ak ada satu partai yang dominan maka kecenderungan koalisi dagang sapi sangat besar.
Kondisi Indonesia sungguh luar biasa. Karena itu, jika ditangani dengan biasa-biasa saja, tidak akan banyak hasil yang diraih. Indonesia membutuhkan pemimpin yang biasa-biasa saja, tetapi berani dan mampu melakukan tindakan yang luar biasa. Perampasan harta koruptor, perombakan besar-besaran sistem dan aparat hukum, perombakan mendasar mental aparat dan rakyat, peletakan budaya ilmu, dan sebagainya. Semua itu merupakan kerja yang luar biasa.
Problem penegakan hukum, misalnya, menyangkut hampir semua aspek: unsur materi hukum, aparat pelaksana, institusi hukum, dan juga mental masyarakat. Dalam keadaan sistem dan aparat hukum saat ini, pengadilan terhadap koruptor justru menjadi ajang korupsi baru. Semua orang tahu, bagaimana perlakuan istimewa yang diterima narapidana berduit di LP.
Probem pendidikan, bukan hanya soal kecilnya anggaran yang kurang dari 20 persen. Tetapi juga alokasi yang sangat tidak adil antara pendidikan kedinasan dan non-kedinasan. Ini sudah berulangkali dibahas di DPR, tetapi toh tidak ada jalan keluar. Masalah utang pun sangat serius. Setiap tahun, rakyat dizalimi dengan pemotongan hak budget mereka untuk membayar utang najis (odious debt) yang tak pernah mereka nikmati dan jumlahnya mencapai ratusan trilyun rupiah.
Mental dan sistem birokrasi juga bukan main parah dan borosnya. Di mana-mana. Dan semua tahu. Di zaman reformasi pun semua itu masih berjalan seperti biasa. Semboyan KUHP masih tetap berlaku, Kasih Uang Habis Perkara. Para capres/wapres itu pun pasti tahu akan hal ini. Sekali kunjungan ke daerah, Presiden/Wakil Presiden bisa menghabiskan dana milyaran rupiah. Simaklah, bagaimana DPR/DPRD mengelola keuangan rakyat. Begitu banyak pemborosan. Tahun 2003 lalu, untuk HUT Kemerdekaan RI di Istana Negara, menghabiskan dana sekitar Rp 4 milyar. Pemindahan bendera Pusaka dati Istana ke Monas menelan duit Rp 3,5 milyar. Renovasi Patung Arjuna Wijaya (Depan Gedung BI) menelan dana Rp 4 milyar. Jangan tanya lagi berapa trilyun dana dihabiskan untuk acara-acara seremonial bernama kunjungan kerja, studi banding, dan sebagainya.
Padahal, konon, tahun lalu, menurut laporan Transparansi Internasional, Indonesia masih menduduki negara nomor lima terkorup di dunia, setelah Nigeria, Tanzania, Honduras, Paraguay, Kamerun. Angka Kemiskinan, menurut Depsos: 37,3 juta tergolong miskin (pendapatan 1-2 USD/hari), 15,8 juta fakir miskin (pendapatan dibawah 1 USD/hari), sisanya sejahtera (di atas 2 USD/hari). Jika parameter Depsos ini digeser ke atas sedikit saja, maka akan muncul angka kemiskinan yang sangat dahsyat. Belum lagi soal pengangguran yang konon tahun lalu, hanya mencapai 8,1 persen. Angka ini pun luar biasa bagusnya. Padahal, banyak yang memperkirakan, angka pengangguran di Indonesia mencapai sekitar 40 juta jiwa. Bayangkan, jumlah itu hampir sama dengan dua kali penduduk Malaysia.
Walhasil, ibarat tubuh manusia, kondisi Indonesia bak sedang digerogoti kanker yang sangat ganas. Yang dibutuhkan adalah dokter yang cerdas, ikhlas, tidak was-was, alias berani mengambil tindakan yang luar biasa. Jika perlu mengamputasi sebagian anggota tubuh, termasuk kroni-kroni Presiden sendiri. Karena itu, jika para capres/wapres masih berpikir biasa-biasa saja untuk Indonesia -- apalagi jika mereka lebih berpikir untuk kepentingan diri mereka dan kroninya -- kita tidak perlu berharap terlalu besar pada mereka. Anggaplah 5 Juli 2004 adalah hari biasa-biasa saja. Karena memang tidak akan ada apa-apa yang penting untuk Indonesia di masa depan. Lalu, untuk apa jadi Presiden? Wallahu alam. (KL, 25 Mei 2004).
oOo
Kondisi Indonesia sungguh luar biasa. Karena itu, jika ditangani dengan biasa-biasa saja, tidak akan banyak hasil yang diraih. Indonesia membutuhkan pemimpin yang biasa-biasa saja, tetapi berani dan mampu melakukan tindakan yang luar biasa. Perampasan harta koruptor, perombakan besar-besaran sistem dan aparat hukum, perombakan mendasar mental aparat dan rakyat, peletakan budaya ilmu, dan sebagainya. Semua itu merupakan kerja yang luar biasa.
Problem penegakan hukum, misalnya, menyangkut hampir semua aspek: unsur materi hukum, aparat pelaksana, institusi hukum, dan juga mental masyarakat. Dalam keadaan sistem dan aparat hukum saat ini, pengadilan terhadap koruptor justru menjadi ajang korupsi baru. Semua orang tahu, bagaimana perlakuan istimewa yang diterima narapidana berduit di LP.
Probem pendidikan, bukan hanya soal kecilnya anggaran yang kurang dari 20 persen. Tetapi juga alokasi yang sangat tidak adil antara pendidikan kedinasan dan non-kedinasan. Ini sudah berulangkali dibahas di DPR, tetapi toh tidak ada jalan keluar. Masalah utang pun sangat serius. Setiap tahun, rakyat dizalimi dengan pemotongan hak budget mereka untuk membayar utang najis (odious debt) yang tak pernah mereka nikmati dan jumlahnya mencapai ratusan trilyun rupiah.
Mental dan sistem birokrasi juga bukan main parah dan borosnya. Di mana-mana. Dan semua tahu. Di zaman reformasi pun semua itu masih berjalan seperti biasa. Semboyan KUHP masih tetap berlaku, Kasih Uang Habis Perkara. Para capres/wapres itu pun pasti tahu akan hal ini. Sekali kunjungan ke daerah, Presiden/Wakil Presiden bisa menghabiskan dana milyaran rupiah. Simaklah, bagaimana DPR/DPRD mengelola keuangan rakyat. Begitu banyak pemborosan. Tahun 2003 lalu, untuk HUT Kemerdekaan RI di Istana Negara, menghabiskan dana sekitar Rp 4 milyar. Pemindahan bendera Pusaka dati Istana ke Monas menelan duit Rp 3,5 milyar. Renovasi Patung Arjuna Wijaya (Depan Gedung BI) menelan dana Rp 4 milyar. Jangan tanya lagi berapa trilyun dana dihabiskan untuk acara-acara seremonial bernama kunjungan kerja, studi banding, dan sebagainya.
Padahal, konon, tahun lalu, menurut laporan Transparansi Internasional, Indonesia masih menduduki negara nomor lima terkorup di dunia, setelah Nigeria, Tanzania, Honduras, Paraguay, Kamerun. Angka Kemiskinan, menurut Depsos: 37,3 juta tergolong miskin (pendapatan 1-2 USD/hari), 15,8 juta fakir miskin (pendapatan dibawah 1 USD/hari), sisanya sejahtera (di atas 2 USD/hari). Jika parameter Depsos ini digeser ke atas sedikit saja, maka akan muncul angka kemiskinan yang sangat dahsyat. Belum lagi soal pengangguran yang konon tahun lalu, hanya mencapai 8,1 persen. Angka ini pun luar biasa bagusnya. Padahal, banyak yang memperkirakan, angka pengangguran di Indonesia mencapai sekitar 40 juta jiwa. Bayangkan, jumlah itu hampir sama dengan dua kali penduduk Malaysia.
Walhasil, ibarat tubuh manusia, kondisi Indonesia bak sedang digerogoti kanker yang sangat ganas. Yang dibutuhkan adalah dokter yang cerdas, ikhlas, tidak was-was, alias berani mengambil tindakan yang luar biasa. Jika perlu mengamputasi sebagian anggota tubuh, termasuk kroni-kroni Presiden sendiri. Karena itu, jika para capres/wapres masih berpikir biasa-biasa saja untuk Indonesia -- apalagi jika mereka lebih berpikir untuk kepentingan diri mereka dan kroninya -- kita tidak perlu berharap terlalu besar pada mereka. Anggaplah 5 Juli 2004 adalah hari biasa-biasa saja. Karena memang tidak akan ada apa-apa yang penting untuk Indonesia di masa depan. Lalu, untuk apa jadi Presiden? Wallahu alam. (KL, 25 Mei 2004).
oOo
Juz Amma Tafsir Al-Azhar
Penulis: Prof. Dr. HAMKA
Buya HAMKA membicarakan permasalahan sejarah sosial dan budaya di Indonesia. Beliau juga mendemonstrasikan keluasan pengetahuan menekankan pemahaman ayat secara menyeluruh (mengutip ulama-ulama terdahulu) mendialogkan antara teks Al-Qur’an dengan kondisi umat Islam saat Tafsir al-Azhar ditulis. Buku ini merupakan edisi Khusus Juz `Amma Tafsir al-Azhar (Juz 30) karya Beliau.
------------------------
Juz Amma Tafsir Al-Azhar
Penulis: Prof. Dr. HAMKA
Harga: Rp 130.000,-
Pemesanan silahkan SMS/whatsapp ke 087878147997.
-Admin-
Penulis: Prof. Dr. HAMKA
Buya HAMKA membicarakan permasalahan sejarah sosial dan budaya di Indonesia. Beliau juga mendemonstrasikan keluasan pengetahuan menekankan pemahaman ayat secara menyeluruh (mengutip ulama-ulama terdahulu) mendialogkan antara teks Al-Qur’an dengan kondisi umat Islam saat Tafsir al-Azhar ditulis. Buku ini merupakan edisi Khusus Juz `Amma Tafsir al-Azhar (Juz 30) karya Beliau.
------------------------
Juz Amma Tafsir Al-Azhar
Penulis: Prof. Dr. HAMKA
Harga: Rp 130.000,-
Pemesanan silahkan SMS/whatsapp ke 087878147997.
-Admin-
Assalamualaikumww.
Berikut kami lampirkan katalog buku-buku terbitan Timur Tengah.
Update Maret 2018
Barangkali ada yang diminati.
Berikut kami lampirkan katalog buku-buku terbitan Timur Tengah.
Update Maret 2018
Barangkali ada yang diminati.
Mari kita pilih PEMIMPIN TERBAIK, berdasarkan kriteria IMAN dan TAQWA-nya, yang kita percayai memiliki ilmu dan pribadi unggul, yang mampu memimpin dan membawa negeri ini kepada keberkahan Ilahi; pemimpin yang cerdas, yang tawadhu’, tidak angkuh, tidak jumawa, tidak munafik, tidak rakus dunia, tidak silau gemerlapnya dunia, yang bersedia memadukan panca indera dan akalnya dengan wahyu Allah SWT.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1085727271567222&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1085727271567222&id=153825841424041
Facebook
Mustanir Online Book Store
Bersatulah Pilih Pemimpin Taqwa, Untuk Kejayaan Indonesia!
Oleh: Dr. Adian Husaini
“Andaikan penduduk suatu negeri mau beriman dan bertaqwa, maka pasti akan Kami buka pintu-pintu barakah dari langit...
Oleh: Dr. Adian Husaini
“Andaikan penduduk suatu negeri mau beriman dan bertaqwa, maka pasti akan Kami buka pintu-pintu barakah dari langit...
MODERAT
Oleh: Dr Hamid Fahmy Zarkasyi
Istilah moderat akhir-akhir ini mencuat menjadi jawaban terhadap stigmatisasi umat Islam dengan fundamentalisme dan terrorisme. Istilah ini nampaknya berfungsi sebagai penjinak terorisme. Mirip dengan fungsi sekularisme tahun 70an sebagai penjinak fundamentalisme. Tahun 2008 Sebuah symposium digelar di Tokyo Jepang. Isunya adalah tentang arti Muslim moderat dan masa depan politik Islam.
Karena pentingnya istilah ini maka pada edisi tahun 2000 keatas American Journal of Islamic Social Sciences mengangkat tema ini secara serial. Sedikitnya ada tiga kelompok yang memperebutkan arti moderat ini yaiu mereka yang anti-Islam, orang Barat dan orang Islam.
Definisi Islam moderat yang anti Islam dapat dilihat pada situs “muslimsagainstshariah”. Disitu ditulis begini diantaranya: moderat adalah yang tidak anti bangsa semit, menentang kekhalifahan, kritis terhadap Islam, menganggap Nabi bukan contoh yang perlu ditiru, pro kebebasan beragama, pro-kesetaraan gender, menentang jihad, menentang supremasi Islam, pemerintah sekuler, pro atau netral terhadap Israel, tidak bereaksi ketika Islam dan Nabi Muhammad dikritik, menentang pakaian Islam, syariah, dan terorisme serta pro-humanisme universal.
Andrew McCarthy dalam National Review Online, August 24, 2010 justru dengan tegas menyatakan siapapun yang membela syariat tidak dapat dikatakan moderat. (No one who advocates shariah can be a moderate). Kedua pengertian ini sungguh-sungguh tidak moderat.
Islam moderat dalam perspektif Barat hampir seragam. Muslim moderat, kata Graham Fuller adalah yang menolak literalisme dalam memahami kitab suci, tidak monopoli penafsiran Islam dan menekankan persamaan dengan agama lain dan bahkan tidak menolak kebenaran agama lain.
Inilah yang ditirukan orang liberal di Indonesia. Fuller bahkan ngelantur moderat adalah yang mendukung kebijakan dan kepentingan Amerika dalam mengatur dunia. Senada tapi lebih ekstrim lagi, Ariel Cohen mengartikan moderat sebagai menghormati hak menafsirkan al-Qur’an, hak menyembah Allah dengan caranya sendiri, atau tidak menyembah atau bahkan tidak percaya. Lagi-lagi ini alam pikiran kelompok “Islam Liberal” yang kental bau orientalismenya.
Bagi Rabasa moderat adalah mereka yang dapat menerima kultur demokratik, mendukung demokrasi dan menerima HAM internasional, termasuk mengakui kesetaraan gender, kebebasan beribadah), menghormati pluralitas, menerima sumber hukum yang tidak sectarian, dan memusuhi terrorisme dan segala bentuk kekerasan.
Definisi Rabasa, Graham maupun Cohen memang benar-benar liberal. Dan mungkin bagi orang liberal itu biasa dan “nothing wrong”. Tapi justru yang menemukan kesalahannya adalah John L. Esposito. Dengan bijak dan adil dia kritik begini: Pertama, Jika definisi Barat itu diterima maka Muslim konservatif dan tradisionalis menjadi tidak moderat. Selain itu jika seorang wanita Muslim memimpin Salat Jumat menjadi kriteria moderat, maka banyak orang Kristen, Yahudi dan penganut agama lain termasuk Paus John Paul II yang patrialistik itu justru tidak masuk kriteria moderat.
Louay Safi dan Ubid Ullah Jan tokoh Muslim di Canada, memiliki kesan yang sama. Pengertian moderat yang pro-Barat ataupun yang anti Islam sama saja.
Seorang Muslim belum dianggap moderat jika belum menolak al-Qur’an secara publik. Tapi masalahnya, menurut Esposito jika untuk menjadi moderat orang harus mengingkari kitab sucinya, maka Yahudi moderat juga harus mengingkari kitab sucinya. Padahal kitab suci itulah yang menjadi penyebab klaim negara Israel dan pendudukan tanah Palestina.
Kerancuan lain juga ditemukan Safi. Menurutnya pengertian “Muslim moderat” di Barat adalah “a person who is not comfortable with his/her Islamic roots and heritage, and openly hostile to Islam, and eager to transcend all Islamic norms”. Contoh yang nyata, katanya ada pada figur Irsyad Manji seorang feminis yang terkenal mengkritik Syariat (Bukunya: The Trouble with Islam: A Muslim’s Call for Reform in Her Faith), tapi pada saat yang sama mengaku sebagai pelaku lesbi. Anehnya figur seperti ini
Oleh: Dr Hamid Fahmy Zarkasyi
Istilah moderat akhir-akhir ini mencuat menjadi jawaban terhadap stigmatisasi umat Islam dengan fundamentalisme dan terrorisme. Istilah ini nampaknya berfungsi sebagai penjinak terorisme. Mirip dengan fungsi sekularisme tahun 70an sebagai penjinak fundamentalisme. Tahun 2008 Sebuah symposium digelar di Tokyo Jepang. Isunya adalah tentang arti Muslim moderat dan masa depan politik Islam.
Karena pentingnya istilah ini maka pada edisi tahun 2000 keatas American Journal of Islamic Social Sciences mengangkat tema ini secara serial. Sedikitnya ada tiga kelompok yang memperebutkan arti moderat ini yaiu mereka yang anti-Islam, orang Barat dan orang Islam.
Definisi Islam moderat yang anti Islam dapat dilihat pada situs “muslimsagainstshariah”. Disitu ditulis begini diantaranya: moderat adalah yang tidak anti bangsa semit, menentang kekhalifahan, kritis terhadap Islam, menganggap Nabi bukan contoh yang perlu ditiru, pro kebebasan beragama, pro-kesetaraan gender, menentang jihad, menentang supremasi Islam, pemerintah sekuler, pro atau netral terhadap Israel, tidak bereaksi ketika Islam dan Nabi Muhammad dikritik, menentang pakaian Islam, syariah, dan terorisme serta pro-humanisme universal.
Andrew McCarthy dalam National Review Online, August 24, 2010 justru dengan tegas menyatakan siapapun yang membela syariat tidak dapat dikatakan moderat. (No one who advocates shariah can be a moderate). Kedua pengertian ini sungguh-sungguh tidak moderat.
Islam moderat dalam perspektif Barat hampir seragam. Muslim moderat, kata Graham Fuller adalah yang menolak literalisme dalam memahami kitab suci, tidak monopoli penafsiran Islam dan menekankan persamaan dengan agama lain dan bahkan tidak menolak kebenaran agama lain.
Inilah yang ditirukan orang liberal di Indonesia. Fuller bahkan ngelantur moderat adalah yang mendukung kebijakan dan kepentingan Amerika dalam mengatur dunia. Senada tapi lebih ekstrim lagi, Ariel Cohen mengartikan moderat sebagai menghormati hak menafsirkan al-Qur’an, hak menyembah Allah dengan caranya sendiri, atau tidak menyembah atau bahkan tidak percaya. Lagi-lagi ini alam pikiran kelompok “Islam Liberal” yang kental bau orientalismenya.
Bagi Rabasa moderat adalah mereka yang dapat menerima kultur demokratik, mendukung demokrasi dan menerima HAM internasional, termasuk mengakui kesetaraan gender, kebebasan beribadah), menghormati pluralitas, menerima sumber hukum yang tidak sectarian, dan memusuhi terrorisme dan segala bentuk kekerasan.
Definisi Rabasa, Graham maupun Cohen memang benar-benar liberal. Dan mungkin bagi orang liberal itu biasa dan “nothing wrong”. Tapi justru yang menemukan kesalahannya adalah John L. Esposito. Dengan bijak dan adil dia kritik begini: Pertama, Jika definisi Barat itu diterima maka Muslim konservatif dan tradisionalis menjadi tidak moderat. Selain itu jika seorang wanita Muslim memimpin Salat Jumat menjadi kriteria moderat, maka banyak orang Kristen, Yahudi dan penganut agama lain termasuk Paus John Paul II yang patrialistik itu justru tidak masuk kriteria moderat.
Louay Safi dan Ubid Ullah Jan tokoh Muslim di Canada, memiliki kesan yang sama. Pengertian moderat yang pro-Barat ataupun yang anti Islam sama saja.
Seorang Muslim belum dianggap moderat jika belum menolak al-Qur’an secara publik. Tapi masalahnya, menurut Esposito jika untuk menjadi moderat orang harus mengingkari kitab sucinya, maka Yahudi moderat juga harus mengingkari kitab sucinya. Padahal kitab suci itulah yang menjadi penyebab klaim negara Israel dan pendudukan tanah Palestina.
Kerancuan lain juga ditemukan Safi. Menurutnya pengertian “Muslim moderat” di Barat adalah “a person who is not comfortable with his/her Islamic roots and heritage, and openly hostile to Islam, and eager to transcend all Islamic norms”. Contoh yang nyata, katanya ada pada figur Irsyad Manji seorang feminis yang terkenal mengkritik Syariat (Bukunya: The Trouble with Islam: A Muslim’s Call for Reform in Her Faith), tapi pada saat yang sama mengaku sebagai pelaku lesbi. Anehnya figur seperti ini
oleh Barat dianggap sebagai “the voice of moderation”.
Bagi Muqtedar Khan, cendekiawan Muslim asal Canada moderat itu adalah yang berpikiran terbuka, kritis, menghormati semua orang, bermoral, beramar ma’ruf nahi munkar (QS. 5 : 48, 3 : 110), tidak ada intimidasi dan kekerasan. Sahabatnya Ubid Ullah Jan menambahkan, Muslim yang menolak ketidakadilan atau Muslim yang hidupnya hanya untuk ibadah masih dianggap moderat. Tentu semua itu tanpa kekerasan.
Jadi, istilah moderat bisa diplesetkan menjadi sama arti dengan liberal. Atau bahkan bisa menjadi anti Islam dan pro-Barat. Inilah alat untuk mengalahkan apa yang mereka sebut radikalisme. Padahal untuk mengalahkan bayang-bayang fundamentalisme tidak perlu liberalism. Dan agar menang melawan hegemoni kolonialisme Barat tidak perlu ekstremisme. Kebajikanlah yang akan mengalahkan kejahatan atau kekerasan, vincit vim virtus.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1087334838073132&id=153825841424041
Bagi Muqtedar Khan, cendekiawan Muslim asal Canada moderat itu adalah yang berpikiran terbuka, kritis, menghormati semua orang, bermoral, beramar ma’ruf nahi munkar (QS. 5 : 48, 3 : 110), tidak ada intimidasi dan kekerasan. Sahabatnya Ubid Ullah Jan menambahkan, Muslim yang menolak ketidakadilan atau Muslim yang hidupnya hanya untuk ibadah masih dianggap moderat. Tentu semua itu tanpa kekerasan.
Jadi, istilah moderat bisa diplesetkan menjadi sama arti dengan liberal. Atau bahkan bisa menjadi anti Islam dan pro-Barat. Inilah alat untuk mengalahkan apa yang mereka sebut radikalisme. Padahal untuk mengalahkan bayang-bayang fundamentalisme tidak perlu liberalism. Dan agar menang melawan hegemoni kolonialisme Barat tidak perlu ekstremisme. Kebajikanlah yang akan mengalahkan kejahatan atau kekerasan, vincit vim virtus.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1087334838073132&id=153825841424041
Facebook
Mustanir Online Book Store
MODERAT Oleh: Dr Hamid Fahmy Zarkasyi Istilah moderat akhir-akhir ini mencuat menjadi jawaban terhadap stigmatisasi umat Islam dengan fundamentalisme dan terrorisme. Istilah ini nampaknya berfungsi...
Banyak cendekiawan Muslim atau “ulama” memuji habis Immanuel Kant, Karl Marx, Thomas S. Kuhn, Derrida dkk., tapi mengkritik al-Asyari, al-Ghazzali, al-Shafii dan lain-lain.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1088155557991060&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1088155557991060&id=153825841424041
Facebook
Mustanir Online Book Store
Clash of Worldview
Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Samuel P. Huntington adalah pemberi nama konflik global yang terjadi saat ini dengan sebutan “Clash of Civilization” melalui bukunya yang berjudul...
Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Samuel P. Huntington adalah pemberi nama konflik global yang terjadi saat ini dengan sebutan “Clash of Civilization” melalui bukunya yang berjudul...
Nancy ternyata telah “kerasukan” paham kesetaraan gender. Ia menjadi tidak nyaman berkeluarga. Mengurus rumah tangga tiba-tiba serasa seperti pembantu atau budak.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1088638861276063&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1088638861276063&id=153825841424041
Facebook
Mustanir Online Book Store
EQUALITY (PERSAMAAN)
Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Nancy, sebut saja begitu, tiba-tiba minta cerai dari James, suaminya seorang profesional. Padahal ia sudah 10 tahun menikah. Sebagai ibu rumah...
Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Nancy, sebut saja begitu, tiba-tiba minta cerai dari James, suaminya seorang profesional. Padahal ia sudah 10 tahun menikah. Sebagai ibu rumah...
as-salāmu ‘alaykum wa rahmatullāhi wa barakātuh…
Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) mempersembahkan:
Seri Kuliah
Pengantar Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas
Sinopsis:
Syed Muhammad Naquib Al-Attas (lahir 1931) adalah filsuf Islam dengan pemikiran besar. Menurut analisis beliau, kemunduran umat Islam disebabkan oleh persoalan ilmu yang keliru, bukan oleh persoalan kekalahan politik atau kebangkrutan ekonomi seperti tawaran beberapa ideolog dan cendekiawan muslim. Apa yang beliau maksud dengan kekeliruan ilmu adalah muatan pandangan-hidup (worldview) Barat sekuler di dalam hampir semua ilmu pengetahuan kontemporer. Untuk mengatasi hal tersebut, Al-Attas merujuk kepada, dan melakukan reformulasi terhadap, pemikiran filosofis yang telah dicapai ulama kalam, filsafat, dan tasawuf dalam sejarah pemikiran Islam.
Hasilnya adalah sebuah penjelasan yang utuh dan otentik tentang pandangan-alam Islam (the worldview of Islam), epistemologi Islam, dan gagasannya yang luhur, Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer. Melalui penjelasan tersebut, beliau menulis tentang perbedaan asasi peradaban Islam dan Barat; filsafat pendidikan dan konsep universitas Islam; filsafat kebudayaan, filsafat sejarah, filsafat bahasa, dan filsafat pendidikan; dan tema-tema lain yang penting bagi pengembangan pemikiran Islam sekarang sesuai manhaj Ahlussunnah wal jama’ah.
Seri kuliah ini adalah sebuah pengantar untuk memahami dasar dan pokok pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Pendiri dan peneliti senior INSISTS, Al-Ustadz Adnin Armas, M.A., yang pernah berguru langsung kepada Al-Attas di kampus International Institute of Islamic Thought and Civilizations (ISTAC), akan menjadi pengampu kuliah ini. Kuliah ini penting bagi mahasiswa, dosen, aktivis, dan siapa saja yang ingin memahami makna ilmu, worldview, islamisasi, dan sebagainya secara tepat.
***
Materi:
Pertemuan 1 (Selasa, 17 April 2018)
Biografi Syed Muhammad Naquib Al-Attas
Keterangan Materi:
Biografi Intelektual Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan kedudukannya di dalam peta pemikiran Islam kontemporer
Bacaan utama:
-Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib al-Attas
Pertemuan 2 (Kamis, 19 April 2018)
Metafisika
Keterangan Materi:
Aliran esensialis dan eksistensialis dalam metafisika Islam, pandangan metafisika Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas
Bacaan utama:
-A Commentary on the Hujjat al-Siddiq of Nur al-Din al-Raniri
-The Mysticism of Hamzah Fansuri
-The Intuition of Existence
-On Quiddity and Essence
-The Degrees of Existence
Pertemuan 3 (Selasa, 24 April 2018)
Pandangan-Alam
Keterangan Materi:
Makna ru’yatul Islam lil wujud, perbedaannya dari Nazratul Islam lil kawn, “paradigma Islam”, dan ideologi Islam
Bacaan utama:
-Prolegomena to the Metaphysics of Islam
Pertemuan 4 (Rabu, 25 April 2018)
Epistemologi
Keterangan Materi:
Sumber ilmu, batas ilmu, validitas ilmu, teori dan metodologi dalam Islam menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas
Bacaan utama:
-Prolegomena to the Metaphysics of Islam
-Islam and Secularism
-The Oldest Known Malay Manuscript
Pertemuan 5 (Selasa, 1 Mei 2018)
Filsafat Pendidikan
Keterangan Materi:
Makna tarbiyah-ta’lim-ta’dib, konsep universitas Islam, kurikulum dan pembelajaran, bahasa dan realitas
Bacaan utama:
-The Concept of Education in Islam
-The Positive Aspects of Tasawuf
Pertemuan 6 (Kamis, 3 Mei 2018)
Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer
Keterangan Materi:
Dewesternisasi dan Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer, perbandingan pemikiran Al-Attas dan pemikir lain yang mengajukan gagasan sejenis
Bacaan utama:
-Islam and Secularism
-Islam and The Philosophy of Science
Pertemuan 7 (Selasa, 8 Mei 2018)
Aksiologi
Keterangan Materi:
Etika sebagai akhlak, hubungan akhlak dan konsep-konsep lain dalam pemikiran Islam, estetika Islam, makna keindahan di dalam Islam
Bacaan utama:
-The Concept of Religion and the Foundation of Ethics and Morality
-The Nature of Man and the Psychology of the Human Soul
Pertemuan 8 (Kamis, 10 Mei 2018)
Kebahagiaan
Keterangan Materi:
Makna kebahag
Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) mempersembahkan:
Seri Kuliah
Pengantar Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas
Sinopsis:
Syed Muhammad Naquib Al-Attas (lahir 1931) adalah filsuf Islam dengan pemikiran besar. Menurut analisis beliau, kemunduran umat Islam disebabkan oleh persoalan ilmu yang keliru, bukan oleh persoalan kekalahan politik atau kebangkrutan ekonomi seperti tawaran beberapa ideolog dan cendekiawan muslim. Apa yang beliau maksud dengan kekeliruan ilmu adalah muatan pandangan-hidup (worldview) Barat sekuler di dalam hampir semua ilmu pengetahuan kontemporer. Untuk mengatasi hal tersebut, Al-Attas merujuk kepada, dan melakukan reformulasi terhadap, pemikiran filosofis yang telah dicapai ulama kalam, filsafat, dan tasawuf dalam sejarah pemikiran Islam.
Hasilnya adalah sebuah penjelasan yang utuh dan otentik tentang pandangan-alam Islam (the worldview of Islam), epistemologi Islam, dan gagasannya yang luhur, Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer. Melalui penjelasan tersebut, beliau menulis tentang perbedaan asasi peradaban Islam dan Barat; filsafat pendidikan dan konsep universitas Islam; filsafat kebudayaan, filsafat sejarah, filsafat bahasa, dan filsafat pendidikan; dan tema-tema lain yang penting bagi pengembangan pemikiran Islam sekarang sesuai manhaj Ahlussunnah wal jama’ah.
Seri kuliah ini adalah sebuah pengantar untuk memahami dasar dan pokok pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Pendiri dan peneliti senior INSISTS, Al-Ustadz Adnin Armas, M.A., yang pernah berguru langsung kepada Al-Attas di kampus International Institute of Islamic Thought and Civilizations (ISTAC), akan menjadi pengampu kuliah ini. Kuliah ini penting bagi mahasiswa, dosen, aktivis, dan siapa saja yang ingin memahami makna ilmu, worldview, islamisasi, dan sebagainya secara tepat.
***
Materi:
Pertemuan 1 (Selasa, 17 April 2018)
Biografi Syed Muhammad Naquib Al-Attas
Keterangan Materi:
Biografi Intelektual Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan kedudukannya di dalam peta pemikiran Islam kontemporer
Bacaan utama:
-Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib al-Attas
Pertemuan 2 (Kamis, 19 April 2018)
Metafisika
Keterangan Materi:
Aliran esensialis dan eksistensialis dalam metafisika Islam, pandangan metafisika Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas
Bacaan utama:
-A Commentary on the Hujjat al-Siddiq of Nur al-Din al-Raniri
-The Mysticism of Hamzah Fansuri
-The Intuition of Existence
-On Quiddity and Essence
-The Degrees of Existence
Pertemuan 3 (Selasa, 24 April 2018)
Pandangan-Alam
Keterangan Materi:
Makna ru’yatul Islam lil wujud, perbedaannya dari Nazratul Islam lil kawn, “paradigma Islam”, dan ideologi Islam
Bacaan utama:
-Prolegomena to the Metaphysics of Islam
Pertemuan 4 (Rabu, 25 April 2018)
Epistemologi
Keterangan Materi:
Sumber ilmu, batas ilmu, validitas ilmu, teori dan metodologi dalam Islam menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas
Bacaan utama:
-Prolegomena to the Metaphysics of Islam
-Islam and Secularism
-The Oldest Known Malay Manuscript
Pertemuan 5 (Selasa, 1 Mei 2018)
Filsafat Pendidikan
Keterangan Materi:
Makna tarbiyah-ta’lim-ta’dib, konsep universitas Islam, kurikulum dan pembelajaran, bahasa dan realitas
Bacaan utama:
-The Concept of Education in Islam
-The Positive Aspects of Tasawuf
Pertemuan 6 (Kamis, 3 Mei 2018)
Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer
Keterangan Materi:
Dewesternisasi dan Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer, perbandingan pemikiran Al-Attas dan pemikir lain yang mengajukan gagasan sejenis
Bacaan utama:
-Islam and Secularism
-Islam and The Philosophy of Science
Pertemuan 7 (Selasa, 8 Mei 2018)
Aksiologi
Keterangan Materi:
Etika sebagai akhlak, hubungan akhlak dan konsep-konsep lain dalam pemikiran Islam, estetika Islam, makna keindahan di dalam Islam
Bacaan utama:
-The Concept of Religion and the Foundation of Ethics and Morality
-The Nature of Man and the Psychology of the Human Soul
Pertemuan 8 (Kamis, 10 Mei 2018)
Kebahagiaan
Keterangan Materi:
Makna kebahag
iaan dalam Islam, makna shaqawah, kebahagiaan dalam peradaban Barat, dan persoalan tragedi di dalam kebudayaan Barat
Bacaan utama:
-The Meaning and Experience of Happiness in Islam
***
Waktu:
Setiap Selasa dan Kamis, 17, 19, 24, dan 26 April; 1, 3, 8, dan 10 Mei 2018
Pukul 19:00 - 21:00 WIB (diakhiri dengan shalat Isya berjama'ah)
Tempat:
Ruang Kelas Imam asy-Syafi’i, INSISTS, Lt. 2, Gedung Gema Insani Press, Jl. Kalibata Utara No. 84, Jakarta Selatan
Biaya:
Rp500.000/peserta
Fasilitas:
-Makalah
-Alat Tulis
-Kudapan
-Sertifikat
Pendaftaran:
Bit.ly/KFA_INSISTS2018
Narahubung:
WhatsApp: 0812 9081 5528 (Alam)
Bacaan utama:
-The Meaning and Experience of Happiness in Islam
***
Waktu:
Setiap Selasa dan Kamis, 17, 19, 24, dan 26 April; 1, 3, 8, dan 10 Mei 2018
Pukul 19:00 - 21:00 WIB (diakhiri dengan shalat Isya berjama'ah)
Tempat:
Ruang Kelas Imam asy-Syafi’i, INSISTS, Lt. 2, Gedung Gema Insani Press, Jl. Kalibata Utara No. 84, Jakarta Selatan
Biaya:
Rp500.000/peserta
Fasilitas:
-Makalah
-Alat Tulis
-Kudapan
-Sertifikat
Pendaftaran:
Bit.ly/KFA_INSISTS2018
Narahubung:
WhatsApp: 0812 9081 5528 (Alam)
Google Docs
Formulir Daring (Online) Pendaftaran Seri Kuliah Pengantar Filsafat Syed Muhammad Naquib Al-Attas
as-salāmu ‘alaykum wa rahmatullāhi wa barakātuh…
Salah satu filsuf muslim besar hari ini adalah Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Pemikirannya di bidang metafisika, epistemologi, akhlak, bahasa, pendidikan, kebudayaan, dan sejarah berdasarkan kepada capaian…
Salah satu filsuf muslim besar hari ini adalah Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Pemikirannya di bidang metafisika, epistemologi, akhlak, bahasa, pendidikan, kebudayaan, dan sejarah berdasarkan kepada capaian…