*Teruslah berdoa dan jangan putus asa!*
Tidaklah Allah menunda suatu perkaramu, melainkan untuk kebaikan.
Tidaklah Allah mengharamkanmu dari suatu urusan, melainkan untuk kebaikan.
Tidaklah Allah memberikanmu ujian, melainkan untuk kebaikan.
Allah lebih mengetahui mana yang terbaik untukmu.
Teruslah berdoa dan jangan putus asa!
Karena tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah dibandingkan doa.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لَيْسَ شَىْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ»
Dari Abu Hurairah _radhiallahu ‘anhu_ berkata: “Nabi _shallallahu ‘alaihi wasallam_ bersabda: _“Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah dibandingkan doa.”_ (HR. At-Tirmidzi no. 3370, Ibnu Majah no. 3829, Ahmad 2/362).
@arijoban
Murajaah ust. Fuad Hamzah Baraba LC
Tidaklah Allah menunda suatu perkaramu, melainkan untuk kebaikan.
Tidaklah Allah mengharamkanmu dari suatu urusan, melainkan untuk kebaikan.
Tidaklah Allah memberikanmu ujian, melainkan untuk kebaikan.
Allah lebih mengetahui mana yang terbaik untukmu.
Teruslah berdoa dan jangan putus asa!
Karena tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah dibandingkan doa.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لَيْسَ شَىْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ»
Dari Abu Hurairah _radhiallahu ‘anhu_ berkata: “Nabi _shallallahu ‘alaihi wasallam_ bersabda: _“Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah dibandingkan doa.”_ (HR. At-Tirmidzi no. 3370, Ibnu Majah no. 3829, Ahmad 2/362).
@arijoban
Murajaah ust. Fuad Hamzah Baraba LC
(*) DOA PENENANG HATI DAN PENGHILANG KESEDIHAN DAN KEGELISAHAN (*)
Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz
Bismillah. Do'a dan Dzikir kepada Allah adalah ibadah yang sangat agung dan memiliki banyak faedah dan keutamaan bagi pelakunya baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karenanya, seorang muslim sudah semestinya bersikap istiqomah (kontinue) dalam memperbanyak doa dan dzikir di saat senang maupun sedih, dalam keadaan lapang maupun sempit, dan sehat maupun sakit.
Allah Ta'ala akan senantiasa mendengar dan mengabulkan setiap DOA yang dipanjatkan oleh hamba-hamba-Nya yang beriman.
Allah ta'ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِين
Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku [berdoa kepada-Ku] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS al-Mu’min/Ghafir, ayat: 60).
Apabila seorang muslim berdoa kepada Allah, niscaya Allah Maha Mampu untuk mendatangkan manfaat dan kebaikan baginya, dan Dia Maha Mampu pula dalam mencegah dan menghilangkan keburukan apapun darinya, seperti kesedihan, kegelisahan, kesulitan, bencana dan musibah.
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala:
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
Artinya: "atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).” (QS. an-Naml, ayat 62).
Demikian pula halnya DZIKIR kepada Allah, ia merupakan sebab hati menjadi lapang dan jiwa menjadi tenang, tentram dan bahagia.
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'du, ayat 28).
Berikut ini kami akan sebutkan beberapa DOA PENENANG HATI & PENGHILANG KESEDIHAN berdasarkan hadits-hadits yang Shohih:
» DOA PERTAMA:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ
» HURUF LATINNYA:
Allahumma Innii 'Abduka, ibnu 'Abdika, ibnu Amatika, Naashiyati Biyadika, Maadhin fiyya Hukmuka, 'Adlun fiiya Qodlo-uka, As-aluka Bikulli Ismin, Huwa Laka, Sammaita Bihi Nafsaka, Au Anzaltahu fii Kitaabika, Au 'Allamtahu Ahadan Min Kholqika, Awista'tsarta Bihi Fii 'ilmil Ghoibi 'indaka, An Taj'alal Qur'ana Robii'a Qolbi wa Nuuro shodri, wa Jala-a Huzni, wa Dzahaaba Hammii.
» TERJEMAHNYA:
"Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu (anak keturunan nabi Adam) dan anak hamba perempuan-Mu (Hawa, istri nabi Adam). Ubun-ubunku di tangan-Mu, keputusan-Mu berlaku padaku, Qodho-Mu (takdir dan ketetapan-Mu) kepadaku adalah adil. Aku mohon kepada-Mu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diri-Mu, yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu ghaib di sisi-Mu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku." (HR. Ahmad dan selainnya. Dan derajatnya di-SHOHIH-kan oleh syaikh Al-Albani rahimahullah).
» DOA KEDUA:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَة
Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz
Bismillah. Do'a dan Dzikir kepada Allah adalah ibadah yang sangat agung dan memiliki banyak faedah dan keutamaan bagi pelakunya baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karenanya, seorang muslim sudah semestinya bersikap istiqomah (kontinue) dalam memperbanyak doa dan dzikir di saat senang maupun sedih, dalam keadaan lapang maupun sempit, dan sehat maupun sakit.
Allah Ta'ala akan senantiasa mendengar dan mengabulkan setiap DOA yang dipanjatkan oleh hamba-hamba-Nya yang beriman.
Allah ta'ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِين
Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku [berdoa kepada-Ku] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS al-Mu’min/Ghafir, ayat: 60).
Apabila seorang muslim berdoa kepada Allah, niscaya Allah Maha Mampu untuk mendatangkan manfaat dan kebaikan baginya, dan Dia Maha Mampu pula dalam mencegah dan menghilangkan keburukan apapun darinya, seperti kesedihan, kegelisahan, kesulitan, bencana dan musibah.
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala:
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
Artinya: "atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).” (QS. an-Naml, ayat 62).
Demikian pula halnya DZIKIR kepada Allah, ia merupakan sebab hati menjadi lapang dan jiwa menjadi tenang, tentram dan bahagia.
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'du, ayat 28).
Berikut ini kami akan sebutkan beberapa DOA PENENANG HATI & PENGHILANG KESEDIHAN berdasarkan hadits-hadits yang Shohih:
» DOA PERTAMA:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ
» HURUF LATINNYA:
Allahumma Innii 'Abduka, ibnu 'Abdika, ibnu Amatika, Naashiyati Biyadika, Maadhin fiyya Hukmuka, 'Adlun fiiya Qodlo-uka, As-aluka Bikulli Ismin, Huwa Laka, Sammaita Bihi Nafsaka, Au Anzaltahu fii Kitaabika, Au 'Allamtahu Ahadan Min Kholqika, Awista'tsarta Bihi Fii 'ilmil Ghoibi 'indaka, An Taj'alal Qur'ana Robii'a Qolbi wa Nuuro shodri, wa Jala-a Huzni, wa Dzahaaba Hammii.
» TERJEMAHNYA:
"Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu (anak keturunan nabi Adam) dan anak hamba perempuan-Mu (Hawa, istri nabi Adam). Ubun-ubunku di tangan-Mu, keputusan-Mu berlaku padaku, Qodho-Mu (takdir dan ketetapan-Mu) kepadaku adalah adil. Aku mohon kepada-Mu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diri-Mu, yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu ghaib di sisi-Mu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku." (HR. Ahmad dan selainnya. Dan derajatnya di-SHOHIH-kan oleh syaikh Al-Albani rahimahullah).
» DOA KEDUA:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَة
ِ الدَّيْنِ، وَقَهْرِ الرِّجَالِ
» HURUF LATINNYA:
"Allohumma Innii A'uudzu Bika Minal Hammi Wal Hazani, Wa A'uudzu Bika Minal 'Ajzi Wal Kasali, Wa A'uudzu Bika Minal Jubni Wal Bukhli, Wa A'uudzu Bika Min Gholabatid Daini Wa Qohrir Rijaali."
» TERJEMAHNYA:
Artinya : “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari (hal-hal yang) menyedihkan dan menyusahkan, sifat lemah dan malas, kikir dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang.” (HR. Al-Bukhori).
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat. Dan semoga Allah menganugerahkan kepada kita semua kehidupan yang bahagia dan selamat di dunia dan akhirat. Amiin.
(Klaten, 21 Juli 2016)
» HURUF LATINNYA:
"Allohumma Innii A'uudzu Bika Minal Hammi Wal Hazani, Wa A'uudzu Bika Minal 'Ajzi Wal Kasali, Wa A'uudzu Bika Minal Jubni Wal Bukhli, Wa A'uudzu Bika Min Gholabatid Daini Wa Qohrir Rijaali."
» TERJEMAHNYA:
Artinya : “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari (hal-hal yang) menyedihkan dan menyusahkan, sifat lemah dan malas, kikir dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang.” (HR. Al-Bukhori).
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat. Dan semoga Allah menganugerahkan kepada kita semua kehidupan yang bahagia dan selamat di dunia dan akhirat. Amiin.
(Klaten, 21 Juli 2016)
*Ternyata Kita Masih Bodoh*
"Tidak ada seorang ulama-pun melainkan *apa yang dia tidak ketahui lebih banyak dari apa yang dia ketahui."*
Kalimat Imam Adz Dzahabi (Taarikhul Islam 38) diatas mengingatkan kita pada firman ALLAH ta'ala:
وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
*"Tidaklah kamu diberi pengetahuan (ilmu) melainkan sedikit saja."*
(Al Israa' 17:85)
Teruslah mendengar dan belajar...!
Mintalah nasehat!
Terimalah kritik yang membangun!
Rendahkanlah hati!
Jangan pernah merasa pintar!
Karena sehebat apapun ilmu kita ternyata... kita tetap saja masih bodoh.
✏ Muhammad Nuzul Dzikri
"Tidak ada seorang ulama-pun melainkan *apa yang dia tidak ketahui lebih banyak dari apa yang dia ketahui."*
Kalimat Imam Adz Dzahabi (Taarikhul Islam 38) diatas mengingatkan kita pada firman ALLAH ta'ala:
وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
*"Tidaklah kamu diberi pengetahuan (ilmu) melainkan sedikit saja."*
(Al Israa' 17:85)
Teruslah mendengar dan belajar...!
Mintalah nasehat!
Terimalah kritik yang membangun!
Rendahkanlah hati!
Jangan pernah merasa pintar!
Karena sehebat apapun ilmu kita ternyata... kita tetap saja masih bodoh.
✏ Muhammad Nuzul Dzikri
UJIAN TERBERAT
Bismillah
Ujian terberat bagi seorang mukmin dalam perjalanannya menuju Allah adalah ujian keikhlasan.
Keikhlasan itu semangkin terasa berat tatkala seseorang merasa telah banyak berjasa dan berbuat untuk agama Allah, berkorban dan "berdarah-darah" untuk memperjuangkan tegaknya "kalimat Allah"dan hasil kerja kerasnya telah mulai terlihat...
Tiba-tiba ia harus tersingkir atau disingkirkan, di buang dan dilupakan manusia, bahkan dituduh dan dihujat manusia.....
Ketika itulah Syetan memiliki kesempatan besar untuk mempermainkan perasaanya, menguasai dan menyetir semaunya.
Ketika itu pulalah logikanya menjadi tumpul, rasionya "mandul" dan akal sehatpun terbelenggu.
Tatkala perasaan mendominasi,akalpun menjadi mati. Ketika itu syariat tidak lagi berfungsi. Segala gerak gerik,tindak- tanduk dan sepak-terjangnya...murni bertumpu pada perasaan.
Keikhlasan pun hilang, yang ada adalah dendam kesumat untuk menghabisi orang-orang yang dianggapnya menjadi"sumber masalah".
Ia akan lakukan apapun dan menghalalkan cara apapun untuk mencapai ambisinya. Walaupum terkadang berlindung di balik amalan akhirat dan mengatas namakan agama.
Efek dendam kesumat akan membutakan "hatinya " sehingga tidak lagi dapat membaca dampak dari sepak terjangnya ke depan.
Ia tidak begitu peduli lagi sekalipun kelak harus mengoyak-ngoyak persatuan, memicu perpecahan dan perseteruan, mengorbankan ukhuwah dan dakwah.
Malam-malamnya menjadi panjang dalam kegelisahan. Dadanya menjadi begitu sempit dan tertekan hingga"orang-orang yang menjadi sumber masalah" menurutnya-tersebut dihinakan dan dijatuhi hukuman Tuhan.
Subhanallah..
Itulah ujian keikhlasan yang maha berat dan dahsyat. Kerja beratnya untuk menghusung dakwah bukanlah "berbuah "sanjungan dan pujian.
Sebaliknya kezaliman, fitnah dan perasaan terbuang dengan tidak hormat,dan disingkirkan yang ia raih.
* * *
Sekiranya bukan karena keikhlasan bercokol di dada" ku yakin sang Panglima Khalid akan mengkudeta Amirul Mukminim-Umar Bin Khattab yang telah menyingkirkannya dari jabatan "panglima besar" menjadi prajurit biasa. Apalagi kala itu puluhan ribu prajurit ada di bawah komandonya.
Tatkala ikhlas bersarang didada, kebijakan tersebut,tidak sedikitpun merubah perjuangan dan jihadnya di jalan Allah. Karena keyakinannya bahwa ia berperang untuk mecari ridho Allah,bukan pujian dan ridho manusia.
Duhai Tuhan pemilik hati-hati manusia, ajari kami untuk ikhlas tatkala dilupakan manusia, disingkirkan dan diabaikan di bumi.
Ajari kami untuk tidak merasa berjasa dengan segala yang kami pernah lakukan untuk agamaMu.
-------------------
Batu, Malang 17 Syawal 1437/ 22 Juli 2016
Abu Fairuz Ahmad Ridwan MY.
Bismillah
Ujian terberat bagi seorang mukmin dalam perjalanannya menuju Allah adalah ujian keikhlasan.
Keikhlasan itu semangkin terasa berat tatkala seseorang merasa telah banyak berjasa dan berbuat untuk agama Allah, berkorban dan "berdarah-darah" untuk memperjuangkan tegaknya "kalimat Allah"dan hasil kerja kerasnya telah mulai terlihat...
Tiba-tiba ia harus tersingkir atau disingkirkan, di buang dan dilupakan manusia, bahkan dituduh dan dihujat manusia.....
Ketika itulah Syetan memiliki kesempatan besar untuk mempermainkan perasaanya, menguasai dan menyetir semaunya.
Ketika itu pulalah logikanya menjadi tumpul, rasionya "mandul" dan akal sehatpun terbelenggu.
Tatkala perasaan mendominasi,akalpun menjadi mati. Ketika itu syariat tidak lagi berfungsi. Segala gerak gerik,tindak- tanduk dan sepak-terjangnya...murni bertumpu pada perasaan.
Keikhlasan pun hilang, yang ada adalah dendam kesumat untuk menghabisi orang-orang yang dianggapnya menjadi"sumber masalah".
Ia akan lakukan apapun dan menghalalkan cara apapun untuk mencapai ambisinya. Walaupum terkadang berlindung di balik amalan akhirat dan mengatas namakan agama.
Efek dendam kesumat akan membutakan "hatinya " sehingga tidak lagi dapat membaca dampak dari sepak terjangnya ke depan.
Ia tidak begitu peduli lagi sekalipun kelak harus mengoyak-ngoyak persatuan, memicu perpecahan dan perseteruan, mengorbankan ukhuwah dan dakwah.
Malam-malamnya menjadi panjang dalam kegelisahan. Dadanya menjadi begitu sempit dan tertekan hingga"orang-orang yang menjadi sumber masalah" menurutnya-tersebut dihinakan dan dijatuhi hukuman Tuhan.
Subhanallah..
Itulah ujian keikhlasan yang maha berat dan dahsyat. Kerja beratnya untuk menghusung dakwah bukanlah "berbuah "sanjungan dan pujian.
Sebaliknya kezaliman, fitnah dan perasaan terbuang dengan tidak hormat,dan disingkirkan yang ia raih.
* * *
Sekiranya bukan karena keikhlasan bercokol di dada" ku yakin sang Panglima Khalid akan mengkudeta Amirul Mukminim-Umar Bin Khattab yang telah menyingkirkannya dari jabatan "panglima besar" menjadi prajurit biasa. Apalagi kala itu puluhan ribu prajurit ada di bawah komandonya.
Tatkala ikhlas bersarang didada, kebijakan tersebut,tidak sedikitpun merubah perjuangan dan jihadnya di jalan Allah. Karena keyakinannya bahwa ia berperang untuk mecari ridho Allah,bukan pujian dan ridho manusia.
Duhai Tuhan pemilik hati-hati manusia, ajari kami untuk ikhlas tatkala dilupakan manusia, disingkirkan dan diabaikan di bumi.
Ajari kami untuk tidak merasa berjasa dengan segala yang kami pernah lakukan untuk agamaMu.
-------------------
Batu, Malang 17 Syawal 1437/ 22 Juli 2016
Abu Fairuz Ahmad Ridwan MY.
Bab 2
MA'RIFATUL ISLAM (Mengenal Islam)
Islam ialah berserah diri kepada Allah dengan bertauhid dan tunduk kepada-Nya dengan penuh kepatuhan akan segala perintah-Nya serta menyelamatkan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang yang berbuat syirik. Dan agama Islam, dalam pengertian tersebut, mempunyai tiga tingkatan, yaitu : Islam, Iman dan Ihsan, masing-masing tingkatan mempunyai rukun-rukunnya.
I. TINGKATAN ISLAM
Adapun tingkatan Islam, rukunnya ada lima :
1. Syahadat (pengakuan dengan hati dan lisan) bahwa "Laa Ilaaha Ilallaah" (Tiada sesembahan yang haq selain Allah) dan Muhammad adalah Rasulullah.
2. Mendirikan shalat.
3. Mengeluarkan zakat.
4. Puasa di bulan Ramadhan dan
5. Haji ke Baitullah Al-Haram.
1. Dalil Syahadat.
Firman Allah Ta`ala yang artinya : “Allah menyatakan bahwa tiada sesembahan (yang haq) selain Dia, dengan senantiasa menegakkan keadilan (juga yang menyatakan demikian itu) para malaikat dan orang-orang yang berilmu. Tiada sesembahan (yang haq) selain Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. Al-Imraan : 18).
"Laa Ilaaha Ilallaah" artinya : Tiada sesembahan yang haq selain Allah. Syahadat ini mengandung dua unsur : menolak dan menetapkan. "Laa Ilaaha" adalah menolak segala sembahan selain Allah. "Illallaah" adalah menetapkan bahwa penyembahan itu hanya untuk Allah semata-mata, tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu didalam penyembahan kepada-Nya, sebagaimana tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu di dalam kekuasaan-Nya.
Tafsiran syahadat tersebut diperjelas oleh firman Allah Subhanahu wa Ta`ala yang artinya : “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kepada kaumnya : `Sesungguhnya aku menyatakan lepas dari segala yang kamu sembah, kecuali Tuhan yang telah menciptakanku, karena sesungguhnya Dia akan menunjuki`. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka senantiasa kembali (kepada tauhid)". (QS. Az-Zukhruf : 26-28).
Firman Allah Ta`ala yang artinya : "Katakanlah (Muhammad), `Hai ahli kitab! Marilah kamu kepada suatu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, yaitu hendaklah kita tidak menyembah selain Allah dan tidak mempersekutu-kan sesuatu apapun dengan-Nya serta janganlah sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, `Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang muslim (menyerahkan diri kepada Allah)". (QS. Ali `Imran : 64).
Adapun dalil syahadat bahwa Muhammad adalah Rasulullah adalah firman Allah Ta`ala yang artinya : Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kalangan kamu sendiri, terasa berat olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) untukmu, amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang yang beriman". (QS. At-Taubah : 128).
Syahadat bahwa Muhammad adalah Rasulullah, berarti : mentaati apa yang diperintahkannya, membenarkan apa yang diberitakannya, menjauhi apa yang dilarang serta dicegahnya, dan menyembah Allah hanya dengan cara yang disyariatkannya.
2. Dalil Shalat dan Zakat (juga tafsiran tauhid).
Firman Allah Ta`ala yang artinya : "Padahal mereka tidaklah diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah, dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya lagi bersikap lurus, dan supaya mereka mendirikan Shalat serta mengeluarkan Zakat. Demikian itulah tuntunan agama yang lurus". (QS. Al-Bayyinah : 5).
3. Dalil Puasa.
Firman Allah Ta`ala yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu untuk puasa (Ramadhan) sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah : 183).
4. Dalil Haji.
Firman Allah Ta`ala yang artinya : “Dan hanya untuk Allah, wajib bagi manusia melakukan haji, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Dan barangsiapa yang mengingkari (kewajiban haji) maka sesungguhnya Allah Maha tidak memerlukan semesta alam”. (QS. Ali Imran : 97).
II. TINGKATAN IMAN
Iman itu lebih dari tujuh puluh cabang. Cabang yang paling tinggi kedudukannya ialah syahad
MA'RIFATUL ISLAM (Mengenal Islam)
Islam ialah berserah diri kepada Allah dengan bertauhid dan tunduk kepada-Nya dengan penuh kepatuhan akan segala perintah-Nya serta menyelamatkan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang yang berbuat syirik. Dan agama Islam, dalam pengertian tersebut, mempunyai tiga tingkatan, yaitu : Islam, Iman dan Ihsan, masing-masing tingkatan mempunyai rukun-rukunnya.
I. TINGKATAN ISLAM
Adapun tingkatan Islam, rukunnya ada lima :
1. Syahadat (pengakuan dengan hati dan lisan) bahwa "Laa Ilaaha Ilallaah" (Tiada sesembahan yang haq selain Allah) dan Muhammad adalah Rasulullah.
2. Mendirikan shalat.
3. Mengeluarkan zakat.
4. Puasa di bulan Ramadhan dan
5. Haji ke Baitullah Al-Haram.
1. Dalil Syahadat.
Firman Allah Ta`ala yang artinya : “Allah menyatakan bahwa tiada sesembahan (yang haq) selain Dia, dengan senantiasa menegakkan keadilan (juga yang menyatakan demikian itu) para malaikat dan orang-orang yang berilmu. Tiada sesembahan (yang haq) selain Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. Al-Imraan : 18).
"Laa Ilaaha Ilallaah" artinya : Tiada sesembahan yang haq selain Allah. Syahadat ini mengandung dua unsur : menolak dan menetapkan. "Laa Ilaaha" adalah menolak segala sembahan selain Allah. "Illallaah" adalah menetapkan bahwa penyembahan itu hanya untuk Allah semata-mata, tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu didalam penyembahan kepada-Nya, sebagaimana tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu di dalam kekuasaan-Nya.
Tafsiran syahadat tersebut diperjelas oleh firman Allah Subhanahu wa Ta`ala yang artinya : “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kepada kaumnya : `Sesungguhnya aku menyatakan lepas dari segala yang kamu sembah, kecuali Tuhan yang telah menciptakanku, karena sesungguhnya Dia akan menunjuki`. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka senantiasa kembali (kepada tauhid)". (QS. Az-Zukhruf : 26-28).
Firman Allah Ta`ala yang artinya : "Katakanlah (Muhammad), `Hai ahli kitab! Marilah kamu kepada suatu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, yaitu hendaklah kita tidak menyembah selain Allah dan tidak mempersekutu-kan sesuatu apapun dengan-Nya serta janganlah sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, `Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang muslim (menyerahkan diri kepada Allah)". (QS. Ali `Imran : 64).
Adapun dalil syahadat bahwa Muhammad adalah Rasulullah adalah firman Allah Ta`ala yang artinya : Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kalangan kamu sendiri, terasa berat olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) untukmu, amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang yang beriman". (QS. At-Taubah : 128).
Syahadat bahwa Muhammad adalah Rasulullah, berarti : mentaati apa yang diperintahkannya, membenarkan apa yang diberitakannya, menjauhi apa yang dilarang serta dicegahnya, dan menyembah Allah hanya dengan cara yang disyariatkannya.
2. Dalil Shalat dan Zakat (juga tafsiran tauhid).
Firman Allah Ta`ala yang artinya : "Padahal mereka tidaklah diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah, dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya lagi bersikap lurus, dan supaya mereka mendirikan Shalat serta mengeluarkan Zakat. Demikian itulah tuntunan agama yang lurus". (QS. Al-Bayyinah : 5).
3. Dalil Puasa.
Firman Allah Ta`ala yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu untuk puasa (Ramadhan) sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah : 183).
4. Dalil Haji.
Firman Allah Ta`ala yang artinya : “Dan hanya untuk Allah, wajib bagi manusia melakukan haji, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Dan barangsiapa yang mengingkari (kewajiban haji) maka sesungguhnya Allah Maha tidak memerlukan semesta alam”. (QS. Ali Imran : 97).
II. TINGKATAN IMAN
Iman itu lebih dari tujuh puluh cabang. Cabang yang paling tinggi kedudukannya ialah syahad
at "Laa Ilaaha Ilallaah", sedang cabang yang paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu adalah salah satu dari cabang Iman.
Rukun Iman ada enam, yaitu :
1. Iman kepada Allah.
2. Iman kepada para Malaikat-Nya.
3. Iman kepada Kitab-kitab-Nya.
4. Iman kepada para Rasul-Nya.
5. Iman kepada hari Akhirat, dan
6. Iman kepada Qadar, yang baik dan yang buruk.
Dalil keenam rukun ini ialah firman Allah Ta`ala yang artinya : “Berbakti (dari Iman) itu bukanlah sekedar menghadapkan wajahmu (dalam shalat) ke arah Timur dan Barat, tetapi berbakti (dan Iman) yang sebenarnya ialah iman seseorang kepada Allah, hari Akhirat, para Malaikat, Kitab-kitab dan Nabi-nabi...". (QS. Al-Baqarah : 177).
Dan firman Allah Ta`ala yang artinya : “Sesungguhnya segala sesuatu telah Kami ciptakan sesuai dengan qadar". (Al-Qomar : 49).
III. TINGKATAN IHSAN
Ihsan rukunnya hanya satu, yaitu : “Beribadah kepada Allah dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Dalilnya, firman Allah Ta`ala yang artinya : “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat ihsan". (QS. An-Nahl : 128). Dan firman Allah Ta`ala yang artinya : “Dan bertakwalah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Yang melihatmu ketika kamu berdiri (untuk shalat) dan (melihat) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesunnguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Asy-Syu`araa : 217-220). Serta firman-Nya yang artinya : “Dalam keadaan apapun kamu berada, dan (ayat) apapun dari Al-Qur`an yang kamu baca, serta pekerjaan apa saja yang kamu kerjakan, tidak lain kami adalah menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya". (QS. Yunus : 61).
Adapun dalilnya dari as-Sunnah, ialah hadits Jibril[1] yang masyhur, yang diriwayatkan dari `Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu `anhu: “Ketika kami sedang duduk di sisi Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam, tibatiba muncul ke arah kami seorang laki-laki, sangat putih pakaiannya, hitam pekat rambutnya, tidak tampak pada tubuhnya tanda-tanda sehabis dari bepergian jauh dan tiada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Lalu orang itu duduk dihadapan Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam, dengan menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau serta meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha beliau, dan berkata : `Ya Muhammad, beritahulah aku tentang Islam`, maka beliau menjawab : `Islam adalah bersyahadat bahwa tiada sesembahan yang haq selain Allah serta Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, melakukan puasa di bulan Ramadhan dan melaksanakan haji ke Baitullah jika kamu mampu untuk mengadakan perjalanan ke sana`. Lelaki itu pun berkata : `Engkau benar`. Kata Umar : `Kami merasa heran kepadanya, ia yang bertanya kepada Nabi tetapi juga membenarkan beliau.
Lalu ia berkata : `Beritahulah aku tentang Iman`. Beliau menjawab: Iman adalah beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari Akhirat, serta beriman kepada Qadar yang baik dan yang buruk`. Ia pun berkata : `Engkau benar`. Kemudian ia berkata : `Beritahulah aku tentang Ihsan`. Beliau menjawab : Ihsan adalah beribadah kepada Allah dalam keadaan seakan- akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu`. Ia berkata lagi. Beritahulah aku tentang hari Kiamat. Beliau menjawab : `Orang yang ditanya tentang hal tersebut tidak lebih tahu dari pada orang yang bertanya`. Akhirnya ia berkata : `Beritahulah aku sebagian dari tanda-tanda Kiamat itu`. Beliau menjawab : `Apabila ada hamba sahaya wanita melahirkan tuannya dan apabila kamu melihat orang-orang tak beralas kaki, pakaiannya compang-camping,
sehari-hari sebagai pengembala domba, saling membangga-banggakan diri dalam membangun bangunan yang tinggi`. Kata Umar : Lalu orang itu pergi, sementara kami berdiam diri dalam waktu yang cukup lama. Nabi bertanya : Hai Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya itu ? Aku menjawab : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau
Rukun Iman ada enam, yaitu :
1. Iman kepada Allah.
2. Iman kepada para Malaikat-Nya.
3. Iman kepada Kitab-kitab-Nya.
4. Iman kepada para Rasul-Nya.
5. Iman kepada hari Akhirat, dan
6. Iman kepada Qadar, yang baik dan yang buruk.
Dalil keenam rukun ini ialah firman Allah Ta`ala yang artinya : “Berbakti (dari Iman) itu bukanlah sekedar menghadapkan wajahmu (dalam shalat) ke arah Timur dan Barat, tetapi berbakti (dan Iman) yang sebenarnya ialah iman seseorang kepada Allah, hari Akhirat, para Malaikat, Kitab-kitab dan Nabi-nabi...". (QS. Al-Baqarah : 177).
Dan firman Allah Ta`ala yang artinya : “Sesungguhnya segala sesuatu telah Kami ciptakan sesuai dengan qadar". (Al-Qomar : 49).
III. TINGKATAN IHSAN
Ihsan rukunnya hanya satu, yaitu : “Beribadah kepada Allah dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Dalilnya, firman Allah Ta`ala yang artinya : “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat ihsan". (QS. An-Nahl : 128). Dan firman Allah Ta`ala yang artinya : “Dan bertakwalah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Yang melihatmu ketika kamu berdiri (untuk shalat) dan (melihat) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesunnguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Asy-Syu`araa : 217-220). Serta firman-Nya yang artinya : “Dalam keadaan apapun kamu berada, dan (ayat) apapun dari Al-Qur`an yang kamu baca, serta pekerjaan apa saja yang kamu kerjakan, tidak lain kami adalah menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya". (QS. Yunus : 61).
Adapun dalilnya dari as-Sunnah, ialah hadits Jibril[1] yang masyhur, yang diriwayatkan dari `Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu `anhu: “Ketika kami sedang duduk di sisi Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam, tibatiba muncul ke arah kami seorang laki-laki, sangat putih pakaiannya, hitam pekat rambutnya, tidak tampak pada tubuhnya tanda-tanda sehabis dari bepergian jauh dan tiada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Lalu orang itu duduk dihadapan Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam, dengan menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau serta meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha beliau, dan berkata : `Ya Muhammad, beritahulah aku tentang Islam`, maka beliau menjawab : `Islam adalah bersyahadat bahwa tiada sesembahan yang haq selain Allah serta Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, melakukan puasa di bulan Ramadhan dan melaksanakan haji ke Baitullah jika kamu mampu untuk mengadakan perjalanan ke sana`. Lelaki itu pun berkata : `Engkau benar`. Kata Umar : `Kami merasa heran kepadanya, ia yang bertanya kepada Nabi tetapi juga membenarkan beliau.
Lalu ia berkata : `Beritahulah aku tentang Iman`. Beliau menjawab: Iman adalah beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari Akhirat, serta beriman kepada Qadar yang baik dan yang buruk`. Ia pun berkata : `Engkau benar`. Kemudian ia berkata : `Beritahulah aku tentang Ihsan`. Beliau menjawab : Ihsan adalah beribadah kepada Allah dalam keadaan seakan- akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu`. Ia berkata lagi. Beritahulah aku tentang hari Kiamat. Beliau menjawab : `Orang yang ditanya tentang hal tersebut tidak lebih tahu dari pada orang yang bertanya`. Akhirnya ia berkata : `Beritahulah aku sebagian dari tanda-tanda Kiamat itu`. Beliau menjawab : `Apabila ada hamba sahaya wanita melahirkan tuannya dan apabila kamu melihat orang-orang tak beralas kaki, pakaiannya compang-camping,
sehari-hari sebagai pengembala domba, saling membangga-banggakan diri dalam membangun bangunan yang tinggi`. Kata Umar : Lalu orang itu pergi, sementara kami berdiam diri dalam waktu yang cukup lama. Nabi bertanya : Hai Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya itu ? Aku menjawab : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau
pun bersabda : `Dia adalah malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan urusan agama kalian". (HR al-Bukhari dan Muslim)
[1] Disebut hadits Jibril, karena malaikat Jibril datang kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam, dengan menanyakan kepada beliau tentang Islam, Iman dan masalah hari Kiamat. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan pelajaran kepada kaum muslimin tentang masalah-masaalah agama.
( TSALATSATUL USHUL, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali at-Tamimi al-Hanbali rahimahullah ) by أستاذ Irfan Helmi Komisi Fatwa Mui Pusat
[1] Disebut hadits Jibril, karena malaikat Jibril datang kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam, dengan menanyakan kepada beliau tentang Islam, Iman dan masalah hari Kiamat. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan pelajaran kepada kaum muslimin tentang masalah-masaalah agama.
( TSALATSATUL USHUL, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali at-Tamimi al-Hanbali rahimahullah ) by أستاذ Irfan Helmi Komisi Fatwa Mui Pusat
INFORMASI KAJIAN RUTIN SETIAP PEKAN
MASJID HIJAU NURUL IMAN CILANGKAP
Sabtu, 18 Syawal 1437 H/ 23 Juli 2016
- Ustadz Abu Usamah Syamsul Hadi Lc.
Kajian Rutin Tafsir Alquran, Tafsir Ibnu Katsir
- Waktu bada Maghrib - 20.30
Barakallahu Fiikum
DIPERSILAHKAN UNTUK DISEBARKAN
MASJID HIJAU NURUL IMAN CILANGKAP
Sabtu, 18 Syawal 1437 H/ 23 Juli 2016
- Ustadz Abu Usamah Syamsul Hadi Lc.
Kajian Rutin Tafsir Alquran, Tafsir Ibnu Katsir
- Waktu bada Maghrib - 20.30
Barakallahu Fiikum
DIPERSILAHKAN UNTUK DISEBARKAN
#BERJABAT TANGAN & MENCIUM TANGAN GURU APA BOLEH?#
Ust. Kholid syamhudi LC
Dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
“Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.“
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan berjabat tangan ketika bertemu, dan ini merupakan perkara yang dianjurkan berdasarkan kesepakatan para ulama, bahkan ini merupakan sunnah yang
muakkad (sangat ditekankan).
Faidah-Faidah Penting yang Terkandung Dalam Hadits:
1. Arti mushaafahah (berjabat tangan) dalam hadits ini adalah berjabat tangan dengan satu tangan, yaitu tangan kanan, dari kedua belah pihak. Cara berjabat tangan seperti ini diterangkan dalam banyak hadits yang shahih, dan inilah arti “berjabat tangan” secara bahasa. Adapun melakukan jabat tangan dengan dua tangan adalah cara yang menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
.2. Berjabat tangan juga disunnahkan ketika berpisah, berdasarkan sebuah hadits yang dikuatkan oleh syaikh al-Albani. Maka pendapat yang mengatakan bahwa berjabat tangan ketika berpisah tidak disyariatkan adalah pendapat yang tidak memiliki dalil/ argumentasi. Meskipun jelas anjurannya tidak sekuat anjuran berjabat tangan ketika bertemu.
** lanjut
Ust. Kholid syamhudi LC
Dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
“Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.“
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan berjabat tangan ketika bertemu, dan ini merupakan perkara yang dianjurkan berdasarkan kesepakatan para ulama, bahkan ini merupakan sunnah yang
muakkad (sangat ditekankan).
Faidah-Faidah Penting yang Terkandung Dalam Hadits:
1. Arti mushaafahah (berjabat tangan) dalam hadits ini adalah berjabat tangan dengan satu tangan, yaitu tangan kanan, dari kedua belah pihak. Cara berjabat tangan seperti ini diterangkan dalam banyak hadits yang shahih, dan inilah arti “berjabat tangan” secara bahasa. Adapun melakukan jabat tangan dengan dua tangan adalah cara yang menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
.2. Berjabat tangan juga disunnahkan ketika berpisah, berdasarkan sebuah hadits yang dikuatkan oleh syaikh al-Albani. Maka pendapat yang mengatakan bahwa berjabat tangan ketika berpisah tidak disyariatkan adalah pendapat yang tidak memiliki dalil/ argumentasi. Meskipun jelas anjurannya tidak sekuat anjuran berjabat tangan ketika bertemu.
** lanjut
Lanjutan (habis).
3. Berjabat tangan adalah ibadah yang disyari’atkan ketika bertemu dan berpisah, maka melakukannya di selain kedua waktu tersebut, misalnya setelah shalat lima waktu, adalah menyelisihi ajaran Nabi, bahkan sebagian ulama menghukuminya sebagai perbuatan bid’ah. Di antara para ulama yang melarang perbuatan tersebut adalah al-’Izz bin ‘Abdussalam, Ibnu Hajar al-Haitami asy-Syafi’i, Quthbuddin bin ‘Ala-uddin al-Makki al-Hanafi, al-Laknawi dan lain-lain.
4. Adapun berjabat tangan setelah shalat bagi dua orang yang baru bertemu pada waktu itu (setelah shalat lima waktu, pen), maka ini dianjurkan, karena niat keduanya adalah berjabat tangan karena bertemu dan bukan karena shalat.
5. Mencium tangan seorang guru/ustadz ketika bertemu dengannya adalah diperbolehkan, berdasarkan beberapa hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan perbuatan beberapa orang sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Akan tetapi kebolehan tersebut harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
(a) Tidak menjadikan hal itu sebagai kebiasaan, karena para sahabat radhiyallahu ‘anhum sendiri tidak sering melakukannya kepada Rasuluillah shallallahu ‘alaihi wa sallam, terlebih lagi jika hal itu dilakukan untuk tujuan mencari berkah dengan mencium tangan sang guru.
(B) Perbuatan itu tidak menjadikan sang guru menjadi sombong dan merasa dirinya besar di hadapan orang lain, seperti yang sering terjadi saat ini.
(c) Jangan sampai hal itu menjadikan kita meninggalkan sunnah yang lebih utama dan lebih dianjurkan ketika bertemu, yaitu berjabat tangan, sebagaimana keterangan di atas.
Jabat tangan tidak berlaku pada beda jenis yg tdk mahram.
Semoga bermanfaat.
3. Berjabat tangan adalah ibadah yang disyari’atkan ketika bertemu dan berpisah, maka melakukannya di selain kedua waktu tersebut, misalnya setelah shalat lima waktu, adalah menyelisihi ajaran Nabi, bahkan sebagian ulama menghukuminya sebagai perbuatan bid’ah. Di antara para ulama yang melarang perbuatan tersebut adalah al-’Izz bin ‘Abdussalam, Ibnu Hajar al-Haitami asy-Syafi’i, Quthbuddin bin ‘Ala-uddin al-Makki al-Hanafi, al-Laknawi dan lain-lain.
4. Adapun berjabat tangan setelah shalat bagi dua orang yang baru bertemu pada waktu itu (setelah shalat lima waktu, pen), maka ini dianjurkan, karena niat keduanya adalah berjabat tangan karena bertemu dan bukan karena shalat.
5. Mencium tangan seorang guru/ustadz ketika bertemu dengannya adalah diperbolehkan, berdasarkan beberapa hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan perbuatan beberapa orang sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Akan tetapi kebolehan tersebut harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
(a) Tidak menjadikan hal itu sebagai kebiasaan, karena para sahabat radhiyallahu ‘anhum sendiri tidak sering melakukannya kepada Rasuluillah shallallahu ‘alaihi wa sallam, terlebih lagi jika hal itu dilakukan untuk tujuan mencari berkah dengan mencium tangan sang guru.
(B) Perbuatan itu tidak menjadikan sang guru menjadi sombong dan merasa dirinya besar di hadapan orang lain, seperti yang sering terjadi saat ini.
(c) Jangan sampai hal itu menjadikan kita meninggalkan sunnah yang lebih utama dan lebih dianjurkan ketika bertemu, yaitu berjabat tangan, sebagaimana keterangan di atas.
Jabat tangan tidak berlaku pada beda jenis yg tdk mahram.
Semoga bermanfaat.
TAUHID MENGESAKAN ALLAH TA'ALA
Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du;
Banyak didalam Al-Qur'an Al-Karim perintah untuk wajibnya mengesakan Allah Ta'ala dalam hal ibadah , dan diterangkan bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk di ibadahi kecuali hanya kepada Allah Ta'ala Dzat Yang Maha Mencipta, Maha Berkuasa, Maha Hidup, Maha Pengatur, Maha Mengetahui, Maha Suci, Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Allah Ta'ala berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿٢١﴾ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ فِرَٰشًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٢٢﴾
" Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa".
" Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (Q.S. Al-Baqorah : 21-22)
Allah Ta'ala berfirman :
قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَمَن يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ ﴿٣١﴾ فَذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمُ ٱلْحَقُّ ۖ فَمَاذَا بَعْدَ ٱلْحَقِّ إِلَّا ٱلضَّلَٰلُ ۖ فَأَنَّىٰ تُصْرَفُونَ ﴿٣٢﴾
" Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan ... Selengkapnya : http://rochmadsupriyadi.blogspot.co.id/2016/07/tauhid-mengesakan-allah-ta.html?m=1
Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du;
Banyak didalam Al-Qur'an Al-Karim perintah untuk wajibnya mengesakan Allah Ta'ala dalam hal ibadah , dan diterangkan bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk di ibadahi kecuali hanya kepada Allah Ta'ala Dzat Yang Maha Mencipta, Maha Berkuasa, Maha Hidup, Maha Pengatur, Maha Mengetahui, Maha Suci, Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Allah Ta'ala berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿٢١﴾ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ فِرَٰشًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٢٢﴾
" Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa".
" Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (Q.S. Al-Baqorah : 21-22)
Allah Ta'ala berfirman :
قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَمَن يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ ﴿٣١﴾ فَذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمُ ٱلْحَقُّ ۖ فَمَاذَا بَعْدَ ٱلْحَقِّ إِلَّا ٱلضَّلَٰلُ ۖ فَأَنَّىٰ تُصْرَفُونَ ﴿٣٢﴾
" Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan ... Selengkapnya : http://rochmadsupriyadi.blogspot.co.id/2016/07/tauhid-mengesakan-allah-ta.html?m=1
"Seorang yang berjalan di atas hidayah akan berinteraksi dengan manusia dengan cara yang diinginkan oleh ALLAH bukan dengan cara yang diinginkan oleh ego dan hawa nafsunya, ia tidak menerapkan standar ganda dalam bersikap, seorang yang tulus hati, lisan yang jujur, ia berhasil lepas dari jeratan hawa nafsunya menuju ketaatan pada Rabb-nya."
Syaikh Prof. DR. Sulaiman Ar Ruhaili (ulama pengajar di masjid nabawi) -hafizhahullah-.
✏ Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri LC
Syaikh Prof. DR. Sulaiman Ar Ruhaili (ulama pengajar di masjid nabawi) -hafizhahullah-.
✏ Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri LC
DAN AKHIRNYA AKUPUN MENGERTI
Syaikh Ali Mustafa Tanthawi -rahimahullah- mengatakan: “Di awal usiaku, aku hidup bersama kedua orang tuaku, saat itu aku mengira bahwa aku takkan sanggup berpisah dan menjalani hidup tanpa mereka. Lalu keduanya meninggal dunia.
Akupun hidup bersama saudara-saudaraku, dan aku kembali mengira bahwa aku takkan sanggup berpisah dengan mereka. Merekapun menikah, semuanya membentuk keluarga dan pergi menjalani kehidupan masing-masing, begitu juga aku. Aku menikah dan dikaruniai putra dan putri. (Kembali) aku menyangka bahwa aku takkan sanggup berpisah dengan mereka. Lalu semuanya menikah, membentuk keluarga dan pergi menjalani kehidupan masing-masing. Maka akupun mengerti bahwa takkan ada yang tersisa (menemani perjalanan hidup) seseorang kecuali Rabb-nya. Maka semua hubungan akan terputus kecuali hubunganmu dengan Rabb semesta alam, seluruh hubungan akan terputus kecuali hubunganmu dengan Rabb semesta alam, semua hubungan akan terputus kecuali hubunganmu dengan Rabb semesta alam”
~sekian~
Penerjemah:
ACT El-Gharantaly
Syaikh Ali Mustafa Tanthawi -rahimahullah- mengatakan: “Di awal usiaku, aku hidup bersama kedua orang tuaku, saat itu aku mengira bahwa aku takkan sanggup berpisah dan menjalani hidup tanpa mereka. Lalu keduanya meninggal dunia.
Akupun hidup bersama saudara-saudaraku, dan aku kembali mengira bahwa aku takkan sanggup berpisah dengan mereka. Merekapun menikah, semuanya membentuk keluarga dan pergi menjalani kehidupan masing-masing, begitu juga aku. Aku menikah dan dikaruniai putra dan putri. (Kembali) aku menyangka bahwa aku takkan sanggup berpisah dengan mereka. Lalu semuanya menikah, membentuk keluarga dan pergi menjalani kehidupan masing-masing. Maka akupun mengerti bahwa takkan ada yang tersisa (menemani perjalanan hidup) seseorang kecuali Rabb-nya. Maka semua hubungan akan terputus kecuali hubunganmu dengan Rabb semesta alam, seluruh hubungan akan terputus kecuali hubunganmu dengan Rabb semesta alam, semua hubungan akan terputus kecuali hubunganmu dengan Rabb semesta alam”
~sekian~
Penerjemah:
ACT El-Gharantaly
LOYALITAS DAN PERMUSUHAN
Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du :
Sesungguhnya wala' atau loyalitas dan baro' atau permusuhan, merupakan rukun atau pondasi yang pokok dalam akidah dan menjadi syarat dari prasyarat kesempurnaan iman, yang kebanyakan para manusia lalai atau meremehkan perkara ini.
Adapun arti dari wala' atau loyalitas adalah : cinta kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya beserta para sahabat dan orang-orang yang beriman yang merupakan ahli tauhid dan menolong mereka.
Baro' atau permusuhan adalah : memusuhi siapa saja yang memerangi Allah Ta'ala dan Rasul-Nya dan para sahabat dan kaum mukminin ahli tauhid, yaitu dari kalangan orang-orang kafir atau musyrik atau munafik serta pelaku bid'ah dan orang-orang fasik.
Maka, setiap mukmin ahli tauhid yang konsisten terhadap perintah dan menjauhi larangan syariat, wajib untuk di cintai dan loyal serta menolong mereka.
Dan setiap orang-orang yang menyelisihi mereka, wajib untuk di benci, dimusuhi dan menegakkan jihad terhadap mereka melalui lisan dan hati kita, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki setiap masing masing.
Allah Ta'ala berfirman :
وَٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ ٱللَّهُ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٧١﴾
" Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. At-Taubah :71)
Selengkapnya : http://rochmadsupriyadi.blogspot.co.id/2016/07/loyalitas-dan-permusuhan.html?m=1
Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du :
Sesungguhnya wala' atau loyalitas dan baro' atau permusuhan, merupakan rukun atau pondasi yang pokok dalam akidah dan menjadi syarat dari prasyarat kesempurnaan iman, yang kebanyakan para manusia lalai atau meremehkan perkara ini.
Adapun arti dari wala' atau loyalitas adalah : cinta kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya beserta para sahabat dan orang-orang yang beriman yang merupakan ahli tauhid dan menolong mereka.
Baro' atau permusuhan adalah : memusuhi siapa saja yang memerangi Allah Ta'ala dan Rasul-Nya dan para sahabat dan kaum mukminin ahli tauhid, yaitu dari kalangan orang-orang kafir atau musyrik atau munafik serta pelaku bid'ah dan orang-orang fasik.
Maka, setiap mukmin ahli tauhid yang konsisten terhadap perintah dan menjauhi larangan syariat, wajib untuk di cintai dan loyal serta menolong mereka.
Dan setiap orang-orang yang menyelisihi mereka, wajib untuk di benci, dimusuhi dan menegakkan jihad terhadap mereka melalui lisan dan hati kita, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki setiap masing masing.
Allah Ta'ala berfirman :
وَٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ ٱللَّهُ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٧١﴾
" Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. At-Taubah :71)
Selengkapnya : http://rochmadsupriyadi.blogspot.co.id/2016/07/loyalitas-dan-permusuhan.html?m=1
KHATIROH
Jika semua karena Allah, maka...
Orang baik tetap akan bersikap baik meskipun keaadaannya berubah.
Seorang dermawan tetaplah dermawan meskipun ia jatuh fakir.
Seorang pemaaf tetaplah pemaaf walaupun ia dizholimi.
Seorang pecinta tetaplah pecinta walaupun ia diabaikan.
Dan seorang yang tulus tetaplah tulus walaupun ia diremehkan.
Karena ia telah memilih sifat-sifat itu sebagai jalan menuju Allah. Sehingga beragam kondisi takkan merubah apapun dari pilihan sikapnya itu.
Bukankah semua yang dilakukan karena Allah akan abadi..?
________________
Salemba 23-10-1437 H
ACT El-Gharantaly
Jika semua karena Allah, maka...
Orang baik tetap akan bersikap baik meskipun keaadaannya berubah.
Seorang dermawan tetaplah dermawan meskipun ia jatuh fakir.
Seorang pemaaf tetaplah pemaaf walaupun ia dizholimi.
Seorang pecinta tetaplah pecinta walaupun ia diabaikan.
Dan seorang yang tulus tetaplah tulus walaupun ia diremehkan.
Karena ia telah memilih sifat-sifat itu sebagai jalan menuju Allah. Sehingga beragam kondisi takkan merubah apapun dari pilihan sikapnya itu.
Bukankah semua yang dilakukan karena Allah akan abadi..?
________________
Salemba 23-10-1437 H
ACT El-Gharantaly
✏CATATAN PINGGIR
Tak ada seorangpun dalam hidup ini melainkan pernah merasakan pahitnya ujian hidup. Bahkan para nabi sekalipun. Karena kita tinggal diatas bumi yang sama, tempat yang memang disiapkan untuk menjalani ujian.
Berterima kasihlah pada siapa saja yang telah memberimu maaf sebelum engkau memintanya.
Berterima kasihlah pada mereka yang berhasil mengerti keadaanmu sebelum engkau menjelaskannya.
Berterima kasihlah pada mereka yang telah mencintaimu dengan segala kekurangan yang engkau miliki.
Jangan lupa mendo’akan kema’afan untuk orang-orang yang telah menyakitimu dalam diam. Yang selalu menebar fitnah dan permusuhan agar orang lain membencimu.
Satu hal yang harus engkau ingat, bahwa penafsiran orang lain tentang dirimu takkan memberi pengaruh apapun tentang siapa dirimu disisi Allah.
Pujian manusia itu semu.
Bila mereka cinta, mereka akan menghiasi dirimu dengan sejuta sanjungan. Namun bila mereka benci, mereka akan membuatmu lebih buruk dari apa yang ada dalam benakmu.
Lelah dan selalu berujung sepi, itulah akhir kisah dari mereka yang menjadikan ridho manusia sebagai obsesi hidupnya.
____________
Madinah 13-07-1437 H
ACT El-Gharantaly
Tak ada seorangpun dalam hidup ini melainkan pernah merasakan pahitnya ujian hidup. Bahkan para nabi sekalipun. Karena kita tinggal diatas bumi yang sama, tempat yang memang disiapkan untuk menjalani ujian.
Berterima kasihlah pada siapa saja yang telah memberimu maaf sebelum engkau memintanya.
Berterima kasihlah pada mereka yang berhasil mengerti keadaanmu sebelum engkau menjelaskannya.
Berterima kasihlah pada mereka yang telah mencintaimu dengan segala kekurangan yang engkau miliki.
Jangan lupa mendo’akan kema’afan untuk orang-orang yang telah menyakitimu dalam diam. Yang selalu menebar fitnah dan permusuhan agar orang lain membencimu.
Satu hal yang harus engkau ingat, bahwa penafsiran orang lain tentang dirimu takkan memberi pengaruh apapun tentang siapa dirimu disisi Allah.
Pujian manusia itu semu.
Bila mereka cinta, mereka akan menghiasi dirimu dengan sejuta sanjungan. Namun bila mereka benci, mereka akan membuatmu lebih buruk dari apa yang ada dalam benakmu.
Lelah dan selalu berujung sepi, itulah akhir kisah dari mereka yang menjadikan ridho manusia sebagai obsesi hidupnya.
____________
Madinah 13-07-1437 H
ACT El-Gharantaly
*Tiga Pangkal penghambaan*
Penghambaan seorang hamba kepada Rabb-nya kembali kepada konsekwensi sifat-sifat Allah, karena kesempurnaan sifat-sifat Allah memestikan seorang hamba merealisasikan *puncak ketundukan kepada Allah disertai kesempurnaan kecintaan kepada Allah*.
Maka tatkala seorang hamba mengenal sifat-sifat Allah, konsekwensinya kepada seorang hamba kembali kepada tiga perkara: *Cinta, berharap dan takut*.
Maka sifat : *sayang , pemaaf , pengampunan, lembut, indah, ridho, dll* memestikan seorang hamba untuk _mencintai Allah_ dan _berharap kepada Allah_.
Dan sifat: *ilmu, meliputi segala sesuatu, kebersamaan, bersemayan diatas 'arsy, penglihatan, dua mata, pendengaran, marah, keagungan dll* memestikan seorang hamba memiliki _rasa takut_ kepada Allah.
*Tiga perkara ini adalah pokok penghambaaan*
Maka penghambaan tidak akan tegak kecuali diatas tiga perkara ini yaitu *cinta, berharap dan takut*, dan tiga perkara ini yang menggerakan hati kepada Allah, dan *pendorong yang paling kuat adalah cinta kepada Allah*..
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Makkah Al-Mukarramah, 22 Syawwal 1437 H
Disarikan oleh Nuruddin Muhammad Fattah Abu Faynan, dari Muqaddimmah "Atsaru Al-Iman bi Shifaatillah fi Suluuki Al-'Abdi" karya Syaikh Ahmad An-Najjar.
Penghambaan seorang hamba kepada Rabb-nya kembali kepada konsekwensi sifat-sifat Allah, karena kesempurnaan sifat-sifat Allah memestikan seorang hamba merealisasikan *puncak ketundukan kepada Allah disertai kesempurnaan kecintaan kepada Allah*.
Maka tatkala seorang hamba mengenal sifat-sifat Allah, konsekwensinya kepada seorang hamba kembali kepada tiga perkara: *Cinta, berharap dan takut*.
Maka sifat : *sayang , pemaaf , pengampunan, lembut, indah, ridho, dll* memestikan seorang hamba untuk _mencintai Allah_ dan _berharap kepada Allah_.
Dan sifat: *ilmu, meliputi segala sesuatu, kebersamaan, bersemayan diatas 'arsy, penglihatan, dua mata, pendengaran, marah, keagungan dll* memestikan seorang hamba memiliki _rasa takut_ kepada Allah.
*Tiga perkara ini adalah pokok penghambaaan*
Maka penghambaan tidak akan tegak kecuali diatas tiga perkara ini yaitu *cinta, berharap dan takut*, dan tiga perkara ini yang menggerakan hati kepada Allah, dan *pendorong yang paling kuat adalah cinta kepada Allah*..
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Makkah Al-Mukarramah, 22 Syawwal 1437 H
Disarikan oleh Nuruddin Muhammad Fattah Abu Faynan, dari Muqaddimmah "Atsaru Al-Iman bi Shifaatillah fi Suluuki Al-'Abdi" karya Syaikh Ahmad An-Najjar.
*Tiga Perniagaan Yang Tidak Akan Pernah Merugi*
@fuadhbaraba
Saudaraku,...
Ada tiga perniagaan yang tidak mengenal rugi, tidakkah kita ingin mengetahuinya?
Apa saja ketiga hal itu;
1. Membaca al-Quran
2. Mendirikan shalat
3. Berinfak baik sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan
Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ•
لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۚ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri". (QS. Fathir: 29-30).
Subhanallah...
Kita setiap hari berusaha untuk mengumpulkan harta, mencari perniagaan, banting tulang, namun hanya mendapatkan kelelahan yang tiada henti, kerugian yang terus menerus.
Kalau saja kita tulus dalam mencari, berusaha sekuat tenaga, untuk mendapatkannya, niscaya ketiga hal ini sebagai jawabannya.
Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua...
25 Syawal 1437 H
30 Juli 2016
Di atas Damri Bdg-Imy...
@fuadhbaraba
Saudaraku,...
Ada tiga perniagaan yang tidak mengenal rugi, tidakkah kita ingin mengetahuinya?
Apa saja ketiga hal itu;
1. Membaca al-Quran
2. Mendirikan shalat
3. Berinfak baik sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan
Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ•
لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۚ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri". (QS. Fathir: 29-30).
Subhanallah...
Kita setiap hari berusaha untuk mengumpulkan harta, mencari perniagaan, banting tulang, namun hanya mendapatkan kelelahan yang tiada henti, kerugian yang terus menerus.
Kalau saja kita tulus dalam mencari, berusaha sekuat tenaga, untuk mendapatkannya, niscaya ketiga hal ini sebagai jawabannya.
Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua...
25 Syawal 1437 H
30 Juli 2016
Di atas Damri Bdg-Imy...
Ustad Fuad Hamzah Baraba' LC hafizhahullah :
Bolehkah seorang wanita yang sedang haidh masuk & duduk di dalam masjid?
Sebagian ulama melarang seorang wanita masuk & duduk di dalam masjid dengan dalil:
لاَأُحِلُّ الْمَسْجِدُ ِلحَائِضٍُ وَلا َجُنُبٍ
“Aku tidak menghalalkan masjid untuk wanita yang haidh dan orang yang junub.” (HR. Abu Daud no. 232, al Baihaqi II/442-443, dll)
Akan tetapi hadits di atas merupakan hadits dho’if (lemah) meski memiliki beberapa syawahid (penguat) namun sanad-sanadnya lemah shg tidak bisa menguatkannya dan tidak dapat dijadikan hujjah.
Syaikh Albani -rahimahullaah- telah menjelaskan hal tersebut dalam ‘Dho’if Sunan Abi Daud’ no. 32 serta membantah ulama yang menshahihkan hadits tsb seperti Ibnu Khuzaimah, Ibnu al Qohthon, & Asy Syaukani.
Beliau juga menyebutkan ke-dho’if-an hadits ini dalam Irwa’ul Gholil’ I/201-212 no. 193.
Berikut ini sebagian dalil yang digunakan oleh ulama yang membolehkan seorang wanita haid duduk di masjid (Jami’ Ahkamin Nisa’ I/191-192):
-1- Adanya seorang wanita hitam yang tinggal di dalam masjid pada zaman Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Namun tidak ada dalil yang menyatakan bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam memerintahkannya untuk meninggalkan masjid ketika ia mengalami haidh.
-2- Sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam kepada ‘Aisyah radhiyallahu’anha,
“Lakukanlah apa yang bisa dilakukan oleh orang yang berhaji selain thowaf di Baitullah.”
Larangan thowaf ini dikarenakan thowaf di Baitullah termasuk sholat, maka wanita itu hanya dilarang untuk thowaf dan tidak dilarang masuk ke dalam masjid.
-3- Apabila orang yang berhaji diperbolehkan masuk masjid, maka hal tersebut juga diperbolehkan bagi seorang wanita yang haidh.
Kesimpulan:
Wanita yang sedang haid diperbolehkan masuk & duduk di dalam masjid karena tidak ada dalil yang jelas & shohih yang melarang hal tersebut.
Namun, hendaknya wanita tersebut menjaga diri dengan baik sehingga darahnya tidak mengotori masjid.
والله أعلم بالصواب
Bolehkah seorang wanita yang sedang haidh masuk & duduk di dalam masjid?
Sebagian ulama melarang seorang wanita masuk & duduk di dalam masjid dengan dalil:
لاَأُحِلُّ الْمَسْجِدُ ِلحَائِضٍُ وَلا َجُنُبٍ
“Aku tidak menghalalkan masjid untuk wanita yang haidh dan orang yang junub.” (HR. Abu Daud no. 232, al Baihaqi II/442-443, dll)
Akan tetapi hadits di atas merupakan hadits dho’if (lemah) meski memiliki beberapa syawahid (penguat) namun sanad-sanadnya lemah shg tidak bisa menguatkannya dan tidak dapat dijadikan hujjah.
Syaikh Albani -rahimahullaah- telah menjelaskan hal tersebut dalam ‘Dho’if Sunan Abi Daud’ no. 32 serta membantah ulama yang menshahihkan hadits tsb seperti Ibnu Khuzaimah, Ibnu al Qohthon, & Asy Syaukani.
Beliau juga menyebutkan ke-dho’if-an hadits ini dalam Irwa’ul Gholil’ I/201-212 no. 193.
Berikut ini sebagian dalil yang digunakan oleh ulama yang membolehkan seorang wanita haid duduk di masjid (Jami’ Ahkamin Nisa’ I/191-192):
-1- Adanya seorang wanita hitam yang tinggal di dalam masjid pada zaman Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Namun tidak ada dalil yang menyatakan bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam memerintahkannya untuk meninggalkan masjid ketika ia mengalami haidh.
-2- Sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam kepada ‘Aisyah radhiyallahu’anha,
“Lakukanlah apa yang bisa dilakukan oleh orang yang berhaji selain thowaf di Baitullah.”
Larangan thowaf ini dikarenakan thowaf di Baitullah termasuk sholat, maka wanita itu hanya dilarang untuk thowaf dan tidak dilarang masuk ke dalam masjid.
-3- Apabila orang yang berhaji diperbolehkan masuk masjid, maka hal tersebut juga diperbolehkan bagi seorang wanita yang haidh.
Kesimpulan:
Wanita yang sedang haid diperbolehkan masuk & duduk di dalam masjid karena tidak ada dalil yang jelas & shohih yang melarang hal tersebut.
Namun, hendaknya wanita tersebut menjaga diri dengan baik sehingga darahnya tidak mengotori masjid.
والله أعلم بالصواب