Ust. Dafid Fuadi, S.Ag
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1704794219538721&id=100000244777203
Mengenang Ramadhan Yang Menyedihkan
Kisah Wafatnya Sayiduna Ali bin Abi Thalib, Korban Kebiadaban Kaum Radikal Generasi Awal
“Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.”
Itulah teriakan Abdur Rahman bin Muljam Al Murodi (Khawarij) ketika menebas tubuh mulia Sayiduna Ali bin Abi Thalib, -karamallahu wajhah- pada saat bangkit dari sujud shalat Subuh pada 19 Ramadhan 40 H itu.
Abdur Rahman bin Muljam menebas tubuh Sayidina Ali bin Thalib denga pedang yg sudah dilumuri racun mematikan seharga 1000 dinar. Tubuh Sayiduna Ali bin Abi Thalib mengalami luka parah, tapi beliau masih sedikit bisa bertahan. Tiga hari berikutnya (21 Ramadhan 40 H) ruh sahabat yang telah dijamin oleh Rasululah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang muslim yang selalu merasa paling Islam.
Ali dibunuh setelah dikafirkan.
Ali dibunuh setelah dituduh tidak menegakkan hukum Allah.
Ali dibunuh atas nama hukum Allah.
Itulah kebodohan dan kesesatan orang Khawarij, yang saat ini telah bermunculan generasi penerusnya.
Tidak berhenti sampai di situ, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti membaca Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 207 sebagai pembenar perbuatannya:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”
Maka sebagai hukuman atas kejahatannya membunuh khalifah Ali, akhirnya Ibnu Muljam divonis hukuman dg diqishas.
Proses hukuman mati yang dijalankan terhadap Ibnu Muljam juga berlangsung dengan penuh dramatis. Saat tubuhnya diikat untuk dipenggal kepalanya dia masih sempat berpesan kepada algojo:
“Wahai Algojo, janganlah engkau penggal kepalaku sekaligus. Tetapi potonglah anggota tubuhku sedikit demi sedikit hingga aku bisa menyaksikan anggota tubuhku disiksa di jalan Allah.”
Ibnu Muljam meyakini dengan sepenuh hati bahwa aksinya mencabut suami Sayyidah Fathimah, sepupu Rasulullah, dan ayah dari Al-Hasan dan Al-Husein itu adalah sebuah aksi jihad fi sabilillah.
Seorang ahli surga harus meregang nyawa di tangan seorang muslim yang meyakini aksinya itu adalah di jalan kebenaran demi meraih surga Allah.
Potret Ibnu Muljam adalah realita yang terjadi pada sebagian umat Islam di era modern. Generasi pemuda yang mewarisi Ibnu Muljam itu giat melakukan provokasi2 atas nama jihad di jalan Allah, dengan cara membunuh, membantai, memerangi sesama bahkan dg melakukan bom bunuh diri yang oleh mereka disebut istisyhadiyah.
Siapa sebenarnya Ibnu Muljam? Dia adalah lelaki yang hafidz (hapal) Al Qur'an, zahid, rajin shalat, rajin puasa dan mendapat julukan Al-Muqri’, dia jg sekaligus sebagai motivator orang lain untuk menghafalkan Al Qur'an.
Khalifah Umar bin Khattab pernah menugaskan Ibnu Muljam ke Mesir untuk memenuhi permohonan ‘Amr bin ‘Ash untuk mengajarkan hafalan Alquran kepada penduduk negeri piramida itu. Dalam pernyataannya, Khalifah Umar bin Khattab bahkan menyatakan:
“Abdur Rahman bin Muljam, salah seorang ahli Alquran yang aku prioritaskan untukmu ketimbang untuk diriku sendiri. Jika ia telah datang kepadamu maka siapkan rumah untuknya untuk mengajarkan Al Qur'an kepada kaum muslimin dan muliakanlah ia wahai ‘Amr bin ‘Ash” kata Umar.
Meskipun Ibnu Muljam hafal Alquran, berpenampilan regius, fasih berbicara agama dan rajin beribadah, tapi semua itu tidak bermanfaat baginya.
Ia mati dalam kondisi su’ul khatimah, akibat kesesatannya yang disebabkan kedangkalannya dalam memahami ilmu agama . Afiliasinya kepada pahama Khawarij telah membawanya terjebak dalam pemahaman Islam yang sempit dan dangkal. Ibnu Muljam tergesa2 menetapkan klaim surga kepada dirinya dan neraka kepada orang lain.
Sehingga dia dengan sembrono melakukan aksi-aksi yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama Islam. Alangkah menyedihkan karena aksi itu diklaim dalam rangka membela agama Allah
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1704794219538721&id=100000244777203
Mengenang Ramadhan Yang Menyedihkan
Kisah Wafatnya Sayiduna Ali bin Abi Thalib, Korban Kebiadaban Kaum Radikal Generasi Awal
“Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.”
Itulah teriakan Abdur Rahman bin Muljam Al Murodi (Khawarij) ketika menebas tubuh mulia Sayiduna Ali bin Abi Thalib, -karamallahu wajhah- pada saat bangkit dari sujud shalat Subuh pada 19 Ramadhan 40 H itu.
Abdur Rahman bin Muljam menebas tubuh Sayidina Ali bin Thalib denga pedang yg sudah dilumuri racun mematikan seharga 1000 dinar. Tubuh Sayiduna Ali bin Abi Thalib mengalami luka parah, tapi beliau masih sedikit bisa bertahan. Tiga hari berikutnya (21 Ramadhan 40 H) ruh sahabat yang telah dijamin oleh Rasululah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang muslim yang selalu merasa paling Islam.
Ali dibunuh setelah dikafirkan.
Ali dibunuh setelah dituduh tidak menegakkan hukum Allah.
Ali dibunuh atas nama hukum Allah.
Itulah kebodohan dan kesesatan orang Khawarij, yang saat ini telah bermunculan generasi penerusnya.
Tidak berhenti sampai di situ, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti membaca Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 207 sebagai pembenar perbuatannya:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”
Maka sebagai hukuman atas kejahatannya membunuh khalifah Ali, akhirnya Ibnu Muljam divonis hukuman dg diqishas.
Proses hukuman mati yang dijalankan terhadap Ibnu Muljam juga berlangsung dengan penuh dramatis. Saat tubuhnya diikat untuk dipenggal kepalanya dia masih sempat berpesan kepada algojo:
“Wahai Algojo, janganlah engkau penggal kepalaku sekaligus. Tetapi potonglah anggota tubuhku sedikit demi sedikit hingga aku bisa menyaksikan anggota tubuhku disiksa di jalan Allah.”
Ibnu Muljam meyakini dengan sepenuh hati bahwa aksinya mencabut suami Sayyidah Fathimah, sepupu Rasulullah, dan ayah dari Al-Hasan dan Al-Husein itu adalah sebuah aksi jihad fi sabilillah.
Seorang ahli surga harus meregang nyawa di tangan seorang muslim yang meyakini aksinya itu adalah di jalan kebenaran demi meraih surga Allah.
Potret Ibnu Muljam adalah realita yang terjadi pada sebagian umat Islam di era modern. Generasi pemuda yang mewarisi Ibnu Muljam itu giat melakukan provokasi2 atas nama jihad di jalan Allah, dengan cara membunuh, membantai, memerangi sesama bahkan dg melakukan bom bunuh diri yang oleh mereka disebut istisyhadiyah.
Siapa sebenarnya Ibnu Muljam? Dia adalah lelaki yang hafidz (hapal) Al Qur'an, zahid, rajin shalat, rajin puasa dan mendapat julukan Al-Muqri’, dia jg sekaligus sebagai motivator orang lain untuk menghafalkan Al Qur'an.
Khalifah Umar bin Khattab pernah menugaskan Ibnu Muljam ke Mesir untuk memenuhi permohonan ‘Amr bin ‘Ash untuk mengajarkan hafalan Alquran kepada penduduk negeri piramida itu. Dalam pernyataannya, Khalifah Umar bin Khattab bahkan menyatakan:
“Abdur Rahman bin Muljam, salah seorang ahli Alquran yang aku prioritaskan untukmu ketimbang untuk diriku sendiri. Jika ia telah datang kepadamu maka siapkan rumah untuknya untuk mengajarkan Al Qur'an kepada kaum muslimin dan muliakanlah ia wahai ‘Amr bin ‘Ash” kata Umar.
Meskipun Ibnu Muljam hafal Alquran, berpenampilan regius, fasih berbicara agama dan rajin beribadah, tapi semua itu tidak bermanfaat baginya.
Ia mati dalam kondisi su’ul khatimah, akibat kesesatannya yang disebabkan kedangkalannya dalam memahami ilmu agama . Afiliasinya kepada pahama Khawarij telah membawanya terjebak dalam pemahaman Islam yang sempit dan dangkal. Ibnu Muljam tergesa2 menetapkan klaim surga kepada dirinya dan neraka kepada orang lain.
Sehingga dia dengan sembrono melakukan aksi-aksi yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama Islam. Alangkah menyedihkan karena aksi itu diklaim dalam rangka membela agama Allah
Facebook
Yus Aliansyah
Mengenang Ramadhan Yang Menyedihkan Kisah Wafatnya Sayiduna Ali bin Abi Thalib, Korban Kebiadaban Kaum Radikal Generasi Awal “Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.”...
.
Sadarkah kita bahwa saat ini telah lahir generasi-generasi baru Ibnu Muljam yang bergerak secara massif dan terstruktur. Mereka adalah kalangan saleh yag menyuarakan syariat dan pembebasan umat Islam dari kesesatan. Mereka menawarkan jalan kebenaran menuju surga Allah dengan cara mengkafirkan sesama muslim. Ibnu Muljam gaya baru ini lahir dan bergerak secara berkelompok untuk meracuni generasi-generasi muda Indonesia. Sehingga mereka dengan mudah mengkafirkan sesama muslim, mereka dengan enteng menyesatkan kiai dan ulama.
Tanpilan luar mereka cukup religius bahkan tampak ada bekas sujud di dahi. Mereka gar membaca Al Quran, dan pandai berdalil dengan Al Qur'an. Namun sesungguhnya mereka adalah kelompok yang merugi. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits telah mewaspadakan kemunculan generasi Ibnu Muljam ini:
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَتْ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ ، وَلا صَلاتُكُمْ إِلَى صَلاتِهِمْ شَيْئًا ، وَلا صِيَامُكُمْ إِلَى صِيَامِهِمْ شَيْئًا ، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسَبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهُمْ ، لا تَجَاوَزُ صَلاتَهُمْ تَرَاقِيَهُمْ ، يَمْرُقُونَ مِنَ الإِسْلامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
Akan muncul suatu kaum dari umatku yang pandai membaca Al Quran. Dimana bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Quran dan mereka menyangka bahwa Al Quran itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al Quran itu adalah (bencana) atas mereka, yakni mereka mengira Al Qur'an membenarkan mereka, padahal mereka bertentangan. Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah yang melesat dari sasaran buruannya. (HR. Muslim : 1068)
Kebodohan kepada ilmu agama dan perasaan paling benar sendiri mengakibatkan mereka jatuh kepada kesesatan merasa berjuang membela agama Islam padahal hakikatnya mereka sedang merobohkan Islam dan kaum muslimin dari dalam
Waspadalah kepada gerakan generasi penerus Ibnu Muljam ini. Ingat , Khawarij akan terus muncul sampai Dajjal keluar.
Jangan sampai generasi kita terracuni oleh virus Ibnu Muljam gaya baru. Jauhi radikalisme dan ekstrimisme dalam beragama. Perangi terorisme yang dibungkus dengan kita jihad fi sabilillah. Mereka bukan mujahid tapi khawarij gaya baru. Sudah terlalu banyak korban akibat ulah mereka. Islam dan ajaran Islam menjadi tercoreng krn ulah mereka.
Islam itu agama Rohmatan Lil Alamin.
اللهم ثبت قلوبنا على دينك الحق، آمين...
Fb.me/ldnupckediri
Sadarkah kita bahwa saat ini telah lahir generasi-generasi baru Ibnu Muljam yang bergerak secara massif dan terstruktur. Mereka adalah kalangan saleh yag menyuarakan syariat dan pembebasan umat Islam dari kesesatan. Mereka menawarkan jalan kebenaran menuju surga Allah dengan cara mengkafirkan sesama muslim. Ibnu Muljam gaya baru ini lahir dan bergerak secara berkelompok untuk meracuni generasi-generasi muda Indonesia. Sehingga mereka dengan mudah mengkafirkan sesama muslim, mereka dengan enteng menyesatkan kiai dan ulama.
Tanpilan luar mereka cukup religius bahkan tampak ada bekas sujud di dahi. Mereka gar membaca Al Quran, dan pandai berdalil dengan Al Qur'an. Namun sesungguhnya mereka adalah kelompok yang merugi. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits telah mewaspadakan kemunculan generasi Ibnu Muljam ini:
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَتْ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ ، وَلا صَلاتُكُمْ إِلَى صَلاتِهِمْ شَيْئًا ، وَلا صِيَامُكُمْ إِلَى صِيَامِهِمْ شَيْئًا ، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسَبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهُمْ ، لا تَجَاوَزُ صَلاتَهُمْ تَرَاقِيَهُمْ ، يَمْرُقُونَ مِنَ الإِسْلامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
Akan muncul suatu kaum dari umatku yang pandai membaca Al Quran. Dimana bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Quran dan mereka menyangka bahwa Al Quran itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al Quran itu adalah (bencana) atas mereka, yakni mereka mengira Al Qur'an membenarkan mereka, padahal mereka bertentangan. Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah yang melesat dari sasaran buruannya. (HR. Muslim : 1068)
Kebodohan kepada ilmu agama dan perasaan paling benar sendiri mengakibatkan mereka jatuh kepada kesesatan merasa berjuang membela agama Islam padahal hakikatnya mereka sedang merobohkan Islam dan kaum muslimin dari dalam
Waspadalah kepada gerakan generasi penerus Ibnu Muljam ini. Ingat , Khawarij akan terus muncul sampai Dajjal keluar.
Jangan sampai generasi kita terracuni oleh virus Ibnu Muljam gaya baru. Jauhi radikalisme dan ekstrimisme dalam beragama. Perangi terorisme yang dibungkus dengan kita jihad fi sabilillah. Mereka bukan mujahid tapi khawarij gaya baru. Sudah terlalu banyak korban akibat ulah mereka. Islam dan ajaran Islam menjadi tercoreng krn ulah mereka.
Islam itu agama Rohmatan Lil Alamin.
اللهم ثبت قلوبنا على دينك الحق، آمين...
Fb.me/ldnupckediri
Facebook
Log in or sign up to view
See posts, photos and more on Facebook.
Materi Kultum Tarawih
Mewaspadai Riddah
- Di antara hal yang wajib diwaspadai oleh orang yang berpuasa adalah riddah. Karena riddah dapat membatalkan puasa, bahkan dapat menghapus semua pahala kebaikan yang telah dikumpulkan. Allah berfirman:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ ما كانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan apabila berlaku syirik maka terhapus dari mereka apa yang telah mereka lakukan”
- Riddah artinya merusak dan membatalkan Islam dengan keyakinan, perbuatan atau perkataan kufur.
- Kaidah: Setiap keyakinan, perbuatan dan perkataan yang mengandung unsur penghinaan dan pelecehan terhadap Allah, malaikat-Nya, para nabi-Nya, kitab-kitab-Nya, agama-Nya, syari’at dan syiar agamanya dalah kufur, mengeluarkan seseorng dari Islam.
- Orang yang telah keluar dari Islam wajib untuk kembali masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimah syahadat. Tidak cukup hanya dengan membaca istighfar. Rasulullah bersabda:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّى رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersyahadat bahwa tidak ada yang disembah dengan benar selain hanya Allah dan bahwa Aku adalah utusan Allah, mereka mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat”
Oleh: Ust Asy'ari Masduki, MA
t.me/ldnupckediri fb.me/ldnupckediri
Mewaspadai Riddah
- Di antara hal yang wajib diwaspadai oleh orang yang berpuasa adalah riddah. Karena riddah dapat membatalkan puasa, bahkan dapat menghapus semua pahala kebaikan yang telah dikumpulkan. Allah berfirman:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ ما كانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan apabila berlaku syirik maka terhapus dari mereka apa yang telah mereka lakukan”
- Riddah artinya merusak dan membatalkan Islam dengan keyakinan, perbuatan atau perkataan kufur.
- Kaidah: Setiap keyakinan, perbuatan dan perkataan yang mengandung unsur penghinaan dan pelecehan terhadap Allah, malaikat-Nya, para nabi-Nya, kitab-kitab-Nya, agama-Nya, syari’at dan syiar agamanya dalah kufur, mengeluarkan seseorng dari Islam.
- Orang yang telah keluar dari Islam wajib untuk kembali masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimah syahadat. Tidak cukup hanya dengan membaca istighfar. Rasulullah bersabda:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّى رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersyahadat bahwa tidak ada yang disembah dengan benar selain hanya Allah dan bahwa Aku adalah utusan Allah, mereka mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat”
Oleh: Ust Asy'ari Masduki, MA
t.me/ldnupckediri fb.me/ldnupckediri
Facebook
Log in or sign up to view
See posts, photos and more on Facebook.
Kultum Subuh
Kenapa Allah mengutus para Rasul?
- Allah telah mengutus ribuan para nabi dan Rasul kepada umat manusia, nabi pertama nabi Adam dan nabi terakhir nabi Muhammad
- Tujuan Allah mengutus mereka adalah untuk
1. Mengajarkan Islam, agar manusia hanya beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan Nya dengan makhluk-Nya
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda :
َأَفْضَلُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
"Perkataan yang paling utama yang aku dan para nabi ucapkan adalah tidak ada yg disembah dengan benar selain hanya Allah"
2. mengajarkan manusia hal-hal yang membawa kemaslahatan bagi mereka, baik di dunia maupun di akhirat
3. Memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin dan taat dengan surga di akhirat dan memberi ancaman kepada orang-orang yang kafir dan bermaksiat dengan siksa neraka yang pedih di akhirat
(كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ)
[Surat Al-Baqarah 213]
Oleh: Ust. Asy'ari Masduki, MA
t.me/ldnupckediri fb.me/ldnupckediri
Kenapa Allah mengutus para Rasul?
- Allah telah mengutus ribuan para nabi dan Rasul kepada umat manusia, nabi pertama nabi Adam dan nabi terakhir nabi Muhammad
- Tujuan Allah mengutus mereka adalah untuk
1. Mengajarkan Islam, agar manusia hanya beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan Nya dengan makhluk-Nya
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda :
َأَفْضَلُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
"Perkataan yang paling utama yang aku dan para nabi ucapkan adalah tidak ada yg disembah dengan benar selain hanya Allah"
2. mengajarkan manusia hal-hal yang membawa kemaslahatan bagi mereka, baik di dunia maupun di akhirat
3. Memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin dan taat dengan surga di akhirat dan memberi ancaman kepada orang-orang yang kafir dan bermaksiat dengan siksa neraka yang pedih di akhirat
(كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ)
[Surat Al-Baqarah 213]
Oleh: Ust. Asy'ari Masduki, MA
t.me/ldnupckediri fb.me/ldnupckediri
Facebook
Log in or sign up to view
See posts, photos and more on Facebook.
Kultum Tarawih
Ramadlan bulan al-Qur’an
- Ramadlan adalah bulan al-Qur’an, karena al-Qur’an pertama kali ditrunkan pada bulan Ramadlan. Allah berfirman:
شَهْرُ رَمَضانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدىً لِلنَّاسِ وَبَيِّناتٍ مِنَ الْهُدى وَالْفُرْقان
“Bulan Ramadlan yang diturunkan di dalamnya al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas terhadap petunjuk serta pembeda antara yang haq dan batil”
- Menurut sebagian ulama turun pada tanggal 17 Ramadlan dan menurut sebagian yang lain pada tanggal 24 Ramadlan, berdasarkan hadits:
وَأُنْزِلَ اْلفُرْقَانُ لأَرْبَعٍ وَعِشْرِيْنَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ
“Dan al Qur’an diturunkan pada 24 Ramadlan”
- Setiap datang bulan Ramadlan malaikat Jibril turun ke bumi untuk bertadarrus al-Qur’an dengan nabi. Karena itu di bulan Ramadlan seorang muslim dianjurkan untuk memperbanyak tadarrus al-Qur’an. Tadarrus dilakukan minimal oleh dua orang, agar jika ada kesalahan dalam membaca, yang lain dapat meluruskannya.
- Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi seorang muslim. Karena itu setiap muslim harus berusaha memahaminya agar dapat mengamalkannya.
- Untuk memahami al-Qur’an kita harus mengikuti pemahaman para ulama. Tidak boleh bagi seorang muslim yang tidak memenuhi syarat untuk memahami al-Qur’an sendiri. Karena akan melahirkan pemahaman-pemahaman yang menyimpang.
- Tidak cukup dalam memahami al-Qur’an dengan hanya membaca terjemah al-Qur’an, karena hal itu rentan dengan kesalahan yang justru akan menyesatkan seseorang.
- Umat Islam dalam memahami al-Qur’an menggunakan system madzhab. Dalam bidang akidah mengikuti imam Abul Hasan al-Asy’ari dan imam Abu Mansur al Maturidi, dalam bidang fiqih mengikuti salah satu dari madzhab empat dan dalam akhlaq tashawwuf mengikuti imam al-Ghazali dan imam Junaid al-Baghdadi.
fb.me/ldnupckediri
Ramadlan bulan al-Qur’an
- Ramadlan adalah bulan al-Qur’an, karena al-Qur’an pertama kali ditrunkan pada bulan Ramadlan. Allah berfirman:
شَهْرُ رَمَضانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدىً لِلنَّاسِ وَبَيِّناتٍ مِنَ الْهُدى وَالْفُرْقان
“Bulan Ramadlan yang diturunkan di dalamnya al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas terhadap petunjuk serta pembeda antara yang haq dan batil”
- Menurut sebagian ulama turun pada tanggal 17 Ramadlan dan menurut sebagian yang lain pada tanggal 24 Ramadlan, berdasarkan hadits:
وَأُنْزِلَ اْلفُرْقَانُ لأَرْبَعٍ وَعِشْرِيْنَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ
“Dan al Qur’an diturunkan pada 24 Ramadlan”
- Setiap datang bulan Ramadlan malaikat Jibril turun ke bumi untuk bertadarrus al-Qur’an dengan nabi. Karena itu di bulan Ramadlan seorang muslim dianjurkan untuk memperbanyak tadarrus al-Qur’an. Tadarrus dilakukan minimal oleh dua orang, agar jika ada kesalahan dalam membaca, yang lain dapat meluruskannya.
- Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi seorang muslim. Karena itu setiap muslim harus berusaha memahaminya agar dapat mengamalkannya.
- Untuk memahami al-Qur’an kita harus mengikuti pemahaman para ulama. Tidak boleh bagi seorang muslim yang tidak memenuhi syarat untuk memahami al-Qur’an sendiri. Karena akan melahirkan pemahaman-pemahaman yang menyimpang.
- Tidak cukup dalam memahami al-Qur’an dengan hanya membaca terjemah al-Qur’an, karena hal itu rentan dengan kesalahan yang justru akan menyesatkan seseorang.
- Umat Islam dalam memahami al-Qur’an menggunakan system madzhab. Dalam bidang akidah mengikuti imam Abul Hasan al-Asy’ari dan imam Abu Mansur al Maturidi, dalam bidang fiqih mengikuti salah satu dari madzhab empat dan dalam akhlaq tashawwuf mengikuti imam al-Ghazali dan imam Junaid al-Baghdadi.
fb.me/ldnupckediri
Facebook
Log in or sign up to view
See posts, photos and more on Facebook.
LD-PCNU Kab KEDIRI
Photo
*Mengenang Rois Akbar (1)*
KH Hasyim Asy’ari dilahirkan pada 14 Februari l871, di Pesantren Gedang, Desa Tambakrejo, sekitar dua kilometer ke arah utara Kota Jombang, Jawa Timur. Ia merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara pasangan Kiai Asy’ari dan Nyai Halimah.
Mandiri sejak belia
Pada 1876 M, tepatnya ketika berusia 6 tahun, Hasyim kecil bersama kedua orang tuanya pindah ke Desa Keras (Diwek), sekitar 8 kilometer ke selatan Kota Jombang. Kepindahan mereka adalah untuk membina masyarakat di sana. Di Desa Keras, Kiai Asy’ari diberi tanah oleh sang kepala desa, yang kemudian digunakan untuk membangun rumah, masjid, dan pesantren. Di sinilah Hasyim kecil dididik dasar-dasar ilmu agama oleh orang tuanya.
Hasyim juga menyaksikan secara langsung cara dan metode Kiai Asy’ari membina dan mendidik para santri. Hasyim hidup menyatu bersama santri. Ia mampu menyelami kehidupan santri yang penuh kesederhanaan dan kebersamaan. Semua itu memberikan pengaruh yang sangat besar pada pertumbuhan jiwa dan pembentukan wataknya di kemudian hari.
Selain itu, sejak kecil Kiai Hasyim juga sudah menunjukkan tanda-tanda kecerdasan-nya. Pada usia 13 tahun, dia sudah bisa membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar (senior) darinya.
Ia juga dikenal rajin bekerja. Watak kemandirian yang ditanamkan sang kakek (Kiai Utsman), mendorongnya untuk berusaha memenuhi kebutuhan diri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Itu sebabnya, Hasyim selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar mencari nafkah dengan bertani dan berdagang. Hasilnya kemudian dibelikan kitab dan digunakan untuk bekal menuntut ilmu.
Pada usia 15 tahun, Hasyim remaja meninggalkan kedua orang tuanya untuk berkelana memperdalam ilmu pengetahuan. Mula-mula ia menjadi santri di Pesantren Wonorejo Jombang, lalu Pesantren Wonokoyo Probolinggo, kemudian Pesantren Langitan Tuban, dan Pesantren Trenggilis Surabaya. Belum puas dengan ilmu yang diperolehnya, Hasyim melanjutkan menuntut ilmu ke Pesantren Kademangan, Bangkalan, Madura, di bawah asuhan KH Kholil yang dikenal sangat alim.
Setelah lima tahun menuntut ilmu di Bangkalan, pada 1891, Hasyim kembali ke tanah Jawa dan belajar di Pesantren Siwalan, Panji, Sidoarjo, di bawah bimbingan Kiai Ya’qub yang kelak menjadi mertuanya. Ia menimba ilmu di Pesantren Siwalan selama lima tahun.
Semangatnya dalam menuntut ilmu membawa dirinya sampai ke tanah suci, Makkah. Selama di Makkah, ia berguru kepada sejumlah ulama besar, di antaranya Syeikh Syuaib bin Abdurrahman, Syekh Mahfudzh at-Tirmasi (Tremas, Pacitan), Syekh Khatib al-Minangkabawi, Syekh Ahmad Amin al-Athar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said al-Yamani, Syekh Rahmatullah, dan Syekh Bafaddhal, Sayyid Abbas al-Maliki, Sayyid Sulthan Hasyim al-Daghistani, Sayyid Abdullah al-Zawawi, Sayyid Ahmad bin Hasan al-Atthas, Sayyid Alwi al-Segaf, Sayyid Abu Bakar Syatha al-Dimyathi, dan Sayyid Husain al-Habsyi yang saat itu menjadi mufti di Makkah. Di antara mereka, ada tiga orang yang sangat memengaruhi wawasan keilmuan Kiai Hasyim, yaitu Sayyid Alwi bin Ahmad al-Segaf, Sayyid Husain al-Habsyi, dan Syekh Mahfudzh al-Tirmasi.
Pada saat tinggal di Makkah ini, Kiai Hasyim dipercaya untuk mengajar di Masjidil Haram bersama tujuh ulama Indonesia lainnya, seperti Syekh Nawawi al-Bantani dan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Selama di Makkah, beliau mempunyai banyak murid yang berasal dari berbagai negara. Di antaranya ialah Syekh Sa’dullah al-Maimani (mufti di Bombay, India), Syekh Umar Hamdan (ahli hadis di Makkah), Al-Syihab Ahmad ibn Abdullah (Syiria), KH Abdul Wahab Hasbullah (Tambakberas, Jombang), KH R Asnawi (Kudus), KH Dahlan (Kudus), KH Bisri Syansuri (Denanyar, Jombang), dan KH Shaleh (Tayu).
Dan, bersama KH Wahab Hasbullah (Tambakberas), KH Bisri Syansuri (Denanyar), serta KH Bisri Musthofa (Rembang), KH Hasyim Asy’ari mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU), sebagai wujud perjuangan para ulama dalam membimbing umat sekaligus melawan penjajah Belanda. Beberapa saat setelah merdeka, Kota Surabaya yang ingin direbut kembali oleh penjajah, mendapat perlawanan dari rakyat Indonesia.
KH Hasyim Asy’ari dilahirkan pada 14 Februari l871, di Pesantren Gedang, Desa Tambakrejo, sekitar dua kilometer ke arah utara Kota Jombang, Jawa Timur. Ia merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara pasangan Kiai Asy’ari dan Nyai Halimah.
Mandiri sejak belia
Pada 1876 M, tepatnya ketika berusia 6 tahun, Hasyim kecil bersama kedua orang tuanya pindah ke Desa Keras (Diwek), sekitar 8 kilometer ke selatan Kota Jombang. Kepindahan mereka adalah untuk membina masyarakat di sana. Di Desa Keras, Kiai Asy’ari diberi tanah oleh sang kepala desa, yang kemudian digunakan untuk membangun rumah, masjid, dan pesantren. Di sinilah Hasyim kecil dididik dasar-dasar ilmu agama oleh orang tuanya.
Hasyim juga menyaksikan secara langsung cara dan metode Kiai Asy’ari membina dan mendidik para santri. Hasyim hidup menyatu bersama santri. Ia mampu menyelami kehidupan santri yang penuh kesederhanaan dan kebersamaan. Semua itu memberikan pengaruh yang sangat besar pada pertumbuhan jiwa dan pembentukan wataknya di kemudian hari.
Selain itu, sejak kecil Kiai Hasyim juga sudah menunjukkan tanda-tanda kecerdasan-nya. Pada usia 13 tahun, dia sudah bisa membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar (senior) darinya.
Ia juga dikenal rajin bekerja. Watak kemandirian yang ditanamkan sang kakek (Kiai Utsman), mendorongnya untuk berusaha memenuhi kebutuhan diri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Itu sebabnya, Hasyim selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar mencari nafkah dengan bertani dan berdagang. Hasilnya kemudian dibelikan kitab dan digunakan untuk bekal menuntut ilmu.
Pada usia 15 tahun, Hasyim remaja meninggalkan kedua orang tuanya untuk berkelana memperdalam ilmu pengetahuan. Mula-mula ia menjadi santri di Pesantren Wonorejo Jombang, lalu Pesantren Wonokoyo Probolinggo, kemudian Pesantren Langitan Tuban, dan Pesantren Trenggilis Surabaya. Belum puas dengan ilmu yang diperolehnya, Hasyim melanjutkan menuntut ilmu ke Pesantren Kademangan, Bangkalan, Madura, di bawah asuhan KH Kholil yang dikenal sangat alim.
Setelah lima tahun menuntut ilmu di Bangkalan, pada 1891, Hasyim kembali ke tanah Jawa dan belajar di Pesantren Siwalan, Panji, Sidoarjo, di bawah bimbingan Kiai Ya’qub yang kelak menjadi mertuanya. Ia menimba ilmu di Pesantren Siwalan selama lima tahun.
Semangatnya dalam menuntut ilmu membawa dirinya sampai ke tanah suci, Makkah. Selama di Makkah, ia berguru kepada sejumlah ulama besar, di antaranya Syeikh Syuaib bin Abdurrahman, Syekh Mahfudzh at-Tirmasi (Tremas, Pacitan), Syekh Khatib al-Minangkabawi, Syekh Ahmad Amin al-Athar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said al-Yamani, Syekh Rahmatullah, dan Syekh Bafaddhal, Sayyid Abbas al-Maliki, Sayyid Sulthan Hasyim al-Daghistani, Sayyid Abdullah al-Zawawi, Sayyid Ahmad bin Hasan al-Atthas, Sayyid Alwi al-Segaf, Sayyid Abu Bakar Syatha al-Dimyathi, dan Sayyid Husain al-Habsyi yang saat itu menjadi mufti di Makkah. Di antara mereka, ada tiga orang yang sangat memengaruhi wawasan keilmuan Kiai Hasyim, yaitu Sayyid Alwi bin Ahmad al-Segaf, Sayyid Husain al-Habsyi, dan Syekh Mahfudzh al-Tirmasi.
Pada saat tinggal di Makkah ini, Kiai Hasyim dipercaya untuk mengajar di Masjidil Haram bersama tujuh ulama Indonesia lainnya, seperti Syekh Nawawi al-Bantani dan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Selama di Makkah, beliau mempunyai banyak murid yang berasal dari berbagai negara. Di antaranya ialah Syekh Sa’dullah al-Maimani (mufti di Bombay, India), Syekh Umar Hamdan (ahli hadis di Makkah), Al-Syihab Ahmad ibn Abdullah (Syiria), KH Abdul Wahab Hasbullah (Tambakberas, Jombang), KH R Asnawi (Kudus), KH Dahlan (Kudus), KH Bisri Syansuri (Denanyar, Jombang), dan KH Shaleh (Tayu).
Dan, bersama KH Wahab Hasbullah (Tambakberas), KH Bisri Syansuri (Denanyar), serta KH Bisri Musthofa (Rembang), KH Hasyim Asy’ari mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU), sebagai wujud perjuangan para ulama dalam membimbing umat sekaligus melawan penjajah Belanda. Beberapa saat setelah merdeka, Kota Surabaya yang ingin direbut kembali oleh penjajah, mendapat perlawanan dari rakyat Indonesia.
LD-PCNU Kab KEDIRI
Photo
Bersama Bung Tomo, KH Hasyim Asy’ari menyerukan perang jihad melawan Belanda.
Dan selanjutnya, melalui organisasi ini pula, nama KH Hasyim Asy’ari berkibar. Ketokohan dan keilmuan yang dimilikinya menempatkannya sebagai ulama teratas di Indonesia. Tak heran pula bila kemudian beliau mendapat julukan sebagai Hadratus Syekh (penghulu para syekh/ulama)
fb.me/ldnupckediri
Dan selanjutnya, melalui organisasi ini pula, nama KH Hasyim Asy’ari berkibar. Ketokohan dan keilmuan yang dimilikinya menempatkannya sebagai ulama teratas di Indonesia. Tak heran pula bila kemudian beliau mendapat julukan sebagai Hadratus Syekh (penghulu para syekh/ulama)
fb.me/ldnupckediri
Facebook
Log in or sign up to view
See posts, photos and more on Facebook.
Kultum Tarawih
Mewaspadai Riddah
- Di antara hal yang wajib diwaspadai oleh orang yang berpuasa adalah riddah. Karena riddah dapat membatalkan puasa, bahkan dapat menghapus semua pahala kebaikan yang telah dikumpulkan. Allah berfirman:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ ما كانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan apabila berlaku syirik maka terhapus dari mereka apa yang telah mereka lakukan”
- Riddah artinya merusak dan membatalkan Islam dengan keyakinan, perbuatan atau perkataan kufur.
- Riddah ada tiga macam:
1. Riddah keyakinan
2. Riddah perbuatan
3. Riddah perkataan
- Kaidahnya: setiap keyakinan, perbuatan dan perkataan yang mengandung unsur penghinaan dan pelecehan terhadap Allah, malaikat-Nya, para nabi-Nya, kitab-kitab-Nya, agama-Nya, syari’at dan syiar agamanya adalah riddah, mengeluarkan seseorng dari Islam.
- Orang yang telah keluar dari Islam wajib untuk kembali masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimah syahadat. Tidak cukup hanya dengan membaca istighfar.
اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمدا رسول الله
Medsosul Karimah LDNU Kab. KEDIRI
Ikuti kami untuk mendapatkan materi kajian-kajian Islam di social media
Facebook :
fb.me/ldnupckediri
Twitter :
Http://twitter.com/ldnukabkediri
Channel Telegram :
t.me/ldnupckediri
Instagram :
Http://Instagram.com/ldnupckediri
Playlist Pengajian LDNU :
Http://Mixcloud.com/LDNUKabKEDIRI
Channel LDNU Kab Kediri :
Http://Bit.ly/YouTubeLDNU
Weblog
Http://Bit.ly/WeblogLDNU
#MedsosulKarimah
Monggo saget dipun share
Mewaspadai Riddah
- Di antara hal yang wajib diwaspadai oleh orang yang berpuasa adalah riddah. Karena riddah dapat membatalkan puasa, bahkan dapat menghapus semua pahala kebaikan yang telah dikumpulkan. Allah berfirman:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ ما كانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan apabila berlaku syirik maka terhapus dari mereka apa yang telah mereka lakukan”
- Riddah artinya merusak dan membatalkan Islam dengan keyakinan, perbuatan atau perkataan kufur.
- Riddah ada tiga macam:
1. Riddah keyakinan
2. Riddah perbuatan
3. Riddah perkataan
- Kaidahnya: setiap keyakinan, perbuatan dan perkataan yang mengandung unsur penghinaan dan pelecehan terhadap Allah, malaikat-Nya, para nabi-Nya, kitab-kitab-Nya, agama-Nya, syari’at dan syiar agamanya adalah riddah, mengeluarkan seseorng dari Islam.
- Orang yang telah keluar dari Islam wajib untuk kembali masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimah syahadat. Tidak cukup hanya dengan membaca istighfar.
اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمدا رسول الله
Medsosul Karimah LDNU Kab. KEDIRI
Ikuti kami untuk mendapatkan materi kajian-kajian Islam di social media
Facebook :
fb.me/ldnupckediri
Twitter :
Http://twitter.com/ldnukabkediri
Channel Telegram :
t.me/ldnupckediri
Instagram :
Http://Instagram.com/ldnupckediri
Playlist Pengajian LDNU :
Http://Mixcloud.com/LDNUKabKEDIRI
Channel LDNU Kab Kediri :
Http://Bit.ly/YouTubeLDNU
Weblog
Http://Bit.ly/WeblogLDNU
#MedsosulKarimah
Monggo saget dipun share
Facebook
Log in or sign up to view
See posts, photos and more on Facebook.
IKHLAS DALAM PENGABDIAN
(Buat UPZIS Ranting se Kabupaten Kediri yang akan dilantik besok)
Kita ketahui semua bhw pada 1984, NU menyatakan kembali ke khithah 1926. Kembali ke kithah asal, berarti kita harus melakukan renungan ulang, utk apa dan dg maksud apa pula para ulama pesantren pada tahun 1926 dulu itu mendirikan NU ini.
Segenap warga NU dlm segala tingkatan dan segala kegiatan organisasi, hendaknya tdk boleh lupa bhw para ulama mendirikan NU itu, semata-mata didorong oleh keikhlasan, sbg pengabdian kepada Allah swt.
Di dlm dada para ulama pendiri itu tdk terdapat maksud2 lain yg kurang terpuji. Ajakan para muktamirin pada muktamar Situbondo utk kembali ke khithah 1926 itu dapat dijadikan sbg suatu indikasi bhw maksud atau niat para ulama mendirikan NU, merupakan suatu bentuk pengabdian. Mereka merawat NU itu sbg wadah prerjuangan li i'lai kalimatillah dan bukan utk memenuhi kepentingan pribadi.
Warga NU pun harus bersama-sama merenungi kembali dan menghayati serta mengamalkan kembali apa yg menjadi maksud para ulama pendiri Nahdlatul Ulama yg kini warganya hampir mencapai 90 jt itu. Semangat pengabdian ini jangan sampai luntur dan hilang dari dada kaum nahdliyin, terutama yg termasuk dlm kategori pemimpin. Sebab para ulama dlm mendirikan NU yg kini hampir berusia satu abad ini, telah bersusah payah dlm berusaha merawatnya dan membina sampai menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Membawa warga NU utk memiliki niat pengabdian yg bersih, sebagaimana besihnya niat para ulama yg mendirikan dan merawat NU selama ini, memang merupakan pekerjaan yg sulit. Akan tetapi, setidaknya, sikap mau merenung dan menghayati keikhlasan para ulama itu, dapat menjadi sesuatu yg amat penting. Krn hal tsb dapat menghindarkan kita menjadi generasi yg kosong dari semangat pengabdian dan keikhlasan
(Buat UPZIS Ranting se Kabupaten Kediri yang akan dilantik besok)
Kita ketahui semua bhw pada 1984, NU menyatakan kembali ke khithah 1926. Kembali ke kithah asal, berarti kita harus melakukan renungan ulang, utk apa dan dg maksud apa pula para ulama pesantren pada tahun 1926 dulu itu mendirikan NU ini.
Segenap warga NU dlm segala tingkatan dan segala kegiatan organisasi, hendaknya tdk boleh lupa bhw para ulama mendirikan NU itu, semata-mata didorong oleh keikhlasan, sbg pengabdian kepada Allah swt.
Di dlm dada para ulama pendiri itu tdk terdapat maksud2 lain yg kurang terpuji. Ajakan para muktamirin pada muktamar Situbondo utk kembali ke khithah 1926 itu dapat dijadikan sbg suatu indikasi bhw maksud atau niat para ulama mendirikan NU, merupakan suatu bentuk pengabdian. Mereka merawat NU itu sbg wadah prerjuangan li i'lai kalimatillah dan bukan utk memenuhi kepentingan pribadi.
Warga NU pun harus bersama-sama merenungi kembali dan menghayati serta mengamalkan kembali apa yg menjadi maksud para ulama pendiri Nahdlatul Ulama yg kini warganya hampir mencapai 90 jt itu. Semangat pengabdian ini jangan sampai luntur dan hilang dari dada kaum nahdliyin, terutama yg termasuk dlm kategori pemimpin. Sebab para ulama dlm mendirikan NU yg kini hampir berusia satu abad ini, telah bersusah payah dlm berusaha merawatnya dan membina sampai menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Membawa warga NU utk memiliki niat pengabdian yg bersih, sebagaimana besihnya niat para ulama yg mendirikan dan merawat NU selama ini, memang merupakan pekerjaan yg sulit. Akan tetapi, setidaknya, sikap mau merenung dan menghayati keikhlasan para ulama itu, dapat menjadi sesuatu yg amat penting. Krn hal tsb dapat menghindarkan kita menjadi generasi yg kosong dari semangat pengabdian dan keikhlasan
Dalam Al-Qur’an Surat *Al-Ankabut* (surat ke-29) adalah surat penengah di antara surat-surat yang dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (alfabet) yang kesemuanya berjumlah 29 surat. Penyebutan kata ankabut (berarti laba-laba) ada dua kali, yaitu pada ayat 41; _“Perumpamaan orang-orang yang mengambil perlindungan selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.”_
Nomor surat ini (29) dan nomor ayat di atas (41) merupakan angka-angka menarik. Angka 29 adalah bilangan prima kembar pasangan 29 dan 31. Angka 41 juga merupakan bilangan prima kembar pasangan 41 dan 43. Prima kembar (twin prime) adalah bilangan prima yang memiliki selisih dua, seperti 3 dan 5, atau 5 dan 7, atau 11 dan 13, dan seterusnya.
Penggabungan angka nomor surat (29) dan jumlah keseluruhan ayat Surat Al-Ankabut (sebanyak 69) menjadi 2969. Ini pun merupakan bilangan prima kembar pasangan 2969 dan 2971.
Bilangan penengah di antara ketiga pasangan prima kembar di atas adalah 30 (antara 29 dan 31), 42 (antara 41 dan 43), dan 2970 (antara 2969 dan 2971). Masing-masing bilangan penengah ketiga prima kembar ini (30, 42, dan 2970) dapat dibagi 6 (enam). Perhatikan, 30:6=5, 42:6=7, dan 2970:6=495. Angka 495 jika dijumlah (4+9+5) menjadi 18, di mana angka 18 adalah penengah bilangan prima kembar pasangan 17 dan 19, dan dapat dibagi 6 (enam).
Inilah kaitan antara *Surat An-Nahl* (16) dan *Surat Al-Ankabut* (29) dalam Al-Qur’an yang merupakan isyarat pembelajaran dari Allah tentang desain dan konstruksi bangunan. Apakah angka-angka tersebut merupakan kebetulan? Siapakah yang memberi informasi Kanjeng Nabi Muhammad saw tentang itu?
لِيَعْلَمَ أَنْ قَدْ أَبْلَغُوا رِسَالَاتِ رَبِّهِمْ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَأَحْصَىٰ كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا (الجن، 28).
_“... Dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu”. (Surat Al-Jin, 28)._
Nomor surat ini (29) dan nomor ayat di atas (41) merupakan angka-angka menarik. Angka 29 adalah bilangan prima kembar pasangan 29 dan 31. Angka 41 juga merupakan bilangan prima kembar pasangan 41 dan 43. Prima kembar (twin prime) adalah bilangan prima yang memiliki selisih dua, seperti 3 dan 5, atau 5 dan 7, atau 11 dan 13, dan seterusnya.
Penggabungan angka nomor surat (29) dan jumlah keseluruhan ayat Surat Al-Ankabut (sebanyak 69) menjadi 2969. Ini pun merupakan bilangan prima kembar pasangan 2969 dan 2971.
Bilangan penengah di antara ketiga pasangan prima kembar di atas adalah 30 (antara 29 dan 31), 42 (antara 41 dan 43), dan 2970 (antara 2969 dan 2971). Masing-masing bilangan penengah ketiga prima kembar ini (30, 42, dan 2970) dapat dibagi 6 (enam). Perhatikan, 30:6=5, 42:6=7, dan 2970:6=495. Angka 495 jika dijumlah (4+9+5) menjadi 18, di mana angka 18 adalah penengah bilangan prima kembar pasangan 17 dan 19, dan dapat dibagi 6 (enam).
Inilah kaitan antara *Surat An-Nahl* (16) dan *Surat Al-Ankabut* (29) dalam Al-Qur’an yang merupakan isyarat pembelajaran dari Allah tentang desain dan konstruksi bangunan. Apakah angka-angka tersebut merupakan kebetulan? Siapakah yang memberi informasi Kanjeng Nabi Muhammad saw tentang itu?
لِيَعْلَمَ أَنْ قَدْ أَبْلَغُوا رِسَالَاتِ رَبِّهِمْ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَأَحْصَىٰ كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا (الجن، 28).
_“... Dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu”. (Surat Al-Jin, 28)._
Pernyataan Al-Qur’an tentang laba-laba selaras dengan penelitian atas binatang pemintal jaring itu. Kata _*al-ankabut*_ adalah bentuk tunggal _(mufrad)._ Ini mengisyaratkan bahwa laba-laba bukan makhluq sosial. Tidak hidup secara berkelompok (banyak). Tidak seperti lebah atau semut yang hidup berkelompok. Itulah sebabnya industri sutra dari jaring laba-laba mengalami kendala, tidak seperti ulat bulu yang bisa disatukan (dikumpulkan) dalam satu tempat.
Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa laba-laba cenderung saling menyerang bila hidup berkelompok. Pada musim kawin, laba-laba betina memangsa laba-laba jantan di sarangnya setelah terjadi pembuahan.
Al-Qur’an menggunaan kata _*al-ankabut*_ _(mudzakkar)_ diikuti kata kerja _*ittakhadzat*_ _(mu’annats)._ Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa yang memintal jaring (membuat rumah) —terutama— untuk bereproduksi dan menjaga telur adalah laba-laba betina.
Begitulah, informasi Al-Qur’an mendukung temuan ilmiah alam semesta. Karena ilmu pengetahuan memang datang dari Allah, yang menciptakan segala sesuatu, yang menurunkan Al-Qur’an dengan ilmu.
Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa laba-laba cenderung saling menyerang bila hidup berkelompok. Pada musim kawin, laba-laba betina memangsa laba-laba jantan di sarangnya setelah terjadi pembuahan.
Al-Qur’an menggunaan kata _*al-ankabut*_ _(mudzakkar)_ diikuti kata kerja _*ittakhadzat*_ _(mu’annats)._ Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa yang memintal jaring (membuat rumah) —terutama— untuk bereproduksi dan menjaga telur adalah laba-laba betina.
Begitulah, informasi Al-Qur’an mendukung temuan ilmiah alam semesta. Karena ilmu pengetahuan memang datang dari Allah, yang menciptakan segala sesuatu, yang menurunkan Al-Qur’an dengan ilmu.
Kultum Tarawih
*Ramadlan tengahnya Maghfirah*
Pada 10 hari kedua Ramadlan Allah menawarkan maghfirah (ampunan) kepada semua muslim
Namun maghfirah (ampunan) Allah tidak diberikan kepada orang-orang kafir dan musyrik. Karena syirik adalah dosa yang tidak diampuni oleh Allah.
Syirik artinya beribadah kepada selain Allah
Syirik adalah dosa terbesar, Allah berfirman:
يا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Luqman berkata: Wahai anakku janganah kamu mensekutukan Allah karena sesungguhnya syirik adalah dosa yang sangat besar”
Syirik adalah dosa yang tidak diampuni oleh Allah, jika dia mati dalam keadaan itu.
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ ما دُونَ ذلِكَ لِمَنْ يَشاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرى إِثْماً عَظِيما
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Allah mengampuni dosa di bawah syirik bagi orang yang Allah kehendaki. Barang siapa yang mensekutukan Allah maka dia telah membuat dosa yang sangat besar”.
Syirik adalah seperti meyakini ada sesembahan yang benar selain Allah atau meyakini ada pencipta selain Allah, meyakini ada pencipta manfaat dan madlarrat selain Allah. Fb.me/Ldnupckediri
*Ramadlan tengahnya Maghfirah*
Pada 10 hari kedua Ramadlan Allah menawarkan maghfirah (ampunan) kepada semua muslim
Namun maghfirah (ampunan) Allah tidak diberikan kepada orang-orang kafir dan musyrik. Karena syirik adalah dosa yang tidak diampuni oleh Allah.
Syirik artinya beribadah kepada selain Allah
Syirik adalah dosa terbesar, Allah berfirman:
يا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Luqman berkata: Wahai anakku janganah kamu mensekutukan Allah karena sesungguhnya syirik adalah dosa yang sangat besar”
Syirik adalah dosa yang tidak diampuni oleh Allah, jika dia mati dalam keadaan itu.
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ ما دُونَ ذلِكَ لِمَنْ يَشاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرى إِثْماً عَظِيما
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Allah mengampuni dosa di bawah syirik bagi orang yang Allah kehendaki. Barang siapa yang mensekutukan Allah maka dia telah membuat dosa yang sangat besar”.
Syirik adalah seperti meyakini ada sesembahan yang benar selain Allah atau meyakini ada pencipta selain Allah, meyakini ada pencipta manfaat dan madlarrat selain Allah. Fb.me/Ldnupckediri
Facebook
Log in or sign up to view
See posts, photos and more on Facebook.
BERKAH IBADAH PUASA
Abu Bakar bin Jandar As Syibli (247-334 H.) adalah seorang Sufi murid dari imam Junaid Al Baghdadi, seorang tokoh Sufi yg menjadi panutan kelompok Ahlis Sumnah wal Jama'ah itu. Orang2 dimasanya menilai As Syibli sbg orang yg nyeleneh karena perilakunya sering dianggap aneh. Misalnya, suatu hari As Syibli terus menerus mengucapkan.
الله, الله......
Seorang murid yg masih muda dengan serius berkata kepadanya:
"Mengapa engkau tidak mengucapkan:
لااله الا الله
As Syibli menjelaskan:
"Aku kuwatir, begitu kuucapkan لااله nafasku berhenti dan aku tdk sempat melanjutkanya dengan
الاالله
Jika itu terjadi, celakalah aku."
As Syibli hampir tak pernah tidur diwaktu malam. Jika malam tiba, ia senantiasa memakai celak dicampur dengan garam untuk menangkal rasa kantuknya. Dan jika bulan Ramadhan tiba, ia makin giat beribadah melebihi orang2 ahli ibadah yg ada dimasanya.
Mungkin hal seperti itulah yg menyebabkan orang2 ketika itu menganggapnya sebagai orang yg nyeleneh dan aneh. Namun tak kalah aneh, ia pernah bercerita, bahwa ia pernah menjumpai suatu kejadian yg dianggapnya aneh.
Suatu ketika, As Syibli berada dalam rombongan dalam perjalanan dari Syam/Suriyah. Ditengah jalan, mereka dihadang perampok. Barang2 mereka yg dirampas kemudian diserahkan kepada kepalanya.
Dari kantong barang rampasan itu, para anggota perampok mendapatkan gula kenari. Merekapun ramai2 menyantapnya, namun kepala perampok itu tak ikut makan.
" Mengapa anda tak ikut-ikut makan gula kenari seperti anggota anak buahmu?" Tanya As Syibli.
"Aku sedang puasa," jawab kepala perampok.
"Anda merampok. Pekerjaannya merampok harta orang lain. Bila perlu, anda tega membunuh untuk itu. Anehnya, anda menjalankan puasa ?" Kata As Syibli.
" Kami ingin mencari kedamaian.".Kata kepala perampok itu.
Beberapa tahun kemudian, ketika As Syibli sedang menunaikan haji, dijumpai kepala perampok itu sedang mengenakan pakaian ihram didekat Ka'bah. As Syibli lalu menghampirinya dan bertanya:
"Benarkah anda ini yg bersama anak buah anda adalah orang yg pernah kutemui dulu itu ?"
"Ya, benar. Puasa itulah yg menarik saya ke jalan yg damai ini". Jawabnya.
Memang, amalan ibadah yg selalu dilakukan secara terus menerus itu bisa menyebabkan sipelaku menghentikan perbuatan2 maksiat yg ia lakukan. Diceritakan oleh sahabat Anas r.a. bahwa ketia zaman Nabi Shallallahu'alaihi wasallam, ada seorang anak muda dari golongan Anshar, selalu ikut shalat bersama Nabi, sedangkan pada setiap harinya, dia hampir tidak pernah meninggalkan perbuatan maksiyat. Perilaku anak muda itu kemudian oleh para dahabat diceritakan kepada Nabi. Lalu beliau berkata:
"Suatu hari nanti, amalan shalatnya itu akan bisa mencegahnya dari perilaku maksiyatnya itu".
Tidak berapa lama kemudian, anak muda tersebut bertobat dan menjadi baik perilakunya. Dalam Al Qur'an dituturkan:
ان الصلوة تنهى عن الفحشاء والمنكر
Sahabat Jabir juga menceritakan bahwa pernah ada seorang sahabat yg menceritakan kepada Nabi Shallallahu'alaihi wasallam bahwa ada seorang lelaki yg rajin selalu membaca Al Qur,an semalam suntuk, tetapi ketika pagi tiba, ia selalu mencuri. Nabi lalu berkata:
"Bacaan Qur'annya nati akan bisa mencegah perilakunya yg buruk itu."
Oleh: KH. Busyrol Karim Abdul Mughni
Channel Dakwah NU fb-ig-telegram fb.me/ldnupckediri
Abu Bakar bin Jandar As Syibli (247-334 H.) adalah seorang Sufi murid dari imam Junaid Al Baghdadi, seorang tokoh Sufi yg menjadi panutan kelompok Ahlis Sumnah wal Jama'ah itu. Orang2 dimasanya menilai As Syibli sbg orang yg nyeleneh karena perilakunya sering dianggap aneh. Misalnya, suatu hari As Syibli terus menerus mengucapkan.
الله, الله......
Seorang murid yg masih muda dengan serius berkata kepadanya:
"Mengapa engkau tidak mengucapkan:
لااله الا الله
As Syibli menjelaskan:
"Aku kuwatir, begitu kuucapkan لااله nafasku berhenti dan aku tdk sempat melanjutkanya dengan
الاالله
Jika itu terjadi, celakalah aku."
As Syibli hampir tak pernah tidur diwaktu malam. Jika malam tiba, ia senantiasa memakai celak dicampur dengan garam untuk menangkal rasa kantuknya. Dan jika bulan Ramadhan tiba, ia makin giat beribadah melebihi orang2 ahli ibadah yg ada dimasanya.
Mungkin hal seperti itulah yg menyebabkan orang2 ketika itu menganggapnya sebagai orang yg nyeleneh dan aneh. Namun tak kalah aneh, ia pernah bercerita, bahwa ia pernah menjumpai suatu kejadian yg dianggapnya aneh.
Suatu ketika, As Syibli berada dalam rombongan dalam perjalanan dari Syam/Suriyah. Ditengah jalan, mereka dihadang perampok. Barang2 mereka yg dirampas kemudian diserahkan kepada kepalanya.
Dari kantong barang rampasan itu, para anggota perampok mendapatkan gula kenari. Merekapun ramai2 menyantapnya, namun kepala perampok itu tak ikut makan.
" Mengapa anda tak ikut-ikut makan gula kenari seperti anggota anak buahmu?" Tanya As Syibli.
"Aku sedang puasa," jawab kepala perampok.
"Anda merampok. Pekerjaannya merampok harta orang lain. Bila perlu, anda tega membunuh untuk itu. Anehnya, anda menjalankan puasa ?" Kata As Syibli.
" Kami ingin mencari kedamaian.".Kata kepala perampok itu.
Beberapa tahun kemudian, ketika As Syibli sedang menunaikan haji, dijumpai kepala perampok itu sedang mengenakan pakaian ihram didekat Ka'bah. As Syibli lalu menghampirinya dan bertanya:
"Benarkah anda ini yg bersama anak buah anda adalah orang yg pernah kutemui dulu itu ?"
"Ya, benar. Puasa itulah yg menarik saya ke jalan yg damai ini". Jawabnya.
Memang, amalan ibadah yg selalu dilakukan secara terus menerus itu bisa menyebabkan sipelaku menghentikan perbuatan2 maksiat yg ia lakukan. Diceritakan oleh sahabat Anas r.a. bahwa ketia zaman Nabi Shallallahu'alaihi wasallam, ada seorang anak muda dari golongan Anshar, selalu ikut shalat bersama Nabi, sedangkan pada setiap harinya, dia hampir tidak pernah meninggalkan perbuatan maksiyat. Perilaku anak muda itu kemudian oleh para dahabat diceritakan kepada Nabi. Lalu beliau berkata:
"Suatu hari nanti, amalan shalatnya itu akan bisa mencegahnya dari perilaku maksiyatnya itu".
Tidak berapa lama kemudian, anak muda tersebut bertobat dan menjadi baik perilakunya. Dalam Al Qur'an dituturkan:
ان الصلوة تنهى عن الفحشاء والمنكر
Sahabat Jabir juga menceritakan bahwa pernah ada seorang sahabat yg menceritakan kepada Nabi Shallallahu'alaihi wasallam bahwa ada seorang lelaki yg rajin selalu membaca Al Qur,an semalam suntuk, tetapi ketika pagi tiba, ia selalu mencuri. Nabi lalu berkata:
"Bacaan Qur'annya nati akan bisa mencegah perilakunya yg buruk itu."
Oleh: KH. Busyrol Karim Abdul Mughni
Channel Dakwah NU fb-ig-telegram fb.me/ldnupckediri
Facebook
Log in or sign up to view
See posts, photos and more on Facebook.
Kultum Tarawih
*Mencari Maghfiroh dengan Puasa dan memperbanyak shalat malam*
- Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu". HR al Bukhari
- Rasulullah bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa bangun (shalat) malam pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan di ampuni." HR Abu Daud
Klik fb.me/ldnupckediri
*Mencari Maghfiroh dengan Puasa dan memperbanyak shalat malam*
- Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu". HR al Bukhari
- Rasulullah bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa bangun (shalat) malam pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan di ampuni." HR Abu Daud
Klik fb.me/ldnupckediri
Facebook
Log in or sign up to view
See posts, photos and more on Facebook.
*Abdullah Ibnu Mas’ud* adalah salah seorang sahabat Nabi saw yang pertama menerima keyakinan Islam. Nama lengkapnya *Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil bin Habib.* Berperawakan kecil dan pendek. Berkulit amat hitam.
Beliau selalu menemani Rasulullah saw ke mana pergi. Sehingga menjadi salah seorang sahabat yang banyak meriwayatkan Al-Qur’an. Beliau besumpah: “Demi Allah yang tiada _Ilah_ selain-Nya, tiada satu surat pun dari Kitabullah kecuali saya tahu di mana surat itu dan kepada siapa ayat itu diturunkan. Seandainya aku tahu ada yang lebih tahu tentang Kitabullah dan posisinya bisa ditempuh oleh perjalanan unta, maka niscaya aku akan berangkat menemuinya.” (HR.Bukhary).
*Surat Al-‘Alaq,* ayat *15-16,* oleh Ulama dinilai sebagai berita ghaib Al-Qur’an yang terbukti di kemudian hari. Dan ini melibatkan sahabat Abdullah Ibn Mas’ud.
كَلَّا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ * نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ. ( العلق، 15-16).
_"Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti, niscaya Kami akan tarik ubun-ubunnya. Yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka."_
Para Ulama sepakat bahwa ayat di atas turun menyangkut *Abu Jahal.* Tokoh musyrikin Quraisy Makkah ini tak henti-hentinya merintangi dakwah Raswulullah saw. Sehingga ada ancaman sebagaimana dalam ayat tersebut.
Alkisah, menurut penuturan sejarahwan *Ibnu Ishaq,* dalam *Perang Badar* antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin, Abu Jahal berhasil ditebas putus kakinya oleh sahabat *Mu’adz bin ‘Amr bin Al-Jamuh.* Tapi puteranya, *‘Ikrimah,* masih bisa melindunginya. Selanjutnya ganti sahabat *Mu’awwaz bin ‘Afra’* yang menghajar Abu Jahal hingga tergeletak tak berdaya. Pada saat itulah sahabat Abdullah bin Mas’ud datang. Dari jarak yang agak jauh Abdullah bin Mas’ud menusuk lobang hidung Abu Jahal hingga menemui ajal. Selanjutnya pimpinan geng kaum musyrikin ini dipenggal kepalanya. Karena Abdullah bin Mas’ud berpostur kecil dan pendek, *kepala itu lantas diseret pada ubun-ubunnya,* dibawa ke hadapan kaum muslimin.
Begitulah, berita ghaib bernada ancaman yang disampaikan Al-Qur’an terbukti. Maha Benar Allah dengan Segala Firman-Nya!
Oleh: KH. Syaiful Islam
fb.me/ldnupckediri
Beliau selalu menemani Rasulullah saw ke mana pergi. Sehingga menjadi salah seorang sahabat yang banyak meriwayatkan Al-Qur’an. Beliau besumpah: “Demi Allah yang tiada _Ilah_ selain-Nya, tiada satu surat pun dari Kitabullah kecuali saya tahu di mana surat itu dan kepada siapa ayat itu diturunkan. Seandainya aku tahu ada yang lebih tahu tentang Kitabullah dan posisinya bisa ditempuh oleh perjalanan unta, maka niscaya aku akan berangkat menemuinya.” (HR.Bukhary).
*Surat Al-‘Alaq,* ayat *15-16,* oleh Ulama dinilai sebagai berita ghaib Al-Qur’an yang terbukti di kemudian hari. Dan ini melibatkan sahabat Abdullah Ibn Mas’ud.
كَلَّا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ * نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ. ( العلق، 15-16).
_"Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti, niscaya Kami akan tarik ubun-ubunnya. Yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka."_
Para Ulama sepakat bahwa ayat di atas turun menyangkut *Abu Jahal.* Tokoh musyrikin Quraisy Makkah ini tak henti-hentinya merintangi dakwah Raswulullah saw. Sehingga ada ancaman sebagaimana dalam ayat tersebut.
Alkisah, menurut penuturan sejarahwan *Ibnu Ishaq,* dalam *Perang Badar* antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin, Abu Jahal berhasil ditebas putus kakinya oleh sahabat *Mu’adz bin ‘Amr bin Al-Jamuh.* Tapi puteranya, *‘Ikrimah,* masih bisa melindunginya. Selanjutnya ganti sahabat *Mu’awwaz bin ‘Afra’* yang menghajar Abu Jahal hingga tergeletak tak berdaya. Pada saat itulah sahabat Abdullah bin Mas’ud datang. Dari jarak yang agak jauh Abdullah bin Mas’ud menusuk lobang hidung Abu Jahal hingga menemui ajal. Selanjutnya pimpinan geng kaum musyrikin ini dipenggal kepalanya. Karena Abdullah bin Mas’ud berpostur kecil dan pendek, *kepala itu lantas diseret pada ubun-ubunnya,* dibawa ke hadapan kaum muslimin.
Begitulah, berita ghaib bernada ancaman yang disampaikan Al-Qur’an terbukti. Maha Benar Allah dengan Segala Firman-Nya!
Oleh: KH. Syaiful Islam
fb.me/ldnupckediri
Facebook
Log in or sign up to view
See posts, photos and more on Facebook.
Kultum Subuh
Meraih Nikmat Khusus di Surga dengan taqwa
- Semua orang yg mati dalam keadaan muslim akan masuk surga, baik yg bertaqwa maupun tidak. Bedanya orang yg bertaqwa masuk surga tanpa adzab, sedangkan orang fasik sebagian diadzab terlebih dahulu
- Seorang muslim yg bertaqwa [Shalih] akan mendapat nikmat khusus
ِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ
{ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ }
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah berfirman: "Aku telah menyediakan *buat hamba-hamba-Ku yang shalih (kenikmatan) yang belum pernah mata melihatnya, telinga mendengarnya dan terbetik dari lubuk hati manusia". Bacalah firman-Nya jika kamu mau (QS as-Sajadah 17) yang artinya ("Tidak seorangpun yang mengetahui apa yang telah disediakan untuk mereka (kenikmatan) yang menyedapkan mata"). HR al Bukhari
Ust. Asy'ari Masduki, MA
Medsosul Karimah LDNU Kab. KEDIRI
Ikuti kami untuk mendapatkan materi kajian-kajian Islam di social media
Facebook :
Http://fb.me/ldnupckediri
Twitter :
Http://twitter.com/ldnukabkediri
Channel Telegram :
Http://t.me/ldnupckediri
Instagram :
Http://Instagram.com/ldnupckediri
Playlist Pengajian LDNU :
Http://Mixcloud.com/LDNUKabKEDIRI
Channel LDNU Kab Kediri :
Http://Bit.ly/YouTubeLDNU
Weblog
Http://Bit.ly/WeblogLDNU
#MedsosulKarimah
Monggo saget dipun share
Meraih Nikmat Khusus di Surga dengan taqwa
- Semua orang yg mati dalam keadaan muslim akan masuk surga, baik yg bertaqwa maupun tidak. Bedanya orang yg bertaqwa masuk surga tanpa adzab, sedangkan orang fasik sebagian diadzab terlebih dahulu
- Seorang muslim yg bertaqwa [Shalih] akan mendapat nikmat khusus
ِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ
{ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ }
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah berfirman: "Aku telah menyediakan *buat hamba-hamba-Ku yang shalih (kenikmatan) yang belum pernah mata melihatnya, telinga mendengarnya dan terbetik dari lubuk hati manusia". Bacalah firman-Nya jika kamu mau (QS as-Sajadah 17) yang artinya ("Tidak seorangpun yang mengetahui apa yang telah disediakan untuk mereka (kenikmatan) yang menyedapkan mata"). HR al Bukhari
Ust. Asy'ari Masduki, MA
Medsosul Karimah LDNU Kab. KEDIRI
Ikuti kami untuk mendapatkan materi kajian-kajian Islam di social media
Facebook :
Http://fb.me/ldnupckediri
Twitter :
Http://twitter.com/ldnukabkediri
Channel Telegram :
Http://t.me/ldnupckediri
Instagram :
Http://Instagram.com/ldnupckediri
Playlist Pengajian LDNU :
Http://Mixcloud.com/LDNUKabKEDIRI
Channel LDNU Kab Kediri :
Http://Bit.ly/YouTubeLDNU
Weblog
Http://Bit.ly/WeblogLDNU
#MedsosulKarimah
Monggo saget dipun share
Facebook
Log in or sign up to view
See posts, photos and more on Facebook.
Kultum Tarawih
Menemukan manisnya ibadah dengan mengalahkan nafsu
- Puasa mendidik umat Islam yang menundukkan musuh terberat mereka yaitu nafsu.
- Keinginan nafsu selalu bertentangan dengan perintah agama.
(إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ٌۚ)
[Surat Yusuf 53]
- Untuk menemukan manis dan nikmatnya ibadah kita harus mampu menundukkan nafsu kita, dengan cara tidak mengikuti setiap kemauannya.
- Para ulama berkata:
النفس كالطفل ان تهمله شب على * الرضاع وان تفطمه ينفطم
Nafsu itu seperti bayi apabila kamu biarkan menyusu maka sampai remaja tetap menyusu dan apabila kamu sapih maka nafsu itu akan tersapih
- Pada saat nafsu telah tertundukkan maka semua amal ibadah menjadi mudah, ringan dan terasa nikmat.
Menemukan manisnya ibadah dengan mengalahkan nafsu
- Puasa mendidik umat Islam yang menundukkan musuh terberat mereka yaitu nafsu.
- Keinginan nafsu selalu bertentangan dengan perintah agama.
(إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ٌۚ)
[Surat Yusuf 53]
- Untuk menemukan manis dan nikmatnya ibadah kita harus mampu menundukkan nafsu kita, dengan cara tidak mengikuti setiap kemauannya.
- Para ulama berkata:
النفس كالطفل ان تهمله شب على * الرضاع وان تفطمه ينفطم
Nafsu itu seperti bayi apabila kamu biarkan menyusu maka sampai remaja tetap menyusu dan apabila kamu sapih maka nafsu itu akan tersapih
- Pada saat nafsu telah tertundukkan maka semua amal ibadah menjadi mudah, ringan dan terasa nikmat.
TANYA JAWAB GWA Dakwah LDNU Kab Kediri 2
PERTANYAAN
Dari : +62 857-4524-xxxx Assalamu'alaikum ustadz pembimbing LDNU yang kami hormati... nyuwun Sewu mau tanya untuk puasa 6 hari di bulan Syawal ketentuannya harus berturut-turut atau boleh di selang selang?
matur suwun mohon pencerahannya
JAWABAN
Oleh : Kyai Hafidz Ghozali
Diantara sejian macam puasa sunnah adalah puasa 6 hari di bulan Syawwál , Puasa tersebut hukumnya Sunnah mu'akkadah berdasarkan hadíts shohíh yang ma'nanya ; Barang siapa berpuasa Romadlón kemudian mengikutkannya dengan menuaikan puasa 6 hari dari bulan Syawwál maka bagaikan menjalankan puasa fardlu selama setahun.
Nah , menyambungnya dengan hari raya dalam menjalankannya yakni mulai tgl 2 Syawwal dst itu _afdlol_ (lebih banyak pahalanya) dari pada yang tidak bersambung dengan hari raya fitri dalam rangka bergegas gegas dalam ber'ibádah,
Jadi seandainya tidak bersambung dengan hari raya ,misalnya dituda belakangan maka masih mendapatkan pahala _ashlus-sunnah_ (asal kesunnahan tanpa memandang kepada kesempurnaan), sebagaimana jika ditunaikan dengan cara tidak berturut turut alias dipisah pisah dalam satu bulan Syawwál tsb.
Jadi terkait dengan berturut-turut itu adalah bukan suatu keharusan .
(disarikan dari kitáb Fathil mu'ín dan hásyiyah i'ánatith-thólibín 1/268-269 perc. Syirkah Ma'árif Bandung)
PERTANYAAN
Dari : +62 857-4524-xxxx Assalamu'alaikum ustadz pembimbing LDNU yang kami hormati... nyuwun Sewu mau tanya untuk puasa 6 hari di bulan Syawal ketentuannya harus berturut-turut atau boleh di selang selang?
matur suwun mohon pencerahannya
JAWABAN
Oleh : Kyai Hafidz Ghozali
Diantara sejian macam puasa sunnah adalah puasa 6 hari di bulan Syawwál , Puasa tersebut hukumnya Sunnah mu'akkadah berdasarkan hadíts shohíh yang ma'nanya ; Barang siapa berpuasa Romadlón kemudian mengikutkannya dengan menuaikan puasa 6 hari dari bulan Syawwál maka bagaikan menjalankan puasa fardlu selama setahun.
Nah , menyambungnya dengan hari raya dalam menjalankannya yakni mulai tgl 2 Syawwal dst itu _afdlol_ (lebih banyak pahalanya) dari pada yang tidak bersambung dengan hari raya fitri dalam rangka bergegas gegas dalam ber'ibádah,
Jadi seandainya tidak bersambung dengan hari raya ,misalnya dituda belakangan maka masih mendapatkan pahala _ashlus-sunnah_ (asal kesunnahan tanpa memandang kepada kesempurnaan), sebagaimana jika ditunaikan dengan cara tidak berturut turut alias dipisah pisah dalam satu bulan Syawwál tsb.
Jadi terkait dengan berturut-turut itu adalah bukan suatu keharusan .
(disarikan dari kitáb Fathil mu'ín dan hásyiyah i'ánatith-thólibín 1/268-269 perc. Syirkah Ma'árif Bandung)
Dalil Qunut Witir Pada Pertengahan Terakhir Bulan Ramadlan.
Al Imam Al-Baihaqi dalam kitabnya Ma’rifatus Sunani wal Atsar dan As-Sunan al Kubra pada “Bab Man Qaala Laa Yaqnut fil Witri Illaa Fin Nishfil Akhiri Min Ramadlan (Bab tentang Orang yang mengatakan bahwa tidak berqunut kecuali pada pertengahan terakhir bulan Ramadlan) menyebutkan beberapa riwayat, diantaranya Al-Imam Al-Syafi’i rahimahullah berkata :
قال الشافعي: ويقنتون في الوتر في النصف الآخر من رمضان، وكذلك كان يفعل ابن عمر، ومعاذ القاري
“Mereka berqunut didalam shalat witir pada pertengahan akhir bulan Ramadan, seperti itulah yang dilakukan oleh Ibnu ‘Umar dan Mu’adz Al-Qari”
عن نافع، «أن ابن عمر كان لا يقنت في الوتر إلا في النصف من رمضان
“Dari Nafi’ : Bahwa Ibnu ‘Umat tidak berqunut di dalam shalat witir, kecuali pada pertengahan dari bulan Ramadlan (pertengahan akhir)”
أن عمر بن الخطاب «جمع الناس على أبي بن كعب، فكان يصلي لهم عشرين ليلة ولا يقنت بهم إلا في النصف الباقي» . فإذا كانت العشر الأواخر تخلف فصلى في بيته، فكانوا يقولون: أبق أبي
“Sesungguhnya Umar bin Khaththab mengumpulkan jama’ah shalat Tarawih pada Ubay bin Ka’ab, mereka shalat selama 20 malam, dan mereka tidak berqunut kecuali pada pertengahan terakhir bulan Ramadlan. Ketika masuk pada 10 akhir Ubay memisahkan diri dan shalat di rumahnya, maka mereka mengira dengan mengatakan : Ubay telah lari”.
عَنْ مُحَمَّدٍ هُوَ ابْنُ سِيرِينَ، عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِهِ " أَنَّ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ أَمَّهُمْ، يَعْنِي فِي رَمَضَانَ، وَكَانَ يَقْنُتُ فِي النِّصْفِ الْأَخِيرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dari Muhammad bin Sirin, dari sebagian sahabatnya, bahwa Ubay bin Ka’ab mengimami mereka, yakni pada bulan Ramadlan, ia berqunut pada pertengahan terakhir bulan Ramadlan”
عَنِ الْحَارِثِ، عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ " أَنَّهُ " كَانَ يَقْنُتُ فِي النِّصْفِ الْأَخِيرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dari Al-Harits, dari ‘Ali radliyallahu ‘anhu, bahwa ia berqunut pada pertengahan terakhir dari bulan Ramadlan”
عن سَلَام يَعْنِي ابْنَ مِسْكِينٍ، قَالَ: " كَانَ ابْنُ سِيرِينَ يَكْرَهُ الْقُنُوتَ فِي الْوِتْرِ إِلَّا فِي النِّصْفِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Ibnu Miskin berkata : Ibnu Sirin tidak menyukai qunut didalam shalat Witir, kecuali pada pertengahan akhir shalat bulan Ramadlan."
عن قَتَادَة قَالَ: " الْقُنُوتُ فِي النِّصْفِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dari Qatadah : Qunut dilakukan pada pertengahan akhir bulan Ramadlan.”
Ust. Dafid Fuadi,S.Ag Kediri, Malam 15 Ramadlan 1439 H/30 Mei 2018 M
Al Imam Al-Baihaqi dalam kitabnya Ma’rifatus Sunani wal Atsar dan As-Sunan al Kubra pada “Bab Man Qaala Laa Yaqnut fil Witri Illaa Fin Nishfil Akhiri Min Ramadlan (Bab tentang Orang yang mengatakan bahwa tidak berqunut kecuali pada pertengahan terakhir bulan Ramadlan) menyebutkan beberapa riwayat, diantaranya Al-Imam Al-Syafi’i rahimahullah berkata :
قال الشافعي: ويقنتون في الوتر في النصف الآخر من رمضان، وكذلك كان يفعل ابن عمر، ومعاذ القاري
“Mereka berqunut didalam shalat witir pada pertengahan akhir bulan Ramadan, seperti itulah yang dilakukan oleh Ibnu ‘Umar dan Mu’adz Al-Qari”
عن نافع، «أن ابن عمر كان لا يقنت في الوتر إلا في النصف من رمضان
“Dari Nafi’ : Bahwa Ibnu ‘Umat tidak berqunut di dalam shalat witir, kecuali pada pertengahan dari bulan Ramadlan (pertengahan akhir)”
أن عمر بن الخطاب «جمع الناس على أبي بن كعب، فكان يصلي لهم عشرين ليلة ولا يقنت بهم إلا في النصف الباقي» . فإذا كانت العشر الأواخر تخلف فصلى في بيته، فكانوا يقولون: أبق أبي
“Sesungguhnya Umar bin Khaththab mengumpulkan jama’ah shalat Tarawih pada Ubay bin Ka’ab, mereka shalat selama 20 malam, dan mereka tidak berqunut kecuali pada pertengahan terakhir bulan Ramadlan. Ketika masuk pada 10 akhir Ubay memisahkan diri dan shalat di rumahnya, maka mereka mengira dengan mengatakan : Ubay telah lari”.
عَنْ مُحَمَّدٍ هُوَ ابْنُ سِيرِينَ، عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِهِ " أَنَّ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ أَمَّهُمْ، يَعْنِي فِي رَمَضَانَ، وَكَانَ يَقْنُتُ فِي النِّصْفِ الْأَخِيرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dari Muhammad bin Sirin, dari sebagian sahabatnya, bahwa Ubay bin Ka’ab mengimami mereka, yakni pada bulan Ramadlan, ia berqunut pada pertengahan terakhir bulan Ramadlan”
عَنِ الْحَارِثِ، عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ " أَنَّهُ " كَانَ يَقْنُتُ فِي النِّصْفِ الْأَخِيرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dari Al-Harits, dari ‘Ali radliyallahu ‘anhu, bahwa ia berqunut pada pertengahan terakhir dari bulan Ramadlan”
عن سَلَام يَعْنِي ابْنَ مِسْكِينٍ، قَالَ: " كَانَ ابْنُ سِيرِينَ يَكْرَهُ الْقُنُوتَ فِي الْوِتْرِ إِلَّا فِي النِّصْفِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Ibnu Miskin berkata : Ibnu Sirin tidak menyukai qunut didalam shalat Witir, kecuali pada pertengahan akhir shalat bulan Ramadlan."
عن قَتَادَة قَالَ: " الْقُنُوتُ فِي النِّصْفِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dari Qatadah : Qunut dilakukan pada pertengahan akhir bulan Ramadlan.”
Ust. Dafid Fuadi,S.Ag Kediri, Malam 15 Ramadlan 1439 H/30 Mei 2018 M