*Mandi Janabah Bagi Wanita Yang Mengepang Rambutnya*
@fuadhbaraba
📖 Hadits ketiga puluh dari buku 100 hadits tentang *Wanita*
Terkadang seorang wanita yang berambut panjang senang untuk mengepang rambutnya, selain untuk menghilangkan rasa panas, juga untuk memudahkan dalam beraktifitas di dalam rumahnya.
Lalu bagaimana jika wanita tersebut mengalami janabah, apakah ketika mandi janabah harus membuka kepangan rambutnya?
Mari kita simak hadits berikut,
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي امْرَأَةٌ أَشُدُّ ضَفْرَ رَأْسِي فَأَنْقُضُهُ لِغُسْلِ الْجَنَابَةِ؟ قَالَ: لاَ إِنَّمَا يَكْفِيكِ أَنْ تَحْثِيَ عَلَى رَأْسِكِ ثَلَاثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ تُفِيضِينَ عَلَيْكِ الْمَاءَ فَتَطْهُرِينَ. مُسْلِمٌ، وَالتِّرْمِذِيُّ والنَّسَائِيُّ وابْنُ مَاجَةَ
*_"Dari Ummu Salamah berkata, aku bertanya: "Wahai, Rasulullah, aku seorang wanita yang mengepang rambut kepalaku, apakah aku harus membuka kepangku ketika mandi junub?""._*
*_"Beliau menjawab, "Tak perlu (kamu buka). Cukuplah kamu mengguyur air pada kepalamu tiga kali, kemudian guyurlah bagian tubuhnya yang lainnya dengan air, maka kamu telah suci""._* (HR. Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah).
Ternyata, cukup baginya untuk mengguyur kepalanya sebanyak tiga kali, lalu meratakan air ke seluruh tubuhnya, dan itu sudah menjadikannya suci kembali.
Begitu indahnya syariat islam, dan memberikan kemudahan bagi umatnya.
Allahu a'lam
@fuadhbaraba
📖 Hadits ketiga puluh dari buku 100 hadits tentang *Wanita*
Terkadang seorang wanita yang berambut panjang senang untuk mengepang rambutnya, selain untuk menghilangkan rasa panas, juga untuk memudahkan dalam beraktifitas di dalam rumahnya.
Lalu bagaimana jika wanita tersebut mengalami janabah, apakah ketika mandi janabah harus membuka kepangan rambutnya?
Mari kita simak hadits berikut,
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي امْرَأَةٌ أَشُدُّ ضَفْرَ رَأْسِي فَأَنْقُضُهُ لِغُسْلِ الْجَنَابَةِ؟ قَالَ: لاَ إِنَّمَا يَكْفِيكِ أَنْ تَحْثِيَ عَلَى رَأْسِكِ ثَلَاثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ تُفِيضِينَ عَلَيْكِ الْمَاءَ فَتَطْهُرِينَ. مُسْلِمٌ، وَالتِّرْمِذِيُّ والنَّسَائِيُّ وابْنُ مَاجَةَ
*_"Dari Ummu Salamah berkata, aku bertanya: "Wahai, Rasulullah, aku seorang wanita yang mengepang rambut kepalaku, apakah aku harus membuka kepangku ketika mandi junub?""._*
*_"Beliau menjawab, "Tak perlu (kamu buka). Cukuplah kamu mengguyur air pada kepalamu tiga kali, kemudian guyurlah bagian tubuhnya yang lainnya dengan air, maka kamu telah suci""._* (HR. Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah).
Ternyata, cukup baginya untuk mengguyur kepalanya sebanyak tiga kali, lalu meratakan air ke seluruh tubuhnya, dan itu sudah menjadikannya suci kembali.
Begitu indahnya syariat islam, dan memberikan kemudahan bagi umatnya.
Allahu a'lam
Selama 37 Tahun Istiqomah Shalat Berjamaah di Masjid
Apabila Anda menonton siaran langsung shalat berjamaah 5 waktu dari Masjid Nabawi, maka di shaf terdepan bagian sebelah kanan dekat dengan imam, Anda akan melihat seorang laki-laki tinggi besar mengenakan peci berupa turban hitam khas orang-orang Bengali, dialah Haji Muhammad.
Haji Muhammad, seorang berkebangsaan Afghanistan yang tinggal di Kota al-Madinah al-Munawwaroh. Ia menjadi seorang yang populer di Madinah –semoga Allah menjaga keikhlasannya- karena selama seper-empat abad ini selalu tampak di televisi dengan penampilan khasnya, berada di shaf pertama Masjid Nabawi untuk menunaikan shalat 5 waktu secara berjamaah.
Ia menceritakan bahwa pertama kali menginjakkan kaki di Arab Saudi saat berumur 19 tahun. Selama 37 tahun di negeri kaya minyak ini, Haji Muhammad bekerja sebagai tukang reparasi pipa.
Haji Muhammad mengatakan, “Aku berupaya untuk selalu shalat 5 waktu secara berjamaah di Masjid Nabawi sejak aku masih muda. Aku sangat senang mengambil dan meletakkan kembali Alquran yang telah dibaca dan ditinggalkan oleh para pengunjung, agar dapat rapi tertata kembali di lemarinya semula.”
Para jamaah dari luar Madinah dan luar Arab Saudi banyak yang terkesan dengan keistiqomahannya shalat di shaf pertama dan di tempat yang sama selama bertahun-tahun. Padahal kita mengetahui sangat sulit untuk mendapatkan shaf pertama di Masjid Nabawi apalagi sampai bisa berada di tempat yang sama terus-menerus. Masjid ini sangat ramai dan padat dikunjungi umat Islam dari berbagai penjuru negeri.
Beberapa orang yang bekali-kali mengunjungi Madinah senantiasa menjumpainya berada di shaf pertama dan tempat yang sama pula (sebelah kanan imam). Turban hitamnya membuatnya sangat mudah dikenali oleh para jamaah.
“Ketika aku mengikat kontrak kerja dengan seseorang, kukatakan dari awal, aku tidak ingin kehilangan satu kali pun shalat berjamaah di Masjid Nabawi (lantaran pekerjaan ini). Dan di bulan Ramadhan, aku meliburkan diri karena aku ingin selalu berada di masjid.” Kata Haji Muhammad.
Apa yang dipraktekkan oleh Haji Muhammad ini mengingatkan kita kepada para ulama salaf yang senantiasa istiqomah berada di shaf pertama dalam waktu yang panjang. Muhammad bin Samaah rahimahullahu berkata,
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سَمَاعَهْ قَالَ مَكَثْتُ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً لَمْ تَفَتْنِي التَكْبِيْرَةُ الأُوْلَى إِلَّا يَوْمًا وَاحِدًا مَاتَتْ فِيْهِ أُمِّيْ فَفَاتَتْنِي صَلَاةٌ وَاحِدَةٌ فِي جَمَاعَةٍ
“Aku tinggal selama 40 tahun tidak pernah luput dari takbir pertama melainkan satu hari saja yaitu hari ketika ibuku meninggal maka luput dari saya satu shalat berjamaah.”
Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullahu mengisahkan biografi Said bin al-Musayyab (seorang tabiin) rahimahullahu,
مَا نُوْدِي بِالصَّلَاةِ مِنْ أَرْبَعِيْنَ سَنَة إِلَّا وَسَعِيْدٌ فِي المَسْجِدِ
“Tidaklah diseru panggilan shalat sejak 40 tahun melainkan Sa’id berada di dalam masjid.” (Tahdzibut Tahdzib, 4:87)
Asy-Sya’bi rahimahullahu berkata,
مَا أُقِيْمَتِ الصَّلَاةُ مُنْذُ أَسْلَمْتُ اِلَّا وَأَنَا عَلَى وُضُوْءٍ
“Sejak aku masuk Islam, tidaklah ditegakkan iqamat shalat melainkan aku masih dalam keadaan mempunyai wudhu (belum batal wudhunya).” (Tahdzibut Tahdzib, 7:166).
Semoga Allah member taufik kepada kita untuk senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Sumber: Saudi Gazette
Ditulis oleh Nurfitri Hadi
Artikel
Apabila Anda menonton siaran langsung shalat berjamaah 5 waktu dari Masjid Nabawi, maka di shaf terdepan bagian sebelah kanan dekat dengan imam, Anda akan melihat seorang laki-laki tinggi besar mengenakan peci berupa turban hitam khas orang-orang Bengali, dialah Haji Muhammad.
Haji Muhammad, seorang berkebangsaan Afghanistan yang tinggal di Kota al-Madinah al-Munawwaroh. Ia menjadi seorang yang populer di Madinah –semoga Allah menjaga keikhlasannya- karena selama seper-empat abad ini selalu tampak di televisi dengan penampilan khasnya, berada di shaf pertama Masjid Nabawi untuk menunaikan shalat 5 waktu secara berjamaah.
Ia menceritakan bahwa pertama kali menginjakkan kaki di Arab Saudi saat berumur 19 tahun. Selama 37 tahun di negeri kaya minyak ini, Haji Muhammad bekerja sebagai tukang reparasi pipa.
Haji Muhammad mengatakan, “Aku berupaya untuk selalu shalat 5 waktu secara berjamaah di Masjid Nabawi sejak aku masih muda. Aku sangat senang mengambil dan meletakkan kembali Alquran yang telah dibaca dan ditinggalkan oleh para pengunjung, agar dapat rapi tertata kembali di lemarinya semula.”
Para jamaah dari luar Madinah dan luar Arab Saudi banyak yang terkesan dengan keistiqomahannya shalat di shaf pertama dan di tempat yang sama selama bertahun-tahun. Padahal kita mengetahui sangat sulit untuk mendapatkan shaf pertama di Masjid Nabawi apalagi sampai bisa berada di tempat yang sama terus-menerus. Masjid ini sangat ramai dan padat dikunjungi umat Islam dari berbagai penjuru negeri.
Beberapa orang yang bekali-kali mengunjungi Madinah senantiasa menjumpainya berada di shaf pertama dan tempat yang sama pula (sebelah kanan imam). Turban hitamnya membuatnya sangat mudah dikenali oleh para jamaah.
“Ketika aku mengikat kontrak kerja dengan seseorang, kukatakan dari awal, aku tidak ingin kehilangan satu kali pun shalat berjamaah di Masjid Nabawi (lantaran pekerjaan ini). Dan di bulan Ramadhan, aku meliburkan diri karena aku ingin selalu berada di masjid.” Kata Haji Muhammad.
Apa yang dipraktekkan oleh Haji Muhammad ini mengingatkan kita kepada para ulama salaf yang senantiasa istiqomah berada di shaf pertama dalam waktu yang panjang. Muhammad bin Samaah rahimahullahu berkata,
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سَمَاعَهْ قَالَ مَكَثْتُ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً لَمْ تَفَتْنِي التَكْبِيْرَةُ الأُوْلَى إِلَّا يَوْمًا وَاحِدًا مَاتَتْ فِيْهِ أُمِّيْ فَفَاتَتْنِي صَلَاةٌ وَاحِدَةٌ فِي جَمَاعَةٍ
“Aku tinggal selama 40 tahun tidak pernah luput dari takbir pertama melainkan satu hari saja yaitu hari ketika ibuku meninggal maka luput dari saya satu shalat berjamaah.”
Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullahu mengisahkan biografi Said bin al-Musayyab (seorang tabiin) rahimahullahu,
مَا نُوْدِي بِالصَّلَاةِ مِنْ أَرْبَعِيْنَ سَنَة إِلَّا وَسَعِيْدٌ فِي المَسْجِدِ
“Tidaklah diseru panggilan shalat sejak 40 tahun melainkan Sa’id berada di dalam masjid.” (Tahdzibut Tahdzib, 4:87)
Asy-Sya’bi rahimahullahu berkata,
مَا أُقِيْمَتِ الصَّلَاةُ مُنْذُ أَسْلَمْتُ اِلَّا وَأَنَا عَلَى وُضُوْءٍ
“Sejak aku masuk Islam, tidaklah ditegakkan iqamat shalat melainkan aku masih dalam keadaan mempunyai wudhu (belum batal wudhunya).” (Tahdzibut Tahdzib, 7:166).
Semoga Allah member taufik kepada kita untuk senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Sumber: Saudi Gazette
Ditulis oleh Nurfitri Hadi
Artikel
*BAHAYA BERAMAL DEMI MENDAPATKAN KERIDHOAN MANUSIA*
_Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz_
عائشة رضي الله عنها; أن رسول الله-صلى الله عليه وسلم قال: " مَنِ الْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ ، بِسَخَطِ النَّاسِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، وَأَرْضَى عَنْهُ النَّاسَ ، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ ، سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِ ، وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ ".
Artinya: “Barangsiapa mencari keridhoan Allah (saja) meskipun manusia benci kepadanya, niscaya Allah akan ridho kepadanya dan Dia akan menjadikan manusia ridho kepadanya pula. Dan barangsiapa mencari keridhoan manusia dengan membuat Allah murka kepadanya, niscaya Allah akan murka kepadanya dan Dia akan menjadikan manusia murka kepadanya pula.” (HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya no.276 (I/497), dari Aisyah. Syuaib Al-Arnauth berkata: “Sanadnya Hasan”).
Di dalam riwayat lain, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَرْضَى النَّاسَ بِسَخَطِ اللهِ وَكَلَهُ اللهُ إِلَى النَّاسِ وَمَنْ أَسْخَطَ النَّاسَ بِرِضَا اللهِ كَفَاهُ اللهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ
Artinya: “Barangsiapa mencari keridhoan manusia dengan membuat Allah murka, maka ia diserahkan oleh Allah kepada manusia. Dan barangsiapa membuat manusia murka dengan keridhoan Allah, maka Allah akan mencukupinya dari kejahatan manusia.” (Shahih. HR. Ibnu Hibban no.277 (I/510), dari Aisyah. Dan dishohihkan oleh syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no.6010).
*BEBERAPA PELAJARAN PENTING DAN FAEDAH ILMIYAH DARI HADITS INI:*
1) Wajib bagi setiap muslim mencari ridho Allah saja dalam setiap perkataan dan perbuatan yang ia lakukan, meskipun manusia membencinya. Hal ini dikarenakan hanya Allah satu-satunya Dzat yang mampu memberikan manfaat dan kebaikan, dan mencegah mudharat dan keburukan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: "Barangsiapa yang beramal demi mencari keridhoan Allah saja meskipun manusia membencinya, maka sungguh ia telah bertakwa kepada-Nya, dan ia adalah hamba-Nya yang sholih, dan Allah senantiasa mencintai dan menolong hamba-hamba-Nya yang sholih."
2) Diharamkan bagi setiap muslim melakukan suatu perbuatan yang dibenci dan dimurkai Allah, apalagi jika ia melakukannya dengan niat dan tujuan mencari kecintaan dan keridhoan manusia.
Ibnu Rajab rahimahullah berkata: "Barangsiapa telah jelas baginya bahwa setiap makhluk (manusia) yang ada di muka bumi adalah makhluk (ciptaan Allah, pent). Maka bagaimana mungkin ia lebih mendahulukan ketaatan kepada makhluk daripada ketaatannya kepada (Allah) Tuhannya segala tuhan. Sungguh yang demikian ini adalah sesuatu yang mengherankan. (Lihat Taisir Al-Aziz Al-Hamiid hal.436).
3) Mencari keridhoan dan kecintaan manusia dalam setiap urusan adalah tujuan yang mustahil tercapai. Oleh karena itu, hendaknya kita berkata dan beramal hanya mengharapkan keridhoan dan balasan dari Allah semata. Tidak mengharapkan sesuatu apapun dari manusia baik berupa pujian, imbalan, popularitas dan ketenaran maupun lainnya.
Hal ini sebagaimana yang bisa kita petik dari do’a salah seorang istri Fir’aun dalam al-Qur’an yang tetap teguh pada keyakinan dan keimanannya kepada Allah. Ia berdo’a agar dibangunkan untuknya “baitan fil jannah” (rumah di dalam surga), bukan “baitan fil ardhi (rumah di muka bumi)” ataukah “prasasti di bumi yang dikenang orang lain”. Dia hanya berharap pada Allah, diselamatkan jiwa, dan keyakinannya dari virus-virus orang zhalim dan kafir.
Allah ta’ala berfirman:
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا لِلَّذِينَ آمَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Wahai Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam (surga) Firdaus, dan selamatkanlah Aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah Aku dari kaum yang zhalim.” (QS. At-Tahriim: 11)
Allah ta'ala berfirman pula:
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلا شُكُورًا
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharap
_Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz_
عائشة رضي الله عنها; أن رسول الله-صلى الله عليه وسلم قال: " مَنِ الْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ ، بِسَخَطِ النَّاسِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، وَأَرْضَى عَنْهُ النَّاسَ ، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ ، سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِ ، وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ ".
Artinya: “Barangsiapa mencari keridhoan Allah (saja) meskipun manusia benci kepadanya, niscaya Allah akan ridho kepadanya dan Dia akan menjadikan manusia ridho kepadanya pula. Dan barangsiapa mencari keridhoan manusia dengan membuat Allah murka kepadanya, niscaya Allah akan murka kepadanya dan Dia akan menjadikan manusia murka kepadanya pula.” (HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya no.276 (I/497), dari Aisyah. Syuaib Al-Arnauth berkata: “Sanadnya Hasan”).
Di dalam riwayat lain, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَرْضَى النَّاسَ بِسَخَطِ اللهِ وَكَلَهُ اللهُ إِلَى النَّاسِ وَمَنْ أَسْخَطَ النَّاسَ بِرِضَا اللهِ كَفَاهُ اللهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ
Artinya: “Barangsiapa mencari keridhoan manusia dengan membuat Allah murka, maka ia diserahkan oleh Allah kepada manusia. Dan barangsiapa membuat manusia murka dengan keridhoan Allah, maka Allah akan mencukupinya dari kejahatan manusia.” (Shahih. HR. Ibnu Hibban no.277 (I/510), dari Aisyah. Dan dishohihkan oleh syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no.6010).
*BEBERAPA PELAJARAN PENTING DAN FAEDAH ILMIYAH DARI HADITS INI:*
1) Wajib bagi setiap muslim mencari ridho Allah saja dalam setiap perkataan dan perbuatan yang ia lakukan, meskipun manusia membencinya. Hal ini dikarenakan hanya Allah satu-satunya Dzat yang mampu memberikan manfaat dan kebaikan, dan mencegah mudharat dan keburukan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: "Barangsiapa yang beramal demi mencari keridhoan Allah saja meskipun manusia membencinya, maka sungguh ia telah bertakwa kepada-Nya, dan ia adalah hamba-Nya yang sholih, dan Allah senantiasa mencintai dan menolong hamba-hamba-Nya yang sholih."
2) Diharamkan bagi setiap muslim melakukan suatu perbuatan yang dibenci dan dimurkai Allah, apalagi jika ia melakukannya dengan niat dan tujuan mencari kecintaan dan keridhoan manusia.
Ibnu Rajab rahimahullah berkata: "Barangsiapa telah jelas baginya bahwa setiap makhluk (manusia) yang ada di muka bumi adalah makhluk (ciptaan Allah, pent). Maka bagaimana mungkin ia lebih mendahulukan ketaatan kepada makhluk daripada ketaatannya kepada (Allah) Tuhannya segala tuhan. Sungguh yang demikian ini adalah sesuatu yang mengherankan. (Lihat Taisir Al-Aziz Al-Hamiid hal.436).
3) Mencari keridhoan dan kecintaan manusia dalam setiap urusan adalah tujuan yang mustahil tercapai. Oleh karena itu, hendaknya kita berkata dan beramal hanya mengharapkan keridhoan dan balasan dari Allah semata. Tidak mengharapkan sesuatu apapun dari manusia baik berupa pujian, imbalan, popularitas dan ketenaran maupun lainnya.
Hal ini sebagaimana yang bisa kita petik dari do’a salah seorang istri Fir’aun dalam al-Qur’an yang tetap teguh pada keyakinan dan keimanannya kepada Allah. Ia berdo’a agar dibangunkan untuknya “baitan fil jannah” (rumah di dalam surga), bukan “baitan fil ardhi (rumah di muka bumi)” ataukah “prasasti di bumi yang dikenang orang lain”. Dia hanya berharap pada Allah, diselamatkan jiwa, dan keyakinannya dari virus-virus orang zhalim dan kafir.
Allah ta’ala berfirman:
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا لِلَّذِينَ آمَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Wahai Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam (surga) Firdaus, dan selamatkanlah Aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah Aku dari kaum yang zhalim.” (QS. At-Tahriim: 11)
Allah ta'ala berfirman pula:
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلا شُكُورًا
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharap
kan keridhoan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insaan: 9)
4) Keridhoan dan kebencian manusia bergantung pada keridhoan dan kebencian Allah. Jika Allah meridhoi dan mencintai seorang hamba, maka Dia akan menjadikan para makhluk seperti malaikat dan manusia meridhoi dan mencintainya. Demikian pula sebaliknya.
Hal ini dikarenakan hati para hamba berada diantara 2 jari dari jari-jemari Allah. Dia membolak-balikkan hati mereka kapan saja Dia kehendaki. Sebagaimana dikabarkan Nabi shallallahu alaihi wasallam di dalam hadits beliau.
Dan dikabarkan di dalam hadits, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
(إذا أحب الله العبد نادى جبريل: إن الله يحب فلانًا فأحببْه فيحبه جبريل، فينادي جبريل في أهل السماء: إن الله يحب فلانًا فأحبوه، فيحبه أهل السماء، ثم يوضع له القبول في الأرض
Artinya: "Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata; "wahai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai hamba-Ku si fulan, maka cintailah ia. Maka Jibril pun mencintainya. Lalu Jibril berkumandang (di langit, pent); sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya si fulan, maka cintailah ia. Maka para malaikat penghuni langit mencintainya. Lalu diletakkan rasa ridho (kepada hamba tsb) di muka bumi." (HR. Bukhori dan Muslim)
5) Penetapan sifat ridho dan benci bagi Allah ta'ala sesuai dengan keagungan-Nya, tanpa menyerupakan, menyamakan dan menggambarkan sifat Allah sebagaimana sifat makhluk, dan tanpa menyelewengkan maknanya.
Hal ini berdasarkan firman Allah ta'ala:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وهو السميع البصير
"Tidak ada sesuatu pun yang sama dengan-Nya, dan Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syuura: 11).
Maka dari itu, perbuatan-perbuatan baik apapun yang kita lakukan, baik yang hukumnya wajib, sunnah maupun mubah, hendaknya diniatkan semata-mata karena mengharap keridhoan dan balasan dari Allah ta’ala.
Jangan sampai kita melakukan suatu amalan dengan niat dan tujuan supaya dikenang dan dipuji oleh manusia karena akan menyebabkan kebinasaan di dunia dan akhirat. Sebagaimana dikabarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam di dalam hadits yang diriwayatkan imam Muslim di dalam kitab Shahihnya (no.1905) tentang golongan manusia yang pertama kali diadili oleh Allah dan dicampakkan ke dalam api neraka pada hari kiamat, dan mereka adalah orang yang berjihad di jalan Allah, menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an, dan orang yang bersedekah, namun mereka mengerjakan ibadah-ibadah yang agung tersebut tanpa ikhlas karena Allah.
Demikian pelajaran penting dan faedah ilmiyah yang dapat kami sebutkan dari dua hadits ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Wabillahi at-taufiq.
(Samarinda, 29 Maret 2019)
*Halaman Facebook:*
_https://www.facebook.com/muhammad.wasitho.abu.fawaz/_
_https://www.facebook.com/ponpes.alittiba.klaten/_
*IG:* muhammad_wasitho
*Website Dakwah Sunnah (Pondok Pesantren Islam Al-Ittiba' Klaten Jawa Tengah), Klik:*
_Http://abufawaz.wordpress.com_
4) Keridhoan dan kebencian manusia bergantung pada keridhoan dan kebencian Allah. Jika Allah meridhoi dan mencintai seorang hamba, maka Dia akan menjadikan para makhluk seperti malaikat dan manusia meridhoi dan mencintainya. Demikian pula sebaliknya.
Hal ini dikarenakan hati para hamba berada diantara 2 jari dari jari-jemari Allah. Dia membolak-balikkan hati mereka kapan saja Dia kehendaki. Sebagaimana dikabarkan Nabi shallallahu alaihi wasallam di dalam hadits beliau.
Dan dikabarkan di dalam hadits, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
(إذا أحب الله العبد نادى جبريل: إن الله يحب فلانًا فأحببْه فيحبه جبريل، فينادي جبريل في أهل السماء: إن الله يحب فلانًا فأحبوه، فيحبه أهل السماء، ثم يوضع له القبول في الأرض
Artinya: "Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata; "wahai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai hamba-Ku si fulan, maka cintailah ia. Maka Jibril pun mencintainya. Lalu Jibril berkumandang (di langit, pent); sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya si fulan, maka cintailah ia. Maka para malaikat penghuni langit mencintainya. Lalu diletakkan rasa ridho (kepada hamba tsb) di muka bumi." (HR. Bukhori dan Muslim)
5) Penetapan sifat ridho dan benci bagi Allah ta'ala sesuai dengan keagungan-Nya, tanpa menyerupakan, menyamakan dan menggambarkan sifat Allah sebagaimana sifat makhluk, dan tanpa menyelewengkan maknanya.
Hal ini berdasarkan firman Allah ta'ala:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وهو السميع البصير
"Tidak ada sesuatu pun yang sama dengan-Nya, dan Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syuura: 11).
Maka dari itu, perbuatan-perbuatan baik apapun yang kita lakukan, baik yang hukumnya wajib, sunnah maupun mubah, hendaknya diniatkan semata-mata karena mengharap keridhoan dan balasan dari Allah ta’ala.
Jangan sampai kita melakukan suatu amalan dengan niat dan tujuan supaya dikenang dan dipuji oleh manusia karena akan menyebabkan kebinasaan di dunia dan akhirat. Sebagaimana dikabarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam di dalam hadits yang diriwayatkan imam Muslim di dalam kitab Shahihnya (no.1905) tentang golongan manusia yang pertama kali diadili oleh Allah dan dicampakkan ke dalam api neraka pada hari kiamat, dan mereka adalah orang yang berjihad di jalan Allah, menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an, dan orang yang bersedekah, namun mereka mengerjakan ibadah-ibadah yang agung tersebut tanpa ikhlas karena Allah.
Demikian pelajaran penting dan faedah ilmiyah yang dapat kami sebutkan dari dua hadits ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Wabillahi at-taufiq.
(Samarinda, 29 Maret 2019)
*Halaman Facebook:*
_https://www.facebook.com/muhammad.wasitho.abu.fawaz/_
_https://www.facebook.com/ponpes.alittiba.klaten/_
*IG:* muhammad_wasitho
*Website Dakwah Sunnah (Pondok Pesantren Islam Al-Ittiba' Klaten Jawa Tengah), Klik:*
_Http://abufawaz.wordpress.com_
*Izinkanlah Jika Istri Meminta Izin Untuk Shalat Di Masjid*
@fuadhbaraba
📖 Hadits ketiga puluh lima dari buku 100 hadits tentang *Wanita*
Shalat adalah kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun wanita. Wajib bagi laki-laki untuk melaksanakan shalatnya di masjid, berbeda dengan wanita. Karena mengerjakan shalat di rumah itu lebih utama.
Namun, jika seorang istri meminta izin kepada suaminya untuk shalat di masjid, maka hendaknya suami mengizinkan mereka, sekalipun meminta izin untuk shalat Isya.
Mari kita perhatikan hadits berikut,
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهْ وَسَلَّمَ قَالَ: إذا اسْتَأْذَنَكُمْ نِسَاؤُكُمْ بِاللَّيْلِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَأْذَنُوْا لَهُنَّ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
*إذا اسْتَأْذَنَكُمْ نِسَاؤُكُمْ بِاللَّيْلِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَأْذَنُوْا لَهُنَّ*
*_"Bila istri-istri kalian meminta izin kepada kalian di malam hari untuk pergi ke masjid, maka berilah mereka izin"._* (HR. Muttafaq 'alaih).
Hadits ini menunjukan kepada kita bahwa seorang wanita boleh shalat di masjid, walaupun shalat di rumahnya lebih baik bagi mereka. Dan wanita tidak boleh keluar rumah tanpa izin suaminya.
Allahu a'lam
@fuadhbaraba
📖 Hadits ketiga puluh lima dari buku 100 hadits tentang *Wanita*
Shalat adalah kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun wanita. Wajib bagi laki-laki untuk melaksanakan shalatnya di masjid, berbeda dengan wanita. Karena mengerjakan shalat di rumah itu lebih utama.
Namun, jika seorang istri meminta izin kepada suaminya untuk shalat di masjid, maka hendaknya suami mengizinkan mereka, sekalipun meminta izin untuk shalat Isya.
Mari kita perhatikan hadits berikut,
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهْ وَسَلَّمَ قَالَ: إذا اسْتَأْذَنَكُمْ نِسَاؤُكُمْ بِاللَّيْلِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَأْذَنُوْا لَهُنَّ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
*إذا اسْتَأْذَنَكُمْ نِسَاؤُكُمْ بِاللَّيْلِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَأْذَنُوْا لَهُنَّ*
*_"Bila istri-istri kalian meminta izin kepada kalian di malam hari untuk pergi ke masjid, maka berilah mereka izin"._* (HR. Muttafaq 'alaih).
Hadits ini menunjukan kepada kita bahwa seorang wanita boleh shalat di masjid, walaupun shalat di rumahnya lebih baik bagi mereka. Dan wanita tidak boleh keluar rumah tanpa izin suaminya.
Allahu a'lam
# senyummu sedekahmu#
Ust. Badrusalam LC
tersenyum di wajah saudaramu adalah sedekah..
demikian disebutkan dalam sebuah hadits..
senyum itu indah..
memberikan kegembiraan di hati..
dalam hadits: diantara amal yg paling utama..
memasukkan kegembiraan di hati saudaramu..
HR Thabrani..
senyum itu ramah..
menambah keakraban dalam pergaulan..
dalam hadits: mukmin itu mudah dalam bergaul..
HR Ahmad..
senyum itu dekat..
menghilangkan kesenjangan..
dalam hadits: diharamkan atas neraka..
orang yang tawadlu, lembut, mudah dan dekat kepada manusia..
HR Ahmad..
senyummu..
menambah kewibawaanmu..
mendatangkan keridlaan Rabbmu..
Ust. Badrusalam LC
tersenyum di wajah saudaramu adalah sedekah..
demikian disebutkan dalam sebuah hadits..
senyum itu indah..
memberikan kegembiraan di hati..
dalam hadits: diantara amal yg paling utama..
memasukkan kegembiraan di hati saudaramu..
HR Thabrani..
senyum itu ramah..
menambah keakraban dalam pergaulan..
dalam hadits: mukmin itu mudah dalam bergaul..
HR Ahmad..
senyum itu dekat..
menghilangkan kesenjangan..
dalam hadits: diharamkan atas neraka..
orang yang tawadlu, lembut, mudah dan dekat kepada manusia..
HR Ahmad..
senyummu..
menambah kewibawaanmu..
mendatangkan keridlaan Rabbmu..
# Seni Berinteraksi Dengan Manusia
Ust. Fuad Hamzah Baraba LC
@fuadhbaraba
Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan Tiga Kalimat dalam al-Qur'an:
خذ العفو
وأمر بالعرف
وأعرض عن الجاهلين
"Jadilah pemaaf
dan suruhlah orang lain agar melakukan perbuatan yang ma'ruf
serta berpalinglah dari orang-orang yang (jahil) bodoh". (QS. al A’raf:199)”.
Subhanallah!!!
Sungguh indah ungkapan dalam al-Qur'an, firman Allah Ta'ala yang tidak datang kepadanya (al-Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang mahabijaksana lagi mahaterpuji.
Mudah-mudahan kita bisa berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan bimbingan Allah Ta'ala.
Ust. Fuad Hamzah Baraba LC
@fuadhbaraba
Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan Tiga Kalimat dalam al-Qur'an:
خذ العفو
وأمر بالعرف
وأعرض عن الجاهلين
"Jadilah pemaaf
dan suruhlah orang lain agar melakukan perbuatan yang ma'ruf
serta berpalinglah dari orang-orang yang (jahil) bodoh". (QS. al A’raf:199)”.
Subhanallah!!!
Sungguh indah ungkapan dalam al-Qur'an, firman Allah Ta'ala yang tidak datang kepadanya (al-Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang mahabijaksana lagi mahaterpuji.
Mudah-mudahan kita bisa berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan bimbingan Allah Ta'ala.
# Agar mudah menjalankan syari'at Allah#
Ust. Badrusalam LC
Dari Abdullah bin Busr radliyallahu 'anhu bahwa ada seseorang berkata,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari'at islam telah banyak kepadaku, kabarkanlah kepadaku dengan sesuatu yang aku bisa berpegang dengannya?"
Nabi shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
"Senantiasa lisanmu basah dengan dzikir kepada Allah."
HR At Tirmidzi, ibnu Majah, ibnu Hibban dan Al Hakim. Dishahihkan oleh syaikh Al Bani dalam shahih targhib no 1491.
Ya.. Bukankah dengan memperbanyak dzikir hati akan terlindung dari setan..
Bukankah dengan banyak dzikir hati menjadi bening..
Disaat itu hati akan mudah menjalankan syari'at Allah..
telegram.me/@alilmu BBG Al-ilmu channel
Ust. Badrusalam LC
Dari Abdullah bin Busr radliyallahu 'anhu bahwa ada seseorang berkata,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari'at islam telah banyak kepadaku, kabarkanlah kepadaku dengan sesuatu yang aku bisa berpegang dengannya?"
Nabi shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
"Senantiasa lisanmu basah dengan dzikir kepada Allah."
HR At Tirmidzi, ibnu Majah, ibnu Hibban dan Al Hakim. Dishahihkan oleh syaikh Al Bani dalam shahih targhib no 1491.
Ya.. Bukankah dengan memperbanyak dzikir hati akan terlindung dari setan..
Bukankah dengan banyak dzikir hati menjadi bening..
Disaat itu hati akan mudah menjalankan syari'at Allah..
telegram.me/@alilmu BBG Al-ilmu channel
#Repost @raehanul_bahraen
• • • • • •
# Pelajari Tata Cara Shalat Dengan Benar
.
Ada yang mengatakan:
.
"Apabila hidupmu terasa hampa tidak teratur, maka mulailah dengan memperbaiki cara shalatmu & waktu shalatmu"
.
Ada benarnya juga karena cara shalat adalah cara kita menghadap kepada Allah, cara kita berinteraksi meminta dan memelas kepada Allah. Apabila caranya salah atau kurang tepat, tentu shalat kita kurang pahalanya.
.
Untuk menghadap raja, presiden dan pejabat saja, ada tatacara dan aturannya. Itu wajib diketahui oleh siapa saja yang akan menghadap, baik itu aturan baju, aturan waktu sampai posisi dan gesture tubuh ketika menghadap. Apa jadinya kalau kita menghadap raja atau presiden tidak pakai tata cara yang benar? Tentu kita ditolak bahkan bisa jadi diusir.
.
Mari kita menuntut ilmu dan belajar kembali tata cara shalat yang benar (sifat shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam). Terutama bagi mereka yang baru hijrah atau mereka yang ingin memperbaiki hidupnya. Hendaknya kita tidak mengandalkan ilmu tata cara shalat ketika di bangku sekolah umum saja, tapi tetap sempurnakanlah
.
Kita diperintahkan shalat dengan tata cara yang telah diajarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
.
"Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat." [HR. Bukhari]
.
Kami pribadi di awal-awal mengenal sunnah (hijrah) sangat terketuk ingin memperbaiki tata cara shalat, salah satu buku yang pertama kami beli adalah buku "sifat shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam" buah karta syaikh Al-Albani rahimahullah. Buku yang sangat ilmiah dengan dalil dan menuntun kami semakin cinta dengan sunnah.
.
Ternyata cukup banyak kisah yang kami dengar bahwa banyak yang mengenal sunnah karena membaca buku beliau, misalnya syaikh Ali Hasan Al-Halabi, syaikh Abu Ishaq Al-Huwaini dan beberapa ikhwah di Indonesia
.
BACA SELENGKAPNYA:
https://muslim.or.id/45578-pelajari-tata-cara-shalat-dengan-benar.html
Penyusun: Raehanul Bahraen
• • • • • •
# Pelajari Tata Cara Shalat Dengan Benar
.
Ada yang mengatakan:
.
"Apabila hidupmu terasa hampa tidak teratur, maka mulailah dengan memperbaiki cara shalatmu & waktu shalatmu"
.
Ada benarnya juga karena cara shalat adalah cara kita menghadap kepada Allah, cara kita berinteraksi meminta dan memelas kepada Allah. Apabila caranya salah atau kurang tepat, tentu shalat kita kurang pahalanya.
.
Untuk menghadap raja, presiden dan pejabat saja, ada tatacara dan aturannya. Itu wajib diketahui oleh siapa saja yang akan menghadap, baik itu aturan baju, aturan waktu sampai posisi dan gesture tubuh ketika menghadap. Apa jadinya kalau kita menghadap raja atau presiden tidak pakai tata cara yang benar? Tentu kita ditolak bahkan bisa jadi diusir.
.
Mari kita menuntut ilmu dan belajar kembali tata cara shalat yang benar (sifat shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam). Terutama bagi mereka yang baru hijrah atau mereka yang ingin memperbaiki hidupnya. Hendaknya kita tidak mengandalkan ilmu tata cara shalat ketika di bangku sekolah umum saja, tapi tetap sempurnakanlah
.
Kita diperintahkan shalat dengan tata cara yang telah diajarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
.
"Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat." [HR. Bukhari]
.
Kami pribadi di awal-awal mengenal sunnah (hijrah) sangat terketuk ingin memperbaiki tata cara shalat, salah satu buku yang pertama kami beli adalah buku "sifat shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam" buah karta syaikh Al-Albani rahimahullah. Buku yang sangat ilmiah dengan dalil dan menuntun kami semakin cinta dengan sunnah.
.
Ternyata cukup banyak kisah yang kami dengar bahwa banyak yang mengenal sunnah karena membaca buku beliau, misalnya syaikh Ali Hasan Al-Halabi, syaikh Abu Ishaq Al-Huwaini dan beberapa ikhwah di Indonesia
.
BACA SELENGKAPNYA:
https://muslim.or.id/45578-pelajari-tata-cara-shalat-dengan-benar.html
Penyusun: Raehanul Bahraen
muslim.or.id
Pelajari Tata Cara Shalat Dengan Benar
Apabila hidupmu terasa hampa dan tidak teratur, maka mulailah dengan memperbaiki cara shalatmu dan waktu shalatmu
NIKMAT AMAN DAN BAGAIMANA KITA MENJAGA NYA
خطبة : نعمة الأمن وكيف نحافظ عليها ؟؟
8/7/1429هـ
الشيخ/ محمد بن إبراهيم السبر*
Oleh : As-Saikh Muhammad ibn Ibrahim As-Sibr hafidhohullah Ta'ala.
الحمد لله الولي الحميد أمر بالشكر ووعد بالمزيد , وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له يفعل ما يشاء ويحكم ما يريد, وأشهد أن محمداً عبده ورسوله أشرف الخلق وسيد العبيد صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهديه واستن بسنته إلى يوم المزيد ،،
Amma ba'du : Bertakwalah kalian wahai hamba Allah dengan sebenar benar takwa, sesungguhnya orang yang bertakwa kepada Tuhannya niscaya ia akan mendapatkan petunjuk, dan barangsiapa yang berpaling dari Tuhannya ia akan hidup dalam penuh kesengsaraan.
Allah Ta'ala berfirman :
ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّى هُدًى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَاىَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ ﴿١٢٣﴾وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ ﴿١٢٤﴾ قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِىٓ أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا ﴿١٢٥﴾قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ ءَايَٰتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ ٱلْيَوْمَ تُنسَىٰ ﴿١٢٦﴾
" Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka."
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta"."
"Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?""
"Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (Q.S. Thaahaa : 123-126)
Wahai saudaraku seiman, pada kesempatan jum'at yang penuh barokah ini aku akan mengingatkan kepada kalian tentang suatu nikmat yang sangat agung ....
Selengkapnya : http://rochmadsupriyadi.blogspot.com/2019/03/nikmat-aman-dan-bagaimana-cara.html?m=1
خطبة : نعمة الأمن وكيف نحافظ عليها ؟؟
8/7/1429هـ
الشيخ/ محمد بن إبراهيم السبر*
Oleh : As-Saikh Muhammad ibn Ibrahim As-Sibr hafidhohullah Ta'ala.
الحمد لله الولي الحميد أمر بالشكر ووعد بالمزيد , وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له يفعل ما يشاء ويحكم ما يريد, وأشهد أن محمداً عبده ورسوله أشرف الخلق وسيد العبيد صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهديه واستن بسنته إلى يوم المزيد ،،
Amma ba'du : Bertakwalah kalian wahai hamba Allah dengan sebenar benar takwa, sesungguhnya orang yang bertakwa kepada Tuhannya niscaya ia akan mendapatkan petunjuk, dan barangsiapa yang berpaling dari Tuhannya ia akan hidup dalam penuh kesengsaraan.
Allah Ta'ala berfirman :
ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّى هُدًى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَاىَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ ﴿١٢٣﴾وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ ﴿١٢٤﴾ قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِىٓ أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا ﴿١٢٥﴾قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ ءَايَٰتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ ٱلْيَوْمَ تُنسَىٰ ﴿١٢٦﴾
" Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka."
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta"."
"Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?""
"Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (Q.S. Thaahaa : 123-126)
Wahai saudaraku seiman, pada kesempatan jum'at yang penuh barokah ini aku akan mengingatkan kepada kalian tentang suatu nikmat yang sangat agung ....
Selengkapnya : http://rochmadsupriyadi.blogspot.com/2019/03/nikmat-aman-dan-bagaimana-cara.html?m=1
Blogspot
NIKMAT AMAN DAN BAGAIMANA CARA MENJAGANYA
خطبة : نعمة الأمن وكيف نحافظ عليها ؟؟ 8/7/1429هـ الشيخ/ محمد بن إبراهيم السبر* Oleh : As-Saikh Muhammad ibn Ibrahim As-Sibr hafidhohulla...
DOA AGAR TERHINDAR DARI MUSIBAH
Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du :
Ketika banyak muncul bencana tiba-tiba seperti gempa, banjir, kebakaran dan musibah lainnya hendaknya kita memperbanyak membaca doa berikut :
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ, وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ, وَفَجْأَةِ نِقْمَتِكَ, وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
Allahumma inni a'udzubika min zawaali nik'matika wa tahawwuli aafiyatika wa fuja'ati niqmatika wa jami'i sakhotika
Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari lenyapnya nikmat-Mu, dari beralihnya keselamatan (yang merupakan anugerah)-Mu; dari datangnya siksa-Mu (bencana) secara mendadak, dan dari semua kemurkaan-Mu. (HR. Muslim)
Maksud dari kata-kata (فَجْأَةِ نِقْمَتِكَ) “siksa yang tiba-tiba” adalah bencana dan musibah yang tiba-tiba, hal ini lebih parah daripada bencana yang tidak datang tiba-tiba. Syaikh Abdul Mushin Az-Zamili menjelaskan,
ﻓﺠﺄﺓ ﺍﻟﻨﻘﻤﺔ ﺃﻭ ﻓﺠﺎﺀﺓ ﺍﻟﻨﻘﻤﺔ ﻣﻦ ﺑﻼﺀ ﺃﻭ ﻣﺼﻴﺒﺔ ﻳﺄﺗﻲ ﻋﻠﻰ ﻓﺠﺄﺓ ﺑﺨﻼﻑ ﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﺳﺒﻘﻪ ﺷﻲﺀ ﺑﺄﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻓﺠﺄﺓ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻜﻮﻥ ﺃﺧﻒ
“Siksa yang tiba-tiba yaitu berupa bencana atau musibah yang datang secara mendadak.Tentunya berbeda dengan musibah yang didahului oleh sesuatu (sebagai awalnya semisal penyakit) dan tidak mendadak, hal ini lebih ringan perkaranya.”. (Syarh Bulughul Maram)
Bencana seperti gempa, banjir dan musibah akan menghilangkan nikmat dan bisa jadi merupakan murka dari Alllah karena banyaknya kesyirikan dan maksiat. Untuk menghindari terjadi musibah dan bencana pada kita hendaknya kita benar-benar memhami bahwa sebab turunnya musibah dan bencana akibat keyirikan dan kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia. Hendaknya kita melakukan muhasabah dan segera kembali kepada Allah serta menghentikan keyirikan dan kemaksiatan yang merajalela agar terhindar dari hilangnya nikmat, datangnya bencana dan terhindar dari murka Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du :
Ketika banyak muncul bencana tiba-tiba seperti gempa, banjir, kebakaran dan musibah lainnya hendaknya kita memperbanyak membaca doa berikut :
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ, وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ, وَفَجْأَةِ نِقْمَتِكَ, وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
Allahumma inni a'udzubika min zawaali nik'matika wa tahawwuli aafiyatika wa fuja'ati niqmatika wa jami'i sakhotika
Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari lenyapnya nikmat-Mu, dari beralihnya keselamatan (yang merupakan anugerah)-Mu; dari datangnya siksa-Mu (bencana) secara mendadak, dan dari semua kemurkaan-Mu. (HR. Muslim)
Maksud dari kata-kata (فَجْأَةِ نِقْمَتِكَ) “siksa yang tiba-tiba” adalah bencana dan musibah yang tiba-tiba, hal ini lebih parah daripada bencana yang tidak datang tiba-tiba. Syaikh Abdul Mushin Az-Zamili menjelaskan,
ﻓﺠﺄﺓ ﺍﻟﻨﻘﻤﺔ ﺃﻭ ﻓﺠﺎﺀﺓ ﺍﻟﻨﻘﻤﺔ ﻣﻦ ﺑﻼﺀ ﺃﻭ ﻣﺼﻴﺒﺔ ﻳﺄﺗﻲ ﻋﻠﻰ ﻓﺠﺄﺓ ﺑﺨﻼﻑ ﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﺳﺒﻘﻪ ﺷﻲﺀ ﺑﺄﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻓﺠﺄﺓ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻜﻮﻥ ﺃﺧﻒ
“Siksa yang tiba-tiba yaitu berupa bencana atau musibah yang datang secara mendadak.Tentunya berbeda dengan musibah yang didahului oleh sesuatu (sebagai awalnya semisal penyakit) dan tidak mendadak, hal ini lebih ringan perkaranya.”. (Syarh Bulughul Maram)
Bencana seperti gempa, banjir dan musibah akan menghilangkan nikmat dan bisa jadi merupakan murka dari Alllah karena banyaknya kesyirikan dan maksiat. Untuk menghindari terjadi musibah dan bencana pada kita hendaknya kita benar-benar memhami bahwa sebab turunnya musibah dan bencana akibat keyirikan dan kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia. Hendaknya kita melakukan muhasabah dan segera kembali kepada Allah serta menghentikan keyirikan dan kemaksiatan yang merajalela agar terhindar dari hilangnya nikmat, datangnya bencana dan terhindar dari murka Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalahdisebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy Syura: 30).
Bisa jadi Allah kirimkan bencana dan musibah kepada manusia agar manusia takut kepada Allah dan agar kaum muslimin kembali kepada Allah dan menghentian kesyirikan dan maksiat.
Allah berfirman,
وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
“Tidaklah Kami mengirim tanda-tanda kekuasaan Kami kecuali untuk menakut-nakuti“. (Al-Isra’ : 59)
Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa maksud menakuti-nakuti di sini adalah agar manusia takut kepada Allah. Beliau berkata,
أذن الله سبحانه لها في الأحيان بالتنفس فتحدث فيها الزلازل العظام فيحدث من ذلك لعباده الخوف والخشية والإنابة والإقلاع عن معاصيه والتضرع إليه والندم
“Terkadang Allah subhanahu mengizinkan bumi untuk bernafas maka terjadilah gempa bumi yang dahsyat, maka muncul rasa takut dan khawatir pada hati hamba-hamba Allah dan agar mau kembali kepada-Nya, meninggalkan kemaksiatan dan merendahkan diri dihadapan-Nya serta menyesal (atas dosa dan maksiat).” (Miftah Daris Sa’adah 1/229)
Bisa jadi Allah kirimkan bencana dan musibah kepada manusia agar manusia takut kepada Allah dan agar kaum muslimin kembali kepada Allah dan menghentian kesyirikan dan maksiat.
Allah berfirman,
وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
“Tidaklah Kami mengirim tanda-tanda kekuasaan Kami kecuali untuk menakut-nakuti“. (Al-Isra’ : 59)
Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa maksud menakuti-nakuti di sini adalah agar manusia takut kepada Allah. Beliau berkata,
أذن الله سبحانه لها في الأحيان بالتنفس فتحدث فيها الزلازل العظام فيحدث من ذلك لعباده الخوف والخشية والإنابة والإقلاع عن معاصيه والتضرع إليه والندم
“Terkadang Allah subhanahu mengizinkan bumi untuk bernafas maka terjadilah gempa bumi yang dahsyat, maka muncul rasa takut dan khawatir pada hati hamba-hamba Allah dan agar mau kembali kepada-Nya, meninggalkan kemaksiatan dan merendahkan diri dihadapan-Nya serta menyesal (atas dosa dan maksiat).” (Miftah Daris Sa’adah 1/229)
DOA KESEMBUHAN DARI PENYAKIT
Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du :
Al-Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar mengutip sejumlah riwayat yang menceritakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam saat menjenguk sahabatnya yang sakit. Dalam sejumlah riwayat berikut ini, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendoakan kesembuhan sahabatnya dengan berbagai lafal doa.
Ini adalah salah satu doa kesembuhan yang dibaca Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk keluarganya sebagaimana diriwayatkan dalam Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha :
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِيَ إلَّا أَنْتَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقْمًا
Allāhumma rabban nāsi, adzhibil ba’sa. Isyfi. Antas syāfi. Lā syāfiya illā anta syifā’an lā yughādiru saqaman.
Artinya : “Tuhanku, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit. Berikanlah kesembuhan karena Kau adalah penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Kau dengan kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit ".
Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca doa ini ketika meruqyah salah seorang sahabat :
امْسَحِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ بِيَدِك الشِّفَاءُ لَا كَاشِفَ لَهُ إلَّا أَنْتَ
Imsahil ba’sa rabban nāsi. Bi yadikas syifā’u. Lā kāsyifa lahū illā anta.
Artinya : “Tuhan manusia, sapulah penyakit ini. Di tangan-Mu lah kesembuhan itu. Tidak ada yang dapat mengangkatnya kecuali Kau".
Al- Imam Abu Dawud dan At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menganjurkan baca doa berikut ini sebanyak 7 kali di hadapan orang yang sakit. Dengan doa ini, Allah diharapkan mengangkat penyakit yang diderita orang tersebut :
أَسْأَلُ اللهَ العَظِيْمَ رَبَ العَرْشِ العَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ
As’alullāhal azhīma rabbal ‘arsyil ‘azhīmi an yassfiyaka.
Artinya : “Aku memohon kepada Allah yang agung, Tuhan arasy yang megah agar menyembuhkanmu".
Ust. Rochmad Supriadi LC
Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du :
Al-Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar mengutip sejumlah riwayat yang menceritakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam saat menjenguk sahabatnya yang sakit. Dalam sejumlah riwayat berikut ini, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendoakan kesembuhan sahabatnya dengan berbagai lafal doa.
Ini adalah salah satu doa kesembuhan yang dibaca Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk keluarganya sebagaimana diriwayatkan dalam Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha :
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِيَ إلَّا أَنْتَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقْمًا
Allāhumma rabban nāsi, adzhibil ba’sa. Isyfi. Antas syāfi. Lā syāfiya illā anta syifā’an lā yughādiru saqaman.
Artinya : “Tuhanku, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit. Berikanlah kesembuhan karena Kau adalah penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Kau dengan kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit ".
Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca doa ini ketika meruqyah salah seorang sahabat :
امْسَحِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ بِيَدِك الشِّفَاءُ لَا كَاشِفَ لَهُ إلَّا أَنْتَ
Imsahil ba’sa rabban nāsi. Bi yadikas syifā’u. Lā kāsyifa lahū illā anta.
Artinya : “Tuhan manusia, sapulah penyakit ini. Di tangan-Mu lah kesembuhan itu. Tidak ada yang dapat mengangkatnya kecuali Kau".
Al- Imam Abu Dawud dan At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menganjurkan baca doa berikut ini sebanyak 7 kali di hadapan orang yang sakit. Dengan doa ini, Allah diharapkan mengangkat penyakit yang diderita orang tersebut :
أَسْأَلُ اللهَ العَظِيْمَ رَبَ العَرْشِ العَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ
As’alullāhal azhīma rabbal ‘arsyil ‘azhīmi an yassfiyaka.
Artinya : “Aku memohon kepada Allah yang agung, Tuhan arasy yang megah agar menyembuhkanmu".
Ust. Rochmad Supriadi LC
*Shalat Dua Hari Raya Bagi Wanita*
@fuadhbaraba
📖 Hadits ketiga puluh enam dari buku 100 hadits tentang *Wanita*
Shalat 'id adalah shalat yang wajib diikuti wanita muslimah yang suci atau tidak sedang haid. Namun bagaimana hukum wanita yang sedang haid menghadiri Shalat 'id?
Wanita yang sedang haid tetap harus mendatangi rangkaian shalat 'id yang dilaksanakan. Wanita yang sedang haid dianjurkan mendengarkan khutbah selama khutbah berlangsung, namun tidak diperbolehkan untuk mengikuti shalat 'id dan hendaknya menjauhi tempat shalat saat akan berlangsung.
Wanita yang sedang haid dapat berkumpul dalam barisan jamaah untuk bersama-sama berdoa mengharapkan berkah dan kesucian hari raya.
Mari kita simak hadits berikut,
عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ: كُنَّا نَمْنَعُ عَوَاتِقَنَا أَنْ يَخْرُجْنَ فِي الْعِيدَيْنِ، فَقَدِمَتِ امْرَأَةٌ، فَنَزَلَتْ قَصْرَ بَنِي خَلَفٍ، فَحَدَّثَتْ عَنْ أُخْتِهَا، وَكَانَ زَوْجُ أُخْتِهَا غَزَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ، وَكَانَتْ أُخْتِي مَعَهُ فِي سِتٍّ، قَالَتْ: كُنَّا نُدَاوِي الْكَلْمَى، وَنَقُومُ عَلَى الْمَرْضَى، فَسَأَلَتْ أُخْتِي النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَعَلَى إِحْدَانَا بَأْسٌ إِذَا لَمْ يَكُنْ لَهَا جِلْبَابٌ أَنْ لَا تَخْرُجَ قَالَ: لِتُلْبِسْهَا صَاحِبَتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا، وَلْتَشْهَدِ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ". فَلَمَّا قَدِمَتْ أُمُّ عَطِيَّةَ سَأَلْتُهَا: أَسَمِعْتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَتْ: بِأَبِي نَعَمْ، وَكَانَتْ لَا تَذْكُرُهُ إِلَّا قَالَتْ بِأَبِي، سَمِعْتُهُ يَقُولُ: يَخْرُجُ الْعَوَاتِقُ وَذَوَاتُ الْخُدُورِ، أَوِ الْعَوَاتِقُ ذَوَاتُ الْخُدُورِ، وَالْحُيَّضُ، وَلْيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ، وَدَعْوَةَ الْمُؤْمِنِينَ، وَيَعْتَزِلُ الْحُيَّضُ الْمُصَلَّى". قَالَتْ حَفْصَةُ: فَقُلْتُ: الْحُيَّضُ؟ فَقَالَتْ: أَلَيْسَ تَشْهَدُ عَرَفَةَ، وَكَذَا وَكَذَا. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
*_"Dari Hafshah radhiallahu 'anha berkata, Dahulu kami melarang anak-anak gadis kami ikut keluar untuk shalat pada dua hari raya. Hingga suatu hari ada seorang wanita mendatangi desa Qashra Banu Khalaf, wanita itu menceritakan bahwa suami dari saudara perempuannya pernah ikut berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebanyak dua belas peperangan, dia berkata, 'Saudaraku itu hidup bersama suaminya selama enam tahun.' dia menceritakan, "Dulu kami sering mengobati orang-orang yang terluka dan mengurus orang yang sakit.' Saudara perempuanku bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Apakah berdosa apabila salah seorang dari kami tidak keluar (mengikuti shalat 'id) karena tidak memiliki jilbab?" Beliau menjawab: "Hendaklah temannya meminjamkan jilbab miliknya untuknya, agar mereka dapat menyaksikan kebaikan dan mendo'akan kaum Muslimin." Ketika Ummu 'Athiyah tiba aku bertanya kepadanya, "Apakah kamu mendengar langsung dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam?" Ummu 'Athiyah menjawab, "Ya. Bapakku sebagai tebusannya!" Ummu 'Athiyah tidak mengatakan tentang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kecuali hanya mengatakan 'bapakku sebagai tebusannya, aku mendengar beliau bersabda: "Hendaklah para gadis dan wanita-wanita yang dipingit, dan wanita yang sedang haid ikut menyaksikan kebaikan dan mendoakan Kaum Muslimin, dan wanita-wanita yang sedang haid hendaknya menjauh dari tempat shalat." Hafshah, "Aku katakan, "Wanita haid?" Wanita itu menjawab, "Bukankah mereka juga hadir di 'Arafah, begini dan begini?""._* (HR. Muttafaq 'alaih).
Maka dari itu, wanita haid tetap menyaksikan shalat 'I'd bersama kaum muslimin, dengan tetap menjaga auratnya.
Allahu a'lam
@fuadhbaraba
📖 Hadits ketiga puluh enam dari buku 100 hadits tentang *Wanita*
Shalat 'id adalah shalat yang wajib diikuti wanita muslimah yang suci atau tidak sedang haid. Namun bagaimana hukum wanita yang sedang haid menghadiri Shalat 'id?
Wanita yang sedang haid tetap harus mendatangi rangkaian shalat 'id yang dilaksanakan. Wanita yang sedang haid dianjurkan mendengarkan khutbah selama khutbah berlangsung, namun tidak diperbolehkan untuk mengikuti shalat 'id dan hendaknya menjauhi tempat shalat saat akan berlangsung.
Wanita yang sedang haid dapat berkumpul dalam barisan jamaah untuk bersama-sama berdoa mengharapkan berkah dan kesucian hari raya.
Mari kita simak hadits berikut,
عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ: كُنَّا نَمْنَعُ عَوَاتِقَنَا أَنْ يَخْرُجْنَ فِي الْعِيدَيْنِ، فَقَدِمَتِ امْرَأَةٌ، فَنَزَلَتْ قَصْرَ بَنِي خَلَفٍ، فَحَدَّثَتْ عَنْ أُخْتِهَا، وَكَانَ زَوْجُ أُخْتِهَا غَزَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ، وَكَانَتْ أُخْتِي مَعَهُ فِي سِتٍّ، قَالَتْ: كُنَّا نُدَاوِي الْكَلْمَى، وَنَقُومُ عَلَى الْمَرْضَى، فَسَأَلَتْ أُخْتِي النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَعَلَى إِحْدَانَا بَأْسٌ إِذَا لَمْ يَكُنْ لَهَا جِلْبَابٌ أَنْ لَا تَخْرُجَ قَالَ: لِتُلْبِسْهَا صَاحِبَتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا، وَلْتَشْهَدِ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ". فَلَمَّا قَدِمَتْ أُمُّ عَطِيَّةَ سَأَلْتُهَا: أَسَمِعْتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَتْ: بِأَبِي نَعَمْ، وَكَانَتْ لَا تَذْكُرُهُ إِلَّا قَالَتْ بِأَبِي، سَمِعْتُهُ يَقُولُ: يَخْرُجُ الْعَوَاتِقُ وَذَوَاتُ الْخُدُورِ، أَوِ الْعَوَاتِقُ ذَوَاتُ الْخُدُورِ، وَالْحُيَّضُ، وَلْيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ، وَدَعْوَةَ الْمُؤْمِنِينَ، وَيَعْتَزِلُ الْحُيَّضُ الْمُصَلَّى". قَالَتْ حَفْصَةُ: فَقُلْتُ: الْحُيَّضُ؟ فَقَالَتْ: أَلَيْسَ تَشْهَدُ عَرَفَةَ، وَكَذَا وَكَذَا. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
*_"Dari Hafshah radhiallahu 'anha berkata, Dahulu kami melarang anak-anak gadis kami ikut keluar untuk shalat pada dua hari raya. Hingga suatu hari ada seorang wanita mendatangi desa Qashra Banu Khalaf, wanita itu menceritakan bahwa suami dari saudara perempuannya pernah ikut berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebanyak dua belas peperangan, dia berkata, 'Saudaraku itu hidup bersama suaminya selama enam tahun.' dia menceritakan, "Dulu kami sering mengobati orang-orang yang terluka dan mengurus orang yang sakit.' Saudara perempuanku bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Apakah berdosa apabila salah seorang dari kami tidak keluar (mengikuti shalat 'id) karena tidak memiliki jilbab?" Beliau menjawab: "Hendaklah temannya meminjamkan jilbab miliknya untuknya, agar mereka dapat menyaksikan kebaikan dan mendo'akan kaum Muslimin." Ketika Ummu 'Athiyah tiba aku bertanya kepadanya, "Apakah kamu mendengar langsung dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam?" Ummu 'Athiyah menjawab, "Ya. Bapakku sebagai tebusannya!" Ummu 'Athiyah tidak mengatakan tentang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kecuali hanya mengatakan 'bapakku sebagai tebusannya, aku mendengar beliau bersabda: "Hendaklah para gadis dan wanita-wanita yang dipingit, dan wanita yang sedang haid ikut menyaksikan kebaikan dan mendoakan Kaum Muslimin, dan wanita-wanita yang sedang haid hendaknya menjauh dari tempat shalat." Hafshah, "Aku katakan, "Wanita haid?" Wanita itu menjawab, "Bukankah mereka juga hadir di 'Arafah, begini dan begini?""._* (HR. Muttafaq 'alaih).
Maka dari itu, wanita haid tetap menyaksikan shalat 'I'd bersama kaum muslimin, dengan tetap menjaga auratnya.
Allahu a'lam
*Zakat Perhiasan Emas*
@fuadhbaraba
📖 Hadits ketiga puluh tujuh dari buku 100 hadits tentang *Wanita*
Ketahuilah bahwasanya di antara harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah emas. Adapun nishabnya adalah 20 Dinar, atau setara dengan 85 gram emas.
Setiap orang yang memiliki emas lebih dari itu maka wajib untuk mengeluarkan zakatnya, agar tidak dianggap sebagai simpanan.
Terdapat hadits yang menjelaskan tentang hal itu,
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كُنْتُ أَلْبَسُ أَوْضَاحًا مِنْ ذَهَبٍ، فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ أَكَنْزٌ هُوَ؟. فَقَالَ: مَا بَلَغَ أَنْ تُؤَدَّى زَكَاتُهُ فَزُكِّيَ، فَلَيْسَ بِكَنْزٍ. أَبُوْ دَاوُدَ
*_"Dari Ummu Salamah radhiallahu anha berkata, "Aku memakai perhiasan dari emas, kemudian aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Wahai Rasulullah, apakah ini termasuk harta simpanan?" Beliau menjawab:"._*
مَا بَلَغَ أَنْ تُؤَدِّيَ زَكَاتَهُ فَزُكِّيَ فَلَيْسَ بِكَنْزٍ
*_""Harta yang sudah sampai batas untuk dikeluarkan zakatnya, lalu dikeluarkan zakatnya, maka tidak termasuk harta simpanan""._* (HR. Abu Daud).
Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa emas simpanan jika dikeluarkan zakatnya maka tidak termasuk simpanan.
Allahu a'lam
@fuadhbaraba
📖 Hadits ketiga puluh tujuh dari buku 100 hadits tentang *Wanita*
Ketahuilah bahwasanya di antara harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah emas. Adapun nishabnya adalah 20 Dinar, atau setara dengan 85 gram emas.
Setiap orang yang memiliki emas lebih dari itu maka wajib untuk mengeluarkan zakatnya, agar tidak dianggap sebagai simpanan.
Terdapat hadits yang menjelaskan tentang hal itu,
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كُنْتُ أَلْبَسُ أَوْضَاحًا مِنْ ذَهَبٍ، فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ أَكَنْزٌ هُوَ؟. فَقَالَ: مَا بَلَغَ أَنْ تُؤَدَّى زَكَاتُهُ فَزُكِّيَ، فَلَيْسَ بِكَنْزٍ. أَبُوْ دَاوُدَ
*_"Dari Ummu Salamah radhiallahu anha berkata, "Aku memakai perhiasan dari emas, kemudian aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Wahai Rasulullah, apakah ini termasuk harta simpanan?" Beliau menjawab:"._*
مَا بَلَغَ أَنْ تُؤَدِّيَ زَكَاتَهُ فَزُكِّيَ فَلَيْسَ بِكَنْزٍ
*_""Harta yang sudah sampai batas untuk dikeluarkan zakatnya, lalu dikeluarkan zakatnya, maka tidak termasuk harta simpanan""._* (HR. Abu Daud).
Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa emas simpanan jika dikeluarkan zakatnya maka tidak termasuk simpanan.
Allahu a'lam
BBG Al-ilmu:
# PERSATUAN #.
Ust. Rochmad supriyadi lc
Tidak diragukan lagi bahwa kaidah ajaran Islam terbesar, pondasi yang sangat mendasar, adalah menjaga hati dan menjalin persatuan diatas kebenaran, berpegang di atas jamaah, serta memperbaiki hubungan diantara sesama seakidah.
Dikarenakan perkara tersebut mendatangkan maslahat yang amat besar, berpahala melimpah, dan keutamaan yang banyak. Sebalik nya perpecahan, perselisihan, akan mendatangkan keburukan dan petaka serta menggugurkan banyak hukum-hukum.
Allah berfirman ," Dan berpegang teguhlah kaliyan di atas tali Allah dan. janganlah berpecah belah ". QS Ali-Imron 103.
Allah berfirman," Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan diantara sesama kaliyan ". QS Al-Anfal 1
Kandungan makna ayat muliya diatas terkadang tidak terfikirkan kebanyakan para manusia yang berusaha memecah keutuhan kalimat dan para provokator yang tidak memiliki kecenderungan utk tegak nya keutuhan.
Para ulama islam sepakat akan menjaga utuh nya kalimat dan berusaha menguatkan asas ini.
Diantara teladan dari para ulama' sebagai berikut contoh nya ;
- Dikisahkan di banyak riwayat ungkapan para ulama'," Marilah kita memohon kepada Allah agar disatukan hati-hati kami dan kaliyan, dan memperbaiki hubungan diantara kita semua, serta menunjuki kita kepada jalan yg selamat, dan mengentaskan kita dari jalan kesesatan menuju jalan kebenaran, dan tujuan terbesar kita adalah memperbaiki hubungan diantara kita serya melembutkan hati-hati kita.
# PERSATUAN #.
Ust. Rochmad supriyadi lc
Tidak diragukan lagi bahwa kaidah ajaran Islam terbesar, pondasi yang sangat mendasar, adalah menjaga hati dan menjalin persatuan diatas kebenaran, berpegang di atas jamaah, serta memperbaiki hubungan diantara sesama seakidah.
Dikarenakan perkara tersebut mendatangkan maslahat yang amat besar, berpahala melimpah, dan keutamaan yang banyak. Sebalik nya perpecahan, perselisihan, akan mendatangkan keburukan dan petaka serta menggugurkan banyak hukum-hukum.
Allah berfirman ," Dan berpegang teguhlah kaliyan di atas tali Allah dan. janganlah berpecah belah ". QS Ali-Imron 103.
Allah berfirman," Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan diantara sesama kaliyan ". QS Al-Anfal 1
Kandungan makna ayat muliya diatas terkadang tidak terfikirkan kebanyakan para manusia yang berusaha memecah keutuhan kalimat dan para provokator yang tidak memiliki kecenderungan utk tegak nya keutuhan.
Para ulama islam sepakat akan menjaga utuh nya kalimat dan berusaha menguatkan asas ini.
Diantara teladan dari para ulama' sebagai berikut contoh nya ;
- Dikisahkan di banyak riwayat ungkapan para ulama'," Marilah kita memohon kepada Allah agar disatukan hati-hati kami dan kaliyan, dan memperbaiki hubungan diantara kita semua, serta menunjuki kita kepada jalan yg selamat, dan mengentaskan kita dari jalan kesesatan menuju jalan kebenaran, dan tujuan terbesar kita adalah memperbaiki hubungan diantara kita serya melembutkan hati-hati kita.
*Jangan Kau Hitung-hitung Pemberianmu*
@fuadhbaraba
📖 Hadits ketiga puluh delapan dari buku 100 hadits tentang *Wanita*
Pada asalnya bersedekah dengan sembunyi-sembunyi itu lebih utama, demikian pula hendaknya tidak menghitung-hitung apa yang telah disedekahkan.
Akan tetapi jika ada manfaat yang lebih besar dengan menampakkannya, maka menampakkan sedekah itu lebih utama. Agar manusia dapat mencontoh perbuatan baiknya yaitu bersedekah kepada orang yang membutuhkannya.
Dan jangan membiasakan untuk selalu menghitung-hitung pemberian kita kepada orang lain.
Dalam hadits disebutkan,
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ، قَالَ : كُنَّا يَوْمًا فِي الْمَسْجِدِ جُلُوسًا، وَنَفَرٌ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ فَأَرْسَلْنَا رَجُلًا إِلَى عَائِشَةَ لِيَسْتَأْذِنَ، فَدَخَلْنَا عَلَيْهَا، قَالَتْ: دَخَلَ عَلَيَّ سَائِلٌ مَرَّةً، وَعِنْدِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَمَرْتُ لَهُ بِشَيْءٍ، ثُمَّ دَعَوْتُ بِهِ، فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: *أَمَا تُرِيدِينَ أَنْ لَا يَدْخُلَ بَيْتَكِ شَيْءٌ، وَلَا يَخْرُجَ، إِلَّا بِعِلْمِكِ قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: مَهْلًا يَا عَائِشَةُ، لَا تُحْصِي، فَيُحْصِيَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكِ*. وأَبُوْ دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ
*_"Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif berkata: Pada suatu hari kami duduk-duduk di masjid dengan beberapa orang dari Muhajirin dan Anshar, lalu kami menyuruh seseorang untuk meminta izin masuk ke rumah Aisyah, lalu kami masuk ke rumahnya. Aisyah berkata: suatu saat ada seseorang masuk ke rumahku dan disisiku ada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, aku menyuruhnya dan aku memanggilnya lalu melarangnya, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Apakah engkau mau agar seseorang tidak masuk ke rumahmu dan dia tidak keluar kecuali dengan sepegetahuanmu? Aku menjawab: Ya. Beliau bersabda: Tenanglah wahai Aisyah janganlah engkau menghitung-hitung pemberianmu, maka Allah pun akan memperhitungkan apa yang telah kamu perbuat"._* (HR. Abu Daud dan An-Nasai).
Hadits ini memberikan pelajaran kepada kita agar selalu ikhlas dalam beramal.
Dan hendaklah seorang wanita tidak menghitung-hitung apa yang sudah diberikannya. Termasuk dalam masalah sedekah.
Allahu a'lam.
@fuadhbaraba
📖 Hadits ketiga puluh delapan dari buku 100 hadits tentang *Wanita*
Pada asalnya bersedekah dengan sembunyi-sembunyi itu lebih utama, demikian pula hendaknya tidak menghitung-hitung apa yang telah disedekahkan.
Akan tetapi jika ada manfaat yang lebih besar dengan menampakkannya, maka menampakkan sedekah itu lebih utama. Agar manusia dapat mencontoh perbuatan baiknya yaitu bersedekah kepada orang yang membutuhkannya.
Dan jangan membiasakan untuk selalu menghitung-hitung pemberian kita kepada orang lain.
Dalam hadits disebutkan,
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ، قَالَ : كُنَّا يَوْمًا فِي الْمَسْجِدِ جُلُوسًا، وَنَفَرٌ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ فَأَرْسَلْنَا رَجُلًا إِلَى عَائِشَةَ لِيَسْتَأْذِنَ، فَدَخَلْنَا عَلَيْهَا، قَالَتْ: دَخَلَ عَلَيَّ سَائِلٌ مَرَّةً، وَعِنْدِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَمَرْتُ لَهُ بِشَيْءٍ، ثُمَّ دَعَوْتُ بِهِ، فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: *أَمَا تُرِيدِينَ أَنْ لَا يَدْخُلَ بَيْتَكِ شَيْءٌ، وَلَا يَخْرُجَ، إِلَّا بِعِلْمِكِ قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: مَهْلًا يَا عَائِشَةُ، لَا تُحْصِي، فَيُحْصِيَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكِ*. وأَبُوْ دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ
*_"Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif berkata: Pada suatu hari kami duduk-duduk di masjid dengan beberapa orang dari Muhajirin dan Anshar, lalu kami menyuruh seseorang untuk meminta izin masuk ke rumah Aisyah, lalu kami masuk ke rumahnya. Aisyah berkata: suatu saat ada seseorang masuk ke rumahku dan disisiku ada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, aku menyuruhnya dan aku memanggilnya lalu melarangnya, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Apakah engkau mau agar seseorang tidak masuk ke rumahmu dan dia tidak keluar kecuali dengan sepegetahuanmu? Aku menjawab: Ya. Beliau bersabda: Tenanglah wahai Aisyah janganlah engkau menghitung-hitung pemberianmu, maka Allah pun akan memperhitungkan apa yang telah kamu perbuat"._* (HR. Abu Daud dan An-Nasai).
Hadits ini memberikan pelajaran kepada kita agar selalu ikhlas dalam beramal.
Dan hendaklah seorang wanita tidak menghitung-hitung apa yang sudah diberikannya. Termasuk dalam masalah sedekah.
Allahu a'lam.
Agar ilmumu menjadi indah maka iringilah dengan adab dan akhlak yang mulia.
Muhammad bin sirin berkata, “Mereka (para ulama) mempelajari akhlak sebagaimana mereka mempelajari ilmu.” (Al Jami’ li akhlaqirrowi 1/79)
Sufyan Ats Tsauri berkata, “Orang yang ingin mengambil hadits hendaklah belajar adab dahulu dua puluh tahun.” (Hilyatul Auliya 6/361)
Imam Malik berkata kepada seorang pemuda, “Wahai anak saudaraku, pelajarilah adab sebelum engkau mempelajari ilmu.” (Hilyah Auliya 6/330)
Banyaknya penuntut ilmu yang tidak diiringi belajar adab menimbulkan banyaknya penuntut ilmu yg kurang adab.
Ust. Badrusalam LC
Muhammad bin sirin berkata, “Mereka (para ulama) mempelajari akhlak sebagaimana mereka mempelajari ilmu.” (Al Jami’ li akhlaqirrowi 1/79)
Sufyan Ats Tsauri berkata, “Orang yang ingin mengambil hadits hendaklah belajar adab dahulu dua puluh tahun.” (Hilyatul Auliya 6/361)
Imam Malik berkata kepada seorang pemuda, “Wahai anak saudaraku, pelajarilah adab sebelum engkau mempelajari ilmu.” (Hilyah Auliya 6/330)
Banyaknya penuntut ilmu yang tidak diiringi belajar adab menimbulkan banyaknya penuntut ilmu yg kurang adab.
Ust. Badrusalam LC
*Tidak Meremehkan Pemberian Walaupun Sedikit*
@fuadhbaraba
📖 Hadits keempat puluh dari buku 100 hadits tentang *Wanita*
Ketahuilah bahwasanya Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk saling memberi hadiah, karena hal itu dapat menumbuhkan rasa cinta.
Dan kita tidak boleh meremehkan hadiah atau pemberian sekecil apapun. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang akan hal itu.
Mari kita perhatikan hadits berikut,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
*Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:*
يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ
*_"Wahai wanita muslimah, janganlah sekali-kali seorang wanita meremehkan pemberian tetangganya walaupun hanya ujung kaki kambing"._* (HR. Muttafaq 'alaih).
Hadits ini menunjukan kepada kita bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kita dari meremehkan pemberian sekecil apapun.
Justru kita harus menghormati, bahkan membalas kebaikan itu dengan yang lebih baik.
Allahu a'lam.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
@fuadhbaraba
📖 Hadits keempat puluh dari buku 100 hadits tentang *Wanita*
Ketahuilah bahwasanya Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk saling memberi hadiah, karena hal itu dapat menumbuhkan rasa cinta.
Dan kita tidak boleh meremehkan hadiah atau pemberian sekecil apapun. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang akan hal itu.
Mari kita perhatikan hadits berikut,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
*Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:*
يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ
*_"Wahai wanita muslimah, janganlah sekali-kali seorang wanita meremehkan pemberian tetangganya walaupun hanya ujung kaki kambing"._* (HR. Muttafaq 'alaih).
Hadits ini menunjukan kepada kita bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kita dari meremehkan pemberian sekecil apapun.
Justru kita harus menghormati, bahkan membalas kebaikan itu dengan yang lebih baik.
Allahu a'lam.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Buku 24 Ramadhan 148x210mm Maret 2019 Tablet Version
3.8 MB
Buku 24 Ramadhan 148x210mm Maret 2019 Tablet Version