KIRIM.EMAIL
4.55K subscribers
2.3K photos
41 videos
7 files
1.47K links
Channel Telegram Resmi KIRIM.EMAIL

Hati ke hati dengan pelanggan Anda

Http://Kirim.Email
Download Telegram
Langkah selanjutnya setelah iklan kita dilihat atau didengar, adalah kita ingin agar iklan kita diingat, sebelum tentunya penawaran kita dibeli.

Jika seseorang ingat dengan kita, maka akan jauh lebih sederhana untuk membuatnya membeli lagi nantinya. Dalam dunia marketing, ini sering disebut dengan top of mind.

Sederhananya, kemungkinan akan butuh beberapa kali pengulangan apa yang bisnis kita tawarkan kepada, harapannya, dengan frekuensi keterlihatan yang cukup, isi pesan dan asoiasinya ke merek bisnis kita terbentuk.

Jika frekuensi kontaknya kurang, maka mungkin calon pelanggan kita tidak akan ingat dengan kita. Namun jika terlalu banyak pengulangannya, akan berpotensi menjadi membosankan. Yang akhirnya jadi nyebelin.

Salah satu teknik agar pengulangan ini tidak membosankan adalah dengan mengirimkan isi pesan berbeda, yang terus memberi nilai, untuk penawaran yang sama.

Jadi, misalnya sebuah perusahaan membuat draft untuk landing page. Isi draft ini “dicacah” berdasarkan tujuannya. Isi pesan yang sudah dicacah ini, kemudian dikirimkan satu per satu, secara terus menerus, hingga selesai.

Seringnya, teknik ini disebut “Drip Campaign“

Apa itu Drip Campaign?

Silahkan simak pembahasan selengkapnya di sini : http://bit.ly/2OGope1
"Memodel Viral Marketing Ala Dropbox"
Dropbox adalah perusahaan yang bertumbuh sangat pesat dengan viral marketing.



Berbeda mungkin dengan beberapa viral marketing lain yang terjadi secara tidak sengaja menyebar, Dropbox memang mendesain produk marketingnya agar menjadi viral.



Dan mungkin seperti yang kita lihat sekarang, desain viral marketing mereka berhasil. Dropbox tumbuh menjadi pemimpin pasar dalam dunia penyimpanan berbasis cloud.
Artinya ada pola keberhasilan yang bisa kita model. Dengan mempelajari bagaimana modelnya, kita bisa menerapkan model viral dari Dropbox ini ke produk atau bisnis kita juga.
Bisakah diterapkan walaupun kita jualan produk fisik seperti hijab atau obat herbal?
Jawabannya: Bisa kalau kita paham polanya.
Bisakah menggunakan model ini untuk jualan produk seperti perumahan atau jasa misalnya? Seperti training?
Jawabannya: Bisa kalau kita paham polanya.
Saya gaptek mas. Bisakah menggunakan model ini?
Jawabannya: Bisa kalau kita paham polanya.
Jangan lupa Subscribe dan klik tanda lonceng di Youtube Channel KIRIM.EMAIL untuk mendapatkan notifikasi video terbaru dari KIRIM.EMAIL.
Kalau ditanya apakah bisnis yang saya jalankan sekarang itu sesuai dengan passion? Maka dengan tegas saya menjawab tidak. Mengurusi email bukanlah passion saya.

Hal saya sama juga pernah saya tanyakan pada seorang penjual sate yang sangat laris. Beliau adalah seorang mantan pegawai bank. Apakah jualan sate merupakan passionnya beliau? Beliau pun menjawab bukan juga. Passion beliau adalah motor gede, bukan jualan sate.

Jadi pertanyaannya, bagaimana jika bisnis atau pekerjaan yang kita jalankan itu tidak sesuai dengan passion? Apakah ditinggalkan begitu saja dan mencari pekerjaan atau bisnis yang sesuai passion, padahal gajinya sudah tinggi atau sudah laris jualannya dan pelanggannya banyak?

Sebelum membahas hal tersebut, saya ingin menyampaikan satu fakta menarik tentang manusia.

Fakta ini berhubungan dengan pembahasan pada episode kali ini.

Jadi, silahkan dengarkan pembahasan selengkapnya tentang fakta ini pada KEPO Episode 65 berikut ini : http://bit.ly/2He6CXy
Dari sekian banyak email newsletter yang saya terima, biarpun kontennya dan pengirimnya berbeda-beda, ternyata ada juga beberapa persamaan.

Persamaan tersebut diantaranya :
- Dikirimkan hampir setiap hari
- Tampilan email newsletter nya menarik
- Bertujuan untuk menjaga hubungan dengan pelanggan

Dari 3 persamaan di atas, yang akan kita bahas pada artikel berikut ini adalah terkait poin yang kedua, yaitu tentang tampilan email newsletter yang menarik.

Berikut ini 5 contoh desain email newsletter yang dapat Anda gunakan : http://bit.ly/31UCcDu
Pada saat membuat iklan terkadang, kepala kita sudah penuh dengan pikiran-pikiran yang terkait dengan bisnis yang kita jalankan.

Kita lebih banyak memikirkan hal-hal tersebut daripada duduk dan mengamati apa yang sebenarnya diinginkan oleh pelanggan.

Padahal hanya dengan mengamati dan mendengarkan apa yang diinginkan oleh pelanggan (feedback) itu bisa dikatakan setengah dari proses membuat iklan.

Kalau kita sering berinteraksi dan melihat dari sudut pandangnya pelanggan, maka iklan kita akan lebih “ngena” ke mereka.

Karenanya, iklan yang dibuat oleh agency itu kadang lebih bagus daripada iklan yang dibuat oleh tim internal kita sendiri.

Berdasarkan pengamatan saya, hal ini dikarenakan mereka (agency) tidak terjebak oleh paradigma produk/layanan yang dimiliki oleh sebuah bisnis.

Sehingga mereka bisa melihat sesuatu secara objektif dari sudut pandang pelanggan, sekaligus mampu menghasilkan iklan yang bagus dan “ngena” di audience-nya.

Lalu yang jadi pertanyaan, bisakah kita membuat iklan yang jernih dan bagus seperti halnya iklan yang dibuat oleh agency?

Sedangkan di sisi lain kita sudah penuh dengan pikiran-pikiran tentang bisnis kita?

Inilah yang akan kita bahas pada KEPO Episode 66 berikut ini : http://bit.ly/2P4wc5C
Email dengan domain sendiri saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi banyak perusahaan atau instansi.

Cukup vital penggunaan email ini untuk berkomunikasi. Sehingga dalam membuatnya pun juga tidak bisa sembarangan. Ada pengaturan yang salah sedikit saja maka pengiriman email dengan domain sendiri akan bermasalah.

Apalagi jika email dengan domain sendiri ini dibuat dengan menggunakan hosting. Website dan email bisnis berjalan secara bersamaan dalam satu tempat atau sumber daya yang sama.

Ketika traffic website tinggi, maka pengiriman email akan menjadi terhambat. Begitu juga sebaliknya, ketika pengiriman email bagus maka performa website akan menurun. Ini seperti 2 sisi mata uang, ketika yang satu muncul, maka yang satunya harus tidak terlihat.

Jadi, mau tidak mau Anda harus memisahkan antara hosting dan email domain.

Berikut ini cara bagaimana Anda bisa membuat email domain tanpa perlu menggunakan hosting : http://bit.ly/38M0dPI
Dalam berjualan di media sosial, kami sering sekali menemukan orang-orang yang cara jualannya menggunakan metode hard selling.

Metode hard selling adalah cara jualan secara terang-terangan atau to the point. Sangat jelas kalau memang dia sedang jualan sesuatu. Jelas apa produk yang dijual, berapa harganya dan bagaimana cara mendapatkannya.

Di sisi lain, kami juga kadang bertemu dengan orang-orang jualan di media sosial dengan cara elegan. Artinya mereka juga jualan tetapi isinya tidak hard selling semua.

Mereka juga membagikan konten-konten yang bermanfaat seperti tips dan trik, tutorial, dan konten yang menghibur di samping konten jualannya.

Prosesnya disebut dengan sales funnelling atau dalam bahasa mudahnya adalah melakukan proses penjualan dengan melalui tahapan-tahapan tertentu.

Lalu, mana yang lebih baik untuk jualan di media sosial? Hard selling atau sales funneling?

Silahkan simak pembahasan selengkapnya pada artikel berikut ini : http://bit.ly/2V6J7I1
Meningkatkan calon pelanggan korporasi bagi sebagian perusahaan B2B mungkin sangat menantang.

Dibutuhkan pendekatan yang tepat untuk meyakinkan calon pelanggan korporasi untuk menggunakan produk/jasa kita.

Maka dari itu, apakah ada cara meningkatkan jumlah calon pelanggan yang sesuai dengan bisnis kita, membangun kedekatan dengan calon pelanggan tersebut tapi tanpa harus merekrut banyak tenaga sales yang akan menambahkan cost bagi perusahaan?

Jawabannya adalah “Otomatisasi”

Apakah bisnis model B2B bisa diotomatisasikan?

Jawabannya adalah tergantung sejauh mana Anda mencoba untuk mengotomatisasikan bisnis B2B yang sedang Anda jalankan.

Silahkan simak caranya di sini : http://bit.ly/2T4K5Sv
Saya mungkin sudah beberapa kali menyebutkan buku Atomic Habits di dalam podcast, email, maupun artikel yang saya tulis.

Namun, buku terbaikpun tidak ada artinya jika kita tidak menerapkannya kedalam kehidupan kita, atau dalam hal ini kedalam bisnis kita.

Semua yang kita baca hanya akan menjadi “informasi” dan mungkin akan kita lupakan seiring waktu.

Sedangkan, jika kita praktekkan apa isinya, bisa jadi manfaatnya akan terus terasa dalam jangka panjang.

Yang membuat buku Atomic Habits ini spesial adalah, mudahnya buku ini untuk dipraktikkan.

Banyak sekali kita temukan buku mengenai habits atau membangun kebiasaan. Namun dari semua buku habits yang sudah saya baca, saya menemukan buku ini yang paling mudah untuk diterapkan.

Silahkan simak pembahasan saya tentang buku "Atomic Habits" di sini : http://bit.ly/3c0TqDu