Tiba-tiba pada hari itu Anda begitu semangat dan berhasil merapikan ruangan yang mulanya berantakan tersebut.
Tetapi masalahnya adalah ketika kebiasaan yang membuat ruangan berantakan dari diri Anda masih belum hilang maka Anda hanya akan menemukan 2 atau 3 hari ruangan tersebut berantakan kembali. Goal juga hanya menunda kebahagiaan.
Ketika fokus hanya terhadap goal atau tujuan seringkali membuat saya berpikir,
Kalau tercapai saya bisa santai, kalau tercapai saya mau liburan, dan seterusnya.
Lainhalnya ketika fokus pada prosesnya maka sebenarnya saya tidak perlu menunda-nunda sebuah kebahagiaan.
Saya bisa menikmati setiap proses yang saya lakukan untuk mencapai goal tersebut.
Karena ketika kelas membangun tim yang bekerja jarak jauh (remote) dibuka selalu muncul pertanyaan: Kalau misal target tidak tercapai bagaimana memanage nya jika kita bekerja remote?
Sama halnya dengan cerita panjang mengenai goal diatas, di KIRIM.EMAIL kita tidak terfokus pada goal utamanya. Semua goal adalah besar sampai diperkecil.
Yang kita lakukan setiap hari hanya berfokus pada goal harian kita masing-masing untuk setiap divisi.
Itulah yang menjadi alasan mengapa selama ini kita tidak meeting dan jarang miss komunikasi meski Goalnya tetap tercapai.
Semua akan dibahas pada kelas nanti, hari Sabtu, 14 September 2019 di Novotel Bandung mulai dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore, daftar kelasnya disini: https://kirim.email/remoteclass/
Berikut adalah sedikit penampakan kelasnya nanti yang di ambil dari batch sebelumnya.
Hanya karena kelas ini kelas remote bukan berarti yang Anda akan pelajari hanya sebatas bekerja darimana saja.
Lebih dari itu, Anda akan belajar memanage rasa fokus, menemukan orang yang tepat untuk tim Anda, menentukan tujuan yang jelas meski tanpa meeting, cara berkomunikasi yang tepat dengan tim dan masih banyak lagi.
Bismillah...
Jika saat ini KIRIM.EMAIL bekerja full remote, tanpa kantor, dari 25 kota di Indonesia, itu bukanlah untuk gaya-gayaan.
Tapi dulu karena keterbatasan.
Jika saat ini KIRIM.EMAIL bekerja full remote, tanpa kantor, dari 25 kota di Indonesia, itu bukanlah untuk gaya-gayaan.
Tapi dulu karena keterbatasan.