari Arsy merupakan atap surga.
✅Sayyidina Ali menjelaskan bahwa Arsy adalah makhluk (Allah yang menciptakannya).
✅Sayyidina Ali menjelaskan bahwa tujuan penciptaan Arsy adalah untuk menunjukkan kekuasaan Allah (tanda kebesaran kekuasaan Allah). Para malaikat (penduduk langit) yang melihat keagungan Arsy akan bertambah kuat keimanannya kepada Allah, penciptanya.
✅Sayyidina Ali menegaskan bahwa tujuan penciptaan Arsy bukan untuk tempat duduk atau tempat tinggal bagi Allah.
☝️Ini adalah bahtahan terhadap kelompok mujassimah musyabbihah yang mengatakan bahwa Allah bertempat, duduk, bersemayam di atas Arsy.
👆Aqidah musyabbihah bertentangan dengan akidah Sayyidina Ali karramallahu wajhah.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Sayyidina Ali bin Abi Tholib Radliyallahu 'anhu berkata :
إنَّ الله خَلَقَ العَرْشَ إِظْهَارًا لِقُدْرَتِهِ وَلَمْ يَتَّخِذهُ مَكَاناً لِذَاتِهِ
"Sesungguhnya Allah menciptakan Arsy untuk memperlihatkan kekuasaan Nya dan tidak untuk Ia jadikan sebagai tempat bagi Dzat Nya"
(Diriwayatkan oleh Abu Manshur al Baghdadi dalam kitab al Farq bain al Firaq)
Penjelasan:
✅Arsy adalah makhluk Allah yang paling besar bentuk dan ukurannya, letaknya di atas langit ke tujuh, bagian dari Arsy merupakan atap surga.
✅Sayyidina Ali menjelaskan bahwa Arsy adalah makhluk (Allah yang menciptakannya).
✅Sayyidina Ali menjelaskan bahwa tujuan penciptaan Arsy adalah untuk menunjukkan kekuasaan Allah (tanda kebesaran kekuasaan Allah). Para malaikat (penduduk langit) yang melihat keagungan Arsy akan bertambah kuat keimanannya kepada Allah, penciptanya.
✅Sayyidina Ali menegaskan bahwa tujuan penciptaan Arsy bukan untuk tempat duduk atau tempat tinggal bagi Allah.
☝️Ini adalah bahtahan terhadap kelompok mujassimah musyabbihah yang mengatakan bahwa Allah bertempat, duduk, bersemayam di atas Arsy.
👆Aqidah musyabbihah bertentangan dengan akidah Sayyidina Ali karramallahu wajhah.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
AQIDAH SALAF #4
Sayyidina Ali bin Abi Tholib Radliyallahu 'anhu berkata:
"مَن زَعَمَ أن إلهنَا محدودٌ فقد جَهِلَ الخالقَ المعبودَ"
"Barangsiapa yang menyangka bahwa tuhan kita (Allah) itu mahdud (memiliki bentuk dan ukuran) maka dia tidak mengenal Pencipta yang disembah"
(Diriwayatkan oleh Abu Nu' aim dalam kitab Hilyatul Awliya')
Penjelasan:
✅ Mahdud dalam istilah ulama tauhid artinya sesuatu yang memiliki bentuk atau ukuran, baik kecil maupun besar.
✅Makna perkataan Sayyidina Ali; orang yang meyakini bahwa Allah memiliki bentuk dan ukuran maka dia tidak mengenal Allah (bukan seorang mukmin).
⭕Kelompok yang meyakini bahwa Allah bertempat di atas Arsy, di atas langit dan tempat lainnya berarti telah meyakini bahwa Allah memiliki ukuran.
☝️Karena setiap yang bertempat pasti punya ukuran,
1⃣Adakalanya berukuran sama dengan tempatnya
2⃣Adakalanya berukuran lebih kecil dari tempatnya
3⃣Adakalanya berukuran lebih besar dari tempatnya.
👆Berarti orang yang meyakini bahwa Allah bertempat tidak mengenal Allah.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Sayyidina Ali bin Abi Tholib Radliyallahu 'anhu berkata:
"مَن زَعَمَ أن إلهنَا محدودٌ فقد جَهِلَ الخالقَ المعبودَ"
"Barangsiapa yang menyangka bahwa tuhan kita (Allah) itu mahdud (memiliki bentuk dan ukuran) maka dia tidak mengenal Pencipta yang disembah"
(Diriwayatkan oleh Abu Nu' aim dalam kitab Hilyatul Awliya')
Penjelasan:
✅ Mahdud dalam istilah ulama tauhid artinya sesuatu yang memiliki bentuk atau ukuran, baik kecil maupun besar.
✅Makna perkataan Sayyidina Ali; orang yang meyakini bahwa Allah memiliki bentuk dan ukuran maka dia tidak mengenal Allah (bukan seorang mukmin).
⭕Kelompok yang meyakini bahwa Allah bertempat di atas Arsy, di atas langit dan tempat lainnya berarti telah meyakini bahwa Allah memiliki ukuran.
☝️Karena setiap yang bertempat pasti punya ukuran,
1⃣Adakalanya berukuran sama dengan tempatnya
2⃣Adakalanya berukuran lebih kecil dari tempatnya
3⃣Adakalanya berukuran lebih besar dari tempatnya.
👆Berarti orang yang meyakini bahwa Allah bertempat tidak mengenal Allah.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
AQIDAH SALAF #5
Sayyidina Zainal Abidin as Sajadj Ali bin al Husain bin Ali bin Abi Tholib (94 H) Radliyallahu' anhuma berkata :
أنت الله الذي لا يحويك مكان"
"Engkau Allah, Dzat yang tidak diliputi oleh tempat"
(Diriwayatkan oleh al Hafidz Muhammad Murtadlo az Zabidi dalam kitab "Ithaf as Saadah al Muttaqiin fi Syarh Ihya' Ulumiddin, juz 4"
Penjelasan:
✅Ali bin al Husain adalah putra dari cucu tercinta Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Sayyidina al Husain yang disebut Nabi sebagai pemimpin para pemuda Surga bersama saudaranya Sayyidina al Hasan Radliyallahu 'anhuma.
✅Laqob/julukan Sayyidina Ali bin al Husain adalah Zainal Abidin dan as Sajjad, karena beliau dalam sehari semalam tidak kurang dari seribu rekaat melakukan sholat sunnah, dan beliau dikenal sebagai orang yang sangat khusyu' di dalam sholatnya.
✅Dalam perkataan di atas, beliau menegaskan bahwa *"Allah ada tanpa tempat"*
✔️Tempat adalah ruang kosong yang diisi oleh suatu benda/jisim
✔️Allah bukan benda/jisim, karenanya tidak boleh dikatakan Allah bertempat pada suatu tempat.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Sayyidina Zainal Abidin as Sajadj Ali bin al Husain bin Ali bin Abi Tholib (94 H) Radliyallahu' anhuma berkata :
أنت الله الذي لا يحويك مكان"
"Engkau Allah, Dzat yang tidak diliputi oleh tempat"
(Diriwayatkan oleh al Hafidz Muhammad Murtadlo az Zabidi dalam kitab "Ithaf as Saadah al Muttaqiin fi Syarh Ihya' Ulumiddin, juz 4"
Penjelasan:
✅Ali bin al Husain adalah putra dari cucu tercinta Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Sayyidina al Husain yang disebut Nabi sebagai pemimpin para pemuda Surga bersama saudaranya Sayyidina al Hasan Radliyallahu 'anhuma.
✅Laqob/julukan Sayyidina Ali bin al Husain adalah Zainal Abidin dan as Sajjad, karena beliau dalam sehari semalam tidak kurang dari seribu rekaat melakukan sholat sunnah, dan beliau dikenal sebagai orang yang sangat khusyu' di dalam sholatnya.
✅Dalam perkataan di atas, beliau menegaskan bahwa *"Allah ada tanpa tempat"*
✔️Tempat adalah ruang kosong yang diisi oleh suatu benda/jisim
✔️Allah bukan benda/jisim, karenanya tidak boleh dikatakan Allah bertempat pada suatu tempat.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
AQIDAH SALAF #6
Sayyidina Jakfar as Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Zainal Abidin Ali bin al Husain bin Ali bin Abi Tholib Radliyallahum (148 H) berkata:
من زعم أن الله في شىء، أو من شىء، أو على شىء فقد أشرك. إذ لو كان على شىء لكان محمولا، ولو كان في شىء لكان محصورا، ولو كان من شىء لكان محدثا- أي مخلوقا
Barangsiapa beranggapan bahwa Allah ada dalam sesuatu atau dari sesuatu atau di atas sesuatu maka dia telah syirik. Karena apabila Allah ada di atas sesuatu maka Dia mahmul, Apabila Allah dalam sesuatu maka Dia mahshur dan apabila Allah dari sesuatu maka Dia makhluk"
(Diriwayatkan oleh al Qusyairi dalam kitab ar Risalah al Qusyairiyah, h. 6)
Penjelasan:
✅ Sayyidina al Imam Jakfar as Shodiq adalah cucu Rasulullah yang diklaim kelompok Syiah sebagai imam mereka, padahal beliau adalah imam Ahlussunnah wal Jama’ah yang mencapai derajat ijtihad muthlaq.
✅Makna perkataan Sayyidina Jakfar as Shodiq:
✔️Allah tidak berada di atas sesuatu, sebab jika dikatakan Dia berada di atas sesuatu maka artinya Allah itu mahmul.
☝️Mahmul artinya dibawa oleh sesuatu
✔️Allah tidak berada dalam sesuatu, karena jika dikatakan bahwa Dia berada dalam sesuatu maka artinya Allah mahshur
☝️Mahshur artinya terbatas pada sesuatu
✔️Allah itu tidak berasal dari sesuatu (azali), sebab jika dikatakan Dia berasal dari sesuatu maka artinya dia muhdats/makhluk.
☝️Muhdats artinya diadakan dari tidak ada menjadi ada.
✅ Orang yang meyakini bahwa Allah di atas, di dalam dan dari sesuatu menjadi musyrik
☝️Karena dia telah menyembah makhluk yang dia khayalkan sebagai Allah.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Sayyidina Jakfar as Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Zainal Abidin Ali bin al Husain bin Ali bin Abi Tholib Radliyallahum (148 H) berkata:
من زعم أن الله في شىء، أو من شىء، أو على شىء فقد أشرك. إذ لو كان على شىء لكان محمولا، ولو كان في شىء لكان محصورا، ولو كان من شىء لكان محدثا- أي مخلوقا
Barangsiapa beranggapan bahwa Allah ada dalam sesuatu atau dari sesuatu atau di atas sesuatu maka dia telah syirik. Karena apabila Allah ada di atas sesuatu maka Dia mahmul, Apabila Allah dalam sesuatu maka Dia mahshur dan apabila Allah dari sesuatu maka Dia makhluk"
(Diriwayatkan oleh al Qusyairi dalam kitab ar Risalah al Qusyairiyah, h. 6)
Penjelasan:
✅ Sayyidina al Imam Jakfar as Shodiq adalah cucu Rasulullah yang diklaim kelompok Syiah sebagai imam mereka, padahal beliau adalah imam Ahlussunnah wal Jama’ah yang mencapai derajat ijtihad muthlaq.
✅Makna perkataan Sayyidina Jakfar as Shodiq:
✔️Allah tidak berada di atas sesuatu, sebab jika dikatakan Dia berada di atas sesuatu maka artinya Allah itu mahmul.
☝️Mahmul artinya dibawa oleh sesuatu
✔️Allah tidak berada dalam sesuatu, karena jika dikatakan bahwa Dia berada dalam sesuatu maka artinya Allah mahshur
☝️Mahshur artinya terbatas pada sesuatu
✔️Allah itu tidak berasal dari sesuatu (azali), sebab jika dikatakan Dia berasal dari sesuatu maka artinya dia muhdats/makhluk.
☝️Muhdats artinya diadakan dari tidak ada menjadi ada.
✅ Orang yang meyakini bahwa Allah di atas, di dalam dan dari sesuatu menjadi musyrik
☝️Karena dia telah menyembah makhluk yang dia khayalkan sebagai Allah.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
AQIDAH SALAF #7
Al imam Al Mujtahid Abu Hanifah an Nu'man bin Tsabit Radliyallahu 'anhu (150 H) berkata:
والله تعالى يُرى في الآخرة، ويراه المؤمنون وهم في الجنة بأعين رؤوسهم بلا تشبيه ولا كميّة، ولا يكون بينه وبين خلقه مسافة
"Allah ta'ala itu bisa dilihat di akhirat, orang-orang mukmin melihat-Nya ketika mereka berada di dalam Surga dengan mata kepala mereka, tanpa tasybih (penyerupaan), tanpa kammiyyah (ukuran), tidak ada jarak di antara Dia dan makhluk-Nya"
(Disebutkan al Imam Abu Hanifah dalam kitab al Fiqh al Akbar)
Penjelasan:
✅ Imam Abu Hanifah adalah seorang mujtahid muthlaq pendiri madzhab Hanafi. Meskipun dikenal sebagai ahli fiqih, tetapi beliau telah menulis 5 kitab yang secara khusus menjelaskan tentang ilmu tauhid/ilmu kalam, di antaranya adalah Al Fiqh al Akbar, al Fiqh al Absath dan al Washiyyah.
☝️Hal ini menunjukkan bahwa para ulama Salaf memiliki perhatian besar terhadap ilmu tauhid yang disebut juga ilmu kalam, membantah kelompok yang mencela ilmu kalam secara muthlaq.
✅Makna perkataan imam Abu Hanifah:
✔️Penduduk surga (orang mukmin) akan melihat Allah dengan. mata kepala mereka. *Mereka di dalam surga sedangkan Allah ada tanpa tempat dan arah* (tidak di dalam surga juga tidak di luar surga, tidak di depan, di belakang, di atas, di bawah, di kanan dan di kiri mereka).
✔️Hal ini dapat dipahami dari lanjutan perkataan beliau:
1⃣ Dengan tanpa tasybih (penyerapaan Allah dengan makhluk), karena jika dikatakan bahwa Allah bertempat di dalam atau di luar surga maka akan serupa dengan makhluk.
2⃣Dengan tanpa kammiyyah (ukuran), karena jika dikatakan Allah bertempat pasti berukuran lebih besar atau lebih kecil dari surga.
3⃣ Tidak ada jarak antara Allah dan makhluk Nya, karena jika dikatakan Allah bertempat pasti ada jarak antara Dia dan makhluk, baik jauh atau dekat dan berada pada arah tertentu.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Al imam Al Mujtahid Abu Hanifah an Nu'man bin Tsabit Radliyallahu 'anhu (150 H) berkata:
والله تعالى يُرى في الآخرة، ويراه المؤمنون وهم في الجنة بأعين رؤوسهم بلا تشبيه ولا كميّة، ولا يكون بينه وبين خلقه مسافة
"Allah ta'ala itu bisa dilihat di akhirat, orang-orang mukmin melihat-Nya ketika mereka berada di dalam Surga dengan mata kepala mereka, tanpa tasybih (penyerupaan), tanpa kammiyyah (ukuran), tidak ada jarak di antara Dia dan makhluk-Nya"
(Disebutkan al Imam Abu Hanifah dalam kitab al Fiqh al Akbar)
Penjelasan:
✅ Imam Abu Hanifah adalah seorang mujtahid muthlaq pendiri madzhab Hanafi. Meskipun dikenal sebagai ahli fiqih, tetapi beliau telah menulis 5 kitab yang secara khusus menjelaskan tentang ilmu tauhid/ilmu kalam, di antaranya adalah Al Fiqh al Akbar, al Fiqh al Absath dan al Washiyyah.
☝️Hal ini menunjukkan bahwa para ulama Salaf memiliki perhatian besar terhadap ilmu tauhid yang disebut juga ilmu kalam, membantah kelompok yang mencela ilmu kalam secara muthlaq.
✅Makna perkataan imam Abu Hanifah:
✔️Penduduk surga (orang mukmin) akan melihat Allah dengan. mata kepala mereka. *Mereka di dalam surga sedangkan Allah ada tanpa tempat dan arah* (tidak di dalam surga juga tidak di luar surga, tidak di depan, di belakang, di atas, di bawah, di kanan dan di kiri mereka).
✔️Hal ini dapat dipahami dari lanjutan perkataan beliau:
1⃣ Dengan tanpa tasybih (penyerapaan Allah dengan makhluk), karena jika dikatakan bahwa Allah bertempat di dalam atau di luar surga maka akan serupa dengan makhluk.
2⃣Dengan tanpa kammiyyah (ukuran), karena jika dikatakan Allah bertempat pasti berukuran lebih besar atau lebih kecil dari surga.
3⃣ Tidak ada jarak antara Allah dan makhluk Nya, karena jika dikatakan Allah bertempat pasti ada jarak antara Dia dan makhluk, baik jauh atau dekat dan berada pada arah tertentu.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
AQIDAH SALAF #8
Al Imam Al Mujtahid Abu Hanifah an Nu'man bin Tsabit Radliyallahu 'anhu (150 H) berkata:
ونقر بأن الله سبحانه وتعالى على العرش استوى من غير أن يكون له حاجة إليه واستقرار عليه، وهو حافظ العرش وغير العرش من غير احتياج، فلو كان محتاجا لما قدر على إيجاد العالم وتدبيره كالمخلوقين، ولو كان محتاجا إلى الجلوس والقرار فقبل خلق العرش أين كان الله، تعالى الله عن ذلك علوا كبيرا
"Kita menetapkan bahwa Allah subhanahu wata'ala 'ala al Arsy istawa tanpa membutuhkan kepadanya dan tanpa bersemayam di atasnya. Allah adalah Dzat yang menjaga Arsy dan lainnya tanpa membutuhkan kepadanya, apabila Allah butuh pada lainnya maka Dia tidak akan kuasa untuk mengadakan alam dan mengaturnya seperti halnya makhluk, apabila Allah butuh pada duduk dan menetap maka sebelum terciptanya Arsy, di mana Allah?! Allah benar-benar maha suci dari semua itu."
(Disebutkan oleh Imam Abu Hanifah dalam kitab al Washiyyah)
Penjelasan:
✅Imam Abu Hanifah menegaskan bahwa *Allah 'ala al Arsy istawa* tidak dengan makna duduk dan bersemayam di atas Arsy, tetapi dengan makna Allah adalah Dzat yang menjaga dan memelihara Arsy.
✅Argumentasi imam Abu Hanifah atas hal itu sebagai berikut:
1⃣ Apabila Allah 'ala al Arsy istawa diartikan Allah duduk atau bersemayam di atas Arsy maka berarti Dia butuh kepada Arsy, padahal sesuatu yang membutuhkan pada yang lain berarti lemah, dan sesuatu yang lemah tidak mungkin berkuasa untuk menciptakan alam semesta.
2⃣Apabila Allah butuh pada duduk dan menetap, pertanyaannya, sebelum Arsy diciptakan di mana Allah?!
✔️Jika dikatakan, sebelum tercipta Arsy Allah ada tanpa Arsy, kemudian setelah tercipta Arsy berubah menjadi butuh pada Arsy untuk duduk dan menetap maka berarti Dia makhluk, karena *berubah adalah tanda terbesar dari makhluk.*
✔️Jika dikatakan, Arsy tidak diciptakan (azali, tidak berpermulaan adanya) maka ini berarti menyamakan Allah dengan Arsy, sama-sama ada tanpa permulaan.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Al Imam Al Mujtahid Abu Hanifah an Nu'man bin Tsabit Radliyallahu 'anhu (150 H) berkata:
ونقر بأن الله سبحانه وتعالى على العرش استوى من غير أن يكون له حاجة إليه واستقرار عليه، وهو حافظ العرش وغير العرش من غير احتياج، فلو كان محتاجا لما قدر على إيجاد العالم وتدبيره كالمخلوقين، ولو كان محتاجا إلى الجلوس والقرار فقبل خلق العرش أين كان الله، تعالى الله عن ذلك علوا كبيرا
"Kita menetapkan bahwa Allah subhanahu wata'ala 'ala al Arsy istawa tanpa membutuhkan kepadanya dan tanpa bersemayam di atasnya. Allah adalah Dzat yang menjaga Arsy dan lainnya tanpa membutuhkan kepadanya, apabila Allah butuh pada lainnya maka Dia tidak akan kuasa untuk mengadakan alam dan mengaturnya seperti halnya makhluk, apabila Allah butuh pada duduk dan menetap maka sebelum terciptanya Arsy, di mana Allah?! Allah benar-benar maha suci dari semua itu."
(Disebutkan oleh Imam Abu Hanifah dalam kitab al Washiyyah)
Penjelasan:
✅Imam Abu Hanifah menegaskan bahwa *Allah 'ala al Arsy istawa* tidak dengan makna duduk dan bersemayam di atas Arsy, tetapi dengan makna Allah adalah Dzat yang menjaga dan memelihara Arsy.
✅Argumentasi imam Abu Hanifah atas hal itu sebagai berikut:
1⃣ Apabila Allah 'ala al Arsy istawa diartikan Allah duduk atau bersemayam di atas Arsy maka berarti Dia butuh kepada Arsy, padahal sesuatu yang membutuhkan pada yang lain berarti lemah, dan sesuatu yang lemah tidak mungkin berkuasa untuk menciptakan alam semesta.
2⃣Apabila Allah butuh pada duduk dan menetap, pertanyaannya, sebelum Arsy diciptakan di mana Allah?!
✔️Jika dikatakan, sebelum tercipta Arsy Allah ada tanpa Arsy, kemudian setelah tercipta Arsy berubah menjadi butuh pada Arsy untuk duduk dan menetap maka berarti Dia makhluk, karena *berubah adalah tanda terbesar dari makhluk.*
✔️Jika dikatakan, Arsy tidak diciptakan (azali, tidak berpermulaan adanya) maka ini berarti menyamakan Allah dengan Arsy, sama-sama ada tanpa permulaan.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
AQIDAH SALAF #9
Al Imam Malik bin Anas Radliyallahu 'anhu (179 H) ketika ditanya tentang makna QS Thoha: 5, berkata:
{الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى }كما وصف نفسه، ولا يقال كيفَ وكَيْفَ عنه مرفوعٌ
"Ar Rahmanu' ala al Arsy istawa" sebagaimana Ia mensifati Dzat Nya dan tidak boleh dikatakan bagaimana (istiwa'nya), dan kaif (sifat makhluk) itu mustahil bagi Allah"
(Diriwayatkan oleh al Hafidz al Bayhaqi dalam kitab al Asma' wa as Shifat)
Penjelasan:
✅ Al Imam Malik bin Anas Radliyallahu 'anhu adalah seorang mujtahid muthlaq, pendiri madzhab Maliki, penulis kitab al Muwatho' dalam hadits dan dikenal dengan imam Dar al Hijrah.
✅Makna perkataan al Imam Malik bin Anas:
✔️"Allah 'ala al Arsy istawa sebagaimana Allah mensifati Dzat-Nya" artinya kita wajib meyakini bahwa Allah memiliki sifat al Istiwa' 'ala al Arsy, karena sudah ada nash nya dalam al Qur'an di antaranya dalam QS Thoha: 5
✔️Namun al Imam Malik bin Anas menjelaskan bahwa al Istiwa' dalam ayat tersebut bukan sifat makhluk seperti duduk dan bersemayam, sehingga tidak boleh dipertanyakan bagaimana Istiwa' Allah?!.
✔️Al Istiwa' yang merupakan sifat makhluk seperti duduk dan bersemayam adalah mustahil bagi Allah ta'ala.
Catatan Penting:
⭕Riwayat ini adalah riwayat yang tsabit dari al Imam Malik bin Anas Radliyallahu 'anhu, diriwayatkan oleh Al Hafidz al Bayhaqi dengan sanad Jayyid sebagaimana dijelaskan oleh al Hafidz Ibnu Hajar al Asqolani dalam kitab Fath al Bari.
⭕Sedangkan riwayat yang sering disebut kelompok Wahhabi bahwa imam Malik berkata:
والكيف مجهول
adalah riwayat yang tidak tsabit dari al imam Malik. Dengan riwayat ini mereka mengatakan, Allah itu bersemayam tetapi tidak diketahui bagaimana tata caranya. Mereka menetapkan kaifiyah (sifat makhluk), tetapi mereka tidak tahu tata caranya.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Al Imam Malik bin Anas Radliyallahu 'anhu (179 H) ketika ditanya tentang makna QS Thoha: 5, berkata:
{الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى }كما وصف نفسه، ولا يقال كيفَ وكَيْفَ عنه مرفوعٌ
"Ar Rahmanu' ala al Arsy istawa" sebagaimana Ia mensifati Dzat Nya dan tidak boleh dikatakan bagaimana (istiwa'nya), dan kaif (sifat makhluk) itu mustahil bagi Allah"
(Diriwayatkan oleh al Hafidz al Bayhaqi dalam kitab al Asma' wa as Shifat)
Penjelasan:
✅ Al Imam Malik bin Anas Radliyallahu 'anhu adalah seorang mujtahid muthlaq, pendiri madzhab Maliki, penulis kitab al Muwatho' dalam hadits dan dikenal dengan imam Dar al Hijrah.
✅Makna perkataan al Imam Malik bin Anas:
✔️"Allah 'ala al Arsy istawa sebagaimana Allah mensifati Dzat-Nya" artinya kita wajib meyakini bahwa Allah memiliki sifat al Istiwa' 'ala al Arsy, karena sudah ada nash nya dalam al Qur'an di antaranya dalam QS Thoha: 5
✔️Namun al Imam Malik bin Anas menjelaskan bahwa al Istiwa' dalam ayat tersebut bukan sifat makhluk seperti duduk dan bersemayam, sehingga tidak boleh dipertanyakan bagaimana Istiwa' Allah?!.
✔️Al Istiwa' yang merupakan sifat makhluk seperti duduk dan bersemayam adalah mustahil bagi Allah ta'ala.
Catatan Penting:
⭕Riwayat ini adalah riwayat yang tsabit dari al Imam Malik bin Anas Radliyallahu 'anhu, diriwayatkan oleh Al Hafidz al Bayhaqi dengan sanad Jayyid sebagaimana dijelaskan oleh al Hafidz Ibnu Hajar al Asqolani dalam kitab Fath al Bari.
⭕Sedangkan riwayat yang sering disebut kelompok Wahhabi bahwa imam Malik berkata:
والكيف مجهول
adalah riwayat yang tidak tsabit dari al imam Malik. Dengan riwayat ini mereka mengatakan, Allah itu bersemayam tetapi tidak diketahui bagaimana tata caranya. Mereka menetapkan kaifiyah (sifat makhluk), tetapi mereka tidak tahu tata caranya.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
AQIDAH SALAF #10
Al Imam as Syafi’iy (204 H) Radliyallahu 'anhu berkata:
المجسّم كافِـرٌّ
"Orang yang meyakini Allah jisim (al Mujassim) itu kafir"
(Diriwayatkan oleh al Hafidz as Suyuthi dalam kitab al Asybah wa an Nadzair)
Penjelasan:
✅Al Imam as Syafi’iy Radliyallahu 'anhu adalah seorang mujtahid muthlaq pendiri madzhab Syafi'i. Meskipun dikenal sebagai ahli fiqih, tetapi beliau juga memiliki perhatian khusus terhadap ilmu tauhid/ilmu kalam, terbukti beliau memiliki dua kitab yang ditulis khusus menjelaskan tentang ilmu kalam, yaitu Al Qiyas dan ar Radd ala al Barahimah.
✅Al Mujassim adalah:
1⃣Orang yang meyakini bahwa Allah berupa jisim
☝️Jisim adalah sesuatu yang memiliki panjang, lebar dan kedalaman.
2⃣Orang yang mensifati Allah dengan sifat jisim:
♦️Orang yang meyakini Allah bertempat, karena setiap yang bertempat pasti berupa jisim
♦️Orang yang meyakini Allah berada pada arah, karena setiap yang berada pada arah pasti berupa jisim.
♦️Orang yang meyakini Allah memiliki ukuran, karena setiap yang berukuran adalah jisim.
♦️Orang yang meyakini Allah beranggotakan badan seperti mata, tangan, telinga dan seterusnya.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Al Imam as Syafi’iy (204 H) Radliyallahu 'anhu berkata:
المجسّم كافِـرٌّ
"Orang yang meyakini Allah jisim (al Mujassim) itu kafir"
(Diriwayatkan oleh al Hafidz as Suyuthi dalam kitab al Asybah wa an Nadzair)
Penjelasan:
✅Al Imam as Syafi’iy Radliyallahu 'anhu adalah seorang mujtahid muthlaq pendiri madzhab Syafi'i. Meskipun dikenal sebagai ahli fiqih, tetapi beliau juga memiliki perhatian khusus terhadap ilmu tauhid/ilmu kalam, terbukti beliau memiliki dua kitab yang ditulis khusus menjelaskan tentang ilmu kalam, yaitu Al Qiyas dan ar Radd ala al Barahimah.
✅Al Mujassim adalah:
1⃣Orang yang meyakini bahwa Allah berupa jisim
☝️Jisim adalah sesuatu yang memiliki panjang, lebar dan kedalaman.
2⃣Orang yang mensifati Allah dengan sifat jisim:
♦️Orang yang meyakini Allah bertempat, karena setiap yang bertempat pasti berupa jisim
♦️Orang yang meyakini Allah berada pada arah, karena setiap yang berada pada arah pasti berupa jisim.
♦️Orang yang meyakini Allah memiliki ukuran, karena setiap yang berukuran adalah jisim.
♦️Orang yang meyakini Allah beranggotakan badan seperti mata, tangan, telinga dan seterusnya.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
AQIDAH SALAF #11
Al Imam Al Mujtahid Muhammad bin Idris as Syafi’iy (204 H) Radliyallahu 'anhu berkata:
إنه تعالى كان ولا مكان فخلق المكان وهو على صفة الأزلية كما كان قبل خلقه المكان ولا يجوز عليه التغير في ذاته ولا التبديل في صفاته
“Sesungguhnya Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat. Kemudian Dia menciptakan tempat, dan Dia tetap dengan sifat-sifat-Nya yang Azali sebagaimana sebelum terciptanya tempat. Tidak boleh bagi-Nya (secara akal) berubah, baik pada Dzat maupun pada sifat-sifat-Nya”
(Diriwayatkan oleh al Hafidz Muhammad Murtadha az-Zabidi, dalam kitab Ithaf as-Saadah al-Muttaqin bi Syarh Ihya Ulumiddin, juz 2)
Penjelasan:
✅ Dalam perkataannya ini al Imam as Syafi’iy Radliyallahu 'anhu menegaskan bahwa:
✔️ Allah itu ada tanpa permulaan (azali), ada tanpa didahului oleh ketiadaan.
✔️Pada azal ketika tempat belum diciptakan, Allah ada tanpa tempat.
✔️Setelah Allah menciptakan tempat, Allah tetap ada tanpa tempat
☝️Sebab Dzat Allah itu azali (tidak berpermulaan) dan abadi (tidak berakhiran), tidak berubah-ubah.
☝️Sebagaimana Dzat Allah itu azali, sifat-sifat Allah juga azaliah (tidak berpermulaan) dan abadiyah (tidak berakhiran), tidak berubah-ubah.
✅Orang yang meyakini bahwa Allah bertempat berarti meyakini Allah itu berubah, padahal setiap yang berubah adalah makhluk, sebab setiap yang berubah pasti butuh kepada yang merubahnya .
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Al Imam Al Mujtahid Muhammad bin Idris as Syafi’iy (204 H) Radliyallahu 'anhu berkata:
إنه تعالى كان ولا مكان فخلق المكان وهو على صفة الأزلية كما كان قبل خلقه المكان ولا يجوز عليه التغير في ذاته ولا التبديل في صفاته
“Sesungguhnya Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat. Kemudian Dia menciptakan tempat, dan Dia tetap dengan sifat-sifat-Nya yang Azali sebagaimana sebelum terciptanya tempat. Tidak boleh bagi-Nya (secara akal) berubah, baik pada Dzat maupun pada sifat-sifat-Nya”
(Diriwayatkan oleh al Hafidz Muhammad Murtadha az-Zabidi, dalam kitab Ithaf as-Saadah al-Muttaqin bi Syarh Ihya Ulumiddin, juz 2)
Penjelasan:
✅ Dalam perkataannya ini al Imam as Syafi’iy Radliyallahu 'anhu menegaskan bahwa:
✔️ Allah itu ada tanpa permulaan (azali), ada tanpa didahului oleh ketiadaan.
✔️Pada azal ketika tempat belum diciptakan, Allah ada tanpa tempat.
✔️Setelah Allah menciptakan tempat, Allah tetap ada tanpa tempat
☝️Sebab Dzat Allah itu azali (tidak berpermulaan) dan abadi (tidak berakhiran), tidak berubah-ubah.
☝️Sebagaimana Dzat Allah itu azali, sifat-sifat Allah juga azaliah (tidak berpermulaan) dan abadiyah (tidak berakhiran), tidak berubah-ubah.
✅Orang yang meyakini bahwa Allah bertempat berarti meyakini Allah itu berubah, padahal setiap yang berubah adalah makhluk, sebab setiap yang berubah pasti butuh kepada yang merubahnya .
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
AQIDAH SALAF #12
Al Imam Al Mujtahid Ahmad bin Hanbal (241H) Radliyallahu 'anhu:
من قال أن الله جسم لا كالأجسام كفر
"Barangsiapa yang berkata bahwa Allah itu jisim tidak seperti jisim maka dia kufur"
(Diriwayatkan oleh al Imam Badruddin az Zarkasyi dalam kitab Tasynif al Masaami' Syarh Jam'i al Jawami')
Penjelasan:
✅Al Imam Ahmad bin Hanbal adalah seorang mujtahid muthlaq pendiri madzhab Hambali. Beliau diklaim sebagai imam kelompok Wahhabi, padahal Aqidah mereka berbeda dengan Aqidah Imam Ahmad.
✅Al Imam Ahmad bin Hanbal mengkafirkan orang yang meyakini bahwa Allah itu berupa jisim (al Mujassim).
☝️Termasuk al mujassim adalah orang yang meyakini Allah bertempat di suatu tempat.
✅ Al Imam Ahmad juga mengkafirkan orang yang meyakini bahwa Allah itu jisim yang tidak seperti jisim.
✔️Karena dalam perkataan ini ada kontradiksi (tanaqudl). Tidak ada faidah perkataan "tidak seperti jisim" setelah menetapkan bahwa "Allah itu jisim"
☝️Perkataan seperti ini seperti perkataan seseorang : Allah itu bodoh tidak seperti orang-orang bodoh, Allah itu dzalim tidak seperti orang-orang dzalim
☝️Perkataan tersebut berbeda dengan perkataan: lillahi yadun laa kaaidina, lillahi wajhun la kawajhina
⭕Karena jisim hanya memiliki satu makna yang tidak layak bagi Allah, sebagaimana bodoh dan dzalim. Sementara yad dan wajh memiliki banyak makna, yang sebagian layak bagi Allah dan sebagian tidak layak bagi-Nya.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Al Imam Al Mujtahid Ahmad bin Hanbal (241H) Radliyallahu 'anhu:
من قال أن الله جسم لا كالأجسام كفر
"Barangsiapa yang berkata bahwa Allah itu jisim tidak seperti jisim maka dia kufur"
(Diriwayatkan oleh al Imam Badruddin az Zarkasyi dalam kitab Tasynif al Masaami' Syarh Jam'i al Jawami')
Penjelasan:
✅Al Imam Ahmad bin Hanbal adalah seorang mujtahid muthlaq pendiri madzhab Hambali. Beliau diklaim sebagai imam kelompok Wahhabi, padahal Aqidah mereka berbeda dengan Aqidah Imam Ahmad.
✅Al Imam Ahmad bin Hanbal mengkafirkan orang yang meyakini bahwa Allah itu berupa jisim (al Mujassim).
☝️Termasuk al mujassim adalah orang yang meyakini Allah bertempat di suatu tempat.
✅ Al Imam Ahmad juga mengkafirkan orang yang meyakini bahwa Allah itu jisim yang tidak seperti jisim.
✔️Karena dalam perkataan ini ada kontradiksi (tanaqudl). Tidak ada faidah perkataan "tidak seperti jisim" setelah menetapkan bahwa "Allah itu jisim"
☝️Perkataan seperti ini seperti perkataan seseorang : Allah itu bodoh tidak seperti orang-orang bodoh, Allah itu dzalim tidak seperti orang-orang dzalim
☝️Perkataan tersebut berbeda dengan perkataan: lillahi yadun laa kaaidina, lillahi wajhun la kawajhina
⭕Karena jisim hanya memiliki satu makna yang tidak layak bagi Allah, sebagaimana bodoh dan dzalim. Sementara yad dan wajh memiliki banyak makna, yang sebagian layak bagi Allah dan sebagian tidak layak bagi-Nya.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
AQIDAH SALAF #13
Al Imam Ahmad bin Salamah Abu Jakfar at Thohawi (321 H) rahimahullah berkata:
تَعالى عَنِ الْحُدُودِ وَالْغَاياتِ والأَرْكَانِ والأعْضَاءِ والأَدَواتِ لا تَحْويِهِ الْجِهَاتُ السِّتُّ كَسَائِرِ الْمُبْتَدَعَاتِ
"Maha suci Allah dari had (bentuk dan ukuran), batas-batas akhir, sisi-sisi, anggota badan besar dan kecil, tidak diliputi oleh arah yang enam sebagaimana semua makhluk"
(Disebutkan oleh al Imam at Thohawi dalam kitab yang dikenal dengan al Aqidah at Thohawiyah)
Penjelasan:
✅Al Imam at Thohawi adalah:
✔️ Seorang lama Salaf, karena beliau lahir tahun 227 H dan wafat 321 H.
✔️Seorang ulama Ahlussunnah wal Jama’ah yang disepakati oleh semua umat Islam, termasuk kelompok Wahhabi.
✔️Kitab al Aqidah at Thohawiyah disusun berdasarkan metodologi penyusunan kitab madzhab Hanafi.
✅ al Imam at Thohawi menegaskan bahwa Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini :
1⃣Allah maha suci dari memiliki bentuk dan ukuran, baik kecil maupun besar.
2⃣Allah maha suci dari batas-batas akhir
3⃣Allah maha suci dari sisi-sisi
4⃣Allah maha suci dari anggota badan yang besar seperti kepala, tangan dan kaki
5⃣Allah maha suci dari anggota badan yang kecil seperti mata, telinga dan lisan
6⃣Allah maha suci dari berada pada arah yang enam.
☝️Arah yang enam adalah atas, bawah, depan, belakang, kanan dan kiri.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Al Imam Ahmad bin Salamah Abu Jakfar at Thohawi (321 H) rahimahullah berkata:
تَعالى عَنِ الْحُدُودِ وَالْغَاياتِ والأَرْكَانِ والأعْضَاءِ والأَدَواتِ لا تَحْويِهِ الْجِهَاتُ السِّتُّ كَسَائِرِ الْمُبْتَدَعَاتِ
"Maha suci Allah dari had (bentuk dan ukuran), batas-batas akhir, sisi-sisi, anggota badan besar dan kecil, tidak diliputi oleh arah yang enam sebagaimana semua makhluk"
(Disebutkan oleh al Imam at Thohawi dalam kitab yang dikenal dengan al Aqidah at Thohawiyah)
Penjelasan:
✅Al Imam at Thohawi adalah:
✔️ Seorang lama Salaf, karena beliau lahir tahun 227 H dan wafat 321 H.
✔️Seorang ulama Ahlussunnah wal Jama’ah yang disepakati oleh semua umat Islam, termasuk kelompok Wahhabi.
✔️Kitab al Aqidah at Thohawiyah disusun berdasarkan metodologi penyusunan kitab madzhab Hanafi.
✅ al Imam at Thohawi menegaskan bahwa Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini :
1⃣Allah maha suci dari memiliki bentuk dan ukuran, baik kecil maupun besar.
2⃣Allah maha suci dari batas-batas akhir
3⃣Allah maha suci dari sisi-sisi
4⃣Allah maha suci dari anggota badan yang besar seperti kepala, tangan dan kaki
5⃣Allah maha suci dari anggota badan yang kecil seperti mata, telinga dan lisan
6⃣Allah maha suci dari berada pada arah yang enam.
☝️Arah yang enam adalah atas, bawah, depan, belakang, kanan dan kiri.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
NKRI DAN PANCASILA
Oleh: KH. Busyrol Karim Abdul Mughni
Rois Syuriah PCNU Kabupaten Kediri
Bulan Juni adalah bulan lahirnya Pancasila, yakni pada 1 Juni yang sejak 2017 telah dijadikan sebagai hari libur Nasional. Ada beberapa pihak dari masyarakat radikalis dinegeri kita yang menganggap Pancasila dan UUD 1945 sebagai aturan Thaghut yang tidak selayaknya dijadikan Dasar Negara, karena hanya sebatas buatan manusia serta tidak merepresentasikan ajaran² yang termaktub dalam Al Quran dan Sunnah secara paripurna.
Memang Indonesia dengan Pancadila nya bukanlah negara Islam, tetapi Indonesia sudah menjadi negara yang Islami yang tidak perlu di Islamkan lagi.
Ketika dahulu penjajah Barat masuk ke wilayah tanah air kita pada akhir abad 16, pemerintahan di wilayah ini masih terdiri dari kerajaan² kecil yang terpisah-pisah, sehinngga sewaktu berupaya menolak dan melawan penjajahan, dilakukan dengan cara terpisah-pisah. Walau tak henti-hentinya dilakukan selama berabad-abad, nyatanya tidak pernah berhasil mengusir mereka.
Penderitaaan panjang yang dialami bangsa kita, akhirnya menumbuhkan kesadaran para pejuangnya untuk berupaya menyatukan perjuangan bersama. Mula² pada awal abad 20, bertumbuhanlah organisasi² kebangsaan seperti Budi Utomo (1908), Syarekat Islam(1912) yang berasal dari Syarekat Dagang Islam (1911), Muhammadiyah (1912), NU (1926), PNI (1927) dan lain-lainnya.
Buah pertama dari kebangkitan kebangsaan itu, ialah lahirnya Sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928. Disitu ditegaskan pernyataan kesatuan tanah air, bangsa dan bahasa bernama Indonesia. Ini untuk pertama kalinya secara resmi nama Indonesia dinyatakan bersama lintas organisasi. Tekat kebangsaan terus menggelinding sampai akhirnya melahirkan Proklamasi Ke merdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Nahdlatu Ulama menjadi bagian penting mulai embrio sampai lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, kemudian mempertahankan dan mengisinya. NU yang merupakan organisasi para Ulama, melalui perwakilannya, KH Wahid Hasyim, menjadi anggota Panitia Sembilan ikut merumuskan Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya ada Pancasila abg dasar Negara.
Oleh karena itu, bagi warga NU khususnya, dan juga kelompok umat Islam lainnya di negeri ini, tidaklah perlu ragu memandang tanah airnya sebagai negara yang sudah islami dan tak perlu di islamkan lagi, karena sebagaimana ditegaskan dalam Muktamar NU ke 27 di Situbondon1984, bahwa Pancasila yang menjadi dasar negara kita, adalah merupakan upaya umat Islam Indonesia dalam mengamalkan agamanya. Karena sila² dalam Pancasila merupakan butir² ajaran Islam. Bahkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, tak lain adalah penegasan ketuhanan Tauhid yang merupakan asas paling dasar keimanan Islam. Sila pertama itu sebagai dasar negara, menurut pasal 29 ayat (1) UUD 1945 yang menjiwai sila-sila yang lain, mencerminkan tauhid menurut pengertian keimanan dalam Islam.
Dengan negitu, perdebatan tentang NKRI dan Pancasila sudah tak perlu dipanjang-panjangkan. yang mesti kita tekankan, bangsa ini harus terus menatap kedepan. Segala kekurangan dan kelemahannya diperbaiki dan segala kebaikannya ditingkatkan dan disempurnakan untuk mencapai "Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur", yakni negeri yang baik dengan Tuhan yang maha pengampun.
Oleh: KH. Busyrol Karim Abdul Mughni
Rois Syuriah PCNU Kabupaten Kediri
Bulan Juni adalah bulan lahirnya Pancasila, yakni pada 1 Juni yang sejak 2017 telah dijadikan sebagai hari libur Nasional. Ada beberapa pihak dari masyarakat radikalis dinegeri kita yang menganggap Pancasila dan UUD 1945 sebagai aturan Thaghut yang tidak selayaknya dijadikan Dasar Negara, karena hanya sebatas buatan manusia serta tidak merepresentasikan ajaran² yang termaktub dalam Al Quran dan Sunnah secara paripurna.
Memang Indonesia dengan Pancadila nya bukanlah negara Islam, tetapi Indonesia sudah menjadi negara yang Islami yang tidak perlu di Islamkan lagi.
Ketika dahulu penjajah Barat masuk ke wilayah tanah air kita pada akhir abad 16, pemerintahan di wilayah ini masih terdiri dari kerajaan² kecil yang terpisah-pisah, sehinngga sewaktu berupaya menolak dan melawan penjajahan, dilakukan dengan cara terpisah-pisah. Walau tak henti-hentinya dilakukan selama berabad-abad, nyatanya tidak pernah berhasil mengusir mereka.
Penderitaaan panjang yang dialami bangsa kita, akhirnya menumbuhkan kesadaran para pejuangnya untuk berupaya menyatukan perjuangan bersama. Mula² pada awal abad 20, bertumbuhanlah organisasi² kebangsaan seperti Budi Utomo (1908), Syarekat Islam(1912) yang berasal dari Syarekat Dagang Islam (1911), Muhammadiyah (1912), NU (1926), PNI (1927) dan lain-lainnya.
Buah pertama dari kebangkitan kebangsaan itu, ialah lahirnya Sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928. Disitu ditegaskan pernyataan kesatuan tanah air, bangsa dan bahasa bernama Indonesia. Ini untuk pertama kalinya secara resmi nama Indonesia dinyatakan bersama lintas organisasi. Tekat kebangsaan terus menggelinding sampai akhirnya melahirkan Proklamasi Ke merdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Nahdlatu Ulama menjadi bagian penting mulai embrio sampai lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, kemudian mempertahankan dan mengisinya. NU yang merupakan organisasi para Ulama, melalui perwakilannya, KH Wahid Hasyim, menjadi anggota Panitia Sembilan ikut merumuskan Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya ada Pancasila abg dasar Negara.
Oleh karena itu, bagi warga NU khususnya, dan juga kelompok umat Islam lainnya di negeri ini, tidaklah perlu ragu memandang tanah airnya sebagai negara yang sudah islami dan tak perlu di islamkan lagi, karena sebagaimana ditegaskan dalam Muktamar NU ke 27 di Situbondon1984, bahwa Pancasila yang menjadi dasar negara kita, adalah merupakan upaya umat Islam Indonesia dalam mengamalkan agamanya. Karena sila² dalam Pancasila merupakan butir² ajaran Islam. Bahkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, tak lain adalah penegasan ketuhanan Tauhid yang merupakan asas paling dasar keimanan Islam. Sila pertama itu sebagai dasar negara, menurut pasal 29 ayat (1) UUD 1945 yang menjiwai sila-sila yang lain, mencerminkan tauhid menurut pengertian keimanan dalam Islam.
Dengan negitu, perdebatan tentang NKRI dan Pancasila sudah tak perlu dipanjang-panjangkan. yang mesti kita tekankan, bangsa ini harus terus menatap kedepan. Segala kekurangan dan kelemahannya diperbaiki dan segala kebaikannya ditingkatkan dan disempurnakan untuk mencapai "Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur", yakni negeri yang baik dengan Tuhan yang maha pengampun.
AQIDAH SALAF #14
Al Imam at Thohawi (321 H) rahimahullah:
وَمَن وَصَفَ اللهَ بِمَعْنًى من مَعَانِي البشر فقد كَفَرَ.
"Dan barangsiapa yang mensifati Allah dengan satu sifat dari sifat-sifat manusia maka dia telah kufur"
(Disebutkan oleh al Imam at Thohawi dalam kitab al Aqidah at Thohawiyah)
Penjelasan:
✅ Al Imam at Thohawi menegaskan bahwa mensifati Allah dengan sifat manusia adalah kekufuran.
✔️Karena sifat Allah berbeda dengan sifat makhluk, sifat Allah azaliyah abadiyah (tidak berpermulaan dan tidak berakhiran serta tidak berubah-ubah), sementara sifat makhluk itu haditsah (baharu, berpermulaan, berubah-ubah).
✔️Sifat manusia itu seperti berubah, bergerak, diam, bertempat, berada pada arah, memiliki ukuran dan bentuk, memiliki warna, berlaku baginya zaman, duduk, bersemayam dan seterusnya.
✔️Karenanya *tidak boleh* dikatakan:
♦️Allah itu bertempat
♦️Allah itu berada pada arah tertentu
♦️Allah berlaku bagi Nya zaman
♦️Allah bergerak dan diam
♦️Allah berwarna putih, hijau dan warna lainnya.
♦️Allah naik dan turun
♦️Allah duduk dan bersemayam
♦️Allah itu besar atau kecil ukuranya
✅Barangsiapa meyakini atau mengucapkan keyakinan-keyakinan di atas maka jatuh pada kekufuran.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Al Imam at Thohawi (321 H) rahimahullah:
وَمَن وَصَفَ اللهَ بِمَعْنًى من مَعَانِي البشر فقد كَفَرَ.
"Dan barangsiapa yang mensifati Allah dengan satu sifat dari sifat-sifat manusia maka dia telah kufur"
(Disebutkan oleh al Imam at Thohawi dalam kitab al Aqidah at Thohawiyah)
Penjelasan:
✅ Al Imam at Thohawi menegaskan bahwa mensifati Allah dengan sifat manusia adalah kekufuran.
✔️Karena sifat Allah berbeda dengan sifat makhluk, sifat Allah azaliyah abadiyah (tidak berpermulaan dan tidak berakhiran serta tidak berubah-ubah), sementara sifat makhluk itu haditsah (baharu, berpermulaan, berubah-ubah).
✔️Sifat manusia itu seperti berubah, bergerak, diam, bertempat, berada pada arah, memiliki ukuran dan bentuk, memiliki warna, berlaku baginya zaman, duduk, bersemayam dan seterusnya.
✔️Karenanya *tidak boleh* dikatakan:
♦️Allah itu bertempat
♦️Allah itu berada pada arah tertentu
♦️Allah berlaku bagi Nya zaman
♦️Allah bergerak dan diam
♦️Allah berwarna putih, hijau dan warna lainnya.
♦️Allah naik dan turun
♦️Allah duduk dan bersemayam
♦️Allah itu besar atau kecil ukuranya
✅Barangsiapa meyakini atau mengucapkan keyakinan-keyakinan di atas maka jatuh pada kekufuran.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
AQIDAH SALAF #15
Al Imam Al Mujtahid Ahmad bin Hanbal (241 H) dan al Imam Tsauban bin Ibrahim Dzun Nun al Mishriy (179 H) Rahimahumallah berkata:
مهما تصورت ببالك فالله بخلاف ذلك
"Apapun yang tergambar dalam benakmu (tentang Allah) maka Allah berbeda dengan itu"
☑️Diriwatkan dari al Imam Ahmad oleh Abu al Hasan at Tamimi al Hanbali dalam kitab I'tiqod al Imam Al Mubajjal Ahmad ibn Hanbal
☑️Diriwayatkan dari Dzun Nun al Mishriy oleh al Hafidz Ibnu Asakir dalam kitab Tarikh Dimasqa)
Penjelasan:
✅Makna perkataan di atas adalah:
✔️Allah berbeda dengan apa yang tergambar, terfikirkan dan terbayang dalam benak kita
👆Karena setiap yang tergambar dalam benak kita adalah benda yang disifati dengan sifat benda (bertempat, berarah, memiliki bentuk dan ukuran, memiliki warna dan seterusnya)
✔️Akal manusia tidak bisa menjangkau dan mengetahui hakekat Allah.
👆Karena hakekat Allah bukan benda, sementara yang tergambar dan terpikir dalam benak adalah benda.
✔️Karena itu... Umat Islam dilarang untuk berfikir, membayangkan dan menggambarkan Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
لا فِكْرَةَ في الرَّبِّ
"Tidak boleh berfikir tentang Tuhan"
Diriwayatkan oleh al Hafidz as Suyuthi dalam kitab Tafsirnya.
Sahabat Ibnu Abbas Radliyallahu anhu berkata:
تفكروا في كل شىء ولا تفكروا في ذات الله
"Berfikirlah tentang tentang segala sesuatu dan jangan berfikir tentang dzat Allah"
Diriwayatkan oleh Al Hafidz al Bayhaqi dalam kitab al Asma wa as Shifat.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Al Imam Al Mujtahid Ahmad bin Hanbal (241 H) dan al Imam Tsauban bin Ibrahim Dzun Nun al Mishriy (179 H) Rahimahumallah berkata:
مهما تصورت ببالك فالله بخلاف ذلك
"Apapun yang tergambar dalam benakmu (tentang Allah) maka Allah berbeda dengan itu"
☑️Diriwatkan dari al Imam Ahmad oleh Abu al Hasan at Tamimi al Hanbali dalam kitab I'tiqod al Imam Al Mubajjal Ahmad ibn Hanbal
☑️Diriwayatkan dari Dzun Nun al Mishriy oleh al Hafidz Ibnu Asakir dalam kitab Tarikh Dimasqa)
Penjelasan:
✅Makna perkataan di atas adalah:
✔️Allah berbeda dengan apa yang tergambar, terfikirkan dan terbayang dalam benak kita
👆Karena setiap yang tergambar dalam benak kita adalah benda yang disifati dengan sifat benda (bertempat, berarah, memiliki bentuk dan ukuran, memiliki warna dan seterusnya)
✔️Akal manusia tidak bisa menjangkau dan mengetahui hakekat Allah.
👆Karena hakekat Allah bukan benda, sementara yang tergambar dan terpikir dalam benak adalah benda.
✔️Karena itu... Umat Islam dilarang untuk berfikir, membayangkan dan menggambarkan Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
لا فِكْرَةَ في الرَّبِّ
"Tidak boleh berfikir tentang Tuhan"
Diriwayatkan oleh al Hafidz as Suyuthi dalam kitab Tafsirnya.
Sahabat Ibnu Abbas Radliyallahu anhu berkata:
تفكروا في كل شىء ولا تفكروا في ذات الله
"Berfikirlah tentang tentang segala sesuatu dan jangan berfikir tentang dzat Allah"
Diriwayatkan oleh Al Hafidz al Bayhaqi dalam kitab al Asma wa as Shifat.
#LDNU KAB KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
KEHANCURAN KADANG DATANG DARI CELAH YANG SEPELE
Oleh: KH. Busyrol Karim Abdul Mughni
Rois Syuriah PCNU Kabupaten Kediri
Pada tahun kedua sesudah Nabi Shallallahu alayhi wasallam dan para sahabatnya hijrah ke kota Madinah, terjadilah peperangan antara kaum muslimin Madinah dan kaum Qiraisy Makkah. Perang pertama yang terbilang besar dalam sejarah umat Islam ini mempertemukan dua pasukan yang sangat tidak berimbang dikawasan sumur Badar sekitar 130 km sebelah barat daya kota Mdinah. Ketika itu, kaum Quraisy memiliki jumlah pasukan sekitar 1000 tentara dengan peralatan perangnya yang begitu lengkap, sementara dipihak kaum muslimin hanya memiliki 313 prajurit dengan peralatan perang sangat minim, sehingga para sahabat dan bahkan Nabi Shallallahu alayhi wasallam sendiri menjadi ciut nyali melihat keadaan seperti itu. Namun pada akhirnya, peperangan justru dimenangkan pihak kaum muslimin dengan hanya 14 tentara muslim gugur, sementara dipihak lawan, terbunuh sebanyak 70 orang dan 70 lainnya menjadi tawanan perang.
Akibat kekalahan dalam perang Badar ini, setelah tiba kembali di Makkah, kaum Quraisy segera menyusun kekuatan pasukan perang lebih matang lagi untuk membalas kelalahan mereka dalam peperangan tsb. Sebagian harta hasil perdagangan mereka, dikumpulkan untuk biaya menggempur Madinah dan menghabisi Nabi Shallallahu alayhi wasallam .
Maka pada tahun berikutnya, mereka mengerahkan 3000 tentara dengan persenjataan lengkap menuju Madinah untuk menyerbu kaum muslimin. Nabi Shallallahu alayhi wasallam bersama pasukannya yang berjumlah 700 prajurit pun segera menyogsong mereka dibukit Uhud yang berada 6 km diutara kota Madinah.
Berkecamuknya perang Uhud pada tahun 3 H itu, dipihak kaum muslim, tidak saja memberi teladan tentang kegigihan, keteguhan dan ledakan iman kaum muslim, tetapi juga kisah tentang keculasan kaum quraisy Makkah. Catatan tentang kelicikan dan upaya² busuk mereka, merupakan pelajaran yang sangat berharga.
Pelajaran yang tak banyak dicermati barangkali terkait dengan peran orang² lemah yang kelihatannya sepele dalam perang Uhud tersebut, namun justru banyak menimbulkan kekacauan. Kisah kebesaran bangsa² didunia pun sering kali rontok oleh hal² sepele yang tak pernah sedikit pun terpikirkan oleh tokoh² besar bangsa itu. Dalam kehidupan sehari-hari, tak jarang pula kita terperosok ke jurang kenistaan melalui pintu² yang sangat sepele. Bahkan melalui pintu² yang tak punya kekuatan sama sekali.
Setidaknya ada beberapa unsur penting yang turut menorehkan peristiwa besar dalam perjalanan Perang Uhud itu. Diantaranya ialah keberadaan seorang bernama Wahsyi bin Harb. Dalam peta Perang Uhud, Wahsyi bukanlah siapa². Ia yang seorang budak berkulit hitam milik Jubair bin Muth'im yang berada dipihak pasukan Quraisy, ketika itu hanya ingin mencari kebebasan dirinya dari statusnya sebagai budak alias ingin merdeka. Awal mulanya, paman Jubair yang bernama Thu'aimah bin Adi dan juga Utbah bin Rabi'ah, ayah Hindun, isteri komandan perang Uhud ini, telah terbunuh dalam pertempuran Badar. Pembunuh mereka dalam peperangan tersebut. adalah Hamzah bin Abdul Muthalib r.a, paman Nabi Shallallahu alayhi wasallam . Pada waktu hendak melakukan perang Uhud untuk membalas kekalahan mereka dari kaum muslimin pada peperangan setahun sebelumnya itu, Jubair yang bersekongkol dengan Hindun, berkata kepada Wahsyi, jika budaknya itu dapat membunuh Hamzah, maka dia akan dibebaskan dari statusnya sebagai budak alias dimerdekakan. Maka ketika tiba saatnya kaum Quraisy berangkat perang menuju bukit Uhud, ikutlah Wahsyi dalam rombongan pasukan Quraisy menuju ke medan petempuran. Wahsyi adalah seorang budak Habasyah berkulit hitam yang biasa melempar tombak sebagaimana yang lazim dilakukan setiap orang Habasyah dan jarang sekali lemparannya meleset dari sasaran yang dibidiknya.
Begitulah, ketika pertempuran telah berlangsung, Wahsyi segera mencari Hamzah. Ia kemudian melihat paman Nabi Shallallahu alayhi wasallam itu laksana singa yang sedang mengamuk, menerkam setiap musuh yang dihadangnya dengan pedang, sehingg
Oleh: KH. Busyrol Karim Abdul Mughni
Rois Syuriah PCNU Kabupaten Kediri
Pada tahun kedua sesudah Nabi Shallallahu alayhi wasallam dan para sahabatnya hijrah ke kota Madinah, terjadilah peperangan antara kaum muslimin Madinah dan kaum Qiraisy Makkah. Perang pertama yang terbilang besar dalam sejarah umat Islam ini mempertemukan dua pasukan yang sangat tidak berimbang dikawasan sumur Badar sekitar 130 km sebelah barat daya kota Mdinah. Ketika itu, kaum Quraisy memiliki jumlah pasukan sekitar 1000 tentara dengan peralatan perangnya yang begitu lengkap, sementara dipihak kaum muslimin hanya memiliki 313 prajurit dengan peralatan perang sangat minim, sehingga para sahabat dan bahkan Nabi Shallallahu alayhi wasallam sendiri menjadi ciut nyali melihat keadaan seperti itu. Namun pada akhirnya, peperangan justru dimenangkan pihak kaum muslimin dengan hanya 14 tentara muslim gugur, sementara dipihak lawan, terbunuh sebanyak 70 orang dan 70 lainnya menjadi tawanan perang.
Akibat kekalahan dalam perang Badar ini, setelah tiba kembali di Makkah, kaum Quraisy segera menyusun kekuatan pasukan perang lebih matang lagi untuk membalas kelalahan mereka dalam peperangan tsb. Sebagian harta hasil perdagangan mereka, dikumpulkan untuk biaya menggempur Madinah dan menghabisi Nabi Shallallahu alayhi wasallam .
Maka pada tahun berikutnya, mereka mengerahkan 3000 tentara dengan persenjataan lengkap menuju Madinah untuk menyerbu kaum muslimin. Nabi Shallallahu alayhi wasallam bersama pasukannya yang berjumlah 700 prajurit pun segera menyogsong mereka dibukit Uhud yang berada 6 km diutara kota Madinah.
Berkecamuknya perang Uhud pada tahun 3 H itu, dipihak kaum muslim, tidak saja memberi teladan tentang kegigihan, keteguhan dan ledakan iman kaum muslim, tetapi juga kisah tentang keculasan kaum quraisy Makkah. Catatan tentang kelicikan dan upaya² busuk mereka, merupakan pelajaran yang sangat berharga.
Pelajaran yang tak banyak dicermati barangkali terkait dengan peran orang² lemah yang kelihatannya sepele dalam perang Uhud tersebut, namun justru banyak menimbulkan kekacauan. Kisah kebesaran bangsa² didunia pun sering kali rontok oleh hal² sepele yang tak pernah sedikit pun terpikirkan oleh tokoh² besar bangsa itu. Dalam kehidupan sehari-hari, tak jarang pula kita terperosok ke jurang kenistaan melalui pintu² yang sangat sepele. Bahkan melalui pintu² yang tak punya kekuatan sama sekali.
Setidaknya ada beberapa unsur penting yang turut menorehkan peristiwa besar dalam perjalanan Perang Uhud itu. Diantaranya ialah keberadaan seorang bernama Wahsyi bin Harb. Dalam peta Perang Uhud, Wahsyi bukanlah siapa². Ia yang seorang budak berkulit hitam milik Jubair bin Muth'im yang berada dipihak pasukan Quraisy, ketika itu hanya ingin mencari kebebasan dirinya dari statusnya sebagai budak alias ingin merdeka. Awal mulanya, paman Jubair yang bernama Thu'aimah bin Adi dan juga Utbah bin Rabi'ah, ayah Hindun, isteri komandan perang Uhud ini, telah terbunuh dalam pertempuran Badar. Pembunuh mereka dalam peperangan tersebut. adalah Hamzah bin Abdul Muthalib r.a, paman Nabi Shallallahu alayhi wasallam . Pada waktu hendak melakukan perang Uhud untuk membalas kekalahan mereka dari kaum muslimin pada peperangan setahun sebelumnya itu, Jubair yang bersekongkol dengan Hindun, berkata kepada Wahsyi, jika budaknya itu dapat membunuh Hamzah, maka dia akan dibebaskan dari statusnya sebagai budak alias dimerdekakan. Maka ketika tiba saatnya kaum Quraisy berangkat perang menuju bukit Uhud, ikutlah Wahsyi dalam rombongan pasukan Quraisy menuju ke medan petempuran. Wahsyi adalah seorang budak Habasyah berkulit hitam yang biasa melempar tombak sebagaimana yang lazim dilakukan setiap orang Habasyah dan jarang sekali lemparannya meleset dari sasaran yang dibidiknya.
Begitulah, ketika pertempuran telah berlangsung, Wahsyi segera mencari Hamzah. Ia kemudian melihat paman Nabi Shallallahu alayhi wasallam itu laksana singa yang sedang mengamuk, menerkam setiap musuh yang dihadangnya dengan pedang, sehingg
a tidak ada yang berani menandinginya. Ketika itu Wahsyi bersembunyi dibalik batu besar menunggu sampai Hamzah mendekat. Akan tetapi, Wahsyi didahului oleh Saba' bin Abdul Uzza. Ketika Hamzah melihat Saba', ia berkata: "Ayo, maju, hai anak wanita tukang khitan". Begitu Saba' maju, kepalanya segera disambar oleh pedang Hamzah yang pada waktu itu telah berhasil menghabisi puluhan tentara musuh. Pada saat itulah, Wahsyi langsung melemparkan tombaknya kearah Hamzah dan tepat mengenai perutnya yang mengakibatkan ia langsung jatuh terkulai dan gugur sebagai syuhada. Wahsyi lalu menghampiri mayatnya dan mengambil kembali tombak yang menancap pada perutnya, kemudian ia segera kembali ke perkemahan pasukan dan tak lagi ikut melanjuntukan pertempuran yang masih seru, krn ia tidak mempunyai kepentingan apapun dalam peperangan itu selain target membunuh Hamzah untuk memperoleh kebebasan dirinya dari statusnya sebagai budak. Usai perang, setelah Wahsyi tiba kembali di Makkah, ia pun dimerdekakan.
Wahsyi yang kemudian masuk Islam setelah perang Thaif pada tahun 9 H, telah hadir menjadi sosok pelaku sejarah yang pahit, sampai Nabi Shallallahu alayhi wasallam pun tidak ingin melihat diri Wahsyi meski ia telah menyatakan diri masuk Islam dihadapan Nabi.
Dalam sejarah pertarungan antar golongan, orang² seperti Wahsyi itu sangat banyak ditemui. Mereka orang² yang tereksploitasi demi kebebasan diri mereka, demi beberapa puluh lembar uang, atau demi solidaritas buta. Padahal yang terjadi, mereka itu sedang dipermainkan oleh petualang² politik. Menjadi kaum lemah memang tak baik, tetapi lebih buruk lagi bila kelemahan dijual murah untuk kepentingan segelintir orang keji. Akhirnya suatu perjuangan memang dituntut tidak saja bagaimana membina perjuangannya, tetapi juga bagaimana merangkul orang² lemah, yakni mereka yang tidak punya kepentingan apa pun, yang tak akan mendukung siapa pun, asal kepentingan mereka tercukupi. Mereka memang kaum pragmatis, tetapi menjauhkan perjuangan dari ulah orang² seperti mereka, juga penting.
Kehancuran kadang datang dari celah² yang kelihatan sepele. Karenanya, dalam perjuangan sebesar apapun, perhatian kepada hal² yang kecil, sama pentingnya dengan perhatian kepada hal² yang besar.
#LDNU Kab KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
Wahsyi yang kemudian masuk Islam setelah perang Thaif pada tahun 9 H, telah hadir menjadi sosok pelaku sejarah yang pahit, sampai Nabi Shallallahu alayhi wasallam pun tidak ingin melihat diri Wahsyi meski ia telah menyatakan diri masuk Islam dihadapan Nabi.
Dalam sejarah pertarungan antar golongan, orang² seperti Wahsyi itu sangat banyak ditemui. Mereka orang² yang tereksploitasi demi kebebasan diri mereka, demi beberapa puluh lembar uang, atau demi solidaritas buta. Padahal yang terjadi, mereka itu sedang dipermainkan oleh petualang² politik. Menjadi kaum lemah memang tak baik, tetapi lebih buruk lagi bila kelemahan dijual murah untuk kepentingan segelintir orang keji. Akhirnya suatu perjuangan memang dituntut tidak saja bagaimana membina perjuangannya, tetapi juga bagaimana merangkul orang² lemah, yakni mereka yang tidak punya kepentingan apa pun, yang tak akan mendukung siapa pun, asal kepentingan mereka tercukupi. Mereka memang kaum pragmatis, tetapi menjauhkan perjuangan dari ulah orang² seperti mereka, juga penting.
Kehancuran kadang datang dari celah² yang kelihatan sepele. Karenanya, dalam perjuangan sebesar apapun, perhatian kepada hal² yang kecil, sama pentingnya dengan perhatian kepada hal² yang besar.
#LDNU Kab KEDIRI
#MedsosulKarimah #DakwahNUsantara
AQIDAH SALAF 16
Imam Ahlussunnah wal Jama’ah al Imam Abu al Hasan al Asy’ari (260 H sd 333 H) Rahimahullah berkata:
كان الله ولا مكان فخلق العرش والكرسي ولم يحتج إلى مكان، وهو بعد خلق المكان كما كان قبل خلقه
"Allah ada pada azal tanpa tempat, kemudian Allah menciptakan al Arsy dan al Kursiy dan Allah tidak membutuhkan pada tempat, Allah setelah menciptakan tempat tetap seperti semula, sebelum menciptakan tempat (ada tanpa tempat)"
(Diriwayatkan oleh al Hafidz Ibnu Asakir dalam kitab Tabyin Kadzib al Muftari)
Penjelasan:
✅Al Imam Abu al Hasan al Asy’ari bernama Ali bin Ismail al Asy’ari, keturunan dari sahabat Abu Musa al Asy’ari.
✔️Beliau adalah imam Ahlussunnah wal Jama’ah, mayoritas umat Islam yang biasa disebut dengan Asy'ariyah atau Asya'iroh.
✔️Ahlussunnah wal Jama’ah dinisbatkan kepada beliau karena jasa al Imam Abu al Hasan al Asy’ari dalam menolong Aqidah Rasulullah dan sahabatnya dari penyelewengan kelompok Qodariyah, Jabriyah, Miktazilah, Mujassimah, Murjiah dan lainnya.
✅Makna perkataan Imam Abu al Hasan al Asy’ari :
✔️Pada azal; sebelum terciptanya tempat (al Arsy, al Kursi, langit, bumi dan tempat lainnya) *Allah ada tanpa tempat*
✔️Setelah al Arsy dan al Kursiy diciptakan, Allah tetap seperti semula ada tanpa membutuhkan kepada keduanya.
♦️Al Arsy adalah makhluk Allah yang paling besar bentuk dan ukurannya, letaknya di atas langit ke tujuh dan sebagian darinya merupakan atap dari surga.
♦️Al Kursiy adalah makhluk Allah yang luasnya seluas 7 langit dan 7 bumi yang terletak di atas langit ke tujuh.
♦️Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
ما السموات السبع في جنب الكرس إلا كحلقة في أرض فلاة، وفضل العرش على الكرس كفضل الفلاة على الحلقة
"Tidaklah tujuh langit dibandingkan al kursi kecuali seperti cincin di padang pasir yang luas, dan besarnya 'Arsy di banding al Kursi seperti besarnya padang pasir yang luas di banding sebuah cincin ( H.R. Ibnu Hibban)
#LDNU KAB KEDIRI
#Medsosulkarimah #DakwahNUsantara
Imam Ahlussunnah wal Jama’ah al Imam Abu al Hasan al Asy’ari (260 H sd 333 H) Rahimahullah berkata:
كان الله ولا مكان فخلق العرش والكرسي ولم يحتج إلى مكان، وهو بعد خلق المكان كما كان قبل خلقه
"Allah ada pada azal tanpa tempat, kemudian Allah menciptakan al Arsy dan al Kursiy dan Allah tidak membutuhkan pada tempat, Allah setelah menciptakan tempat tetap seperti semula, sebelum menciptakan tempat (ada tanpa tempat)"
(Diriwayatkan oleh al Hafidz Ibnu Asakir dalam kitab Tabyin Kadzib al Muftari)
Penjelasan:
✅Al Imam Abu al Hasan al Asy’ari bernama Ali bin Ismail al Asy’ari, keturunan dari sahabat Abu Musa al Asy’ari.
✔️Beliau adalah imam Ahlussunnah wal Jama’ah, mayoritas umat Islam yang biasa disebut dengan Asy'ariyah atau Asya'iroh.
✔️Ahlussunnah wal Jama’ah dinisbatkan kepada beliau karena jasa al Imam Abu al Hasan al Asy’ari dalam menolong Aqidah Rasulullah dan sahabatnya dari penyelewengan kelompok Qodariyah, Jabriyah, Miktazilah, Mujassimah, Murjiah dan lainnya.
✅Makna perkataan Imam Abu al Hasan al Asy’ari :
✔️Pada azal; sebelum terciptanya tempat (al Arsy, al Kursi, langit, bumi dan tempat lainnya) *Allah ada tanpa tempat*
✔️Setelah al Arsy dan al Kursiy diciptakan, Allah tetap seperti semula ada tanpa membutuhkan kepada keduanya.
♦️Al Arsy adalah makhluk Allah yang paling besar bentuk dan ukurannya, letaknya di atas langit ke tujuh dan sebagian darinya merupakan atap dari surga.
♦️Al Kursiy adalah makhluk Allah yang luasnya seluas 7 langit dan 7 bumi yang terletak di atas langit ke tujuh.
♦️Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
ما السموات السبع في جنب الكرس إلا كحلقة في أرض فلاة، وفضل العرش على الكرس كفضل الفلاة على الحلقة
"Tidaklah tujuh langit dibandingkan al kursi kecuali seperti cincin di padang pasir yang luas, dan besarnya 'Arsy di banding al Kursi seperti besarnya padang pasir yang luas di banding sebuah cincin ( H.R. Ibnu Hibban)
#LDNU KAB KEDIRI
#Medsosulkarimah #DakwahNUsantara