Maksud "Islam Nusantara":
Istilah ‘Islam Nusantara' merupakan kata majemuk, yakni gabungan dua kata: ‘Islam’ dan ‘Nusantara’. Pertanyaan kita sederhana: Apakah gabungan dua kata ini konstruksi genitif ataukah konstruksi adjektif ? Dalam perbendaharaan kata sehari-hari kita temukan gabungan dua kata seperti ‘rumah makan’, ‘polisi tidur’, ‘nasi kucing’, dan sebagainya.
Lalu, apakah gabungan kata-kata semacam itu merupakan penisbatan dan penyandaran, ataukah penyifatan? Distingsi linguistik ini fatal karena ada perbedaan signifikan antara keduanya dari sudut implikasi makna. Apakah ‘nasi kucing’ itu artinya nasi untuk kucing, nasi dengan daging kucing, atau nasi berasal dari kucing, atau nasi kekucing-kucingan? Mereka yang pakar soal bahasa paham benar kalau konstruksi mudhaf-mudhaf-ilaih itu menyimpan arti asal, bahan, bagian, tempat, dan atau kepunyaan. Sementara konstruksi na‘t-man‘ut memberi keterangan sifat, kualitas, kuantitas dan sebagainya.
Nah, istilah Islam Nusantara ini sebenarnya termasuk lafaz murakkab idhafi ataukah murakkab washfi? Pertanyaan mendasar ini luput dari perhatian banyak orang. Kalau jawabannya yang pertama, maka artinya Islam itu dinisbatkan kepada Nusantara. Dan dengan begitu, implikasi logisnya, seolah-olah Islam itu berasal dari Nusantara, terbuat dari Nusantara, bagian dari Nusantara, untuk Nusantara atau milik Nusantara.
Padahal kita semua tahu bahwa Islam bukan berasal dari Nusantara, bukan pula terbuat dari Nusantara, dan jelas bukan juga bagian dari atau milik Nusantara, karena Nusantara adalah nama kepulauan yang meliputi wilayah Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Sementara Islam itu bukan pulau, jadi tidak bisa dikatakan Islam itu bagian dari Nusantara. Pun tidak bisa diklaim Islam itu milik Nusantara karena Islam itu agama Allah, dan Dialah yang menurunkan dan memeliharanya.
Lalu jika jawabannya yang kedua, yakni sebagai “murakkab washfi”, maka artinya Islam itu disifatkan oleh Nusantara. Ini artinya sama seperti ungkapan ‘anak baik’ (yaitu anak yang disifati dengan kebaikan), dan ‘makanan halal’ (yaitu makanan yang bersifat halal). Jadi, apakah “Islam Nusantara” itu artinya Islam yang bersifat Nusantara? Kalau Nusantara itu adalah kepulauan, apakah artinya Islam itu bersifat kepulauan?
Menurut pengusung gagasan aneh ini, Islam Nusantara bersifat tawassuth (moderat), tidak ekstrim kanan dan kiri, selalu seimbang, inklusif, toleran dan bisa hidup berdampingan secara damai dengan penganut agama lain, serta bisa menerima demokrasi dengan baik. Konon ciri-ciri ini tidak ada pada “Islam Arab” yang dicap radikal, ekstrim dan tidak toleran.
Namun karakterisasi ini sebenarnya tidak didukung oleh data historis, logis maupun statistik. Pencirian semacam ini lebih merupakan pembodohan masal yang dikemas dengan bahasa sophistis agar masyarakat menolak ajaran Islam sejati dan menukarnya dengan ajaran ‘Islam Nusantara’ bikinan intelektual yang tidak jelas keulamaanya dan keikhlasannya.
Ada yang mengklaim ‘Islam Nusantara’ itu cocok untuk menjadi manhaj atau model beragama yang harus senantiasa diperjuangkan untuk masa depan peradaban Indonesia dan dunia, karena ia adalah model Islam yang ramah, terbuka, inklusif dan mampu memberi solusi terhadap masalah besar bangsa dan negara.
Akan tetapi perlu diingat bahwa agama Islam sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad tidak pernah diberi embel-embel apapun. Dan Islam yang tanpa ‘Nusantara’ itu saja telah menyelesaikan permasalahan umat manusia dan berhasil membangun peradaban agung di Timur (Baghdad, Nishapur, Kairo, Damaskus) dan di Barat (Andalusia Spanyol dan Anatolia Turki):
"In just over a hundred years -- from the death of Muhammad in the year 632 to the beginning of the Abbasid Caliphate in 750 -- the followers of the Prophet swept across the whole of the Middle East, North Africa, and Spain. The new faith (Islam - tanpa 'Nusantara') propagated by Muhammad and his successors made it possible for many peoples along the edges of Byzantium and Persia -- the Khazars, Bulgars, Avars, and Turks to join the Arabs in creating the I
Istilah ‘Islam Nusantara' merupakan kata majemuk, yakni gabungan dua kata: ‘Islam’ dan ‘Nusantara’. Pertanyaan kita sederhana: Apakah gabungan dua kata ini konstruksi genitif ataukah konstruksi adjektif ? Dalam perbendaharaan kata sehari-hari kita temukan gabungan dua kata seperti ‘rumah makan’, ‘polisi tidur’, ‘nasi kucing’, dan sebagainya.
Lalu, apakah gabungan kata-kata semacam itu merupakan penisbatan dan penyandaran, ataukah penyifatan? Distingsi linguistik ini fatal karena ada perbedaan signifikan antara keduanya dari sudut implikasi makna. Apakah ‘nasi kucing’ itu artinya nasi untuk kucing, nasi dengan daging kucing, atau nasi berasal dari kucing, atau nasi kekucing-kucingan? Mereka yang pakar soal bahasa paham benar kalau konstruksi mudhaf-mudhaf-ilaih itu menyimpan arti asal, bahan, bagian, tempat, dan atau kepunyaan. Sementara konstruksi na‘t-man‘ut memberi keterangan sifat, kualitas, kuantitas dan sebagainya.
Nah, istilah Islam Nusantara ini sebenarnya termasuk lafaz murakkab idhafi ataukah murakkab washfi? Pertanyaan mendasar ini luput dari perhatian banyak orang. Kalau jawabannya yang pertama, maka artinya Islam itu dinisbatkan kepada Nusantara. Dan dengan begitu, implikasi logisnya, seolah-olah Islam itu berasal dari Nusantara, terbuat dari Nusantara, bagian dari Nusantara, untuk Nusantara atau milik Nusantara.
Padahal kita semua tahu bahwa Islam bukan berasal dari Nusantara, bukan pula terbuat dari Nusantara, dan jelas bukan juga bagian dari atau milik Nusantara, karena Nusantara adalah nama kepulauan yang meliputi wilayah Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Sementara Islam itu bukan pulau, jadi tidak bisa dikatakan Islam itu bagian dari Nusantara. Pun tidak bisa diklaim Islam itu milik Nusantara karena Islam itu agama Allah, dan Dialah yang menurunkan dan memeliharanya.
Lalu jika jawabannya yang kedua, yakni sebagai “murakkab washfi”, maka artinya Islam itu disifatkan oleh Nusantara. Ini artinya sama seperti ungkapan ‘anak baik’ (yaitu anak yang disifati dengan kebaikan), dan ‘makanan halal’ (yaitu makanan yang bersifat halal). Jadi, apakah “Islam Nusantara” itu artinya Islam yang bersifat Nusantara? Kalau Nusantara itu adalah kepulauan, apakah artinya Islam itu bersifat kepulauan?
Menurut pengusung gagasan aneh ini, Islam Nusantara bersifat tawassuth (moderat), tidak ekstrim kanan dan kiri, selalu seimbang, inklusif, toleran dan bisa hidup berdampingan secara damai dengan penganut agama lain, serta bisa menerima demokrasi dengan baik. Konon ciri-ciri ini tidak ada pada “Islam Arab” yang dicap radikal, ekstrim dan tidak toleran.
Namun karakterisasi ini sebenarnya tidak didukung oleh data historis, logis maupun statistik. Pencirian semacam ini lebih merupakan pembodohan masal yang dikemas dengan bahasa sophistis agar masyarakat menolak ajaran Islam sejati dan menukarnya dengan ajaran ‘Islam Nusantara’ bikinan intelektual yang tidak jelas keulamaanya dan keikhlasannya.
Ada yang mengklaim ‘Islam Nusantara’ itu cocok untuk menjadi manhaj atau model beragama yang harus senantiasa diperjuangkan untuk masa depan peradaban Indonesia dan dunia, karena ia adalah model Islam yang ramah, terbuka, inklusif dan mampu memberi solusi terhadap masalah besar bangsa dan negara.
Akan tetapi perlu diingat bahwa agama Islam sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad tidak pernah diberi embel-embel apapun. Dan Islam yang tanpa ‘Nusantara’ itu saja telah menyelesaikan permasalahan umat manusia dan berhasil membangun peradaban agung di Timur (Baghdad, Nishapur, Kairo, Damaskus) dan di Barat (Andalusia Spanyol dan Anatolia Turki):
"In just over a hundred years -- from the death of Muhammad in the year 632 to the beginning of the Abbasid Caliphate in 750 -- the followers of the Prophet swept across the whole of the Middle East, North Africa, and Spain. The new faith (Islam - tanpa 'Nusantara') propagated by Muhammad and his successors made it possible for many peoples along the edges of Byzantium and Persia -- the Khazars, Bulgars, Avars, and Turks to join the Arabs in creating the I
slamic Civilization". Demikian menurut Robert G. Hoyland, guru besar di Universitas Oxford.
Walhasil, mari sama-sama kita renungkan lagi apa perlunya, apa maunya, dan apa musykilnya ‘Islam Nusantara’ itu dari segi linguistik, logika, aqidah, syari‘ah, dan fakta sejarah. Hemat penulis, penggunaan istilah liar semacam ini selain bisa menyesatkan cara berfikir masyarakat awam, juga bisa membuat rusak tatanan bahasa Indonesia secara perlahan yang sebenarnya bisa dicegah lebih dini. Wallahu a’lam.
dari: Muhammad Hanif Al Hakim, 'Menguak Logika ‘Islam Nusantara’, dimuat di situs hidayatullahdotcom Kamis, 2 Juli 2015 - 16:46 WIB.
Walhasil, mari sama-sama kita renungkan lagi apa perlunya, apa maunya, dan apa musykilnya ‘Islam Nusantara’ itu dari segi linguistik, logika, aqidah, syari‘ah, dan fakta sejarah. Hemat penulis, penggunaan istilah liar semacam ini selain bisa menyesatkan cara berfikir masyarakat awam, juga bisa membuat rusak tatanan bahasa Indonesia secara perlahan yang sebenarnya bisa dicegah lebih dini. Wallahu a’lam.
dari: Muhammad Hanif Al Hakim, 'Menguak Logika ‘Islam Nusantara’, dimuat di situs hidayatullahdotcom Kamis, 2 Juli 2015 - 16:46 WIB.
Kisah-Kisah Inspiratif Syekh Al-Arifi
Penulis: Dr. Muhammad Al-Arifi
Sinopsis:
Syekh Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al-Arifi adalah sosok dai yang begitu kondang di Timur Tengah. Beliau memiliki followers sekitar 24,2 juta di halaman Facebook dan 18,1 juta di Twitter. Banyaknya penggemar di kedua platform media sosial tersebut juga menjadikan beliau sebagai ulama paling populer (#1) di Arab Saudi.
Buku ini merupakan kumpulan ceramah Syekh Al-Arifi yang pernah disiarkan. Saluran resmi beliau di YouTube juga cukup populer dengan pelanggan sekitar 893 ribu. Dengan dibukukan, harapannya faedah ilmu yang pernah beliau sampaikan lebih mudah untuk dicerna dan ditelaah ulang. Ceramah-ceramah beliau selama ini lebih banyak dipublikasikan lewat media sosial. Namun, dengan buku kompilasi ini, Anda tidak membutuhkan gadget tambahan maupun koneksi internet.
Kisah-kisah inspiratif yang penuh makna tersaji dalam buku ini. Masing-masing kisah memiliki sebuah pengikat yang menjadi kata kunci: rembulan. Di dalam buku ini terdapat kisah tentang rembulan itu sendiri, yaitu tentang tempat beredarnya bulan, gerhana bulan, terbelahnya bulan, dan ibadahnya bulan. Dituturkan pula kaitan rembulan dengan pelaksanaan ibadah, seperti shalat, zakat, dan shaum Ramadhan.
Selanjutnya kisah para sahabat, seperti Amr bin Al-Ash dan Abdullah bin Mas’ud bersama rembulan. Juga, kisah para nabi, seperti Nabi Ibrahim dan Nabi Yusuf bersama rembulan. Ada pula kisah tentang malam-malam putih dan kejahatan malam apabila telah gulita. Terakhir tentang perumpamaan dan perbandingan rembulan dengan ragam manusia, seperti orang yang berilmu, kaum musyrikin, orang kaya, maupun orang miskin.
--------------------------
Kisah-Kisah Inspiratif Syekh Al-Arifi
Penulis: Dr. Muhammad Al-Arifi
Ukuran: 14 x 20,5 cm
Tebal: 379 hlm
Berat: 0,5kg
ISBN: 978-979-039-546-6
Harga: Rp 83.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147987.
Syukran
Penulis: Dr. Muhammad Al-Arifi
Sinopsis:
Syekh Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al-Arifi adalah sosok dai yang begitu kondang di Timur Tengah. Beliau memiliki followers sekitar 24,2 juta di halaman Facebook dan 18,1 juta di Twitter. Banyaknya penggemar di kedua platform media sosial tersebut juga menjadikan beliau sebagai ulama paling populer (#1) di Arab Saudi.
Buku ini merupakan kumpulan ceramah Syekh Al-Arifi yang pernah disiarkan. Saluran resmi beliau di YouTube juga cukup populer dengan pelanggan sekitar 893 ribu. Dengan dibukukan, harapannya faedah ilmu yang pernah beliau sampaikan lebih mudah untuk dicerna dan ditelaah ulang. Ceramah-ceramah beliau selama ini lebih banyak dipublikasikan lewat media sosial. Namun, dengan buku kompilasi ini, Anda tidak membutuhkan gadget tambahan maupun koneksi internet.
Kisah-kisah inspiratif yang penuh makna tersaji dalam buku ini. Masing-masing kisah memiliki sebuah pengikat yang menjadi kata kunci: rembulan. Di dalam buku ini terdapat kisah tentang rembulan itu sendiri, yaitu tentang tempat beredarnya bulan, gerhana bulan, terbelahnya bulan, dan ibadahnya bulan. Dituturkan pula kaitan rembulan dengan pelaksanaan ibadah, seperti shalat, zakat, dan shaum Ramadhan.
Selanjutnya kisah para sahabat, seperti Amr bin Al-Ash dan Abdullah bin Mas’ud bersama rembulan. Juga, kisah para nabi, seperti Nabi Ibrahim dan Nabi Yusuf bersama rembulan. Ada pula kisah tentang malam-malam putih dan kejahatan malam apabila telah gulita. Terakhir tentang perumpamaan dan perbandingan rembulan dengan ragam manusia, seperti orang yang berilmu, kaum musyrikin, orang kaya, maupun orang miskin.
--------------------------
Kisah-Kisah Inspiratif Syekh Al-Arifi
Penulis: Dr. Muhammad Al-Arifi
Ukuran: 14 x 20,5 cm
Tebal: 379 hlm
Berat: 0,5kg
ISBN: 978-979-039-546-6
Harga: Rp 83.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147987.
Syukran
Meskipun terjajah secara ekonomi, politik, dan militer, Kyai Dahlan paham benar, bahwa akar masalah umat dan bangsa ini terletak pada masalah pendidikan. Dari pendidikan inilah akan dilahirkan kader-kader umat dan bangsa. Uniknya, Kyai Dahlan memulai dari pendidikan kaum perempuan.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1182174911922457&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1182174911922457&id=153825841424041
Facebook
Mustanir Online Book Store
BEGINILAH KYAI DAHLAN MENDIDIK KITA Oleh: Dr. Adian Husaini (Peneliti INSISTS, Pendiri Pesantren at-Taqwa, Depok) “Tatkala umur 15 tahun, saya simpati kepada Kyai Ahmad Dahlan, sehingga mengintil...
Mengapa memperingati kemerdekaan yang resmi dan diakui oleh institusi kenegaraan hanya berupa upacara bendera? Bagaimana jika bentuk peringatan resmi kemerdekaan RI itu dilakukan dengan khataman al-Quran dan pembacaan kisah-kisah perjuangan para pahlawan di seluruh masjid di Indonesia? Bukankah itu sesuatu yang bagus?
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1183422781797670&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1183422781797670&id=153825841424041
Facebook
Mustanir Online Book Store
Ulama Dalam Kemerdekaan dan Pembangunan Oleh: Dr. Adian Husaini PEMBUKAAN UUD 1945 menegaskan: “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur…”. Rumusan itu...
"Sesungguhnya akan lahir dari orang ini suatu kaum yang membaca al Qur’an tapi tidak sampai melewati kerongkongannya, mereka membunuh orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala, mereka terlepas dari islam sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya. Jika aku menjumpai mereka sungguh akan aku perangi mereka sebagaimana memerangi kaum ‘Ad.” (HR. Bukhari dan Muslim).
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1442939925807083&id=212684542165967
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1442939925807083&id=212684542165967
Facebook
Adian Husaini
Khawarij & Syiah Penulis: Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi Sinopsis: Syiah Rafidhah dan Khawarij merupakan dua sekte yang muncul secara bersamaan dalam satu waktu, bahkan dari sumber yang sama....
“Siapa yang mengangkat seseorang untuk mengelola urusan (memimpin) kaum Muslimin, lalu ia mengangkatnya, sementara pada saat yang sama dia mengetahui ada orang yang lebih layak dan sesuai (ashlah) daripada orang yang dipilihnya, maka dia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya.”(HR Al-Hakim).
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1185619771577971&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1185619771577971&id=153825841424041
Facebook
Mustanir Online Book Store
Bersatulah Pilih Pemimpin Taqwa, Untuk Kejayaan Indonesia! Oleh: Dr. Adian Husaini “Andaikan penduduk suatu negeri mau beriman dan bertaqwa, maka pasti akan Kami buka pintu-pintu barakah dari langit...
Nasehat untuk yang kufur akan Tuhan, yang hidup sembrono dan suka menzalimi orang lain serta mereka yang cinta dunia, jabatan, wanita, pria dsb. "Hiduplah sesukamu, tetapi ketahuilah bahwa kamu pasti akan mati. Berbuatlah sesukamu, tetapi ingatlah bahwa kamu pasti akan dibalas. Cintailah apa yang kamu suka, tetapi ingatlah semuanya pasti akan berpisah (al-Hadith).
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
*Menjadi Hafizh Tips & Motivasi Menghafal Al-Qur’an*
Penulis: Ahmad Baduwailan
Sinopsis:
Pernahkah terlintas dalam benak Anda sepercik keinginan untuk menjadi penghafal al-Qur’an (Hafiz Qur’an)? Sekiranya mimpi itu bisa jadi kenyataan … inilah saatnya! Buku yang ditulis oleh praktisi training tahfizh al-Qur’an ini cocok untuk pemula dan semua kalangan. Dan perlu Anda ketahui, dengan membeli buku ini … Anda sudah langsung mendapat bonus DVD Kisah Inspiratif Para penghafal al-Qur’an tanpa diundi, tanpa kupon … Subhanallah!
Buku yang ada di hadapan pembaca ini merupakan buah karya dari seorang hafizh, bernama Dr. Ahmad bin Salim Baduwailan. Berisikan tips penting dan motivasi untuk mengatasi segala halang rintang dalam menghafal al-Qur’an.
Dalam buku ini, penulis memaparkan beberapa penjelasan penting, di antaranya tentang keutamaan menjadi hafizh al-Qur’an, cara mewujudkan impian menjadi hafizh al-Qur’an, tips-tips dalam menghafal al-Qur’an, beberapa saran dan metode menghafal, peran keluarga dalam menjadikan anak menjadi hafizh al-Qur’an, cara membuat anak-anak mencintai al-Qur’an, penghambat-penghambat dalam menghafal, nutrisi yang dapat membantu proses menghafal, dan lain sebagainya.
Di akhir buku penulis juga menjelaskan bahwa setiap orang yang hatinya terikat kuat dengan al-Qur’an dan berpegang teguh dengannya, maka dia dapat meraih kesuksesan dalam pekerjaannya jika dia seorang pekerja, dan berprestasi dalam belajarnya jika dia seorang pelajar. Segala urusan hidupnya yang sulit pun menjadi mudah baginya. Lebih dari itu, orang yang hafal al-Qur’an akan menjadi ahlullah ; keluarga Allah dan hamba pilihann-Nya.
Motivasi Langit
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Surat al-Qamar: 40)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
“Bacalah al-Qur’an karena al-Qur’an akan datang pada hari Kiamat nanti sebagai pemberi syafa’at bagi yang membacanya.” (HR. Muslim, no. 1910)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Dawud, no. 1464 dan Tirmidzi, no. 2914)
Berkata Walid bin Mughirah, “Sungguh, ia (al-Qur’an) sangat mengagumkan dan dihiasi dengan keindahan. Bagian atasnya menghasilkan banyak buah dan bagian bawahnya sangat subur. Sungguh, ia benar-benar tinggi dan tidak ada yang mengunggulinya.”
-----------
*Menjadi Hafizh Tips & Motivasi Menghafal Al-Qur’an*
Penulis Ahmad Bin Salim Baduwailan,
Sampul hardcover,
Tebal buku 272 halaman,
Ukuran buku 15,5 cm x 23 cm,
Berat buku 550 gram,
Harga Rp. 78.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Penulis: Ahmad Baduwailan
Sinopsis:
Pernahkah terlintas dalam benak Anda sepercik keinginan untuk menjadi penghafal al-Qur’an (Hafiz Qur’an)? Sekiranya mimpi itu bisa jadi kenyataan … inilah saatnya! Buku yang ditulis oleh praktisi training tahfizh al-Qur’an ini cocok untuk pemula dan semua kalangan. Dan perlu Anda ketahui, dengan membeli buku ini … Anda sudah langsung mendapat bonus DVD Kisah Inspiratif Para penghafal al-Qur’an tanpa diundi, tanpa kupon … Subhanallah!
Buku yang ada di hadapan pembaca ini merupakan buah karya dari seorang hafizh, bernama Dr. Ahmad bin Salim Baduwailan. Berisikan tips penting dan motivasi untuk mengatasi segala halang rintang dalam menghafal al-Qur’an.
Dalam buku ini, penulis memaparkan beberapa penjelasan penting, di antaranya tentang keutamaan menjadi hafizh al-Qur’an, cara mewujudkan impian menjadi hafizh al-Qur’an, tips-tips dalam menghafal al-Qur’an, beberapa saran dan metode menghafal, peran keluarga dalam menjadikan anak menjadi hafizh al-Qur’an, cara membuat anak-anak mencintai al-Qur’an, penghambat-penghambat dalam menghafal, nutrisi yang dapat membantu proses menghafal, dan lain sebagainya.
Di akhir buku penulis juga menjelaskan bahwa setiap orang yang hatinya terikat kuat dengan al-Qur’an dan berpegang teguh dengannya, maka dia dapat meraih kesuksesan dalam pekerjaannya jika dia seorang pekerja, dan berprestasi dalam belajarnya jika dia seorang pelajar. Segala urusan hidupnya yang sulit pun menjadi mudah baginya. Lebih dari itu, orang yang hafal al-Qur’an akan menjadi ahlullah ; keluarga Allah dan hamba pilihann-Nya.
Motivasi Langit
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Surat al-Qamar: 40)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
“Bacalah al-Qur’an karena al-Qur’an akan datang pada hari Kiamat nanti sebagai pemberi syafa’at bagi yang membacanya.” (HR. Muslim, no. 1910)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Dawud, no. 1464 dan Tirmidzi, no. 2914)
Berkata Walid bin Mughirah, “Sungguh, ia (al-Qur’an) sangat mengagumkan dan dihiasi dengan keindahan. Bagian atasnya menghasilkan banyak buah dan bagian bawahnya sangat subur. Sungguh, ia benar-benar tinggi dan tidak ada yang mengunggulinya.”
-----------
*Menjadi Hafizh Tips & Motivasi Menghafal Al-Qur’an*
Penulis Ahmad Bin Salim Baduwailan,
Sampul hardcover,
Tebal buku 272 halaman,
Ukuran buku 15,5 cm x 23 cm,
Berat buku 550 gram,
Harga Rp. 78.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
*Kamus Mufradat Santri*
5000 Kata Yang Sering Muncul Dalam Kamus & Kitab Arab
Penulis : DR. Tammam Hassan
Harga: 59.000
Berat: 270 gr
Metode 5T Paling Banyak :
• Terulang
• Tersebar
• Terpenting
• Terpilih
• Termudah
*Bonus EBOOK*
80% Kisa kata dalam Al-Quran & tips mudah Menghafal.
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
5000 Kata Yang Sering Muncul Dalam Kamus & Kitab Arab
Penulis : DR. Tammam Hassan
Harga: 59.000
Berat: 270 gr
Metode 5T Paling Banyak :
• Terulang
• Tersebar
• Terpenting
• Terpilih
• Termudah
*Bonus EBOOK*
80% Kisa kata dalam Al-Quran & tips mudah Menghafal.
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Seluruh umat manusia bebas untuk memilih beriman pada Allah atau kufur. Jika memilih kekufuran akan membawa resiko kemurkaan dan azab Allah. Sebaliknya memilih keimanan akan membawa kebahagiaan. Sebab beriman adalah naluri bawaan (fitrah) manusia sejak ia dilahirkan. Islam datang memenuhi kebutuhan naluri itu dengan agama fitrah. Maka dari itu siapapun yang berbuat baik ia telah berbuat adil pada dirinya sesuai dengan fitrahnya. Sebaliknya siapapun yang bermaksiat dia sudah zalim atau tidak adil pada dirinya dan jiwanya yang diciptakan Allah dengan sebaik-baik ciptiaan. Wallahu a’lam.
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan) yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah. Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara' yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu dan sabar. (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)
- Dr. Hamid Fahmy Zarkasy-
- Dr. Hamid Fahmy Zarkasy-
*ADAB BERNEGARA*
Oleh: Dr. Adian Husaini
Alhamdulillah, Ahad (5/8/2018), kemarin bisa isi kajian di INSISTS, bersama komunitas ITJ. Temanya tentang Adab Bernegara. Secara umum, masalah ini sudah saya tulis di Buku "10 Kuliah Agama Islam", terbitan Pro-U Media, Yogyakarta. Kuliah ke-10 pada buku itu berjudul: "Berislam dan Berindonesia." Intinya, menegaskan bahwa sebagai manusia, sebagai hamba Allah, maka loyalitas tertinggi kita adalah kepada Allah SWT. Loyalitas kepada makhluk, harus kita letakkan derajatnya di bawah loyalitas kepada Allah SWT.
Secara konstitusional, Pembukaan UUD 1945 sudah memberikan panduan bernegara yang indah: "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur..."
Tentu saja, dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, kita akan menghadapi berbagai tantangan dan ujian, yang bisa jadi bertentangan dengan prinsip loyalitas kepada Allah SWT. Itulah arti perjuangan. Dengan prinsip ini, kita insyaAllah bisa menjadi manusia yang baik, meskipun tidak seluruh aturan dan lingkungan kehidupan sesuai dengan ajaran-ajaran Allah. Yang penting, worldview (pandangan hidup) kita tidak berubah. Meskipun negara belum secara resmi melarang dan menjadikan seluruh bentuk perzinahan sebagai satu tindakan kriminal, pandangan dan keyakinan kita sebagai muslim, tetap tidak berubah, bahwa zina adalah perbuatan haram. Meskipun negara tidak memberikan sanksi apa pun kepada orang-orang muslim yang tidak menjalankan shalat lima waktu, tetapi pandangan dan keyakinan kita tidak berubah, bahwa shalat lima waktu adalah wajib.
Ada yang bertanya, mengapa tidak kita hadirkan sistem Islam sekarang saja? Saya jawab, agenda kita yang terpenting saat ini adalah menyiapkan SDM-SDM umat yang unggul, yang mampu menjadi pemimpin (teladan) di semua bidang kehidupan. Bukan hanya dalam bidang politik, tetapi juga dalam bidang keilmuan. Kita perlu para ilmuwan mujahid yang memiliki otoritas keilmuan di berbagai bidang kehidupan. Dan itu dibuktikan dengan karya ilmiah yang berkualitas tinggi. KIta bisa bertanya, siapa saja saat ini, ilmuwan sejarah kita yang hebat, yang diakui otoritas ilmu sejarahnya? Siapa saja ahli Tafsir kIta yang mampu menulis Tafsir 30 Juz, yang berkualitas ilmiah yang tinggi? Siapa saja ilmuwan kita tentang Pancasila, ilmuwan dalam bidang filsafat, dalam bidang paham-paham tertentu, seperti komunisme, pluralisme, human rights, perbandingan agama, dan sebagainya.
Ingat rumus dari Imam al-Ghazali, dalam Ihya' Ulumiddin, bahwa masyarakat rusak karena penguasa rusak; penguasa rusak karena ulama rusak; dan ulama rusak karena cinta harta dan kedudukan. Memperjuangkan umara yang baik itu sangat penting, tetapi mewujudkan ulama-ulama yang baik, yang mumpuni ilmunya dan muiia akhlaknya, juga sangat penting. Dan ini butuh kesungguhan, keikhlasan, dan kerjasama berbagai komponen umat Islam.
Jangan sampai pemimpin dan tokoh umat sibuk memikirkan dan berjuang untuk mewujudkan tatanan sosial-politik yang ideal, tetapi tidak peduli dengan parkaderan ulama di masa depan. Kita harus memahami, bagaimana cara menyiapkan anak-anak menjadi pelanjut perjuangan para ulama. Ini bukan perkara mudah!
Ringkasnya, dalam sistem negara Indonesia seperti sekarang, siapa pun Presidennya nanti, kita tetap berpeluang dan wajib berjuang menjadi manusia yang baik (manusia yang taqwa). Sebab, siapa pun presidennya, yang diminta pertanggungjawaban adalah amal perbuatan kita. Kepada para pemimpin, tanggung jawab kita adalah menyampaikan nasehat dengan cara-cara yang bijak.
Adalah ironis, ketika berada di bawah pemerintahan penjajah, banyak madrasah di Jakarta mampu melahirkan ulama dan guru-guru pejuang yang hebat. Bagaiman kondisi sekolah dan madrasah kita saat ini, setelah kita merdeka, dan gubernurnya muslim?
Para ulama dulu mampu mengkader dan melahirkan guru-guru dan pejuang yang hebat, dari pondok pesantren mereka, meskipun pemerintahan jajahan terus menindas mereka. Bagaimana dengan kondisi saat ini? Yuk, kita pikirkan masalah ini!
Untuk lebih jelasnya masalah ini, silakan baca buk
Oleh: Dr. Adian Husaini
Alhamdulillah, Ahad (5/8/2018), kemarin bisa isi kajian di INSISTS, bersama komunitas ITJ. Temanya tentang Adab Bernegara. Secara umum, masalah ini sudah saya tulis di Buku "10 Kuliah Agama Islam", terbitan Pro-U Media, Yogyakarta. Kuliah ke-10 pada buku itu berjudul: "Berislam dan Berindonesia." Intinya, menegaskan bahwa sebagai manusia, sebagai hamba Allah, maka loyalitas tertinggi kita adalah kepada Allah SWT. Loyalitas kepada makhluk, harus kita letakkan derajatnya di bawah loyalitas kepada Allah SWT.
Secara konstitusional, Pembukaan UUD 1945 sudah memberikan panduan bernegara yang indah: "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur..."
Tentu saja, dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, kita akan menghadapi berbagai tantangan dan ujian, yang bisa jadi bertentangan dengan prinsip loyalitas kepada Allah SWT. Itulah arti perjuangan. Dengan prinsip ini, kita insyaAllah bisa menjadi manusia yang baik, meskipun tidak seluruh aturan dan lingkungan kehidupan sesuai dengan ajaran-ajaran Allah. Yang penting, worldview (pandangan hidup) kita tidak berubah. Meskipun negara belum secara resmi melarang dan menjadikan seluruh bentuk perzinahan sebagai satu tindakan kriminal, pandangan dan keyakinan kita sebagai muslim, tetap tidak berubah, bahwa zina adalah perbuatan haram. Meskipun negara tidak memberikan sanksi apa pun kepada orang-orang muslim yang tidak menjalankan shalat lima waktu, tetapi pandangan dan keyakinan kita tidak berubah, bahwa shalat lima waktu adalah wajib.
Ada yang bertanya, mengapa tidak kita hadirkan sistem Islam sekarang saja? Saya jawab, agenda kita yang terpenting saat ini adalah menyiapkan SDM-SDM umat yang unggul, yang mampu menjadi pemimpin (teladan) di semua bidang kehidupan. Bukan hanya dalam bidang politik, tetapi juga dalam bidang keilmuan. Kita perlu para ilmuwan mujahid yang memiliki otoritas keilmuan di berbagai bidang kehidupan. Dan itu dibuktikan dengan karya ilmiah yang berkualitas tinggi. KIta bisa bertanya, siapa saja saat ini, ilmuwan sejarah kita yang hebat, yang diakui otoritas ilmu sejarahnya? Siapa saja ahli Tafsir kIta yang mampu menulis Tafsir 30 Juz, yang berkualitas ilmiah yang tinggi? Siapa saja ilmuwan kita tentang Pancasila, ilmuwan dalam bidang filsafat, dalam bidang paham-paham tertentu, seperti komunisme, pluralisme, human rights, perbandingan agama, dan sebagainya.
Ingat rumus dari Imam al-Ghazali, dalam Ihya' Ulumiddin, bahwa masyarakat rusak karena penguasa rusak; penguasa rusak karena ulama rusak; dan ulama rusak karena cinta harta dan kedudukan. Memperjuangkan umara yang baik itu sangat penting, tetapi mewujudkan ulama-ulama yang baik, yang mumpuni ilmunya dan muiia akhlaknya, juga sangat penting. Dan ini butuh kesungguhan, keikhlasan, dan kerjasama berbagai komponen umat Islam.
Jangan sampai pemimpin dan tokoh umat sibuk memikirkan dan berjuang untuk mewujudkan tatanan sosial-politik yang ideal, tetapi tidak peduli dengan parkaderan ulama di masa depan. Kita harus memahami, bagaimana cara menyiapkan anak-anak menjadi pelanjut perjuangan para ulama. Ini bukan perkara mudah!
Ringkasnya, dalam sistem negara Indonesia seperti sekarang, siapa pun Presidennya nanti, kita tetap berpeluang dan wajib berjuang menjadi manusia yang baik (manusia yang taqwa). Sebab, siapa pun presidennya, yang diminta pertanggungjawaban adalah amal perbuatan kita. Kepada para pemimpin, tanggung jawab kita adalah menyampaikan nasehat dengan cara-cara yang bijak.
Adalah ironis, ketika berada di bawah pemerintahan penjajah, banyak madrasah di Jakarta mampu melahirkan ulama dan guru-guru pejuang yang hebat. Bagaiman kondisi sekolah dan madrasah kita saat ini, setelah kita merdeka, dan gubernurnya muslim?
Para ulama dulu mampu mengkader dan melahirkan guru-guru dan pejuang yang hebat, dari pondok pesantren mereka, meskipun pemerintahan jajahan terus menindas mereka. Bagaimana dengan kondisi saat ini? Yuk, kita pikirkan masalah ini!
Untuk lebih jelasnya masalah ini, silakan baca buk
Enjoy Your Life!
Seni Menikmati Hidup
Karya: Dr. Muhammad al-
ISBN: 978-979-1303-24-8
Ukuran: 15,5 x 24 cm
Jenis Buku: Hard Cover
Jenis Kertas: HVS
Jumlah Hlm: 610 hlm
Berat: 1 kg
Harga Rp. 122.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Seni Menikmati Hidup
Karya: Dr. Muhammad al-
Areifi
Sinopsis.
Kisah-kisah inspiratif dari kehidupan Rasulullah s.a.w. yang dinukil penulis akan menuntun kita menjalani hidup ini secara lebih islami, Puluhan teladan, nasihat, kaidah, dan konsep pengembangan diri yang dipaparkan penulis pun sangat sederhana dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi, semua itu merupakan hasil pengamatan, perenungan, dan pengalamannya sendiri selama lebih dari 20 tahun.
Seni berinteraksi dengan berbagai macam watak, perangai, dan latar belakang sosial merupakan pelajaran utama yang akan mengisi halaman demi halaman buku ini. Darinya kita akan mendapat kunci dan cara menikmati hidup. Sebab, buku ini mengajarkan bagaimana menjalani hidup ini tidak hanya sekadar berarti, namun juga mudah.
Inilah karya monumental Dr. Muhammad al-
Areifi dari dua puluhan karyanya yang rata-rata telah menembus angka 1 juta eksemplar lebih dalam tempo kurang dari satu tahun. Kehadirannya merupakan penawar dahaga umat akan buku-buku motivasi dan pengembangan diri yang islami dan tak hanya berorientasi duniawi, tetapi juga bernilai ukhrawi.ISBN: 978-979-1303-24-8
Ukuran: 15,5 x 24 cm
Jenis Buku: Hard Cover
Jenis Kertas: HVS
Jumlah Hlm: 610 hlm
Berat: 1 kg
Harga Rp. 122.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...