BELAJAR ADAB DARI KISAH LUQMAN
(bagian 2-habis)
Oleh: Dr. Adian Husaini
Kini, tengoklah apa yang terjadi di sekitar kita. Pemerintah dan banyak kalangan orang cerdik pandai berbicara tentang korupsi, membenci dan mengecam korupsi. Mereka bicara tentang kemanusiaan; tentang kezaliman pada sesama manusia. Korupsi adalah bentuk kezaliman kepada rakyat, karena hak rakyat atas hartanya dirampas oleh penyelenggara negara.
Korupsi harta itu zalim, dan harus dijatuhi sanksi yang berat, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw. Menzalimi sesama manusia pun merupakan tindakan kejahatan. Pelakunya akan dikejar pertanggungjawaban, sampai ke akhirat. Jika urusannya tidak tuntas di dunia, maka orang yang terzalimi akan mendapatkan limpahan pahala dari pihak yang menzalimi.
Tetapi, yang aneh, banyak orang enggan bicara tentang korupsi dalam bentuk kemusyrikan, yang sejatinya merupakan bentuk kezaliman kepada Allah SWT. Orang musyrik telah merampas hak Allah, sebagai satu-satunya Dzat Yang berhak disembah, ditaati aturan-aturan-Nya, dan yang paling berhak untuk dicintai melebihi apa pun (QS at-Taubah:24). Maka, pada hakikatnya, sungguh aneh, jika manusia dikecam karena merampas hak sesama manusia, tetapi justru dibiarkan untuk merampas hak Tuhan, dan difasilitasi untuk menyebarkan paham-paham yang melecehkan kedudukan Tuhan.
“Katakanlah: jika ayah-ayahmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-
istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, semua itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS at-Taubah:24).
Itulah adab kepada Allah! Meletakkan kecintaan kepada makhluk lebih tinggi saja di atas kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya, itu sudah mendapatkan ancaman serius dari Allah. Sebab, itu tindakan yang tidak pantas. Bagaimana mungkin, manusia yang tidak punya apa-apa, lalu merasa memiliki dirinya, dan merasa leluasa menggunakan apa pun miliknya sesuai kehendak hawa nafsunya. Di zaman ini, kita bisa dengan mudah menjumpai manusia-manusia yang tidak punya adab kepada Tuhan-nya dan bahkan berani menantang Tuhan Yang Maha Esa.
Allah SWT telah mengharamkan tindakan zina. Lalu, manusia-manusia modern ini berani menantang Tuhan dengan menyatakan, bahwa zina adalah hak asasi manusia; bahwa zina bukan kejahatan! Bahkan, sebagian penguasa kemudian berencana melegalkan praktik perzinahan dengan memberikan sertifikat kepada para pelacur. Allah SWT mengharamkan khamr. Lalu, datang manusia-manusia yang sok pintar berkata, “Khamr itu masih diperlukan untuk menambah pendapatan Negara!” Allah SWT memerintahkan, tutuplah aurat! Tetapi, ada diantara manusia yang kemudian berani menantang Tuhan dengan sengaja mengumbar aurat. Sebagian lagi sengaja menggelar kontes dan tari-tari telanjang. Katanya, itu demi peraturan. Katanya lagi, itu demi seni. Na’udzubillah.
Jadi, betapa dalamnya makna nasehat Luqman pada anaknya, “Jangan syirik kepada Allah, sebab syirik itu kezaliman yang besar!”
Inilah adab yang pertama kali harus ditanamkan – bukan sekedar diajarkan – kepada diri dan keluarga kita. Yakni, adab kepada Allah SWT.
Setelah itu, Luqman menasehati anaknya agar beradab kepada orang tua, khususnya kepada Ibu-nya. Di era modern kini, memiliki anak yang beradab kepada orang tua, sangatlah tinggi nilainya. Di sini diperlukan kesungguhan orang tua untuk menjadikan dirinya sebagai “guru terbaik”, teladan terbaik, bagi anaknya. Maka, wajiblah orang tua memahami masalah adab dan ilmu, agar bisa melaksanakan kewajiban mendidik keluarganya dengan baik.
Kita menyaksikan, tidak sedikit orang tua yang tidak paham akan kewajiban pendidikan keluarga ini. Ia menyangka, setelah selesai kuliah, lalu menikah dan punya keturunan, kewajibannya hanyalah mencari uang untuk menyekolahkan sampai mengkuliahkan anak-anaknya. Padahal, tugas utama pendidikan anak itu ada pada dirinya. Fenomena menja
(bagian 2-habis)
Oleh: Dr. Adian Husaini
Kini, tengoklah apa yang terjadi di sekitar kita. Pemerintah dan banyak kalangan orang cerdik pandai berbicara tentang korupsi, membenci dan mengecam korupsi. Mereka bicara tentang kemanusiaan; tentang kezaliman pada sesama manusia. Korupsi adalah bentuk kezaliman kepada rakyat, karena hak rakyat atas hartanya dirampas oleh penyelenggara negara.
Korupsi harta itu zalim, dan harus dijatuhi sanksi yang berat, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw. Menzalimi sesama manusia pun merupakan tindakan kejahatan. Pelakunya akan dikejar pertanggungjawaban, sampai ke akhirat. Jika urusannya tidak tuntas di dunia, maka orang yang terzalimi akan mendapatkan limpahan pahala dari pihak yang menzalimi.
Tetapi, yang aneh, banyak orang enggan bicara tentang korupsi dalam bentuk kemusyrikan, yang sejatinya merupakan bentuk kezaliman kepada Allah SWT. Orang musyrik telah merampas hak Allah, sebagai satu-satunya Dzat Yang berhak disembah, ditaati aturan-aturan-Nya, dan yang paling berhak untuk dicintai melebihi apa pun (QS at-Taubah:24). Maka, pada hakikatnya, sungguh aneh, jika manusia dikecam karena merampas hak sesama manusia, tetapi justru dibiarkan untuk merampas hak Tuhan, dan difasilitasi untuk menyebarkan paham-paham yang melecehkan kedudukan Tuhan.
“Katakanlah: jika ayah-ayahmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-
istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, semua itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS at-Taubah:24).
Itulah adab kepada Allah! Meletakkan kecintaan kepada makhluk lebih tinggi saja di atas kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya, itu sudah mendapatkan ancaman serius dari Allah. Sebab, itu tindakan yang tidak pantas. Bagaimana mungkin, manusia yang tidak punya apa-apa, lalu merasa memiliki dirinya, dan merasa leluasa menggunakan apa pun miliknya sesuai kehendak hawa nafsunya. Di zaman ini, kita bisa dengan mudah menjumpai manusia-manusia yang tidak punya adab kepada Tuhan-nya dan bahkan berani menantang Tuhan Yang Maha Esa.
Allah SWT telah mengharamkan tindakan zina. Lalu, manusia-manusia modern ini berani menantang Tuhan dengan menyatakan, bahwa zina adalah hak asasi manusia; bahwa zina bukan kejahatan! Bahkan, sebagian penguasa kemudian berencana melegalkan praktik perzinahan dengan memberikan sertifikat kepada para pelacur. Allah SWT mengharamkan khamr. Lalu, datang manusia-manusia yang sok pintar berkata, “Khamr itu masih diperlukan untuk menambah pendapatan Negara!” Allah SWT memerintahkan, tutuplah aurat! Tetapi, ada diantara manusia yang kemudian berani menantang Tuhan dengan sengaja mengumbar aurat. Sebagian lagi sengaja menggelar kontes dan tari-tari telanjang. Katanya, itu demi peraturan. Katanya lagi, itu demi seni. Na’udzubillah.
Jadi, betapa dalamnya makna nasehat Luqman pada anaknya, “Jangan syirik kepada Allah, sebab syirik itu kezaliman yang besar!”
Inilah adab yang pertama kali harus ditanamkan – bukan sekedar diajarkan – kepada diri dan keluarga kita. Yakni, adab kepada Allah SWT.
Setelah itu, Luqman menasehati anaknya agar beradab kepada orang tua, khususnya kepada Ibu-nya. Di era modern kini, memiliki anak yang beradab kepada orang tua, sangatlah tinggi nilainya. Di sini diperlukan kesungguhan orang tua untuk menjadikan dirinya sebagai “guru terbaik”, teladan terbaik, bagi anaknya. Maka, wajiblah orang tua memahami masalah adab dan ilmu, agar bisa melaksanakan kewajiban mendidik keluarganya dengan baik.
Kita menyaksikan, tidak sedikit orang tua yang tidak paham akan kewajiban pendidikan keluarga ini. Ia menyangka, setelah selesai kuliah, lalu menikah dan punya keturunan, kewajibannya hanyalah mencari uang untuk menyekolahkan sampai mengkuliahkan anak-anaknya. Padahal, tugas utama pendidikan anak itu ada pada dirinya. Fenomena menja
murnya majelis taklim Ibu-ibu patut kita syukuri. Tetapi, jangan dilupakan, ayah tetap sebagai penanggung jawab utama pendidikan keluarga.
Sungguh memilukan, bahwa dalam kurikulum sekolah kita, mulai TK sampai Perguruan Tinggi, tidak ada materi ajar atau materi kuliah tentang bagaimana menjadi orang tua yang baik; yakni orang tua yang mampu berperan sebagai pendidik (muaddib), yang memahami tentang adab dan mampu menanamkan adab dalam diri dan keluarganya.
Padahal, menurut Ibnu Mubarak – seorang ulama besar , lihat http://www.nfbslembang.com/?q=node/161 -- porsi adab dalam agama Islam adalah dua pertiganya. Kata beliau: “kaada al-adabu yakuunu tsulutsay al-diini.” Beliau mempelajari adab selama 30 tahun, lalu belajar ilmu selama 20 tahun. (Tentang adab bisa dilihat dalam artikel berikut ini: http://www.hisbah.net/perhatikan-adab-sebelum-belajar-ilmu/).
Mengingat begitu pentingnya masalah adab dalam Islam, sungguh aneh jika orang tua tidak memahami masalah adab. Padahal, di akhirat nanti anak-anak akan menuntut orang tuanya jika ia tidak dididik dengan adab selama di dunia. Penanaman adab adalah hal yang mendasar dalam ajaran Islam. Dan itu menjadi tanggung jawab orang tua. Karena itu, ketika seorang laki-laki menerima akad nikah, sesungguhnya ia telah menerima tanggung jawab yang sangat berat (mitsaaqan ghaliidha).
Jika orang tua beradab dan berilmu, maka mereka punya modal kuat untuk mendidik anak-anaknya. Sebaik-baik cara menanamkan adab adalah dengan keteladanan dan pembudayaan suatu nilai-nilai kebaikan. Anak akan lebih mudah memahami adab jika ada contoh dari orang tuanya.
Setelah adab kepada orang tua, maka adab berikutnya yang ditanamkan oleh Luqman kepada anaknya adalah kesadaran Ihsan. Bahwasanya, Allah senantiasa mengawasi dirinya, dimana pun berada. Sekecil apa pun suatu benda, dan di tempat gelap sekali pun, seperti dalam goa, Allah pasti mengetahui. Menanamkan kesadaran Ihsan ini perlu dilakukan terus-menerus, di setiap momentum. Sangatlah baik jika seluruh angggota keluarga secara berkala memiliki kesempatan untuk berkumpul dan mendiskusikan masalah pendidikan bagi semua.
Yang menarik, pada QS Luqman ayat 17, Luqman mendidik anaknya agar menegakkan shalat dan menyiapkan anaknya menjadi pejuang dakwah, yang senantiasa melaksanakan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar. Kesadaran akan tanggung jawab, dan keberanian, serta kesanggupan untuk mengemban tugas amar ma’ruf nahi munkar ini mengisyaratkan pentingnya anak-anak disiapkan dengan berbagai bekal, khususnya kekuatan ilmu dan kekuatan fisiknya. Anak-anak muslim wajib memiliki ilmu dan fisik yang mumpuni, sehingga mereka mampu mengemban perjuangan dakwah dengan baik; lebih baik dari generasi orang tuanya.
Dalam QS al-Anfal ayat 65, Nabi Muhammad saw diperintahkan menyiapkan orang-orang mukmin untuk senantiasa siap berperang. Idealnya, kekuatan seorang muslim setara dengan 10 orang kafir. Dalam sejarah telah terbukti, bagaimana dahsyatnya generasi terbaik yang dihasilkan dari pendidikan Nabi saw. Mereka merupakan generasi terbaik yang disegani umat manusia ketika itu. Kecintaan mereka kepada Allah, kepada Rasul-Nya, mengantarkan mereka menjadi generasi yang sangat mencintai ilmu dan pengorbanan. Itulah kunci kebangkitan suatu bangsa atau peradaban.
Sebagai aplikasi dari QS Luqman ayat 17 ini, sepatutnya, di masa kini, orang tua memahami potensi anak-anaknya dan mengarahkan mereka agar menjadi para pejuang di berbagai lapangan kehidupan. Terlebih, saat mereka akan memasuki bangku kuliah, perlu diberikan pemahaman, ilmu-ilmu dan peran apa yang dapat mereka lakukan dalam dakwah di masa kini dan masa mendatang.
Silakan memilih jurusan atau program studi yang diminati, tetapi pertimbangan utama adalah agar bisa melakukan dakwah dengan baik, melalui bidang studi dan keilmuan yang ditekuninya itu. Niat mencari ilmu haruslah benar, agar meraih ilmu yang bermanfaat.
Jika niatnya salah, terutama untuk mengeruk keuntungan materi, maka jangan salahkan, jika dari kampus-kampus kita, bisa bermunculan manusia-manusia serakah yang kecintaannya kepada ha
Sungguh memilukan, bahwa dalam kurikulum sekolah kita, mulai TK sampai Perguruan Tinggi, tidak ada materi ajar atau materi kuliah tentang bagaimana menjadi orang tua yang baik; yakni orang tua yang mampu berperan sebagai pendidik (muaddib), yang memahami tentang adab dan mampu menanamkan adab dalam diri dan keluarganya.
Padahal, menurut Ibnu Mubarak – seorang ulama besar , lihat http://www.nfbslembang.com/?q=node/161 -- porsi adab dalam agama Islam adalah dua pertiganya. Kata beliau: “kaada al-adabu yakuunu tsulutsay al-diini.” Beliau mempelajari adab selama 30 tahun, lalu belajar ilmu selama 20 tahun. (Tentang adab bisa dilihat dalam artikel berikut ini: http://www.hisbah.net/perhatikan-adab-sebelum-belajar-ilmu/).
Mengingat begitu pentingnya masalah adab dalam Islam, sungguh aneh jika orang tua tidak memahami masalah adab. Padahal, di akhirat nanti anak-anak akan menuntut orang tuanya jika ia tidak dididik dengan adab selama di dunia. Penanaman adab adalah hal yang mendasar dalam ajaran Islam. Dan itu menjadi tanggung jawab orang tua. Karena itu, ketika seorang laki-laki menerima akad nikah, sesungguhnya ia telah menerima tanggung jawab yang sangat berat (mitsaaqan ghaliidha).
Jika orang tua beradab dan berilmu, maka mereka punya modal kuat untuk mendidik anak-anaknya. Sebaik-baik cara menanamkan adab adalah dengan keteladanan dan pembudayaan suatu nilai-nilai kebaikan. Anak akan lebih mudah memahami adab jika ada contoh dari orang tuanya.
Setelah adab kepada orang tua, maka adab berikutnya yang ditanamkan oleh Luqman kepada anaknya adalah kesadaran Ihsan. Bahwasanya, Allah senantiasa mengawasi dirinya, dimana pun berada. Sekecil apa pun suatu benda, dan di tempat gelap sekali pun, seperti dalam goa, Allah pasti mengetahui. Menanamkan kesadaran Ihsan ini perlu dilakukan terus-menerus, di setiap momentum. Sangatlah baik jika seluruh angggota keluarga secara berkala memiliki kesempatan untuk berkumpul dan mendiskusikan masalah pendidikan bagi semua.
Yang menarik, pada QS Luqman ayat 17, Luqman mendidik anaknya agar menegakkan shalat dan menyiapkan anaknya menjadi pejuang dakwah, yang senantiasa melaksanakan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar. Kesadaran akan tanggung jawab, dan keberanian, serta kesanggupan untuk mengemban tugas amar ma’ruf nahi munkar ini mengisyaratkan pentingnya anak-anak disiapkan dengan berbagai bekal, khususnya kekuatan ilmu dan kekuatan fisiknya. Anak-anak muslim wajib memiliki ilmu dan fisik yang mumpuni, sehingga mereka mampu mengemban perjuangan dakwah dengan baik; lebih baik dari generasi orang tuanya.
Dalam QS al-Anfal ayat 65, Nabi Muhammad saw diperintahkan menyiapkan orang-orang mukmin untuk senantiasa siap berperang. Idealnya, kekuatan seorang muslim setara dengan 10 orang kafir. Dalam sejarah telah terbukti, bagaimana dahsyatnya generasi terbaik yang dihasilkan dari pendidikan Nabi saw. Mereka merupakan generasi terbaik yang disegani umat manusia ketika itu. Kecintaan mereka kepada Allah, kepada Rasul-Nya, mengantarkan mereka menjadi generasi yang sangat mencintai ilmu dan pengorbanan. Itulah kunci kebangkitan suatu bangsa atau peradaban.
Sebagai aplikasi dari QS Luqman ayat 17 ini, sepatutnya, di masa kini, orang tua memahami potensi anak-anaknya dan mengarahkan mereka agar menjadi para pejuang di berbagai lapangan kehidupan. Terlebih, saat mereka akan memasuki bangku kuliah, perlu diberikan pemahaman, ilmu-ilmu dan peran apa yang dapat mereka lakukan dalam dakwah di masa kini dan masa mendatang.
Silakan memilih jurusan atau program studi yang diminati, tetapi pertimbangan utama adalah agar bisa melakukan dakwah dengan baik, melalui bidang studi dan keilmuan yang ditekuninya itu. Niat mencari ilmu haruslah benar, agar meraih ilmu yang bermanfaat.
Jika niatnya salah, terutama untuk mengeruk keuntungan materi, maka jangan salahkan, jika dari kampus-kampus kita, bisa bermunculan manusia-manusia serakah yang kecintaannya kepada ha
www.hisbah.net
Perhatikan Adab Sebelum Belajar Ilmu
Kenapa mesti tema ini yang harus dibahas disaat masyarakat yang semangat menuntut ilmu? Karena tema inilah yang sekian lama terkubur ditengah-tengah para penuntut ilmu. Berapa banyak orang yang menuntut ilmu agar kelak menjadi ustadz, kiyai atau ulama, hal…
rta dan jabatan sangat berlebihan. Apalagi, jika para pengajar di kampus tidak bisa menjadi teladan kehidupan yang mulia bagi para mahasiswanya. Niat yang salah, ketemu guru dan sistem yang rusak, akan sempurnalah kerusakannya.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah orang berilmu namun Allah tidak menjadikan ilmunya bermanfaat bagi dirinya.” (HR Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi)
Di sinilah kita memahami, betapa beratnya tanggung jawab orang tua dalam pendidikan keluarga. Masuk sorga dan terhindar dari siksa neraka memang perjuangan berat; bukan pekerjaan sambilan. Iblis dan setan-setan pun bekerja keras untuk bisa menyesatkan manusia. Setan-setan dari kalangan manusia belajar sampai ke tingkat tertinggi agar bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Setan pun kerja keras, sehingga tampak begitu banyak keanehan dalam kehidupan. Betapa banyak orang mau masuk neraka rela membayar sampai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Karena itu, Ibnu Qayyim al-Jauziyah memasukkan perjuangan melawan tipu daya setan, sebagai salah satu bentuk jihad fi-sabilillah.
Terakhir, pada QS Luqman ayat 18-19, dalam pendidikan adab kepada anaknya, Luqman mengajarkan anaknya untuk memiliki adab yang baik kepada sesama manusia. Anak perlu dididik adab, juga sopan-santun kepada sesama; jangan sombong, jangan angkuh pada sesama.
Itulah serangkaian pendidikan adab yang menjadi tanggung jawab orang tua, sebagaimana dicontohkan oleh Luqman al-Hakim. Luqman telah mendapatkan hikmah dari Allah, sehingga menjadikan dirinya sebagai orang beradab dan mampu memberikan pendidikan yang benar kepada anaknya.
Kisah Luqman menginspirasi kita, bahwa pembentukan manusia beradab, sepatutnya diutamakan dalam pendidikan keluarga dan pendidikan secara keseluruhan, dengan orang tua sebagai pendidik utamanya. Penanaman adab memerlukan keteladanan, pembiasaan, dan penegakan disiplin. Apa pun kondisi orang tua, mereka tidak boleh lepas tanggung jawab dari pendidikan anak-anaknya.
Untuk menanamkan adab tidak berarti orang tua harus pintar. Aspek kesungguhan keikhlasan, dan kesabaran lebih diperlukan. Meskipun begitu, bagaimana pun juga, orang tua tetap wajib mencari ilmu terus-menerus agar mampu menjalankan fungsinya dengan baik; agar hak-hak anak-anaknya terpenuhi, sehingga mereka tidak menuntut orang tuanya di Akhirat kelak. Semoga Allah memberikan kemampuan kepada kita semua untuk menjalankan amanah kita sebagai orang tua dengan baik. Amin. (***)
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah orang berilmu namun Allah tidak menjadikan ilmunya bermanfaat bagi dirinya.” (HR Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi)
Di sinilah kita memahami, betapa beratnya tanggung jawab orang tua dalam pendidikan keluarga. Masuk sorga dan terhindar dari siksa neraka memang perjuangan berat; bukan pekerjaan sambilan. Iblis dan setan-setan pun bekerja keras untuk bisa menyesatkan manusia. Setan-setan dari kalangan manusia belajar sampai ke tingkat tertinggi agar bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Setan pun kerja keras, sehingga tampak begitu banyak keanehan dalam kehidupan. Betapa banyak orang mau masuk neraka rela membayar sampai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Karena itu, Ibnu Qayyim al-Jauziyah memasukkan perjuangan melawan tipu daya setan, sebagai salah satu bentuk jihad fi-sabilillah.
Terakhir, pada QS Luqman ayat 18-19, dalam pendidikan adab kepada anaknya, Luqman mengajarkan anaknya untuk memiliki adab yang baik kepada sesama manusia. Anak perlu dididik adab, juga sopan-santun kepada sesama; jangan sombong, jangan angkuh pada sesama.
Itulah serangkaian pendidikan adab yang menjadi tanggung jawab orang tua, sebagaimana dicontohkan oleh Luqman al-Hakim. Luqman telah mendapatkan hikmah dari Allah, sehingga menjadikan dirinya sebagai orang beradab dan mampu memberikan pendidikan yang benar kepada anaknya.
Kisah Luqman menginspirasi kita, bahwa pembentukan manusia beradab, sepatutnya diutamakan dalam pendidikan keluarga dan pendidikan secara keseluruhan, dengan orang tua sebagai pendidik utamanya. Penanaman adab memerlukan keteladanan, pembiasaan, dan penegakan disiplin. Apa pun kondisi orang tua, mereka tidak boleh lepas tanggung jawab dari pendidikan anak-anaknya.
Untuk menanamkan adab tidak berarti orang tua harus pintar. Aspek kesungguhan keikhlasan, dan kesabaran lebih diperlukan. Meskipun begitu, bagaimana pun juga, orang tua tetap wajib mencari ilmu terus-menerus agar mampu menjalankan fungsinya dengan baik; agar hak-hak anak-anaknya terpenuhi, sehingga mereka tidak menuntut orang tuanya di Akhirat kelak. Semoga Allah memberikan kemampuan kepada kita semua untuk menjalankan amanah kita sebagai orang tua dengan baik. Amin. (***)
Ketika orang memanggil ibunya mama dan bapaknya papa, kawannya bro tidak ada yang mencemooh atau sinis, bahkan dianggap modern dan maju. Tapi ketika ada yang memanggil ibu jadi ummi, bapak jadi abi / abah, saudara jadi akhi, ikhwan atau ukhti dan kamu jadi anta/antum mulai ada yang sewot, sinis bahkan mengaitkannya sikap radikal, ekstrim dan intoleran. Dua sikap yang kontras ini bisa dilacak dari cara berpikirnya atau cara pandangnya terhadap kehidupan (worldview), khususnya terhadap Islam, tentang Islam dan dalam berislam (bagi Muslim).
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
-Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi-
GAYA ROBERT MOREY
Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
(Direktur INSISTS)
Nama Robert A. Morey tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Bukunya, yang berjudul Islamic Invasion telah banyak ditanggapi. Buku ini banyak memuat pelecehan terhadap Islam. Buku Islamic Invasion ini diam-diam beredar di Indonesia, sama dengan buku Islam Revealed karya Dr. Anis A. Shorrosh yang diterjemahkan dengan judul Kebenaran Diungkapkan: Pandangan Seorang Arab Kristen tentang Islam. Ditulis dalam edisi Indonesianya: Bacaan Umat Kristen. Penerbitnya: Yayasan Pusat Penginjilan Alkitabiyah, PO Bos 1663/JKP Jakarta 10016.
Buku Islamic Invision dapat difahami dari dua sisi. Pertama, ia adalah cermin dari rasa permusuhan kalangan Kristen terhadap Islam yang tidak pernah berhenti. Kedua, ia adalah by-product dari frame-work kajian para Orientalis terhadap Islam.
Sebenarnya akar permusuhan terhadap Islam terletak pada hal yang sangat mendasar, yakni karena penolakan al-Quran secara tegas tentang penyaliban Nabi Isa dan konsep Trinitas. Penolakan ini berarti juga penafian terhadap keyakinan yang selama ini dipegang erat oleh kaum Kristiani. Jadi akarnya terdapat di dalam al-Quran. Para ulama terdahulu menulis karya-karya yang mengkritik keyakinan Kristen tersebut. Al-Ghazali misalnya menulis Kitab al-Radd al-Jamil Li Ilahiati Isa bi Sarih al-Injil, Ibn Taymiyyah juga menulis Kitab al-Jawabal-Sahih liman man Baddala Din al-Masih.
Robert Morey, Anish Shorrosh dan sebagainya, melakukan serangan terhadap Islam dengan cara yang kasar dan mudah dipahami kaum Muslim. Sebagian kalangan orientalis Yahudi dan Kristen mengambil cara yang lebih halus. Tujuannya sama saja, yakni memunculkan keraguan terhadap kaum Muslim atas agamanya sendiri. Cara kedua ini justru lebih berbahaya, sebab banyak memakan korban di kalangan cendekiawan Muslim.
Sebagai contoh, kita rujuk pernyataan Montgomery Watt, seorang Orientalis Inggeris yang juga menjadi salah satu rujukan Robert Morey. Ia dengan halus mengkritik dan meracuni pemikiran umat Islam dengan menyatakan bahwa jika umat Islam ingin maju dan memiliki posisi penting dalam dunia kontemporer maka mereka perlu mengadakan rekonstruksi intelektual yang berdasarkan pada pandangan hidup Islam dengan menghilangkan elemen-elemen yang salah dalam agama Islam. Untuk itu, sarannya, umat Islam perlu menggunakan metode historis dan literer, meskipun dengan itu mereka harus meninggalkan beberapa poin kepercayaan tradisional yang tidak penting dan sekunder.
Kepercayaan tradisional yang dimaksud Watt adalah penolakan al-Quran terhadap keyakinan Kristen bahwa Nabi Isa AS disiksa dan mati di tiang salib (QS an-Nisa:157). (lihat Islamic Fundamentalism and Modernity, London dan New York: Routledge, 1988, 88). Pandangan Watt jelas sekali menunjukkan suatu kesadaran yang sangat cerdas bahwa untuk mempertahankan kepercayaan penyaliban Nabi Isa AS dari serangan al-Quran ia menyuarakan penggunaan metode historis kepada umat Islam, agar al-Quran dapat diotak-atik sehingga menjadi berarti yang sebaliknya.
Memang upaya orientalis untuk merespon dan mematahkan pernyataan-pernyataan dari al-Quran ini terencana, ilmiyah dan terus menerus. Tapi bagaimanapun ilmiyahnya, para orientalis itu berpijak pada pre-supposisi Barat. Artinya, prinsip dasar kajian mereka adalah penolakan terhadap kenabian Muhammad saw sebagai rahmat untuk seluruh umat manusia. Ini bisa dipahami, sebab dengan mengakui kerasulan Nabi Muhammad berarti mereka mengakui Islam sebagai agama terakhir.
Demikian pula dengan al-Quran. Mereka tidak mengakui al-Quran sebagai firman Allah, karena al-Quran memuat banyak kecaman terhadap doktrin-doktrin agama Yahudi dan Nasrani. Kandungan al-Quran yang mengkritik ajaran Yahudi dan Kristen seperti itu telah menuai reaksi balik sepanjang masa. Seorang Kaisar Bizantin, Leo III (717-741 M.), misalnya, telah menuduh al-Hajjaj ibn Yusuf al-Tsaqafi, seorang Gubernur di zaman kekhalifahan Abdul Malik ibn Marwan (684-704 M) telah mengubah al-Qur'an (Lihat Arthur Jeffery, "Ghevond's Text of the Correspondence between Umar II and L
Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
(Direktur INSISTS)
Nama Robert A. Morey tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Bukunya, yang berjudul Islamic Invasion telah banyak ditanggapi. Buku ini banyak memuat pelecehan terhadap Islam. Buku Islamic Invasion ini diam-diam beredar di Indonesia, sama dengan buku Islam Revealed karya Dr. Anis A. Shorrosh yang diterjemahkan dengan judul Kebenaran Diungkapkan: Pandangan Seorang Arab Kristen tentang Islam. Ditulis dalam edisi Indonesianya: Bacaan Umat Kristen. Penerbitnya: Yayasan Pusat Penginjilan Alkitabiyah, PO Bos 1663/JKP Jakarta 10016.
Buku Islamic Invision dapat difahami dari dua sisi. Pertama, ia adalah cermin dari rasa permusuhan kalangan Kristen terhadap Islam yang tidak pernah berhenti. Kedua, ia adalah by-product dari frame-work kajian para Orientalis terhadap Islam.
Sebenarnya akar permusuhan terhadap Islam terletak pada hal yang sangat mendasar, yakni karena penolakan al-Quran secara tegas tentang penyaliban Nabi Isa dan konsep Trinitas. Penolakan ini berarti juga penafian terhadap keyakinan yang selama ini dipegang erat oleh kaum Kristiani. Jadi akarnya terdapat di dalam al-Quran. Para ulama terdahulu menulis karya-karya yang mengkritik keyakinan Kristen tersebut. Al-Ghazali misalnya menulis Kitab al-Radd al-Jamil Li Ilahiati Isa bi Sarih al-Injil, Ibn Taymiyyah juga menulis Kitab al-Jawabal-Sahih liman man Baddala Din al-Masih.
Robert Morey, Anish Shorrosh dan sebagainya, melakukan serangan terhadap Islam dengan cara yang kasar dan mudah dipahami kaum Muslim. Sebagian kalangan orientalis Yahudi dan Kristen mengambil cara yang lebih halus. Tujuannya sama saja, yakni memunculkan keraguan terhadap kaum Muslim atas agamanya sendiri. Cara kedua ini justru lebih berbahaya, sebab banyak memakan korban di kalangan cendekiawan Muslim.
Sebagai contoh, kita rujuk pernyataan Montgomery Watt, seorang Orientalis Inggeris yang juga menjadi salah satu rujukan Robert Morey. Ia dengan halus mengkritik dan meracuni pemikiran umat Islam dengan menyatakan bahwa jika umat Islam ingin maju dan memiliki posisi penting dalam dunia kontemporer maka mereka perlu mengadakan rekonstruksi intelektual yang berdasarkan pada pandangan hidup Islam dengan menghilangkan elemen-elemen yang salah dalam agama Islam. Untuk itu, sarannya, umat Islam perlu menggunakan metode historis dan literer, meskipun dengan itu mereka harus meninggalkan beberapa poin kepercayaan tradisional yang tidak penting dan sekunder.
Kepercayaan tradisional yang dimaksud Watt adalah penolakan al-Quran terhadap keyakinan Kristen bahwa Nabi Isa AS disiksa dan mati di tiang salib (QS an-Nisa:157). (lihat Islamic Fundamentalism and Modernity, London dan New York: Routledge, 1988, 88). Pandangan Watt jelas sekali menunjukkan suatu kesadaran yang sangat cerdas bahwa untuk mempertahankan kepercayaan penyaliban Nabi Isa AS dari serangan al-Quran ia menyuarakan penggunaan metode historis kepada umat Islam, agar al-Quran dapat diotak-atik sehingga menjadi berarti yang sebaliknya.
Memang upaya orientalis untuk merespon dan mematahkan pernyataan-pernyataan dari al-Quran ini terencana, ilmiyah dan terus menerus. Tapi bagaimanapun ilmiyahnya, para orientalis itu berpijak pada pre-supposisi Barat. Artinya, prinsip dasar kajian mereka adalah penolakan terhadap kenabian Muhammad saw sebagai rahmat untuk seluruh umat manusia. Ini bisa dipahami, sebab dengan mengakui kerasulan Nabi Muhammad berarti mereka mengakui Islam sebagai agama terakhir.
Demikian pula dengan al-Quran. Mereka tidak mengakui al-Quran sebagai firman Allah, karena al-Quran memuat banyak kecaman terhadap doktrin-doktrin agama Yahudi dan Nasrani. Kandungan al-Quran yang mengkritik ajaran Yahudi dan Kristen seperti itu telah menuai reaksi balik sepanjang masa. Seorang Kaisar Bizantin, Leo III (717-741 M.), misalnya, telah menuduh al-Hajjaj ibn Yusuf al-Tsaqafi, seorang Gubernur di zaman kekhalifahan Abdul Malik ibn Marwan (684-704 M) telah mengubah al-Qur'an (Lihat Arthur Jeffery, "Ghevond's Text of the Correspondence between Umar II and L
eo III, Harvard Theological Review, 269-332).
Peter, pendeta di Maimuma, pada tahun 743 menyebut Rasululllah saw sebagai nabi palsu. Yahya al-Dimasyqi atau dikenal juga sebagai John of Damascus (m. 750) juga menulis dalam bahasa Yunani kuno kepada kalangan Kristen ortodoks bahwa Islam mengajarkan anti-Kristus. John of Damascus berpendapat bahwa Muhammad adalah seorang penipu kepada orang Arab yang bodoh. Ia juga mengatakan Nabi Muhammad mengawini Khadijah agar mendapat kekayaan dan kesenangan. Ia juga menuduh Nabi Muhammad menyembunyikan penyakit epilepsinya ketika menerima wahyu dari Jibril. Bahkan Nabi Muhammad dianggap memiliki hobi perang karena nafsu seksnya tidak tersalurkan. (Daniel J. Sahas, John of Damascus on Islam: "The Heresy of the Ishmaelites" (Leiden: E. J. Brill, 1972, hlm. 67-95).
Seirama dengan John of Damascus, Pastor Bede dari Inggris yang hidup pada tahun 673-735 M berpendapat bahwa Muhammad adalah seorang manusia padang pasir yang liar (a wild man of desert). Bede menggambarkan Muhammad sebagai kasar, cinta perang dan biadab, buta huruf, status sosial yang rendah, bodoh tentang dogma Kristen, dan tamak kuasa, sehingga ia menjadi penguasa dan mengklaim sebagai seorang nabi. Apa-apa yang ditulis oleh Arthur Jeffery inilah yang menjadi rujukan Robert Morey.
Sikap menghina Nabi Muhammad saw berlanjut pada zaman pertengahan Barat. Pada saat itu, Rasulullah saw disebut sebagai Mahound, atau juga Mahoun, Mahun, Mahomet, di dalam bahasa Perancis Mahon, di dalam bahasa Jerman Machmet, yang sinonim dengan setan, berhala. Jadi, Muhammad bukan hanya sebagai seorang nabi palsu. Lebih dari itu, Ia merupakan seorang penyembah berhala yang disembah oleh orang Arab yang bodoh.
Pada zaman kelahiran kembali (Renaissance) Barat dan zaman Reformasi (Reformation) Barat, imej buruk terus berlanjut. Marlowes Tamburlaine menuduh al-Quran sebagai karya setan. Martin Luther menganggap Muhammad sebagai orang Jahat dan mengutuknya sebagai anak setan. Pada zaman Pencerahan Barat, Voltaire menganggap Muhammad sebagai fanatik, ekstrimis dan pendusta yang paling canggih. Biografi Rasulullah saw beserta al-Quran terus menjadi target. Snouck Hurgronje mengatakan: "Pada zaman skeptik kita ini, sangat sedikit sekali yang lepas dari kritik, dan suatu hari nanti kita mungkin mengharapkan untuk mendengar bahwa Muhammad tidak pernah ada (In our skeptical times there is very little that is above criticism, and one day or other we may expect to hear that Muhammad never existed).
Harapan Hurgronje ini selanjutnya terealisasikan dalam pemikiran Klimovich, yang menulis sebuah artikel diterbitkan pada tahun 1930 dengan berjudul "Did Muhammad Exist?" Dalam artikel tersebut, Klimovich menyimpulkan bahwa semua sumber informasi tentang kehidupan Muhammad adalah buat-buatan. Muhammad adalah fiksi yang wajib karena selalu adanya asumsi bahwa setiap agama harus mempunyai pendiri. (***)
Peter, pendeta di Maimuma, pada tahun 743 menyebut Rasululllah saw sebagai nabi palsu. Yahya al-Dimasyqi atau dikenal juga sebagai John of Damascus (m. 750) juga menulis dalam bahasa Yunani kuno kepada kalangan Kristen ortodoks bahwa Islam mengajarkan anti-Kristus. John of Damascus berpendapat bahwa Muhammad adalah seorang penipu kepada orang Arab yang bodoh. Ia juga mengatakan Nabi Muhammad mengawini Khadijah agar mendapat kekayaan dan kesenangan. Ia juga menuduh Nabi Muhammad menyembunyikan penyakit epilepsinya ketika menerima wahyu dari Jibril. Bahkan Nabi Muhammad dianggap memiliki hobi perang karena nafsu seksnya tidak tersalurkan. (Daniel J. Sahas, John of Damascus on Islam: "The Heresy of the Ishmaelites" (Leiden: E. J. Brill, 1972, hlm. 67-95).
Seirama dengan John of Damascus, Pastor Bede dari Inggris yang hidup pada tahun 673-735 M berpendapat bahwa Muhammad adalah seorang manusia padang pasir yang liar (a wild man of desert). Bede menggambarkan Muhammad sebagai kasar, cinta perang dan biadab, buta huruf, status sosial yang rendah, bodoh tentang dogma Kristen, dan tamak kuasa, sehingga ia menjadi penguasa dan mengklaim sebagai seorang nabi. Apa-apa yang ditulis oleh Arthur Jeffery inilah yang menjadi rujukan Robert Morey.
Sikap menghina Nabi Muhammad saw berlanjut pada zaman pertengahan Barat. Pada saat itu, Rasulullah saw disebut sebagai Mahound, atau juga Mahoun, Mahun, Mahomet, di dalam bahasa Perancis Mahon, di dalam bahasa Jerman Machmet, yang sinonim dengan setan, berhala. Jadi, Muhammad bukan hanya sebagai seorang nabi palsu. Lebih dari itu, Ia merupakan seorang penyembah berhala yang disembah oleh orang Arab yang bodoh.
Pada zaman kelahiran kembali (Renaissance) Barat dan zaman Reformasi (Reformation) Barat, imej buruk terus berlanjut. Marlowes Tamburlaine menuduh al-Quran sebagai karya setan. Martin Luther menganggap Muhammad sebagai orang Jahat dan mengutuknya sebagai anak setan. Pada zaman Pencerahan Barat, Voltaire menganggap Muhammad sebagai fanatik, ekstrimis dan pendusta yang paling canggih. Biografi Rasulullah saw beserta al-Quran terus menjadi target. Snouck Hurgronje mengatakan: "Pada zaman skeptik kita ini, sangat sedikit sekali yang lepas dari kritik, dan suatu hari nanti kita mungkin mengharapkan untuk mendengar bahwa Muhammad tidak pernah ada (In our skeptical times there is very little that is above criticism, and one day or other we may expect to hear that Muhammad never existed).
Harapan Hurgronje ini selanjutnya terealisasikan dalam pemikiran Klimovich, yang menulis sebuah artikel diterbitkan pada tahun 1930 dengan berjudul "Did Muhammad Exist?" Dalam artikel tersebut, Klimovich menyimpulkan bahwa semua sumber informasi tentang kehidupan Muhammad adalah buat-buatan. Muhammad adalah fiksi yang wajib karena selalu adanya asumsi bahwa setiap agama harus mempunyai pendiri. (***)
DARI PERBENDAHARAAN LAMA
Penulis: Prof Dr Hamka
Sinopsis:
Dalam buku ini Buya HAMKA menunjukkan dua hal penting secara umum: pertama bahwa masuknya Islam ke bumi Melayu-Nusantara ini sudah lebih dahulu daripada pendapat umum sejarawan bahwa Islam masuk ke dunia Melayu-Nusantara pada abad ke 12 Masehi, ditandai dengan bukti Batu Nisan Fatimah. Hal kedua yang dikemukakan HAMKA adalah bahwa pada masa lampau Islam mengakar dengan cukup kuat di dalam benak masyarakat Melayu-Nusantara. Bahkan tidak hanya itu, perjuangan mengusir penjajah dalam tulisan ini didasarkan kepada semangat keagamaan (Islam) hingga membuahkan hasil kemerdekaan Republik Indonesia. Tentu saja hal ini berseberangan dengan pendapat para sejarawan Indonesia secara umum.
-----------------------------
DARI PERBENDAHARAAN LAMA
Penulis: Prof Dr Hamka
Harga: Rp 85.000,-
Stock terbatas.
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Penulis: Prof Dr Hamka
Sinopsis:
Dalam buku ini Buya HAMKA menunjukkan dua hal penting secara umum: pertama bahwa masuknya Islam ke bumi Melayu-Nusantara ini sudah lebih dahulu daripada pendapat umum sejarawan bahwa Islam masuk ke dunia Melayu-Nusantara pada abad ke 12 Masehi, ditandai dengan bukti Batu Nisan Fatimah. Hal kedua yang dikemukakan HAMKA adalah bahwa pada masa lampau Islam mengakar dengan cukup kuat di dalam benak masyarakat Melayu-Nusantara. Bahkan tidak hanya itu, perjuangan mengusir penjajah dalam tulisan ini didasarkan kepada semangat keagamaan (Islam) hingga membuahkan hasil kemerdekaan Republik Indonesia. Tentu saja hal ini berseberangan dengan pendapat para sejarawan Indonesia secara umum.
-----------------------------
DARI PERBENDAHARAAN LAMA
Penulis: Prof Dr Hamka
Harga: Rp 85.000,-
Stock terbatas.
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
BUKU-BUKU TERBAIK KARYA BUYA HAMKA.
- 1001 Soal Kehidupan Rp. 115.000,-
- Pandangan Hidup Muslim Rp. 65.000,-
- Kesepaduan Ilmu dan Amal Saleh Rp. 50.000,-
- Dari Hati ke Hati Rp. 65.000,-
- Dari Lembah Cita-Cita Rp. 43.000,-
- Tafsir Al Azhar Juz Amma Rp. 130.000,-
- Bohong Di Dunia Rp. 43.000,-
- Ghirah: Cemburu Karena Allah 38.000,-
- Sejarah Umat Islam Rp. 230.000,-
- Angkatan Baru Rp. 37.000,-
- Buya Hamka Berbicara Perempuan Rp. 45.000,-
- Pribadi Hebat Rp. 45.000,-
- Dari Perbendaharaan Lama Rp. 85.000,-
- Keadilan Sosial dalam Islam Rp. 50.000,-
- Falsafah Ketuhanan Rp. 55.000,-
Pemesanan silahkan SMS/Whatsapp ke 087878147997.
-Admin-
- 1001 Soal Kehidupan Rp. 115.000,-
- Pandangan Hidup Muslim Rp. 65.000,-
- Kesepaduan Ilmu dan Amal Saleh Rp. 50.000,-
- Dari Hati ke Hati Rp. 65.000,-
- Dari Lembah Cita-Cita Rp. 43.000,-
- Tafsir Al Azhar Juz Amma Rp. 130.000,-
- Bohong Di Dunia Rp. 43.000,-
- Ghirah: Cemburu Karena Allah 38.000,-
- Sejarah Umat Islam Rp. 230.000,-
- Angkatan Baru Rp. 37.000,-
- Buya Hamka Berbicara Perempuan Rp. 45.000,-
- Pribadi Hebat Rp. 45.000,-
- Dari Perbendaharaan Lama Rp. 85.000,-
- Keadilan Sosial dalam Islam Rp. 50.000,-
- Falsafah Ketuhanan Rp. 55.000,-
Pemesanan silahkan SMS/Whatsapp ke 087878147997.
-Admin-
Ada manusia2 sebiadab ini di muka bumi! Inilah kebiadaban penjara Presiden Assad di Suriah! http://internasional.kompas.com/read/2017/08/30/15051861/kekejaman-penjara-assad-zahira-diperkosa-5-tentara-selama-14-hari
KOMPAS.com
Kekejaman Penjara Assad: Zahira Diperkosa 5 Tentara selama 14 Hari
Diperkosa berkali-kali hingga alat vitalnya rusak dan tak mampu lagi berbuat apa-apa menjadikan memori kelam Zahira selama di penjara rezim Assad.
MENANTI KEADILAN TERHADAP MUSLIM ROHINGYA
Oleh: Fahmi Salim, MA
Setelah perang badar, kaum Yahudi Bani Qainuqa’ terus memperlihatkan kebencian mereka kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam dan kaum Muslimin. Mereka menolak ajakan masuk Islam dari Rasulullah dan melecehkan kemenangan kaum Muslimin pada Perang Badar. Puncak kebencian mereka kepada Islam dan Muslimin akhirnya terjadi di pasar Bani Qainuqa’.
Ketika itu, seorang wanita Muslimah mereka permainkan sehingga terbuka auratnya di bagian belakang. Mereka tertawa-tawa dengan pelecehan ini. Seorang sahabat Rasul yang mendengarkan jeritan wanita Muslimah yang dipermalukan, langsung melompat dan membunuh lelaki Yahudi yang telah menyingkap aurat Muslimah tersebut. Namun akibatnya, dia dikeroyok oleh Yahudi Qainuqa’ dan dibunuh.
Pengkhianatan Yahudi Qainuqa’ ini langsung disikapi oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam. Pasukan Muslim mengepung mereka berhari-hari sampai mereka menyerah. Setelah menyerah, mereka dihukum Rasulullah dengan diusir keluar dari Kota Madinah.
Satu tahun setelah kejadian tersebut, Yahudi bani Nadhir juga melakukan pengkhianatan. Mereka membuat makar untuk membunuh Rasulullah. Yaitu dengan naik ke atas bangunan dan menjatuhkan batu besar ke Rasulullah yang duduk di bawah. Tapi, malaikat Jibril mengabarkan rencana ini kepada Rasulullah, sehingga Beliau langsung bangkit dari tempat tersebut dan segera kembali pulang.
Kemudian, Rasulullah membawa pasukan dan mengepung Yahudi bani Nadhir beberapa hari sampai menyerah. Lalu mereka dihukum oleh Rasulullah dengan diusir keluar dari Kota Madinah. Setahun lebih setelah pengkhianatan tersebut, Yahudi Bani Quraizhah juga berkhianat. Dalam Perang Khandaq mereka ikut serta berkonspirasi dengan kafir Quraisy yang datang menyerang Madinah.
Kaum Muslimin Madinah benar-benar terkepung dan dalam kondisi mencekam serta ketakutan. Setelah Allah Subhanahu Wata’ala menangkan kaum Muslimin dalam Perang Badar, Rasulullah langsung menghukum Bani Quraizhah. Mereka dikepung berhari-hari sampai menyerah. Setelah menyerah, seluruh lelaki Yahudi Bani Quraizhah dibunuh, dan kaum wanita serta anak-anak menjadi budak. Itulah hukuman bagi mereka para pengkhianat.
Dari tiga peristiwa tersebut, banyak sekali hikmah dan pelajaran yang dapat diambil. Salah satunya sikap adil Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Di mana Rasulullah hanya menghukum orang atau kaum yang bersalah saja.
Ketika Yahudi Qainuqa berkhianat di Madinah, maka yang dihukum dan diusir hanya Bani Qainuqa saja. Kaum Yahudi yang lain seperti Bani Nadhir dan Quraizhah sama sekali tidak dihukum dan diusir.
Lalu ketika Yahudi Bani Nadhir yang berkhianat, maka hanya mereka saja yang dihukum dan diusir. Yahudi lain tidak terkena hukuman dan sama sekali tidak diusik. Begitu juga ketika Yahudi Quraizhah berkhianat, hanya mereka yang dihukum.
Sedangkan Yahudi lain tidak diusik. Ketika Rasulullah wafat, baju besi Beliau masih tergadai kepada seorang Yahudi.Terlihat bagaimana Rasulullah tidak mengeneralisir permasalahan. Yang bersalah dan terlibat dalam pengkhianatan, mereka saja yang dihukum. Sedangkan yang lain yang tidak terlibat, tidak ikut diberi hukuman.
Umat Buddha Indonesia
Dalam konteks peristiwa kezhaliman yang menimpa kaum Muslimin Rohingya, tentunya semua umat Islam wajib berempati. Memberikan berbagai bantuan yang mungkin dilakukan untuk menolong dan meringankan beban mereka. Apalagi bila Muslimin Rohingya tersebut sudah sampai lari dan mengungsi ke negeri mayoritas umat Islam Indonesia.
Maka umat Islam Indonesia berkewajiban menolong mereka dan memberikan segala fasilitas yang bisa menjamin keselamatan mereka. Semua langkah-langkah solidaritas, penggalangan bantuan dan dana, sangat layak diapresiasi dan didukung. Itulah ciri persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyah) setiap Muslim.
Namun di balik itu, adalah sebuah sikap yang tidak bijak serta jauh dari keadilan bila ada pula yang mengajak atau menyuarakan pembalasan kezhaliman tersebut kepada umat Buddha yang ada di Indonesia. Baik itu hanya berupa komentar, tulisan pendek, status di
Oleh: Fahmi Salim, MA
Setelah perang badar, kaum Yahudi Bani Qainuqa’ terus memperlihatkan kebencian mereka kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam dan kaum Muslimin. Mereka menolak ajakan masuk Islam dari Rasulullah dan melecehkan kemenangan kaum Muslimin pada Perang Badar. Puncak kebencian mereka kepada Islam dan Muslimin akhirnya terjadi di pasar Bani Qainuqa’.
Ketika itu, seorang wanita Muslimah mereka permainkan sehingga terbuka auratnya di bagian belakang. Mereka tertawa-tawa dengan pelecehan ini. Seorang sahabat Rasul yang mendengarkan jeritan wanita Muslimah yang dipermalukan, langsung melompat dan membunuh lelaki Yahudi yang telah menyingkap aurat Muslimah tersebut. Namun akibatnya, dia dikeroyok oleh Yahudi Qainuqa’ dan dibunuh.
Pengkhianatan Yahudi Qainuqa’ ini langsung disikapi oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam. Pasukan Muslim mengepung mereka berhari-hari sampai mereka menyerah. Setelah menyerah, mereka dihukum Rasulullah dengan diusir keluar dari Kota Madinah.
Satu tahun setelah kejadian tersebut, Yahudi bani Nadhir juga melakukan pengkhianatan. Mereka membuat makar untuk membunuh Rasulullah. Yaitu dengan naik ke atas bangunan dan menjatuhkan batu besar ke Rasulullah yang duduk di bawah. Tapi, malaikat Jibril mengabarkan rencana ini kepada Rasulullah, sehingga Beliau langsung bangkit dari tempat tersebut dan segera kembali pulang.
Kemudian, Rasulullah membawa pasukan dan mengepung Yahudi bani Nadhir beberapa hari sampai menyerah. Lalu mereka dihukum oleh Rasulullah dengan diusir keluar dari Kota Madinah. Setahun lebih setelah pengkhianatan tersebut, Yahudi Bani Quraizhah juga berkhianat. Dalam Perang Khandaq mereka ikut serta berkonspirasi dengan kafir Quraisy yang datang menyerang Madinah.
Kaum Muslimin Madinah benar-benar terkepung dan dalam kondisi mencekam serta ketakutan. Setelah Allah Subhanahu Wata’ala menangkan kaum Muslimin dalam Perang Badar, Rasulullah langsung menghukum Bani Quraizhah. Mereka dikepung berhari-hari sampai menyerah. Setelah menyerah, seluruh lelaki Yahudi Bani Quraizhah dibunuh, dan kaum wanita serta anak-anak menjadi budak. Itulah hukuman bagi mereka para pengkhianat.
Dari tiga peristiwa tersebut, banyak sekali hikmah dan pelajaran yang dapat diambil. Salah satunya sikap adil Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Di mana Rasulullah hanya menghukum orang atau kaum yang bersalah saja.
Ketika Yahudi Qainuqa berkhianat di Madinah, maka yang dihukum dan diusir hanya Bani Qainuqa saja. Kaum Yahudi yang lain seperti Bani Nadhir dan Quraizhah sama sekali tidak dihukum dan diusir.
Lalu ketika Yahudi Bani Nadhir yang berkhianat, maka hanya mereka saja yang dihukum dan diusir. Yahudi lain tidak terkena hukuman dan sama sekali tidak diusik. Begitu juga ketika Yahudi Quraizhah berkhianat, hanya mereka yang dihukum.
Sedangkan Yahudi lain tidak diusik. Ketika Rasulullah wafat, baju besi Beliau masih tergadai kepada seorang Yahudi.Terlihat bagaimana Rasulullah tidak mengeneralisir permasalahan. Yang bersalah dan terlibat dalam pengkhianatan, mereka saja yang dihukum. Sedangkan yang lain yang tidak terlibat, tidak ikut diberi hukuman.
Umat Buddha Indonesia
Dalam konteks peristiwa kezhaliman yang menimpa kaum Muslimin Rohingya, tentunya semua umat Islam wajib berempati. Memberikan berbagai bantuan yang mungkin dilakukan untuk menolong dan meringankan beban mereka. Apalagi bila Muslimin Rohingya tersebut sudah sampai lari dan mengungsi ke negeri mayoritas umat Islam Indonesia.
Maka umat Islam Indonesia berkewajiban menolong mereka dan memberikan segala fasilitas yang bisa menjamin keselamatan mereka. Semua langkah-langkah solidaritas, penggalangan bantuan dan dana, sangat layak diapresiasi dan didukung. Itulah ciri persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyah) setiap Muslim.
Namun di balik itu, adalah sebuah sikap yang tidak bijak serta jauh dari keadilan bila ada pula yang mengajak atau menyuarakan pembalasan kezhaliman tersebut kepada umat Buddha yang ada di Indonesia. Baik itu hanya berupa komentar, tulisan pendek, status di
media social (Medsos) dan sejenisnya, apalagi sampai ada aksi di lapangan yang mengintimidasi saudara sebangsa dan setanah air dari umat Buddha.
Apa salah mereka terhadap kaum Muslimin Rohingya? Mereka tidak ikut serta dalam tindakan pembantaian di sana. Umat Islam di Indonesia harus bersikap adil. Jangan samapai propokatif atau terprovokasi.
Kepedulian kepada Muslimin Rohingya jangan dirusak pula dengan mengintimidasi umat Buddha di tanah air. Kita mesti meneladani kaum Muslimin di Nepal yang dengan jiwa besar ikut serta menolong umat Buddha yang menjadi korban gempa. Tidak ada sedikitpun mereka kaitkan dengan kezhaliman kaum Buddha di Myanmar. Sebab, kaum Buddha Nepal tidak ikut serta melakukan kezhaliman.
Ada pihak-pihak yang akan beruntung bila terjadi konflik horizontal antarumat beragama di Indonesia. Indonesia akan goyang dan semakin lemah. Dan yang paling merugi serta dirugikan dengan melemahnya negara kita Indonesia adalah umat Islam sendiri. Karena itu, jangan terpancing, apalagi memancing.
Tidaklah tepat bila seorang Muslim dicederai oleh seorang Kristen di Eropa, lalu orang Kristen di Indonesia diciderai pula oleh kaum Muslimin.
اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Maka berlaku adillah! Adil itu lebih dekat kepada taqwa.” (QS Al Maidah: 8);
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاء لِلّهِ وَلَوْ عَلَى أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ
“Maka jangan ikuti hawa nafsu, agar kalian berlaku adil.” (QS An Nisa: 135). Wallahu A’lam!
Apa salah mereka terhadap kaum Muslimin Rohingya? Mereka tidak ikut serta dalam tindakan pembantaian di sana. Umat Islam di Indonesia harus bersikap adil. Jangan samapai propokatif atau terprovokasi.
Kepedulian kepada Muslimin Rohingya jangan dirusak pula dengan mengintimidasi umat Buddha di tanah air. Kita mesti meneladani kaum Muslimin di Nepal yang dengan jiwa besar ikut serta menolong umat Buddha yang menjadi korban gempa. Tidak ada sedikitpun mereka kaitkan dengan kezhaliman kaum Buddha di Myanmar. Sebab, kaum Buddha Nepal tidak ikut serta melakukan kezhaliman.
Ada pihak-pihak yang akan beruntung bila terjadi konflik horizontal antarumat beragama di Indonesia. Indonesia akan goyang dan semakin lemah. Dan yang paling merugi serta dirugikan dengan melemahnya negara kita Indonesia adalah umat Islam sendiri. Karena itu, jangan terpancing, apalagi memancing.
Tidaklah tepat bila seorang Muslim dicederai oleh seorang Kristen di Eropa, lalu orang Kristen di Indonesia diciderai pula oleh kaum Muslimin.
اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Maka berlaku adillah! Adil itu lebih dekat kepada taqwa.” (QS Al Maidah: 8);
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاء لِلّهِ وَلَوْ عَلَى أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ
“Maka jangan ikuti hawa nafsu, agar kalian berlaku adil.” (QS An Nisa: 135). Wallahu A’lam!
👍1
Karya Terbaru Dr. Syamsuddin Arif
ISLAM DAN DIABOLISME INTELEKTUAL
Diabolos adalah iblis dalam bahasa Yunani kuno (Greek). Maka istilah 'diabolisme' berarti pemikiran, watak dan perilaku ala iblis ataupun pengabdian kepadanya. kendati terbilang sangat dekat dan kenal sekali dengan Tuhan, ia dikutuk dan dihalau karena menolak sujud kepada Adam.
Ia memang bukan atheist dan bukan pula agnostik. Iblis jelas mengakui adanya Tuhan dan tidak mengingkari ketunggalan-Nya. Tetapi, mengapa ia dilaknat dan disebut 'kafir'? Di siniliah letak persoalannya.
Iblis adalah prototype intelektual 'keblinger'. Kesalahan iblis bukan karena ia tak tahu atau tak berilmu. Kesalahannya karena ia membangkang, menganggap dirinya hebat, dan melawan perintah Tuhan. Dalam hal ini, iblis tidak sendirian. Sudah banyak orang yang berhasil direkrut sebagai staf dan kroninya, berpikiran dan berperilaku seperti yang dicontohkannya.
Buku ini mengupas aneka ragam diabolisme intelektual yang acapkali kita jumpai di sekitar kita, dalam sikap maupun ucapan, pemikiran maupun perbuatan. Meski disajikan dengan bahasa yang mudah dan renyah, bobot ilmiah buku ini dan jangkauan literaturnya sangat luas, dengan rujukan langsung ke sumber-sumber primer baik dalam bahasa Inggris, Arab, Yunani, Latin, Perancis, maupun Jerman.
Kandungan buku ini terdiri dari :
1. Intelektual dan Ulama
2. Diabolisme Intelektual
3. Liberalisme Pemikiran
4. Otoritas Keagamaan
5. Legitimasi Fatwa Ulama
6. Kanker Epistemologis
7. Islam dan Politik
8. Pemimpin non Muslim
9. Agama dan Sekularisasi
10. Pluralisme Agama
11. Dialog antar Agama
12. Solusi Ahmadiyah
13. Fenomena Nabi Palsu
14. Wacana Pembaharuan (Tajdid)
15. Feminisme dan Gender
16. Manifestasi Rasisme
17. Tirani dibalik Seni
18. Konsep Jihad
19. Masalah Terorisme
20. Tiga Makna Kebebasan
21. Ketahanan Keluarga
22. Problematika Korupsi
23. Sains Moderen
24. Kejayaan dan Kejatuhan Bangsa
25. Averroisme dan Renaissance
Buku karya Dr. Syamsuddin Arif ini diterbitkan atas kerja bareng antara Institut For Study of Islamic Thought (Insists) dengan Institut Pemikiran Islam dan Pembangunan Insan (Pimpin) Bandung. Buku dengan ketebalan 253 halaman memiliki disain sampul 'eksklusif-minimalis' dan jenis sampul hard cover.
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
ISLAM DAN DIABOLISME INTELEKTUAL
Diabolos adalah iblis dalam bahasa Yunani kuno (Greek). Maka istilah 'diabolisme' berarti pemikiran, watak dan perilaku ala iblis ataupun pengabdian kepadanya. kendati terbilang sangat dekat dan kenal sekali dengan Tuhan, ia dikutuk dan dihalau karena menolak sujud kepada Adam.
Ia memang bukan atheist dan bukan pula agnostik. Iblis jelas mengakui adanya Tuhan dan tidak mengingkari ketunggalan-Nya. Tetapi, mengapa ia dilaknat dan disebut 'kafir'? Di siniliah letak persoalannya.
Iblis adalah prototype intelektual 'keblinger'. Kesalahan iblis bukan karena ia tak tahu atau tak berilmu. Kesalahannya karena ia membangkang, menganggap dirinya hebat, dan melawan perintah Tuhan. Dalam hal ini, iblis tidak sendirian. Sudah banyak orang yang berhasil direkrut sebagai staf dan kroninya, berpikiran dan berperilaku seperti yang dicontohkannya.
Buku ini mengupas aneka ragam diabolisme intelektual yang acapkali kita jumpai di sekitar kita, dalam sikap maupun ucapan, pemikiran maupun perbuatan. Meski disajikan dengan bahasa yang mudah dan renyah, bobot ilmiah buku ini dan jangkauan literaturnya sangat luas, dengan rujukan langsung ke sumber-sumber primer baik dalam bahasa Inggris, Arab, Yunani, Latin, Perancis, maupun Jerman.
Kandungan buku ini terdiri dari :
1. Intelektual dan Ulama
2. Diabolisme Intelektual
3. Liberalisme Pemikiran
4. Otoritas Keagamaan
5. Legitimasi Fatwa Ulama
6. Kanker Epistemologis
7. Islam dan Politik
8. Pemimpin non Muslim
9. Agama dan Sekularisasi
10. Pluralisme Agama
11. Dialog antar Agama
12. Solusi Ahmadiyah
13. Fenomena Nabi Palsu
14. Wacana Pembaharuan (Tajdid)
15. Feminisme dan Gender
16. Manifestasi Rasisme
17. Tirani dibalik Seni
18. Konsep Jihad
19. Masalah Terorisme
20. Tiga Makna Kebebasan
21. Ketahanan Keluarga
22. Problematika Korupsi
23. Sains Moderen
24. Kejayaan dan Kejatuhan Bangsa
25. Averroisme dan Renaissance
Buku karya Dr. Syamsuddin Arif ini diterbitkan atas kerja bareng antara Institut For Study of Islamic Thought (Insists) dengan Institut Pemikiran Islam dan Pembangunan Insan (Pimpin) Bandung. Buku dengan ketebalan 253 halaman memiliki disain sampul 'eksklusif-minimalis' dan jenis sampul hard cover.
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
👍1