BBG Al-ilmu
883 subscribers
27 photos
5 videos
3 files
405 links
Menebar cahaya sunnah, group medsos berawal dari grup bbm Al-ilmu
Download Telegram
# Kaidah dan faidah dari kitab At Tadmuriyah karya Syaikhul islam ibnu Taimiyah. (Seri 4)#
Ust. Badrusalam LC

6. Allah Ta'ala tidak boleh diberikan perumpamaan yang serupa dengan makhluk, karena Allah tidak ada yang menyerupaiNya, namun baginya permisalan yang lebih tinggi, maka tidak boleh menyamakan Allah dan makhlukNya dengan qiyas tamtsil, tidak juga qiyas syumul yang sama individunya, tapi digunakan permisalan yang lebih tinggi untukNya, yaitu semua sifat makhluk yang sempurna, maka Allah lebih berhak bersifat dgnnya, dan semua sifat yang tidak baik untuk makhluk, maka Allah lebih layak utk tidak memilikinya.

Syarah:
Maksud permisalan yang lebih tinggi seperti kita katakan: manusia yang melihat lebih sempurna dari manusia yang buta. Maka Allah lebih layak untuk bersifat dengannya.
Namun ini disyaratkan harus sempurna dari seluruh sisinya, karena sesuatu yg sempurna utk makhluk, belum tentu sempurna untuk Allah.

Seperti manusia yang punya anak lebih sempurna dari manusia yang mandul, sifat seperti ini tidak sempurna bagi Allah, karena manusia butuh kepada anak, sedanngkan Allah tidak membutuhkan apapun.

Qiyas tamtsil seperti perkataan jahmiyah: kalau Allah bersemayam di atas, berarti Allah membutuhkan tempat. Ini adalah qiyas yang batil.

Sedangkan qiyas syumul seperti perkataan mereka: semua yang berada di tempat adalah makhluk, maka jika Allah berada di atas arasy berarti Allah berada di tempat, dan ini sifat makhluk. Inipun qiyas yang bathil. Karena Allah tidak serupa dengan makhluk.
# Seni Berinteraksi Dengan Manusia
Ust. Fuad Hamzah Baraba LC
@fuadhbaraba

Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan Tiga Kalimat dalam al-Qur'an:

خذ العفو

وأمر بالعرف

وأعرض عن الجاهلين

"Jadilah pemaaf

dan suruhlah orang lain agar melakukan perbuatan yang ma'ruf

serta berpalinglah dari orang-orang yang (jahil) bodoh". (QS. al A’raf:199)”.

Subhanallah!!!

Sungguh indah ungkapan dalam al-Qur'an, firman Allah Ta'ala yang tidak datang kepadanya (al-Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang mahabijaksana lagi mahaterpuji.

Mudah-mudahan kita bisa berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan bimbingan Allah Ta'ala.
# Ulama Salaf dalam Berfatwa #
Ust. Nuzul Dzikri LC

Dari Nafi' diriwayatkan bahwa ada seorang lelaki yang bertanya kepada Ibnu Umar tentang satu persoalanam beliau menundukkan kepalanya dan tidak memberikan jawaban. Orang-orang mengira beliau tidak mendengar pertanyaannya. Lelaki itu kembali bertanya: "Semoga Allah merahmati anda, apakah anda tidak mendengarkan saya?" Beliau menjawab: "Dengar, tapi saya melihat kalian semua beranggapan bahwa Allah tidak akan meminta pertanggung jawaban kami atas jawaban kami terhadap persoalan yang ditanyakan kepada kami. Biarkanlah sampai kami dapat memberi jawaban atas pertanyaanmu -semoga Allah merahmatimu-, bila kami memang memiliki bahan sebagai jawabannya. Kalau tidak, kami akan memberitahukan kalian bahwa kami tidak memiliki ilmu tentang hal itu." (Shifatush Shafwah I : 566)

Syu'aib bin Abu Hamzah meriwayatkan dari Zuhri: "Datang berita kepada kami, bahwa Zaid bin Tsabit apabila ditanya tentang satu persoalan, beliau kerapkali menjawab: "Apakah itu benar-benar terjadi?" Apabila dijawab, benar-benar terjadi, beliau segera menjawab persoalan tersebut sebatas ilmu yang beliau miliki. Tapi kalau mereka menyatakan, hal itu belum pernah terjadi, beliau akan segera menanggapi: "Biarkan saja sampai persoalan itu benar-benar terjadi dahulu." (Siyaru A'laamin Nubalaa' II : 438).

Dari Ayyub diriwayatkan bahwa ia berkata: "Aku pernah mendengar
Al Qosim ditanya di Mina, beliau menjawab: "Saya tidak tahu, saya tidak mengerti." Setelah terlalu banyak yang bertanya kepada beliau, beliau berkata: "Demi Allah, saya memang tidak mengetahui semua yang kalian tanyakan kepada kami. Kalau saya tahu, niscaya tidak akan saya sembunyikan. Dan saya memang tidak akan mungkin menyembunyikannya."
JANGAN MENGAMBIL ILMU AGAMA DARI AHLI BID’AH

Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim al Atsari

Orang yang berniat mencari ilmu yang haq harus memperhatikan dari siapa dia mengambil ilmu. Jangan sampai mengambil ilmu agama dari ahli bid’ah, karena mereka akan menyesatkan, baik disadari atau tanpa disadari. Sehingga hal ini akan mengantarkannya kepada jurang kehancuran.

Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah menyatakan, bahwa untuk meraih ilmu ada dua jalan.

Pertama : Ilmu diambil dari kitab-kitab terpercaya, yang ditulis oleh para ulama yang telah dikenal tingkat keilmuan mereka, amanah, dan aqidah mereka bersih dari berbagai macam bid’ah dan khurafat (dongeng; kebodohan). Mengambil ilmu dari isi kitab-kitab, pasti seseorang akan sampai kepada derajat tertentu, tetapi pada jalan ini ada dua halangan. Halangan pertama, membutuhkan waktu yang lama dan penderitaan yang berat. Halangan kedua, ilmunya lemah, karena tidak dibangun di atas kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip.

Kedua : Ilmu diambil dari seorang guru yang terpercaya di dalam ilmunya dan agamanya. Jalan ini lebih cepat dan lebih kokoh untuk meraih ilmu.[1]

Akan tetapi pantas disayangkan, pada zaman ini kita melihat fenomena pengambilan ilmu dari para ahli bid’ah marak di mana-mana, padahal perbuatan tersebut sangat ditentang oleh para ulama Salaf. Maka benarlah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah memberitakan bahwa hal itu merupakan salah satu di antara tanda-tanda dekatnya kiamat. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ مِنْ أَشْرِاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُلْتَمَسَ الْعِلْمُ عِنْدَ الْأَصَاغِرِ

“Sesungguhnya di antara tanda hari Kiamat adalah, ilmu diambil dari orang-orang kecil (yaitu ahli bid’ah)” [2].

Imam Ibnul Mubarak rahimahullah ditanya : “Siapakah orang-orang kecil itu?”

Beliau menjawab : “Orang-orang yang berbicara dengan fikiran mereka. Adapun shaghir (anak kecil) yang meriwayatkan dari kabir (orang tua, Ahlus Sunnah), maka dia bukan shaghir (ahli bid’ah).[3]

Di dalam riwayat lain, Imam Ibnul Mubarak juga mengatakan: “Orang-orang kecil dari kalangan ahli bid’ah”. (Riwayat al Lalikai, 1/85).
Syaikh Bakar Abu Zaid –seorang ulama Saudi, anggota Komisi Fatwa Saudi Arabia- berkata : “Waspadalah terhadap Abu Jahal (bapak kebodohan), yaitu ahli bid’ah, yang tertimpa penyimpangan aqidah, diselimuti oleh awan khurafat; dia menjadikan hawa nafsu sebagai hakim (penentu keputusan) dengan menyebutnya dengan kata “akal”; dia menyimpang dari nash (wahyu), padahal bukankah akal itu hanya ada dalam nash? Dia memegangi yang dha’if (lemah) dan menjauhi yang shahih. Mereka juga dinamakan ahlusy syubuhat (orang-orang yang memiliki dan menebar kerancauan pemikiran) dan ahlul ahwa’ (orang-orang yang mengikuti kemauan hawa nafsu). Oleh karena itulah Ibnul Mubarak menamakan ahli bid’ah dengan ash shaghir (anak-anak kecil).[4]

Dan tanda hari Kiamat, yaitu “mengambil ilmu dari orang-orang kecil (yaitu ahli bid’ah)” pada zaman ini benar-benar sudah terjadi dan terus berjalan. Sungguh telah terbukti sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Bahkan sesuatu yang lebih besar dari itu, yaitu mengambil ilmu agama Islam dari orang-orang kafir, yakni para dosen yang mengajarkan pengetahuan tentang Islam di berbagai perguruan tinggi di negara Barat.

Maka apakah kira-kira komentar para ulama Salaf, jika mereka mengalami zaman kita ini? Sedangkan mereka adalah orang-orang yang sangat tulus dalam memberikan nasihat, dan tegas menghadapi berbagai penyimpangan?

Marilah kita renungkan perkataan Imam adz Dzahabi rahimahullah tentang ahli bid’ah pada zaman beliau.

Beliau mengatakan: “Jika engkau melihat seorang mutakallim (seorang yang zhahirnya muslim tetapi menggeluti ilmu kalam, mantiq, filsafat, Pen), ahli bid’ah, berkata,’Tinggalkan kami dari al Kitab (al Qur`an) dan hadits-hadits, dan datangkanlah akal,’ maka ketahuilah bahwa dia Abu Jahal. Dan jika engkau melihat seorang salik tauhidi (seorang shufi, Pen) berkata,’Tinggalkan kami dari naql (wahyu) dan akal, dan datangkanlah perasaan dan rasa,’ maka ketahuilah bahwa dia adalah iblis yang telah muncul dengan bentuk manusia, atau iblis telah merasuk padanya. Jika kamu merasa takut padanya, maka larilah. Jika tidak takut, maka bantinglah dia, dan tindihlah dadanya, dan bacakan ayat kursi kepadanya, dan cekiklah dia”.[5]
💌 ANTARA KITA DAN SALAF

Dalam menuntut ilmu, semangat generasi salaf tak sebatas pada zat ilmu semata, namun pada hakikat ilmu. Sehingga fokus mereka adalah mengubah ilmu dari ma'lumat (pengetahuan) menjadi ma'muulaat (pengamalan) yang melahirkan khasyah (rasa takut) kepada Allah.
Oleh karena itu, sangat sedikit debat diantara mereka, buku-buku ruduud (bantahan) juga bisa dihitung jumlahnya.
Kemenangan dalam diskusi kadang melahirkan tangisan. Mereka berharap lawan debat merekalah yang menang, sehingga mereka dapat meraih keutamaan mengikuti kebenaran.
Adapun saat ini, sebagian penuntut ilmu sibuk berkutat dengan ma'lumat, maka ilmu mereka berubah menjadi wawasan tanpa ruh dan terpenjara dalam nadzariyaat (teori-teori) saja.
Ahli debat bermunculan dimana-mana, sementara ahli ibadah sangat sedikit, khosyah pun hilang.
Demi memenangkan argumen kadang sebagian orang berani berdusta dan memelintir ucapan para ulama.
Mejelis ilmu berubah menjadi majelis ghibah dan namimah.
Forum diskusi menjadi medan menang-menangan. Dan tak jarang sebagian merasa senang bila lawannya terjatuh.
Allahulmustaan...
PR kita masih banyak.. Hanya kepada Allah sajalah kita mengadukan semuanya.

📝 Oleh Ustadz Aan Candra Thalib حفظه الله تعالى

🔊 [ 📖 ] BBG Al-Ilmu
# Kaidah dan faidah dari kitab At Tadmuriyah karya Syaikhul islam ibnu Taimiyah. (Seri 5)#
Ust. Badrusalam LC

7. Selayaknya untuk diketahui, bahwa sebatas peniadaan tidak memberikan kesempurnaan dan tidak juga pujian, kecuali apabila mengandung penetapan.

Syarah:
Meniadakan sifat belum tentu memuji seperti: kamu tidak jelek, tidak berarti cakep. Atau kamu tidak pendek bukan berarti tinggi dst.
Manhaj al qur'an adalah meniadakaan dari Allah suatu sifat yang kurang untuk menunjukkan sifat kebalikannya yang sempurna. Seperti firmanNya: "Allah tidak serupa dengan sesuatupun". Peniadaan keserupaan Allah dengan makhlukNya, menghasilkan sifat yang maha sempurna.
Juga seperti firmanNya: "Dia tidak ditimpa kantuk tidak juga tidur". Karena sifat kantuk dan tidur menenjukkan kepada kelemahan, maka Allah tiadakan untuk menunjukkan kesempurnaan kekuatan Allah.
Oleh karena itu, al Qur'an lebih banyak menetapkan sifat dari pada meniadakan sifat, karena sebatas peniadaan tidak memberikan makna sempurna kecuali bila mengandung penetapan kebalikannya yang sempurna.
FIRASAT TAJAM ORANG-ORANG SHALEH

 KISAH ISLAM · FEBRUARY 21, 2013

 2 8  19.1K  11



KisahMuslim.com
– Diceritakan bahwa Imam Syafi’i dan Muhammad bin al-Hasan pernah melihat seorang laki-laki. Imam Syafi’i berkata, “Sesungguhnya lelaki itu adalah seorang tukang kayu.” Sedangkan Muhammad bin al-Hasan berkata, “Sesungguhnya lelaki itu adalah seorang pandai besi.” Lantas keduanya bertanya kepada lelaki tersebut tentang profesinya. Lalu di menjawab, “Dulu saya seorang pandai besi dan saya sekarang tukang kayu.”

– Seorang laki-laki dari ahli Alquran bertanya kepadaseorang ulama, lalu sang ulama berkata kepadanya, “Duduklah, sungguh saya mencium dari perkataanmu bau kekufuran.” Setelah itu, lelaki tersebut dimimpikan memeluk agama Nasrani –wal’iyadzu billah. Lantas ditanyakan kepadanya, “Apakah engkau hafal sebagian dari Alquran?” Dia menjawab, “Saya tidak hafal Alquran kecuali hanya satu ayat, yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Orang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang muslim.” (QS. Al-Hijr: 2)

– Abu Sa’id al-Kharraz berkata, “Saya pernah melihat seorang lelaki fakir di Masjidil Haram. Dia tidak memiliki apa-apa selain pakaian untuk menutupi auratnya, lalu saya menghindar dan menyingkir darinya. Lantas dia berfirasat tentang aku dan berkata:

“Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 235)

Saya pun menyesal atas tindakanku tersebut dan saya beristighfar. Lalu dia berkata,

“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Asy-Syura: 25)

Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1

Artikel www.KisahMuslim.com
(Persekot)

Nov 28, 2012Muhammad Abduh Tuasikal, MScMuamalah8 Komentar

Ada suatu pembahasan dalam kitabul buyu’ (jual beli) mengenai masalah bai’ ‘urbun. ‘Urbun adalah seseorang membeli sesuatu dengan memberi uang muka (persekot) dan dibuat perjanjian, yaitu jika jual belinya jadi, maka tinggal membayar yang sisa. Jika tidak jadi, maka menjadi milik si penjual. Inilah yang biasa istilahkan dengan uang muka, persekot, DP atau panjar. Mengenaihukum uang muka tersebut, kami akan sajikan secara sederhana berikut ini.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ashradhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ بَيْعِ الْعُرْبَانِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari jual-beli ‘urbun” (HR. Malik, Abu Daud dan Ibnu Majah).

Penilaian Hadits

Hadits ini adalah hadits yang dho’if.

Ibnu Hajar Al Asqolani dalam At Talkhish Al Habir (3: 968) mengatakan bahwa dalam rowinya ada perowi yang tidak disebutkan. Disebutkan dalam riwayat Ibnu Majah, namun dho’if.

Imam Nawawi dalam Al Majmu’ (9: 334) mengatakan bahwa hadits ini dho’if.

Syaikh Ahmad Syakir dalam takhrij terhadap musnad Ahmad mengatakan bahwa hadits ini dho’if.

Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih (2864) mengatakan bahwa hadits ini dho’if.

Perselisihan Para Ulama

Mengenai jual beli ‘urbun ini para ulama berselisih pendapat.

Pendapat pertama mengatakan bahwa jual beli urbun itu haram. Karena di dalamnya dianggap terdapat ghoror danjahalah, yaitu ketidakjelasan, jual beli bisa terjadi atau pun tidak. Dari sisi ini terlarang. Dalil yang jadi pegangan adalah hadits yang dikemukakan di atas. Namun yang tepat, hadits tersebut adalah hadits dho’if, sehingga tidak bisa dijadikan dalil pendukung untuk melarang uang muka atau persekot.

Pendapat kedua mengatakan bahwa jual beli urbun itu sah dan boleh-boleh saja. Inilah pendapat ‘Umar, Ibnu ‘Umar dan Imam Ahmad. Mereka menganggap bahwa ketidakjelasan yang ada bukanlah kejelasan yang  membuat cacat transaksi. Alasan lain, pembeli jika ia memberi syarat khiyar untuk dirinya (memutuskan jadi atau tidaknya membeli) selama sehari atau dua hari, itu boleh. Maka, jual beli ‘urbun ketika disyaratkan oleh penjual, itu pun boleh.

Jika si pembeli misalnya mengembalikan barang setelah ia coba dahulu (dan ini dengan kesepakatan), bisa jadi harga barang tersebut jatuh, apalagi jika pembeli lain tahu. Maka si pembeli berinisiatif menutupi kekurangan tersebut dengan memberi sejumlah uang. Hal ini dibolehkan.

Intinya, dengan uang muka terdapat maslahat bagi si penjual dan pembeli. Pembeli dapat manfaat karena ia masih punya kesempatan untuk menimbang-nimbang pembelian barang tersebut jika ia pakai uang muka. Jika ia pakai uang muka, maka akad tersebut masih bisa ditimbang-timbang. Jika pembeli melunasi langsung, ia tidak bisa batalkan. Maka yang datang cuma penyesalan jika ia akhirnya tidak menyukai barang tersebut. Penjual pun mendapatkan keuntungan. Jika tidak terjadi kesepakatan, uang muka jadi miliknya untuk menutupi kekurangannya, juga untuk menahan pembeli agar tidak pergi begitu saja.

Pendapat terkuat dalam masalah ini, jual beli urbun atau uang muka, dibolehkan karena terdapat maslahat bagi penjual dan pembeli, serta bukan termasuk jahalah dalam jual beli. Dan besarnya uang muka di sini tergantung kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Demikian kesimpulan dari Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah. LihatFathu Dzil Jalali wal Ikrom bi Syarh Bulughil Marom, 9: 181-183.

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, mufti Kerajaan Saudi Arabia di masa silam berkata, “Tidak mengapa memanfaatkan uang muka. Demikian pendapat yang tepat dari pendapat ulama yang ada jika telah ada kesepakatan antara penjual dan pembeli dalam hal itu ketika jual beli tidak terjadi.” (Fatawa lit Tijaar wal A’maal, hal. 49).

Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia juga membolehkan jual beli urbun. Mereka katakan bahwa ada amalan ‘Umar bin Khottob dalam hal ini. Imam Ahmad juga mengatakan tidak mengapa. Ibnu ‘Umar pun membolehkannya. Sa’id bin Al Musayyib juga berpendapat bolehnya. Ibnu Siirin meng
atakan bahwa tidak mengapa jika pembeli tidak suka pada barang lalu ia mengembalikannya dan ia memberikan ganti rugi. Adapun hadits yang melarang jual beli urbun adalah hadits dho’if. Hadits tersebut didhoifkan oleh Imam Ahmad dan lainnya sehingga tidak bisa dijadikan dalil pendukung. Lihat Fatawa Al Lajnah Ad Daimah 13: 133.

Demikian, semoga jadi ilmu yang bermanfaat. Wallahul muwaffiq.

 

Referensi:

Fathu Dzil Jalali wal Ikrom bi Syarh Bulughil Marom, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, terbitan Madarul Wathon, cetakan pertama, 1433 H.

Islamqa.com fatwa no. 12580.

Dorar.net dan Maktabah Syamilah untuk takhrij hadits.
TADABBUR

"Hari ini, biarlah mereka menertawakan keistiqomahanmu.
Karena suatu saat keadaan akan berbalik.

Allah azza wa jalla berfirman:

فَالْيَوْمَ الَّذِينَ آمَنُواْ مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ

"Maka pada hari ini (kiamat), orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir,"

(QS: Al-Muthaffifin ayat: 34)"

_____________
Gorontalo 05-06-1437 H
ACT El-Gharantaly
PERKARA YANG MENDATANGKAN TAUFIQ 


As-Saikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala. 


Alhamdulillah, was sholaatu was salaamu ala Rosulillah, wa ba'du; 


Orang-orang yang  mengenal Allah Ta'ala telah sepakat bahwa taufiq bagi seseorang adalah ketika Allah Ta'ala tidak menyandarkan seorang hamba kepada dirinya sendiri . 

Dan kesengsaraan adalah tatkala Allah Ta'ala menyadarkan seseorang kepada dirinya sendiri. 

Dan diantara perkara yang wajib dipahami pada kesempatan kali ini bahwasanya sebab-sebab mendapatkan taufiq diantara nya adalah : 


● Niat yang shalih yang ini merupakan asas dari segala bentuk amalan dan tonggak serta penegak dari sebuah amal. 


● Banyak berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah Ta'ala, karena sesungguhnya barangsiapa yang di berikan kekuatan doa sesungguhnya ia telah memiliki kunci taufiq dan pintu nya. 


● Jujur dan tawakal hanya kepada Allah Ta'ala, sebagaimana perkataan Nabi Syuaib Alaihi As-Salaam : 


   وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ 


" Dan yang memberikan petunjuk kepada ku hanya Allah saja, aku bertawakkal kepada-Nya ".


● Memperbaiki jiwa dengan ilmu, karena sesungguhnya ilmu adalah cahaya dan pelita bagi pemilik nya, dan banyaknya petaka yang datang kecuali disebabkan hilangnya ilmu syariat yang dengannya meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. 


● Mujahadah dalam ibadah dan ketaatan baik yang berupa kewajiban atau perkara mustahabaat. 


● Bergaul dengan orang-orang yang baik dan istiqomah, dan menjauhi orang-orang yang buruk dan rusak, sesungguhnya barangsiapa yang duduk dengan orang-orang yang jahat, ia telah membuka pintu-pintu kesengsaraan dan kehinaan, semoga kita semua senantiasa diberikan taufiq oleh Allah Ta'ala. 

By Ust. Rochmad supriadi LC
Shahih Muslim #15
by Ustadz Badrusalam

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ أَخْبَرَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ قَالَ
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْنِينِي مِنْ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُنِي مِنْ النَّارِ قَالَ تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ ذَا رَحِمِكَ فَلَمَّا أَدْبَرَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أُمِرَ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
وَفِي رِوَايَةِ ابْنِ أَبِي شَيْبَةَ إِنْ تَمَسَّكَ بِهِ

(MUSLIM - 15) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya at-Tamimi telah mengabarkan kepada kami Abu al-Ahwash. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu al-Ahwash dari Abu Ishaq dari Musa bin Thalhah dari Abu Ayyub dia berkata, "Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, seraya bertanya, 'Tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang mendekatkanku dari surga dan menjauhkanku dari neraka? ' Beliau menjawab: 'Kamu menyembah Allah, tidak mensyirikkan-Nya dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyambung silaturrahim dengan keluarga." Ketika dia pamit maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika dia berpegang teguh pada sesuatu yang diperintahkan kepadanya niscaya dia masuk surga'." Dan dalam suatu riwayat Ibnu Abu Syaibah, "Jika dia berpegang teguh dengannya.

Sanad hadits:
Yahya bin Yahya bin Bakr bin Abdirrahman At Tamimi abu Zakaria An Naisaburi, tsiqah tsabt imam, 226H.

(Mutaba'ah) Abu Bakr bin Abi Syaibah: Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah Ibrahim bin Utsman, tsiqah hafidz, 235H.

Abul Ahwash Sallaam bin Sulaim Al Kuufi, tsiqah mutqin, 179H.

abu Ishaq Amru bin Abdillah As Sabii'iy Al Hamdani, tsiqah dan berubah di akhir hayatnya, 129H.

Musa bin Thalhah bin Ubaidillah At Taimi Al Madani, tsiqah jaliil, 103H.

Abu Ayyub Khalid bin Zaid bin Kulaib Al Anshari, shahabat besar yang ikut perang badar, 50H.

Fawaid hadits:
1. Mengharapkan surga dalam ibadaha adalah perkara yang dilakukan oleh Rasulullah dan para shahabatnya, tidak seperti yg disangka sebagian orang bahwa kita ibadah hanya berharap ridla Allah saja bukan surgaNya. Ini adalah kebodohan yang jelas.

2. Para shahabat selalu bertanya ttg amal yg dapat memasukkan ke surga dan menjauhkan dari Neraka, karena itu yg menjadi kesibukkan dan keinginan terbesar mereka.
3. Tauhid adalah perkara terbesar yang memasukkan seseorang ke dalam surga.
4. Pentingnya menjaga silaturahim, dan ia termasuk amal yg dapat memasukkan pelakunya ke dalam surga. Sebaliknya orang yang memutuskannya tidak masuk surga.
5. Amal-amal yang disebutkan oleh Nabi adalah induk amalan lain dan pembuka, karena bila kita dapat menjaga amal-amal diatas, maka memberi kekuatan untuk menjaga amal lainnya.
KHATIROH

Jadilah dermawan.
Namun jangan biarkan seorangpun memanfaatkan kedermawananmu..
Berilah cinta, namun jangan biarkan orang lain mempermainkan hatimu..
Percayalah pada orang lain, tapi jangan teledor..
Dengarkan orang lain, namun jangan biarkan engkau kehilangan karakter dan kepribadianmu..
Maknailah dirimu dengan mengucapkan terimakasih pada mereka yang pernah mengucurkan peluh untukmu.
Sambutlah hari ini dengan azam yang baru..
Jangan biarkan sedih menghapus senyummu..
Tersenyumlah, hingga kau lupa alasan untuk bersedih..

Selamat beraktifitas

____________
Gorontalo 05-06-1437 H
ACT El-Gharantaly
# 10 SEBAB KEMATIAN HARI

Oleh: Ust. Muhammad Wasitho Abu Fawaz

Bismillah. Seorang ulama salafus sholih (generasi terdahulu umat Islam yang lurus dan baik agamanya) yang bernama Syaqiq bin Ibrahim rahimahullah menceritakan, bahwa suatu hari Ibrahim bin Adham rahimahullah melewati sebuah pasar di Kota Bashrah. Lalu orang-orang pun mengerumuninya dan bertanya kepadanya:

يَا أَبَا إِسْحَاقَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ فِي كِتَابِهِ : ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ سورة غافر آية 60 ، وَنَحْنُ نَدْعُوهُ مُنْذُ دَهْرٍ فَلا يَسْتَجِيبُ لَنَا

“Wahai Abu Ishaq, Allah Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya : ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan doamu.’ (QS. Ghofir: 60) Sementara kami selalu berdoa kepada-Nya semenjak waktu yang lama, namun Dia tidak pernah mengabulkan doa kami.”

Maka Ibrahim bin Adham pun berkata:

يَا أَهْلَ الْبَصْرَةِ ، مَاتَتْ قُلُوبُكُمْ فِي عَشَرَةِ أَشْيَاء

“Wahai penduduk Bashrah, (yang demikian itu) karena hati kalian telah mati disebabkan sepuluh perkara.”

أَوَّلُهَا : عَرَفْتُمُ اللَّهَ ولَمْ تُؤَدُّوا حَقَّه

»1. “Pertama: Kalian mengenal Allah. Namun kalian tidak menunaikan hak-Nya”.

الثَّانِي : قَرَأْتُمْ كِتَابَ اللَّهِ ولَمْ تَعْمَلُوا بِه

»2. “Kedua: Kalian membaca Kitabullah (Al-Quran Al-Karim). Namun kalian tidak mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya.”

وَالثَّالِثُ : ادَّعَيْتُمْ حُبَّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَرَكْتُمْ سُنَّتَه

»3. “Ketiga: Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun kalian meninggalkan tuntunannya.”

وَالرَّابِعُ : ادَّعَيْتُمْ عَدَاوَةَ الشَّيْطَانِ وَوَافَقْتُمُوهُ

»4. “Keempat: Kalian mengatakan benci dan memusuhi syetan. Namun kalian justru selalu menyepakati dan mengikutinya.”

وَالْخَامِسُ : قُلْتُمْ نُحِبُّ الْجَنَّةَ ولَمْ تَعْمَلُوا لَهَا

»5. “Kelima: Kalian mengatakan, ‘kami cinta surga’. Namun kalian tidak beramal untuk mendapatkannya.”

وَالسَّادِسُ : قُلْتُمْ نَخَافُ النَّارَ وَرَهَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِهَا

»6. “Keenam: Kalian mengatakan, ‘kami takut masuk Neraka’. Namun kalian justru menggadaikan diri kalian dengannya.”

وَالسَّابِعُ : قُلْتُمْ إِنَّ الْمَوْتَ حَقٌّ وَلَمْ تَسْتَعِدُّوا لَهُ

»7. “Ketujuh: Kalian mengatakan, ‘sesungguhnya kematian pasti akan datang’. Namun kalian tidak mempersiapkan diri untuk menyambutnya.”

وَالثَّامِنُ : اشْتَغَلْتُمْ بِعُيُوبِ إِخْوَانِكُمْ وَنَبَذْتُمْ عُيُوبَكُمْ

»8. “Kedelapan: Kalian sibuk mencari aib saudara-saudara kalian. Namun lalai dari aib diri kalian sendiri.”

وَالتَّاسِعُ : أَكَلْتُمْ نِعْمَةَ رَبِّكُمْ ولَمْ تَشْكُرُوهَا

»9. “Kesembilan: Kalian memakan kenikmatan dari Rabb kalian. Namun kalian tidak pernah mensyukurinya.”

وَالْعَاشِرُ : دَفَنْتُمْ مَوْتَاكُمْ وَلَمْ تَعْتَبِرُوا بِهِم

»10. “Kesepuluh: Kalian menguburkan orang mati diantara kalian. Namun kalian tidak mau mengambil pelajaran darinya.”

(Disebutkan oleh Abu Nu’aim Al-Ashbahani dalam kitab Hilyatul Auliya’ VII/426 karya,  Ibnu Abdil Barr dalam Jami Bayan Al-‘Ilmi wa Fadhlihi no. 1220, Asy-Syathiby dalam Al-I’tishom I/149 (Tahqiq Masyhur Hasan Alu Salman), dan selainnya).

Semoga Allah melindungi kita semua dari segala perkara yang dapat merusak dan mematikan hati. Amiin.
JELANG JUMAT

Berikut ini beberapa amalan istimewa di hari Jum'at

1. Membaca surat al-Kahfi pada malam Jum'at. Dibolehkan membacanya disiang hari bila tidak sempat membacanya dimalam hari (HR. Ad-Darimi, An-Nasa'i, Al Hakim)

2. Membaca surat As-Sajdah dan surat Al-Insan dengan sempurna pada dua rakaat shalat Shubuh (HR. Bukhari dan Muslim dan yang lainnya)

3. Memperbanyak shalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam. (HR. Abu Dawud)

4. Laki-laki wajib melaksanakan shalat Jum'at. (Lihat: Syarh al-Mumti': 5/7-24)

5. Dianjurkan mandi besar (HR. Muslim)

6. Memakai wewangian, bersiwak atau menggosok gigi, serta mengenakan pakaian yang paling baik. (HR. Ahmad)

7. Berangkat lebih awal menuju masjid. (HR. Muttafaqun 'alaih)

8. Saat menunggu kedatangan khotib/imam, dianjurkan untuk menyibukkan diri dengan shalat, shalawat, dzikir maupun membaca Al-Qur'an.

9. Dianjurkan mendekat kearah khatib untuk mendengarkan khutbah. (HR. Abu Dawud)

10. Dianjurkan juga menghadapkan wajah ke arah khotib saat khutbah sedang berlangsung. (HR. Abdurrazzaq dan Al-Baihaqi)

11. Wajib mendengarkan khutbah dengan seksama. Bagi siapa yang sibuk sendiri dengan bermain kerikil, Gadget, HP atau berbicara dengan orang lain pada saat khutbah sedang berlangsung, maka jum'atnya sia-sia. (Muttafaqun 'Alaih)

12. Saat masuk masjid disunnahkan mengerjakan shalat dua rakaat terlebih dahulu sebelum duduk mendengarkan khutbah. Hal ini berlaku sekalipun khutbah sedang berlangsung. (HR. Muslim)

13. Setelah menunaikan sholat jum'at disunnahkan mengerjakan shalat sunnah dua rakaat atau empat rakaat dengan dua kali salam. (HR.Muslim)

14. Berdo'a di penghujung hari Jum'at. (Muttafaqun 'Alaih)

Demikian Semoga bermanfaat.
_____________
Madinah 11-04-1437 H
ACT El-Gharantaly
📜 38 KEUTAMAAN BER-SHOLAWAT KEPADA NABI MUHAMMAD shallallahu alaihi wasallam DI DUNIA DAN AKHIRAT

Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz

Bismillah. Bersholawat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam merupakan suatu ibadah agung yang disyari’atkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman di dalam Al-Quran dan As-Sunnah.

Barangsiapa banyak membaca sholawat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam dengan ikhlas karena Allah dan sesuai tuntunan Nabi, maka ia akan meraih pahala yang besar, faedah dan keutamaan yang banyak di dunia dan akhirat.

» Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menyebutkan keutamaan dan manfaat bagi seorang muslim dan muslimah yang banyak bersholawat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam di dalam kitabnya Jalaa-ul Afhaam. Di antaranya:

1 ـ امتثال أمر الله سبحانه وتعالى
1. Melaksanakan Perintah Allah subhanahu wata’ala.

2 – موافقته سبحانه في الصلاة عليه صلى الله عليه وسلم
2. Mencocoki apa yang dilakukan Allah, yaitu bersholawat kepada Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

3 – موافقة ملائكة الله تعالى في الصلاة عليه صلى الله عليه وسلم
3. Mencocoki apa yang dilakukan para Malaikat, yaitu bersholawat kepada Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

4 – حصول عشر صلوات من الله على المصلي عليه صلى الله عليه وسلم مرة
4. Mendapatkan 10 sholawat dari Allah kepada orang yang bersholawat  1 kali kepada Nabi shallallahu alaihi wassalam.

5 – أنه يرفع عشر درجات
5. Ditinggikan 10 Derajat dari setiap sholawat yang kita baca.

6 – أنه يكتب له عشر حسنات في كل مرة
6.  Dituliskan 10 kebaikan bagi orang yang bersholawat 1 kali kepada Nabi.

7 – انه يمحى عنه عشر سيئات
7. Dihapuskan 10 Keburukan dari orang yang bersholawat.

8 – أنه يرجى إجابة دعائه
8. Diharapkan menjadi sebab dikabulkannya do’a.

9 – أنها سبب لشفاعته صلى الله عليه وسلم
9. Sebab mendapatkan Syafa’at Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

10 – أن الصلاة صلى الله عليه وسلم سبب لغفران الذنوب
10. Sebab diampuninya dosa-dosa.

11– أنها سبب لكفاية الله العبد ما أهمه وما أغمه
11. Sebab yang menjadikan Allah mencukupi apa yang dibutuhkan oleh hamba.

12 – أنها سبب لقرب العبد منه صلى الله عليه وسلم يوم القيامة
12. Mendekatkan posisi seorang hamba dengan Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- pada hari kiamat.

13 – أنها تقوم مقام الصدقة لذي العسرة
13. Sholawat kedudukannya sama dengan bershodaqoh kepada orang yang kesulitan.

14 – أنها سبب لقضاء الحوائج
14. Sebab dipenuhinya hajat-hajat seorang hamba.

15 – أنها سبب لصلاة الله على المصلي وصلاة ملائكته عليه
15. Menjadi sebab Allah dan para Malaikat mencurahkan sholawat kepada orang yang membacanya.

16 – أنها زكاة المصلي وطهارة له
16. Menjadi sebab dibersihkan dan disucikannya orang yang bersholawat.

17– أنها سبب لتبشير العبد بالجنة قبل موته
17. Menjadi sebab seorang hamba diberi kabar gembira dengan surga menjelang wafatnya.

18 – أن الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم سبب للنجاة من أهوال يوم القيامة
18. Sebab keselamatan dari huru-hara hari kiamat yang begitu dahsyat.

19 – أنها سبب لرد النبي صلى الله عليه وسلم الصلاة والسلام على المصلي والمسلم عليه
19. Menjadi sebab dijawabnya salam kita ketika kita bersholawat dan salam kepada Nabi

20 – أنها سبب لتذكر العبد ما نسيه.
20. Menjadi sebab seorang hamba teringat akan apa yang ia lupa.

21 – أنها سبب لطيب المجلس وأن لا يعود حسرة على أهله يوم القيامة
21. Menjadi sebab baiknya majelis, dan agar majelis tidak menjadi penyesalan bagi pelakunya di hari kiamat.

22 – أن الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم سبب لنفي الفقر
22. Sholawat kepada Nabi merupakan sebab dihilangkannya kefakiran.

23 – أنها تنفي عن العبد اسم البخل
23. Sebab dihilangkannya kekikiran (sifat bakhil) dari seorang hamba.

24- أنها تنجي من نتن المجلس الذي لا يذكر فيه الله ورسوله ويحمد وثنى عليه فيه ويصلى على رسوله صلى الله عليه وسلم
24. Sholawat menyelamatkan pelakunya dari majelis yang busuk, yang tidak disebut di dalamnya nama Allah dan pujian kepada-Nya, serta nama Rasulullah dan sholawat kepada beliau.

25 – أنها سبب لتمام الكلام
25. Sebab sempurnanya khutbah/ pembicaraan.

26 – أنها سبب لوفور نور العبد على الصراط
26. Menjadi sebab banyaknya cahaya pada hari Kiamat bagi seorang ham
ba ketika melintas di atas Ash-Shirath (jembatan yang terbentang di atas neraka Jahanam, pent).

27 – أنها يخرج بها العبد عن الجفاء
27. Sholawat dapat mengeluarkan seorang hamba dari sikap kasar dan kaku.

28 – أنها سبب لإبقاء الله سبحانه الثناء الحسن للمصلي عليه صلى الله عليه وسلم بين أهل السماء والأرض
28. Menjadi sebab terus menerusnya pujian yang baik dari Allah di hadapan penduduk langit dan bumi bagi orang yang bersholawat kepada nabi.

29- – أنها سبب للبركه في ذلت المصلى وعمله وعمره وأسباب مصالحة لأن المصلي داعٍ ربه أن يبارك عليه وعلى آله وهذا الدعاء مستجاب والجزاء من جنسه
29. Menjadi sebab diberkahinya umur dan amalan orang yang bersholawat. Dan menjadi sebab untuk meraih berbagai kebaikan (di dunia dan akhirat, pent).

30- أنها سبب لنيل رحمة الله له
30. Menjadi sebab untuk mendapatkan rahmat Allah.

31- أنها سبب لدوام محبته للرسول صلى الله عليه وسلم
31. Menjadi sebab terus menerusnya cinta kita kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

32- سبب دوام محبة الرسول صلى الله عليه وسلم للمصلي.
32. Menjadi sebab terus menerusnya cinta Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- kepada orang yang bersholawat.

33- سبب هداية العبد وحياة قلبه.
33. Menjadi sebab seorang hamba mendapatkan hidayah dan hatinya menjadi hidup.

34- سبب عرض اسم المصلى على النبي صلى الله عليه وسلم
34. Menjadi sebab diperlihatkannya nama orang yang bersholawat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam (karena ada malaikat yang ditugaskan menyampaikan sholawat dan salam umat Islam kepada Nabi, pent).

35- سبب تثبيت القدم على الصراط.
35. Menjadi sebab kokohnya kaki kita ketika berada di atas Ash-Shiroth (dan tidak tergelincir darinya).

36- سبب أداء بعض حق المصطفى صلى الله عليه وسلم
36. Menjadi sebab untuk menunaikan sebagian hak Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam-.

37- أنها متضمنة لذكر الله وشكره تعالى.
37. Sholawat termasuk dzikir dan syukur kepada Allah ta’ala.

38- أنها دعاء لأنها سؤال الله عز وجل أن يثني على خليله صلى الله عليه وسلم
38. Sholawat merupakan do’a. Karena ketika kita bersholawat berarti kita berdo’a meminta kepada Allah agar Allah memuji-muji kekasih-Nya -shallallahu ‘alaihi wasallam-.

(Lihat kitab Jalaa-ul Afhaam Fii Fadhli Ash-Sholawati ‘Alaa Khoiril Anam, karya Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah).

Demikian faedah, manfaat dan keutamaan bersholawat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam di dunia dan akhirat. Semoga Allah memberikan taufiq dan pertolongan kepada kita semua agar bisa istiqomah dalam beribadah kepada-Nya, memperbanyak sholawat kepada Rosul-Nya, dan meneladani beliau dalam semua urusan agama hingga akhir hayat. Amiin.
#AKHLAQ KEPADA MANUSIA#
Ust. Nuzul LC
(1/2)

Manusia adalah makhluk sosial yang bergaul dan berinteraksi dengan orang lain. Ia tidak bisa lepas dari lingkungannya, ini adalah tabi'at dan fitrah yang diberikan Allah kepada manusia. Dan fitrah ini semakin kokoh dengan dukungan syari'at islam yang memerintahkan kita untuk bergaul dan tidak mengunci diri di dalam kamar/rumahnya.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas perangai buruk mereka lebih besar pahalanya daripada seorang mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar dengan perangai buruk mereka." (HR. Tirmidzi dan dishahihkan Albani)

Dalam hadits yang lain Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang mukmin adalah tempat/wadah persahabatan." (HR. Ahmad dan dishahihkan Albani). Artinya seseorang ingin bersahabat dan merasa nyaman ketika bersahabat dengan seorang mukmin.
Dari hal diatas kita mengetahui peran yang sangat vital dari akhlak yang mulia yang bisa dikatakan senjata utama bagi seseorang untuk mewujudkan syari'at yang sesuai dengan fitrahnya tersebut diatas dan untuk melanggengkan persahabatan yang telah ia bina dengan sahabat-sahabatnya.

Allah berfirman: "Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh" (QS al a'raf: 199)

Ulama (sebagaimana yang dijelaskan Syaikhul Islam & Syaikh Sa'di dll) mengatakan bahwa ayat ini mengumpulkan akhlak-akhlak yang mulia dalam bergaul dengan manusia dan apa yang selayaknya dilakukan ketika bergaul dengan mereka:

Yang pertama:
Memaafkan kesalahan yang mereka lakukan terhadap kita, menerima kekurangan mereka dan tidak menuntut di luar kemampuan mereka, karena tidak ada manusia yang sempurna, bahkan kita harus mensyukuri, menghargai perbuatan baik yang telah mereka upayakan dan mengambil pelajaran dari kebenaran/hal-hal positif tersebut

#AKHLAQ KEPADA MANUSIA#
Ust. Nuzul LC
(2/2)

Yang kedua:
Mengajak mereka kepada kebenaran dan kebaikan serta mencegah kemungkaran (amar ma'ruf dan nahi munkar).

Tapi perlu diingat bahwa hal ini memiliki kaidah-kaidah yang harus dipahami orang yang ingin melakukannya (mungkin bisa kita bahas di kesempatan lain/ oleh ustadz-ustadz yang lebih berilmu dari saya, contoh: ust Badru, ust Mahfuz dll).

Yg ketiga:
Berpaling dari orang-orang bodoh dan tingkah laku mereka.

Maksud orang bodoh dalam ayat ini adalah: orang yang tidak tahu kebenaran, belum mau belajar dan 'keukeuh' dengan kesalahannya serta berusaha mengganggu dan mencela kita.

Maka sikap kita yang terbaik adalah tidak perlu ditanggapi dan diladeni dengan emosi dan kemarahan, karena meladeni orang tersebut hanya membuang-membuang waktu dan tenaga tanpa ada manfaat apa-apa.

Hadapi dengan tenang serta berpaling darinya kecuali jika kita lihat ada celah untuk menasehatinya dengan baik, seperti yang dikatakan orang bijak: "sesuatu yang tidak berharga jangan kita hargai".

Maka, jika kita dapat celaan dan gangguan, berpalinglah dari hal tersebut, ganti topik pembahasan, sibukkan waktu kita dengan amal-amal shalih. Waktu kita terlalu berharga untuk dibuang dengan membahas dan larut dalam hal tersebut.

Betapa banyak hukum islam yang belum kita ketahui, betapa banyak ayat AlQuran dan hadits yang belum kita pelajari dan hafalkan, masih banyak orang yang dengan ikhlas menerima diri kita dan kebenaran yang kita bawa dengan tangan terbuka. Maka untuk apa kita hidup seperti katak dalam tempurung yang isinya gangguan dari orang-orang bodoh?!

Dan terakhir kita tetap berharap agar mereka mendapat hidayah sebagaimana kita mendapat hidayah.

Wabillalhi taufiq.