Konsep Menuntut Ilmu - Ustadz Hamid Fahmy Zarkasyi
https://www.facebook.com/153825841424041/posts/1832097503596858/
https://www.facebook.com/153825841424041/posts/1832097503596858/
Mempersiapkan Kekuatan Umat Islam
Penulis: Ustadz Farid Okbah
Umat Islam secara umum menempati wilayah yang sangat luas: 35 juta km2. Sumberdaya alam yang kaya dan jumlah yang mencapai seperempat penduduk dunia. Namun, mengapa kenyataan Umat Islam lebih banyak sebagai konsumen, bahkan menjadi objek kepentingan Barat dan Timur? Apa yang salah?
Di dalam buku ini, penulis mengajak pembaca untuk membangun kesadaran tentang pentingnya unsur-unsur kekuatan yang perlu dibangun umat Islam. Sebenarnya, unsur-unsur tersebut telah melekat dalam ajaran Islam. Hanya saja, Muslimin perlu diingatkan bahwa mereka harus kembali kepada ajaran Islam. Imam Malik berkata, "Umat ini barulah menjadi baik jika mengikuti baiknya generasi awal."
---------------------------------------
Mempersiapkan Kekuatan Umat Islam
Penulis: Ustadz Farid Okbah
Ukuran: 14 x 20.5 cm
Sampul: Soft Cover
Isi: HVS 280 hal
Berat: 330 gr
ISBN: 9789790397675
Harga: Rp. 75.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
Penulis: Ustadz Farid Okbah
Umat Islam secara umum menempati wilayah yang sangat luas: 35 juta km2. Sumberdaya alam yang kaya dan jumlah yang mencapai seperempat penduduk dunia. Namun, mengapa kenyataan Umat Islam lebih banyak sebagai konsumen, bahkan menjadi objek kepentingan Barat dan Timur? Apa yang salah?
Di dalam buku ini, penulis mengajak pembaca untuk membangun kesadaran tentang pentingnya unsur-unsur kekuatan yang perlu dibangun umat Islam. Sebenarnya, unsur-unsur tersebut telah melekat dalam ajaran Islam. Hanya saja, Muslimin perlu diingatkan bahwa mereka harus kembali kepada ajaran Islam. Imam Malik berkata, "Umat ini barulah menjadi baik jika mengikuti baiknya generasi awal."
---------------------------------------
Mempersiapkan Kekuatan Umat Islam
Penulis: Ustadz Farid Okbah
Ukuran: 14 x 20.5 cm
Sampul: Soft Cover
Isi: HVS 280 hal
Berat: 330 gr
ISBN: 9789790397675
Harga: Rp. 75.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
Diabolisme Intelektual
Oleh: Dr. Syamsuddin Arif
Diábolos adalah Iblis dalam bahasa Yunani kuno, menurut A. Jeffery dalam bukunya the Foreign Vocabulary of the Qur’an, cetakan Baroda 1938, hlm. 48. Maka istilah “diabolisme” berarti pemikiran, watak dan perilaku ala Iblis ataupun pengabdian padanya. Dalam kitab suci al-Qur’an dinyatakan bahwa Iblis termasuk bangsa jin (18:50), yang diciptakan dari api (15:27). Sebagaimana kita ketahui, ia dikutuk dan dihalau karena menolak perintah Tuhan untuk bersujud kepada Adam. Apakah Iblis atheist? Tidak. Apakah ia agnostik? Tidak. Iblis tidak mengingkari adanya Tuhan. Iblis tidak meragukan wujud maupun ketunggalan-Nya. Iblis bukan tidak kenal Tuhan. Ia tahu dan percaya seratus persen. Lalu mengapa ia dilaknat dan disebut ‘kafir’? Di sinilah letak persoalannya.
Kenal dan tahu saja, tidak cukup. Percaya dan mengakui saja, tidak cukup. Mereka yang kafir dari kalangan Ahli Kitab pun kenal dan tahu persis siapa dan bagaimana terpercayanya Rasulullah SAW, sebagaimana orangtua mengenali anak kandungnya sendiri (ya’rifunahu kama ya’rifuna abna’ahum). Namun tetap saja mereka enggan masuk Islam.
Jelaslah bahwa pengetahuan, kepercayaan, dan pernyataan harus disertai dengan kepatuhan dan ketundukan, harus diikuti dengan kesediaan dan kemauan untuk merendah, menurut dan melaksanakan perintah. “Knowledge and recognition should be followed by acknowledgement and submission, ” tegas Profesor Naquib al-Attas.
Kesalahan Iblis bukan karena ia tak tahu atau tak berilmu. Kesalahannya karena ia membangkang (aba, QS 2:34, 15:31, 20:116), menganggap dirinya hebat (istakbara, QS 2:34, 38:73, 38:75), dan melawan perintah Tuhan (fasaqa ?an amri rabbihi, QS 18:50). Dalam hal ini, Iblis tidak sendirian. Sudah banyak orang yang berhasil direkrut sebagai staf dan kroninya, berpikiran dan berprilaku seperti yang dicontohkannya.
Iblis adalah ‘prototype’ intelektual ‘keblinger’. Sebagaimana dikisahkan dalam al-Qur’an, sejurus setelah ia divonis, Iblis mohon agar ajalnya ditangguhkan. Dikabulkan dan dibebaskan untuk sementara waktu, ia pun bersumpah untuk menyeret orang lain ke jalannya, dengan segala cara.
“Hasutlah siapa saja yang kau bisa dari kalangan mereka dengan seruanmu. Kerahkan seluruh pasukanmu, kavalri maupun infantri. Menyusuplah dalam urusan keuangan dan keluarga mereka. Janjikan mereka [kenikmatan dan keselamatan]!” Demikian difirmankan kepada Iblis (QS 17:64).
Maka Iblis pun bertekad: “Sungguh akan kuhalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Akan kudatangi mereka dari arah depan dan belakang, dari sebelah kanan dan kiri mereka!” (QS 7:16-17). Maksudnya, menurut Ibnu ‘Abbas ra, Iblis bertekad untuk menyesatkan orang dengan menebar keraguan, membuat orang ragu dan lupa pada akhirat, alergi dan anti terhadap kebaikan dan kebenaran, gandrung dan tergila-gila pada dunia, hobi dan cuek berbuat dosa, ragu dan bingung soal agama (Lihat: Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-?Az?im, cetakan Beirut, al-Maktabah al-?As?riyyah, 1995, vol. 2, hlm. 190).
Tidak sulit untuk mengidentifikasi cendekiawan bermental Iblis. Sebab, ciri-cirinya telah cukup diterangkan dalam al-Qur’an sebagai berikut. Pertama, selalu membangkang dan membantah (6:121). Meskipun ia kenal, tahu dan faham, namun tidak akan pernah mau menerima kebenaran. Seperti ingkarnya Fir’aun berikut hulu-balangnya, zulman wa ‘uluwwan, meskipun dan padahal hati kecilnya mengakui dan meyakini (wa istayqanat-ha anfusuhum).
Maka selalu dicarinya argumen untuk menyanggah dan menolak kebenaran demi mempertahankan opininya. Sebab, yang penting baginya bukan kebenaran, akan tetapi pembenaran. Jadi, bukan karena ia tak tahu mana yang benar, tetapi karena ia memang tidak mau mengikuti dan tunduk pada kebenaran itu. Jadi jangan heran bila selalu saja ada cendekiawan yang meskipun nota bene Muslim, namun sifatnya seperti itu. Ideologi dan opini pemikirannya yang liar lebih ia pentingkan dan ia pertahankan ketimbang kebenaran dan aqidah Islamnya.
Dalam tradisi keilmuan Islam, sikap membangkang semacam ini disebut juga al-‘inadiyyah (Lihat: Abu Hafs Najmuddin Umar ib
Oleh: Dr. Syamsuddin Arif
Diábolos adalah Iblis dalam bahasa Yunani kuno, menurut A. Jeffery dalam bukunya the Foreign Vocabulary of the Qur’an, cetakan Baroda 1938, hlm. 48. Maka istilah “diabolisme” berarti pemikiran, watak dan perilaku ala Iblis ataupun pengabdian padanya. Dalam kitab suci al-Qur’an dinyatakan bahwa Iblis termasuk bangsa jin (18:50), yang diciptakan dari api (15:27). Sebagaimana kita ketahui, ia dikutuk dan dihalau karena menolak perintah Tuhan untuk bersujud kepada Adam. Apakah Iblis atheist? Tidak. Apakah ia agnostik? Tidak. Iblis tidak mengingkari adanya Tuhan. Iblis tidak meragukan wujud maupun ketunggalan-Nya. Iblis bukan tidak kenal Tuhan. Ia tahu dan percaya seratus persen. Lalu mengapa ia dilaknat dan disebut ‘kafir’? Di sinilah letak persoalannya.
Kenal dan tahu saja, tidak cukup. Percaya dan mengakui saja, tidak cukup. Mereka yang kafir dari kalangan Ahli Kitab pun kenal dan tahu persis siapa dan bagaimana terpercayanya Rasulullah SAW, sebagaimana orangtua mengenali anak kandungnya sendiri (ya’rifunahu kama ya’rifuna abna’ahum). Namun tetap saja mereka enggan masuk Islam.
Jelaslah bahwa pengetahuan, kepercayaan, dan pernyataan harus disertai dengan kepatuhan dan ketundukan, harus diikuti dengan kesediaan dan kemauan untuk merendah, menurut dan melaksanakan perintah. “Knowledge and recognition should be followed by acknowledgement and submission, ” tegas Profesor Naquib al-Attas.
Kesalahan Iblis bukan karena ia tak tahu atau tak berilmu. Kesalahannya karena ia membangkang (aba, QS 2:34, 15:31, 20:116), menganggap dirinya hebat (istakbara, QS 2:34, 38:73, 38:75), dan melawan perintah Tuhan (fasaqa ?an amri rabbihi, QS 18:50). Dalam hal ini, Iblis tidak sendirian. Sudah banyak orang yang berhasil direkrut sebagai staf dan kroninya, berpikiran dan berprilaku seperti yang dicontohkannya.
Iblis adalah ‘prototype’ intelektual ‘keblinger’. Sebagaimana dikisahkan dalam al-Qur’an, sejurus setelah ia divonis, Iblis mohon agar ajalnya ditangguhkan. Dikabulkan dan dibebaskan untuk sementara waktu, ia pun bersumpah untuk menyeret orang lain ke jalannya, dengan segala cara.
“Hasutlah siapa saja yang kau bisa dari kalangan mereka dengan seruanmu. Kerahkan seluruh pasukanmu, kavalri maupun infantri. Menyusuplah dalam urusan keuangan dan keluarga mereka. Janjikan mereka [kenikmatan dan keselamatan]!” Demikian difirmankan kepada Iblis (QS 17:64).
Maka Iblis pun bertekad: “Sungguh akan kuhalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Akan kudatangi mereka dari arah depan dan belakang, dari sebelah kanan dan kiri mereka!” (QS 7:16-17). Maksudnya, menurut Ibnu ‘Abbas ra, Iblis bertekad untuk menyesatkan orang dengan menebar keraguan, membuat orang ragu dan lupa pada akhirat, alergi dan anti terhadap kebaikan dan kebenaran, gandrung dan tergila-gila pada dunia, hobi dan cuek berbuat dosa, ragu dan bingung soal agama (Lihat: Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-?Az?im, cetakan Beirut, al-Maktabah al-?As?riyyah, 1995, vol. 2, hlm. 190).
Tidak sulit untuk mengidentifikasi cendekiawan bermental Iblis. Sebab, ciri-cirinya telah cukup diterangkan dalam al-Qur’an sebagai berikut. Pertama, selalu membangkang dan membantah (6:121). Meskipun ia kenal, tahu dan faham, namun tidak akan pernah mau menerima kebenaran. Seperti ingkarnya Fir’aun berikut hulu-balangnya, zulman wa ‘uluwwan, meskipun dan padahal hati kecilnya mengakui dan meyakini (wa istayqanat-ha anfusuhum).
Maka selalu dicarinya argumen untuk menyanggah dan menolak kebenaran demi mempertahankan opininya. Sebab, yang penting baginya bukan kebenaran, akan tetapi pembenaran. Jadi, bukan karena ia tak tahu mana yang benar, tetapi karena ia memang tidak mau mengikuti dan tunduk pada kebenaran itu. Jadi jangan heran bila selalu saja ada cendekiawan yang meskipun nota bene Muslim, namun sifatnya seperti itu. Ideologi dan opini pemikirannya yang liar lebih ia pentingkan dan ia pertahankan ketimbang kebenaran dan aqidah Islamnya.
Dalam tradisi keilmuan Islam, sikap membangkang semacam ini disebut juga al-‘inadiyyah (Lihat: Abu Hafs Najmuddin Umar ib
n Muhammad an-Nasafi (w. 537 H/1142 M), al-‘Aqa’id, dalam Majmu’ min Muhimmat al-Mutun, Kairo: al-Matba’ah al-Khayriyyah, 1306 H, hlm. 19).
Kedua, intelektual diabolik bersikap takabbur (sombong, angkuh, congkak, arrogans). Pengertian takabbur ini dijelaskan dalam hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (no.147): “Sombong ialah menolak yang haq dan meremehkan orang lain (al-kibru batarul-haqq wa ghamtu n-nas)”.
Akibatnya, orang yang mengikuti kebenaran sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an atau hadis Nabi SAW dianggapnya dogmatis, literalis, logosentris, fundamentalis, konservatif dan lain sebagainya.
Sebaliknya, orang yang berpikiran liberal, berpandangan relativistik dan skeptis, menghujat al-Qur’an maupun Hadis, meragukan dan menolak kebenarannya, justru disanjung sebagai intelektual kritis, reformis dan sebagainya, meskipun terbukti zindiq, heretik dan bermental Iblis.
Mereka bermuka dua, menggunakan standar ganda (2:14). Mereka menganggap orang beriman itu bodoh, padahal merekalah yang bodoh dan dungu (sufaha’). Intelektual semacam inilah yang diancam Allah dalam al-Qur’an : “Akan Aku palingkan mereka yang arogan tanpa kebenaran itu dari ayat-ayat-Ku. Sehingga, meskipun menyaksikan setiap ayat, tetap saja mereka tidak akan mempercayainya. Dan kalaupun melihat jalan kebenaran, mereka tidak akan mau menempuhnya. Namun jika melihat jalan kesesatan, mereka justru menelusurinya” (7:146).
Ciri yang ketiga ialah mengaburkan dan menyembunyikan kebenaran (talbis wa kitman al-haqq). Cendekiawan diabolik bukan tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Namun ia sengaja memutarbalikkan data dan fakta. Yang batil dipoles dan dikemas sedemikian rupa sehingga nampak seolah-olah haq.
Sebaliknya, yang haq digunting dan di’preteli’ sehingga kelihatan seperti batil. Ataupun dicampur-aduk dua-duanya sehingga tidak jelas lagi beda antara yang benar dan yang salah. Strategi semacam ini memang sangat efektif untuk membuat orang lain bingung dan terkecoh.
Contohnya seperti yang dilakukan oleh para pengasong gagasan inklusivisme dan pluralisme agama. Mereka mengutip ayat-ayat al-Qur’an (2:62 dan 5:69) untuk menjustifikasi pemikiran liarnya, untuk mengatakan semua agama adalah sama, tanpa mempedulikan konteks siyaq, sibaq dan lihaq maupun tafsir bi l-ma’tsur dari ayat-ayat tersebut.
Sama halnya yang dilakukan oleh para orientalis Barat dalam kajian mereka terhadap al-Qur’an dan Hadis. Mereka mempersoalkan dan membesar-besarkan perkara-perkara kecil, mengutak-atik yang sudah jelas dan tuntas, sambil mendistorsi dan memanipulasi (tahrif) sumber-sumber yang ada. Hal ini tidak terlalu mengejutkan, mengingat kebanyakan mereka adalah Yahudi dan Nasrani yang karakternya telah dijelaskan dalam al-Qur’an 3:71, “Ya ahla l-kitab lima talbisuna l-haqq bi l-batil wa taktumu l-haqq wa antum ta’lamun?” Yang sangat mengherankan ialah ketika hal yang sama dilakukan oleh mereka yang zahirnya Muslim.
Karena watak dan peran yang dilakoninya itu, Iblis disebut juga Setan (syaitan), kemungkinan dari bahasa Ibrani ‘syatan’, yang artinya lawan atau musuh (Lihat: W. Gesenius, Lexicon Manuale Hebraicum et Chaldaicum in Veteris Testamenti Libros). Dalam al-Qur’an memang ditegaskan bahwa setan adalah musuh nyata manusia (12:5, 17:53 dan 35:6). Selain pembangkang (‘asiyy), setan berwatak jahat, liar, dan kurang ajar (marid dan marid). Untuk menggelincirkan (istazalla), menjerumuskan (yughwi) dan menyesatkan (yudillu) orang, setan juga memakai strategi. Caranya dengan menyusup dan mempengaruhi (yatakhabbat), merasuk dan merusak (yanzagh), menaklukkan (istahwa) dan menguasai (istah’wadza), menghalang-halangi (yasudd) dan menakut-nakuti (yukhawwif), merekomendasi (sawwala) dan menggiring (ta’uzz), menyeru (yad’u) dan menjebak (yaftin), menciptakan imej positif untuk kebatilan (zayyana lahum a’malahum), membisikkan hal-hal negatif ke dalam hati dan pikiran seseorang (yuwaswis), menjanjikan dan memberikan iming-iming (ya’iduhum wa yumannihim), memperdaya dengan tipu muslihat (dalla bi-ghurur), membuat orang lupa dan lalai (yunsi), menyulut konflik da
Kedua, intelektual diabolik bersikap takabbur (sombong, angkuh, congkak, arrogans). Pengertian takabbur ini dijelaskan dalam hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (no.147): “Sombong ialah menolak yang haq dan meremehkan orang lain (al-kibru batarul-haqq wa ghamtu n-nas)”.
Akibatnya, orang yang mengikuti kebenaran sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an atau hadis Nabi SAW dianggapnya dogmatis, literalis, logosentris, fundamentalis, konservatif dan lain sebagainya.
Sebaliknya, orang yang berpikiran liberal, berpandangan relativistik dan skeptis, menghujat al-Qur’an maupun Hadis, meragukan dan menolak kebenarannya, justru disanjung sebagai intelektual kritis, reformis dan sebagainya, meskipun terbukti zindiq, heretik dan bermental Iblis.
Mereka bermuka dua, menggunakan standar ganda (2:14). Mereka menganggap orang beriman itu bodoh, padahal merekalah yang bodoh dan dungu (sufaha’). Intelektual semacam inilah yang diancam Allah dalam al-Qur’an : “Akan Aku palingkan mereka yang arogan tanpa kebenaran itu dari ayat-ayat-Ku. Sehingga, meskipun menyaksikan setiap ayat, tetap saja mereka tidak akan mempercayainya. Dan kalaupun melihat jalan kebenaran, mereka tidak akan mau menempuhnya. Namun jika melihat jalan kesesatan, mereka justru menelusurinya” (7:146).
Ciri yang ketiga ialah mengaburkan dan menyembunyikan kebenaran (talbis wa kitman al-haqq). Cendekiawan diabolik bukan tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Namun ia sengaja memutarbalikkan data dan fakta. Yang batil dipoles dan dikemas sedemikian rupa sehingga nampak seolah-olah haq.
Sebaliknya, yang haq digunting dan di’preteli’ sehingga kelihatan seperti batil. Ataupun dicampur-aduk dua-duanya sehingga tidak jelas lagi beda antara yang benar dan yang salah. Strategi semacam ini memang sangat efektif untuk membuat orang lain bingung dan terkecoh.
Contohnya seperti yang dilakukan oleh para pengasong gagasan inklusivisme dan pluralisme agama. Mereka mengutip ayat-ayat al-Qur’an (2:62 dan 5:69) untuk menjustifikasi pemikiran liarnya, untuk mengatakan semua agama adalah sama, tanpa mempedulikan konteks siyaq, sibaq dan lihaq maupun tafsir bi l-ma’tsur dari ayat-ayat tersebut.
Sama halnya yang dilakukan oleh para orientalis Barat dalam kajian mereka terhadap al-Qur’an dan Hadis. Mereka mempersoalkan dan membesar-besarkan perkara-perkara kecil, mengutak-atik yang sudah jelas dan tuntas, sambil mendistorsi dan memanipulasi (tahrif) sumber-sumber yang ada. Hal ini tidak terlalu mengejutkan, mengingat kebanyakan mereka adalah Yahudi dan Nasrani yang karakternya telah dijelaskan dalam al-Qur’an 3:71, “Ya ahla l-kitab lima talbisuna l-haqq bi l-batil wa taktumu l-haqq wa antum ta’lamun?” Yang sangat mengherankan ialah ketika hal yang sama dilakukan oleh mereka yang zahirnya Muslim.
Karena watak dan peran yang dilakoninya itu, Iblis disebut juga Setan (syaitan), kemungkinan dari bahasa Ibrani ‘syatan’, yang artinya lawan atau musuh (Lihat: W. Gesenius, Lexicon Manuale Hebraicum et Chaldaicum in Veteris Testamenti Libros). Dalam al-Qur’an memang ditegaskan bahwa setan adalah musuh nyata manusia (12:5, 17:53 dan 35:6). Selain pembangkang (‘asiyy), setan berwatak jahat, liar, dan kurang ajar (marid dan marid). Untuk menggelincirkan (istazalla), menjerumuskan (yughwi) dan menyesatkan (yudillu) orang, setan juga memakai strategi. Caranya dengan menyusup dan mempengaruhi (yatakhabbat), merasuk dan merusak (yanzagh), menaklukkan (istahwa) dan menguasai (istah’wadza), menghalang-halangi (yasudd) dan menakut-nakuti (yukhawwif), merekomendasi (sawwala) dan menggiring (ta’uzz), menyeru (yad’u) dan menjebak (yaftin), menciptakan imej positif untuk kebatilan (zayyana lahum a’malahum), membisikkan hal-hal negatif ke dalam hati dan pikiran seseorang (yuwaswis), menjanjikan dan memberikan iming-iming (ya’iduhum wa yumannihim), memperdaya dengan tipu muslihat (dalla bi-ghurur), membuat orang lupa dan lalai (yunsi), menyulut konflik da
n kebencian (yuqi’u l-‘adawah wa l-baghda’), menganjurkan perbuatan maksiat dan amoral (ya’mur bi l-fahsya’ wa l-munkar) serta menyuruh orang supaya kafir (qala li l-insani-kfur).
Nah, trik-trik inilah yang juga dipraktekan oleh antek-antek dan konco-konconya dari kalangan cendekiawan dan ilmuwan. Mereka disebut awliya’ al-syaytan (4:76), ikhwan al-syaytan (3:175), hizb al-syaytan (58:19) dan junudu Iblis (26:94). Mereka menikam agama dan mempropagandakan pemikiran liar atas nama hak asasi manusia (HAM), kebebasan berekspresi, demokrasi, pembaharuan, pencerahan ataupun penyegaran.
Semua ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru atau pertama kali terjadi, seperti segera diketahui oleh setiap orang yang membaca sejarah pemikiran Islam. Semuanya merupakan repetisi dan reproduksi belaka. History repeats itself, kata pepatah bule. Hanya pelakonnya yang beda, namun karakter dan perannya sama saja. Ada Fir’aun dan ada Musa as. Muncul Suhrawardi al-Maqtul, tetapi ada Ibn Taymiyyah. Lalu lahir Hamzah Fansuri, namun datang ar-Raniri, dan seterusnya.
Al-Qur’an pun telah mensinyalir: “Memang ada manusia-manusia yang kesukaannya berargumentasi, menghujat Allah tanpa ilmu, dan menjadi pengikut setan yang durhaka. Telah ditetapkan atasnya, bahwa siapa saja yang menjadikannya sebagai kawan, maka akan disesatkan olehnya dan dibimbingnya ke neraka” (22:3-4). Maka kaum beriman diingatkan agar senantiasa menyadari bahwa “sesungguhnya setan-setan itu mewahyukan kepada kroninya untuk menyeret kalian ke dalam pertengkaran. Jika dituruti, kalian akan menjadi orang-orang yang musyrik” (6:121). Ini tidak berarti kita dilarang berpikir atau berijtihad. Berpendapat boleh saja, asal dengan ilmu dan adab. Wallahu a’lam.*
Nah, trik-trik inilah yang juga dipraktekan oleh antek-antek dan konco-konconya dari kalangan cendekiawan dan ilmuwan. Mereka disebut awliya’ al-syaytan (4:76), ikhwan al-syaytan (3:175), hizb al-syaytan (58:19) dan junudu Iblis (26:94). Mereka menikam agama dan mempropagandakan pemikiran liar atas nama hak asasi manusia (HAM), kebebasan berekspresi, demokrasi, pembaharuan, pencerahan ataupun penyegaran.
Semua ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru atau pertama kali terjadi, seperti segera diketahui oleh setiap orang yang membaca sejarah pemikiran Islam. Semuanya merupakan repetisi dan reproduksi belaka. History repeats itself, kata pepatah bule. Hanya pelakonnya yang beda, namun karakter dan perannya sama saja. Ada Fir’aun dan ada Musa as. Muncul Suhrawardi al-Maqtul, tetapi ada Ibn Taymiyyah. Lalu lahir Hamzah Fansuri, namun datang ar-Raniri, dan seterusnya.
Al-Qur’an pun telah mensinyalir: “Memang ada manusia-manusia yang kesukaannya berargumentasi, menghujat Allah tanpa ilmu, dan menjadi pengikut setan yang durhaka. Telah ditetapkan atasnya, bahwa siapa saja yang menjadikannya sebagai kawan, maka akan disesatkan olehnya dan dibimbingnya ke neraka” (22:3-4). Maka kaum beriman diingatkan agar senantiasa menyadari bahwa “sesungguhnya setan-setan itu mewahyukan kepada kroninya untuk menyeret kalian ke dalam pertengkaran. Jika dituruti, kalian akan menjadi orang-orang yang musyrik” (6:121). Ini tidak berarti kita dilarang berpikir atau berijtihad. Berpendapat boleh saja, asal dengan ilmu dan adab. Wallahu a’lam.*
Upaya untuk memisahkan Islam dengan peradaban Melayu-Indonesia ini sejak lama dilakukan oleh kaum orientalis Belanda yang kemudian diikuti oleh kaum Islamofobia di Indonesia pasca penjajahan. Sejak dulu, kekuatan penjajah berusaha keras mendidik kaum terpelajar dan elite bangsa ini agar bersikap anti-pati terhadap segala sesuatu yang berbau Islam.
https://www.facebook.com/153825841424041/posts/1834992823307326/
https://www.facebook.com/153825841424041/posts/1834992823307326/
KHULAFAUR RASYIDIN YANG AGUNG
1 set beris 4 buku
Inilah sejarah yang menggugah jiwa. Kisah monumental sepanjang abad yang pernah ada. Merekalah shahabat setia Rasulullah yang dijamin dengan Surga. Merekalah pejuang dakwah setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiada.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian mencela sahabatku. Seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas semisal gunung Uhud, maka itu tidak bisa menandingi satu mud infak sahabat, bahkan tidak pula separuhnya.” (HR. Bukhari, no. 3673 dan Muslim, no. 2540)
Tentang definisi shahabat, Imam Bukhari rahimahllah menyebutkan, “Siapa saja dari kalangan kaum muslimin, yang pernah menyertai dan melihat Rasulullah, maka ia terhitung sahabat nabi”. (Shahih Bukhari)
Dan yang terdepan dari kalangan shahabat adalah Abu Bakar ash-Shidiq, lalu Umar bin Khaththab, lalu Utsman bin Affan, kemudian Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Umar –radhiyallahu ‘anhuma-
----------------------------------------
Khulafaur Rasyidin Yang Agung
1 set beris 4 buku
Penulis: Muhammad Ridha
Ukuran: 15 x 23,5 cm
Berat: 2,2 Kg
Sampul: Soft Cover
Harga: Rp. 293.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
1 set beris 4 buku
Inilah sejarah yang menggugah jiwa. Kisah monumental sepanjang abad yang pernah ada. Merekalah shahabat setia Rasulullah yang dijamin dengan Surga. Merekalah pejuang dakwah setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiada.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian mencela sahabatku. Seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas semisal gunung Uhud, maka itu tidak bisa menandingi satu mud infak sahabat, bahkan tidak pula separuhnya.” (HR. Bukhari, no. 3673 dan Muslim, no. 2540)
Tentang definisi shahabat, Imam Bukhari rahimahllah menyebutkan, “Siapa saja dari kalangan kaum muslimin, yang pernah menyertai dan melihat Rasulullah, maka ia terhitung sahabat nabi”. (Shahih Bukhari)
Dan yang terdepan dari kalangan shahabat adalah Abu Bakar ash-Shidiq, lalu Umar bin Khaththab, lalu Utsman bin Affan, kemudian Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Umar –radhiyallahu ‘anhuma-
----------------------------------------
Khulafaur Rasyidin Yang Agung
1 set beris 4 buku
Penulis: Muhammad Ridha
Ukuran: 15 x 23,5 cm
Berat: 2,2 Kg
Sampul: Soft Cover
Harga: Rp. 293.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
JAS MEWAH
Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah Dakwah
Mengapa hingga saat ini orang-orang terus menulis dan mempelajari sejarah? Padahal, selama ini sejarah tidak pernah dianggap sesuatu yang sophisticated, tidak lebih bergengsi dibandingkan bidang ilmu lain. Pun, buku-buku sejarah bukanlah genre yang diminati luas yang kemudian menjadi bestseller seperti novel, misalnya. Jawabannya, karena mempelajari sejarah itu penting.
Dua per tiga isi Al-Qur
Simak penegasan Al-Qur`an seusai bercerita, Mereka itu umat-umat (terdahulu) yang sudah lewat. Bagi mereka apa yang telah mereka perbuat dan bagi kalian apa yang telah kalian perbuat. Kalian tidak akan ditanya tentang apa yang telah mereka lakukan. (Q.s. al-Baqarah [2]: 141).
Buku ini adalah sebentuk ikhtiar penulis dalam menyampaikan urgensi sejarah tersebut, sebagai upaya mengeja (kembali) Indonesia. Di dalamnya terbagi menjadi lima bagian; sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, sejarah dan peran pesantren, sejarah gerakan dakwah di Indonesia, sejarah tokoh umat yang sekaligus tokoh bangsa, hingga strategi islamisasi penulisan dan pengajaran sejarah.
Selamat menikmati lembar demi lembar sajian sejarah dari Dr. Tiar Anwar Bachtiar, sejarawan muda yang concern dalam penulisan sejarah Islam di Indonesia.
-----------------------------------------
JAS MEWAH
Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah Dakwah
Penulis: Dr. Tiar Anwar Bachtiar
Isi: 392 halaman
Ukuran: 15.2x23.2 cm
Berat: 386 gr
ISBN : 978-602-7820-81-4
Harga: Rp 90.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah Dakwah
Mengapa hingga saat ini orang-orang terus menulis dan mempelajari sejarah? Padahal, selama ini sejarah tidak pernah dianggap sesuatu yang sophisticated, tidak lebih bergengsi dibandingkan bidang ilmu lain. Pun, buku-buku sejarah bukanlah genre yang diminati luas yang kemudian menjadi bestseller seperti novel, misalnya. Jawabannya, karena mempelajari sejarah itu penting.
Dua per tiga isi Al-Qur
an bercerita tentang masa lalu. Kalau tidak begitu penting, mana mungkin kitab suci berisi kisah-kisah yang amat banyak? Masa depan kita akan menjadi lebih baik bila kita sanggup mengambil pelajaran kebajikan dan kebijaksanaan dari masa lalu. Tanpa sejarah, kita akan kesulitan mengkhayalkan (baca: merumuskan) masa depan. Inilah yang diajarkan Al-Qur
an, Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, hendaklah seseorang melihat apa yang telah berlalu untuk (merencanakan) hari esok. (Q.s. al-Hasyr [59]: 18). Simak penegasan Al-Qur`an seusai bercerita, Mereka itu umat-umat (terdahulu) yang sudah lewat. Bagi mereka apa yang telah mereka perbuat dan bagi kalian apa yang telah kalian perbuat. Kalian tidak akan ditanya tentang apa yang telah mereka lakukan. (Q.s. al-Baqarah [2]: 141).
Buku ini adalah sebentuk ikhtiar penulis dalam menyampaikan urgensi sejarah tersebut, sebagai upaya mengeja (kembali) Indonesia. Di dalamnya terbagi menjadi lima bagian; sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, sejarah dan peran pesantren, sejarah gerakan dakwah di Indonesia, sejarah tokoh umat yang sekaligus tokoh bangsa, hingga strategi islamisasi penulisan dan pengajaran sejarah.
Selamat menikmati lembar demi lembar sajian sejarah dari Dr. Tiar Anwar Bachtiar, sejarawan muda yang concern dalam penulisan sejarah Islam di Indonesia.
-----------------------------------------
JAS MEWAH
Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah Dakwah
Penulis: Dr. Tiar Anwar Bachtiar
Isi: 392 halaman
Ukuran: 15.2x23.2 cm
Berat: 386 gr
ISBN : 978-602-7820-81-4
Harga: Rp 90.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
MIFTAH DARIS SA'ADAH
Kunci Kebahagiaan Dunia Akhirat
Penulis: Imam Ibnul Qayyim al jauziyah
Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam dan shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
“Miftah Daris Saadah Kunci Kebahagiaan Dunia Akhirat”, merupakan buah karya Imam Ibnul Qayyim al jauziyah yang berjudul miftah daris sa’adah yang berarti kunci kebahagiaan. Buku ini memaparkan berbagai sumber dan simpul-simpul kebahagiaan, bagaimana mencarinya dan mewujudkannya. Sangat bagus dibaca dan dipelajari kemudian direnungkan. Satu demi satu wejangan-wejangan berharga yang sangat indah dan bermanfaat bagi kehidupan.
Kebahagiaan adalah cinta-cita kehidupan, di dunia atau di akhirat. setiap orang bersungguh-sungguh untuk memburunya. Namun terkadang seseorang tidak tahu apa sebenarnya hakekat kebahagiaan itu, bagaimana meraih dan mewujudkannya. Sebagian orang berkeyakinan bahwa kebahagiaan itu bersumber dari kekayaan, maka dikumpulkan berbagai harta benda, uang, emas dan perak berbagai perbendaharaannya. Tetapi kebahagiaan tidak juga datang. Justru kesedihan dan kehampaan semakin menyesakkan dada. Ada lagi anggapan wanita adalah kebahagiaan, atau pangkat dan jabatan, tetapi akhirnya tetap sama kesedihan dan kegetiran hidup yang didapat.
--------------------------------
MIFTAH DARIS SA'ADAH
Kunci Kebahagiaan Dunia Akhirat
Penulis: Imam Ibnul Qayyim al jauziyah
Ukuran: 15 x 23 cm.
Isi: 2092 halaman.
Hardcover
Berat: 3kg/Set.
Harga: Rp. 390.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
Kunci Kebahagiaan Dunia Akhirat
Penulis: Imam Ibnul Qayyim al jauziyah
Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam dan shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
“Miftah Daris Saadah Kunci Kebahagiaan Dunia Akhirat”, merupakan buah karya Imam Ibnul Qayyim al jauziyah yang berjudul miftah daris sa’adah yang berarti kunci kebahagiaan. Buku ini memaparkan berbagai sumber dan simpul-simpul kebahagiaan, bagaimana mencarinya dan mewujudkannya. Sangat bagus dibaca dan dipelajari kemudian direnungkan. Satu demi satu wejangan-wejangan berharga yang sangat indah dan bermanfaat bagi kehidupan.
Kebahagiaan adalah cinta-cita kehidupan, di dunia atau di akhirat. setiap orang bersungguh-sungguh untuk memburunya. Namun terkadang seseorang tidak tahu apa sebenarnya hakekat kebahagiaan itu, bagaimana meraih dan mewujudkannya. Sebagian orang berkeyakinan bahwa kebahagiaan itu bersumber dari kekayaan, maka dikumpulkan berbagai harta benda, uang, emas dan perak berbagai perbendaharaannya. Tetapi kebahagiaan tidak juga datang. Justru kesedihan dan kehampaan semakin menyesakkan dada. Ada lagi anggapan wanita adalah kebahagiaan, atau pangkat dan jabatan, tetapi akhirnya tetap sama kesedihan dan kegetiran hidup yang didapat.
--------------------------------
MIFTAH DARIS SA'ADAH
Kunci Kebahagiaan Dunia Akhirat
Penulis: Imam Ibnul Qayyim al jauziyah
Ukuran: 15 x 23 cm.
Isi: 2092 halaman.
Hardcover
Berat: 3kg/Set.
Harga: Rp. 390.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
Kisah Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga.
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
https://www.facebook.com/153825841424041/posts/1836442549829020/
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
https://www.facebook.com/153825841424041/posts/1836442549829020/
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Kisah Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga.
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
SYAJARATUL MA‘ÂRIF
TUNTUNAN QUR’AN MENGIHSANKAN PIKIRAN, PERKATAAN, DAN PERBUATAN
Penulis: Syekh Izzuddin bin Abdussalam (w. 660 H)
Inilah salah satu karya terbaik Syekh al-‘Izz bin Abdus Salam. Ulama klasik yang digelari Sulthanul Ulama ini bertutur,“Aku telah melalui masa belajar selama tiga puluh tahun dengan mengurangi waktu tidurku sampai aku memahami betul banyak hukum di dalam sanubariku.”
Ditopang penguasaan sastra Arab, tafsir, fiqih, dan spiritualitas Islam yang mendalam, Syekh al-‘Izz berhasil mengulas tuntas tentang ihsan dalam kehidupan; mulai dari konsep-dasar-ilmiahnya hingga aplikasi-praktis-amaliahnya:
Apa hakikat ihsan? Apa maslahat dan mafsadat itu? Bagaimana menarik maslahat dan menolak mafsadat dalam seluruh aspek hidup kita, lahir dan batin, akidah maupun muamalah, personal maupun sosial?
Melalui telaah sistematis dan memudahkan atas dalil naqli dan dalil aqli, cara berpikir, bersikap, berkata, dan berbuat kita ditata agar benar. Tidak hanya benar tapi juga baik. Tidak hanya baik, tapi juga indah (ihsan) dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat, di dunia maupun akhirat.
Yang istimewa, terjemahan disandingkan dengan teks Arabnya, sehingga membacanya Anda serasa ngaji kitab, memahami maknanya sekaligus merasakan keindahan tuturan aslinya—saking indahnya, kitab ini nyaris tak bisa diditerjemahkan. Pesan berkelindan dengan kefasihan; rampai makna seirama dengan kata-kata berima. Tapi ikhtiar mesti dihadirkan. Bagi awam, akan memudahkan untuk mengerti artinya dengan baik; bagi ahli, akan menginspirasi untuk mencari alternatif pemaknaan yang lebih baik.
Sebagian daftar isi:
- Berakhlak dengan Sifat Salbiyah
- Tauhid Dzat dan Sifat
Tauhid
- Berakhlak dengan Sifat-sifat Dzat
- Mengenai Sifat Ilmu
- Berakhlak dengan Sifat Iradat
- Berakhlak dengan Sifat Mendengar
- Berakhlak dengan Sifat Bashar
- Berakhlak dengan Sifat Kalam
- Berakhlak dengan Sifat Takabur dari Segala Kehinaan
- Sifat-sifat yang Tidak Bisa Diteladani
- Berakhlak dengan Sifat al-Ra’ûf dan al-Rahîm
- Berakhlak dengan Sifat al-Ghaffâr
- Berakhlak dengan Sifat al-Qahhâr
- Berakhlak dengan Sifat al-Halîm
- Berakhlak dengan Sifat al-Shabûr
- Berakhlak dengan Sifat al-‘Afuww
- Berakhlak dengan Ihsân, Ijmâl, In‘âm, dan Ifdhâl
- Berakhlak dengan Sifat-sifat Allah yang Lain
- Berakhlak dengan Sifat al-Khâfidh
- Berakhlak dengan al-Râfi‘
- Berakhlak dengan Sifat al-Mu‘izzu
- Berakhlak dengan Sifat al-Mudzillu
- Berakhlak dengan Sifat al-Muntaqim
- Berakhlak dengan Sifat Adil
- Berakhlak dengan Sifat Tafarrud
- Berakhlak dengan Sifat al-Fattâh
- Berakhlak dengan Sifat al-Lathîf
- Berakhlak dengan Sifat Syukur
- Berakhlak dengan Sifat al-Hafîzh
- Kelembutan Hati
- Kelembutan dan Kesantunan
- Zikir kepada Allah
- Bertekad untuk Taat
- Hati yang Menolak Ujian
- Lalai dari Keburukan
- Berpaling dari Orang Munafik
- Berpaling dari Orang Kafir
-Berpaling dari Perbuatan Tak Berguna
- Malu Melakukan Keburukan Menurut Syariat
- Tawadhu kepada Orangtua dan Orang Mukmin
- Merenungi Penciptaan Langit, Bumi, dan Jiwa
- Merenungi Indahnya Ketaatan dan Pahalanya
- Merenungi Buruknya Maksiat dan Hukumannya
- Mengingat dan Mengambil Pelajaran
- Bercermin pada Buruknya Nasib
- Pelaku Maksiat
- Memusuhi Setan
- Memusuhi Kaum Kafir
- Bersikap Tegas dan Waspada
- Mengetahui Dosa
- Harapan untuk Bertobat
- Menunggu Jalan Keluar dengan Sabar
Dll...
-----------------------------
SYAJARATUL MA‘ÂRIF
TUNTUNAN QUR’AN MENGIHSANKAN PIKIRAN, PERKATAAN, DAN PERBUATAN
Penulis: Syekh Izzuddin bin Abdussalam (w. 660 H)
ISBN: 978-602-5547-80-5
Ukuran: 15 × 23 cm
Isi: Book paper 916 halaman
Sampul: Hard cover
Berat: 1,1 Kg.
Harga: Rp. 234.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
TUNTUNAN QUR’AN MENGIHSANKAN PIKIRAN, PERKATAAN, DAN PERBUATAN
Penulis: Syekh Izzuddin bin Abdussalam (w. 660 H)
Inilah salah satu karya terbaik Syekh al-‘Izz bin Abdus Salam. Ulama klasik yang digelari Sulthanul Ulama ini bertutur,“Aku telah melalui masa belajar selama tiga puluh tahun dengan mengurangi waktu tidurku sampai aku memahami betul banyak hukum di dalam sanubariku.”
Ditopang penguasaan sastra Arab, tafsir, fiqih, dan spiritualitas Islam yang mendalam, Syekh al-‘Izz berhasil mengulas tuntas tentang ihsan dalam kehidupan; mulai dari konsep-dasar-ilmiahnya hingga aplikasi-praktis-amaliahnya:
Apa hakikat ihsan? Apa maslahat dan mafsadat itu? Bagaimana menarik maslahat dan menolak mafsadat dalam seluruh aspek hidup kita, lahir dan batin, akidah maupun muamalah, personal maupun sosial?
Melalui telaah sistematis dan memudahkan atas dalil naqli dan dalil aqli, cara berpikir, bersikap, berkata, dan berbuat kita ditata agar benar. Tidak hanya benar tapi juga baik. Tidak hanya baik, tapi juga indah (ihsan) dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat, di dunia maupun akhirat.
Yang istimewa, terjemahan disandingkan dengan teks Arabnya, sehingga membacanya Anda serasa ngaji kitab, memahami maknanya sekaligus merasakan keindahan tuturan aslinya—saking indahnya, kitab ini nyaris tak bisa diditerjemahkan. Pesan berkelindan dengan kefasihan; rampai makna seirama dengan kata-kata berima. Tapi ikhtiar mesti dihadirkan. Bagi awam, akan memudahkan untuk mengerti artinya dengan baik; bagi ahli, akan menginspirasi untuk mencari alternatif pemaknaan yang lebih baik.
Sebagian daftar isi:
- Berakhlak dengan Sifat Salbiyah
- Tauhid Dzat dan Sifat
Tauhid
- Berakhlak dengan Sifat-sifat Dzat
- Mengenai Sifat Ilmu
- Berakhlak dengan Sifat Iradat
- Berakhlak dengan Sifat Mendengar
- Berakhlak dengan Sifat Bashar
- Berakhlak dengan Sifat Kalam
- Berakhlak dengan Sifat Takabur dari Segala Kehinaan
- Sifat-sifat yang Tidak Bisa Diteladani
- Berakhlak dengan Sifat al-Ra’ûf dan al-Rahîm
- Berakhlak dengan Sifat al-Ghaffâr
- Berakhlak dengan Sifat al-Qahhâr
- Berakhlak dengan Sifat al-Halîm
- Berakhlak dengan Sifat al-Shabûr
- Berakhlak dengan Sifat al-‘Afuww
- Berakhlak dengan Ihsân, Ijmâl, In‘âm, dan Ifdhâl
- Berakhlak dengan Sifat-sifat Allah yang Lain
- Berakhlak dengan Sifat al-Khâfidh
- Berakhlak dengan al-Râfi‘
- Berakhlak dengan Sifat al-Mu‘izzu
- Berakhlak dengan Sifat al-Mudzillu
- Berakhlak dengan Sifat al-Muntaqim
- Berakhlak dengan Sifat Adil
- Berakhlak dengan Sifat Tafarrud
- Berakhlak dengan Sifat al-Fattâh
- Berakhlak dengan Sifat al-Lathîf
- Berakhlak dengan Sifat Syukur
- Berakhlak dengan Sifat al-Hafîzh
- Kelembutan Hati
- Kelembutan dan Kesantunan
- Zikir kepada Allah
- Bertekad untuk Taat
- Hati yang Menolak Ujian
- Lalai dari Keburukan
- Berpaling dari Orang Munafik
- Berpaling dari Orang Kafir
-Berpaling dari Perbuatan Tak Berguna
- Malu Melakukan Keburukan Menurut Syariat
- Tawadhu kepada Orangtua dan Orang Mukmin
- Merenungi Penciptaan Langit, Bumi, dan Jiwa
- Merenungi Indahnya Ketaatan dan Pahalanya
- Merenungi Buruknya Maksiat dan Hukumannya
- Mengingat dan Mengambil Pelajaran
- Bercermin pada Buruknya Nasib
- Pelaku Maksiat
- Memusuhi Setan
- Memusuhi Kaum Kafir
- Bersikap Tegas dan Waspada
- Mengetahui Dosa
- Harapan untuk Bertobat
- Menunggu Jalan Keluar dengan Sabar
Dll...
-----------------------------
SYAJARATUL MA‘ÂRIF
TUNTUNAN QUR’AN MENGIHSANKAN PIKIRAN, PERKATAAN, DAN PERBUATAN
Penulis: Syekh Izzuddin bin Abdussalam (w. 660 H)
ISBN: 978-602-5547-80-5
Ukuran: 15 × 23 cm
Isi: Book paper 916 halaman
Sampul: Hard cover
Berat: 1,1 Kg.
Harga: Rp. 234.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
UAS: Buku Banjir Darah Mengingatkan Kita tentang Kejahatan PKI dalam Sejarah Bangsa Indonesia
POJOKSATU.id, JAKARTA – Ulama kondang Ustaz Abdul Somad atau UAS memamerkan dua buku di akun Instagram @ustadzabdulsomad_official.
Dua buku itu berjudul ‘100 Ulama Nusantara di Tanah Suci’ dan ‘Banjir Darah’. Buku Banjir Darah mengulas tentang kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI).
“Buku 100 Ulama Nusantara di Tanah Suci berisi biografi para ulama Nusantara yang tidak hanya sebagai murid, tapi menjadi imam, khatib dan guru besar di Makkah al-Mukarramah,” kata UAS.
“Buku BANJIR DARAH mengingatkan kita tentang kejahatan PKI dalam sejarah bangsa Indonesia,” tambah alumnus Universitas Al-Azhar Mesir itu.
Buku Banjir Darah diterbitkan oleh penerbit Istanbul Solo. Buku yang berisi kisah nyata aksi PKI terhadap kiai, santri, dan kaum muslimin itu ditulis oleh Anab Afifi dan Thowaf Zuharon.
Menurut perwakilan penerbit Istanbul, buku tersebut merupakan sejarah yang selama ini ditutup-tutupi dan diingkari, kemudian dicoba dikuak kembali melalui sebuah buku yang mengangkat fakta sejarah kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI) terhadap Kiai, Santri, Kaum Muslimin, dan mereka yang dibenci oleh PKI.
“Buku ini disusun berdasarkan hasil wawancara para saksi hidup dan pelaku sejarah, ditulis dengan narasi yang hidup dan memikat, yang mampu menyedot emosi pembaca, seolah ikut menyaksikan peristiwa itu,” jelas Direktur Utama Penerbit Istanbul, Bambang Soekirno, beberapa waktu lalu.
Bambang sendiri tidak menyangka, buku Banjir Darah mendapatkan respon yang sangat luar biasa dari para khalayak pencinta buku dan sejarah di Indonesia.
Sebelum buku ini turun cetak pada pekan pertama Agustus 2020, buku Banjir Darah sudah menjadi perbincangan cukup hangat di berbagai linimasa media sosial maupun Whatssapp.
Para konsumen buku, para re-seller buku, para distributor buku yang memasarkan buku secara digital, sangat riuh menghubungi penerbit Istanbul dan memesan jauh-jauh hari sebelum buku Banjir Darah turun cetak.
Buku cetakan pertama pun ludes terjual dalam hitungan jam. Bahkan, ada seorang reseller millenial yang datang ke penerbit Istanbuk dan memborong buku Banjir Darah.
Reseller tersebut datang membawa truk untuk membeli dan mengangkut buku Banjir Darah dalam jumlah yang sangat besar.
Selain datang langsung ke penerbit, beberapa pembeli juga memesan melalui online.
“Kami sudah sangat kewalahan memenuhi pesanan dari Sumatra hingga Papua. Ludes dalam hitungan jam. Yang heran, justru banyak sekali pesanan buku Banjir Darah dari luar Pulau Jawa,” terang Mustarom.
POJOKSATU.id, JAKARTA – Ulama kondang Ustaz Abdul Somad atau UAS memamerkan dua buku di akun Instagram @ustadzabdulsomad_official.
Dua buku itu berjudul ‘100 Ulama Nusantara di Tanah Suci’ dan ‘Banjir Darah’. Buku Banjir Darah mengulas tentang kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI).
“Buku 100 Ulama Nusantara di Tanah Suci berisi biografi para ulama Nusantara yang tidak hanya sebagai murid, tapi menjadi imam, khatib dan guru besar di Makkah al-Mukarramah,” kata UAS.
“Buku BANJIR DARAH mengingatkan kita tentang kejahatan PKI dalam sejarah bangsa Indonesia,” tambah alumnus Universitas Al-Azhar Mesir itu.
Buku Banjir Darah diterbitkan oleh penerbit Istanbul Solo. Buku yang berisi kisah nyata aksi PKI terhadap kiai, santri, dan kaum muslimin itu ditulis oleh Anab Afifi dan Thowaf Zuharon.
Menurut perwakilan penerbit Istanbul, buku tersebut merupakan sejarah yang selama ini ditutup-tutupi dan diingkari, kemudian dicoba dikuak kembali melalui sebuah buku yang mengangkat fakta sejarah kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI) terhadap Kiai, Santri, Kaum Muslimin, dan mereka yang dibenci oleh PKI.
“Buku ini disusun berdasarkan hasil wawancara para saksi hidup dan pelaku sejarah, ditulis dengan narasi yang hidup dan memikat, yang mampu menyedot emosi pembaca, seolah ikut menyaksikan peristiwa itu,” jelas Direktur Utama Penerbit Istanbul, Bambang Soekirno, beberapa waktu lalu.
Bambang sendiri tidak menyangka, buku Banjir Darah mendapatkan respon yang sangat luar biasa dari para khalayak pencinta buku dan sejarah di Indonesia.
Sebelum buku ini turun cetak pada pekan pertama Agustus 2020, buku Banjir Darah sudah menjadi perbincangan cukup hangat di berbagai linimasa media sosial maupun Whatssapp.
Para konsumen buku, para re-seller buku, para distributor buku yang memasarkan buku secara digital, sangat riuh menghubungi penerbit Istanbul dan memesan jauh-jauh hari sebelum buku Banjir Darah turun cetak.
Buku cetakan pertama pun ludes terjual dalam hitungan jam. Bahkan, ada seorang reseller millenial yang datang ke penerbit Istanbuk dan memborong buku Banjir Darah.
Reseller tersebut datang membawa truk untuk membeli dan mengangkut buku Banjir Darah dalam jumlah yang sangat besar.
Selain datang langsung ke penerbit, beberapa pembeli juga memesan melalui online.
“Kami sudah sangat kewalahan memenuhi pesanan dari Sumatra hingga Papua. Ludes dalam hitungan jam. Yang heran, justru banyak sekali pesanan buku Banjir Darah dari luar Pulau Jawa,” terang Mustarom.