Kalau yang kita ikuti hanya yang wajib belajar versi pemerintah, maka kita akan punya skill yang sama dengan yang dimiliki rata-rata orang Indonesia, yang juga akan menghasilkan hasil yang rata-rata.
Kalau kita juga lulus dengan rata-rata dari kampus, maka kita akan masuk di golongan rata-rata juga.
Kalau kita belajar dari buku yang rata-rata di pelajari orang, dan mengeksekusi bisnis dengan cara yang rata-rata dijalanin kompetitor, maka hasil kita akan rata-rata juga.
Saya pernah ngobrol dengan Galih Permana Qisty saat Ia baru saja beresin lari marathon 50K, dan dari situ saya dapet pelajaran bahwa: orang yang paling diperhatikan adalah yang finish di awal bgt atau yang finish di akhir bgt.
Yang finish di akhir diperhatikan dan diberi selamat karena berhasil MENYELESAIKAN marathon tersebut. (yang penting finish trus puk-puk.)
Saya lebih suka saat produk saya dibenci sama orang lain daripada diabaikan. Karena saat dibenci, dia sebenarnya udah perhatian, tinggal energi nya aja diarahkan untuk jadi mencinta.
Prinsip saya: Jangan jadi rata-rata, tapi jangan karena mau menonjol di dunia melakukan hal yang dilarang sama Sang Pemilik Alam Semesta.
Dalam pengalaman saya bertemu dengan banyak pebisnis yang sukses, saya menemukan satu kesamaan:
Mereka adalah orang-orang yang akan dengan tulus berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka dalam berbisnis.