Buku Anak:
KSATRIA PILIHAN ALLAH
-Isi 5 buku-
Perang bukanlah satu-satunya cara mendakwahkan Islam, Islam juga bukan agama paksaan. Namun jika suatu kaum memaksakan sebagian lain bahkan menghalangi mereka masuk Islam maka Islam datang membebaskan mereka dari agama yang bathil menuju agama yang mulia.
Serial Ksatria Pilihan Allah menuliskan sejarah para panglima yang mempunyai peran penting tersebarnya Islam. Keberanian, kesabaran, dan semangat mereka mendorong untuk menegakkan agama Allah Subhanahu wa Ta'ala di berbagai belahan bumi. Semoga kita dapat meniru semangat dan keberanian mereka sehingga kita semua dapat ikut memuliakan Islam. Amiin.
Serial Ksatria Pilihan Allah ini berisi 5 buku, yaitu:
1. Uqbah bin Nafi'
2. Shalahuddin Al-Ayyubi
3. Sultan Muhammad Al-Fatih
4. Qutaibah bin Muslim
5. Musa bin Nushair & Thariq bin Ziyad
-------------------------------------
Buku Anak:
Ksatria Pilihan Allah
(Isi 5 buku)
Penulis: Ustadz Abu Syafi' Misthorotun dan Ustadz Mukhlis Sanga Rape
Tebal: 24 x 20 Cm
Berat: 800 gram.
Soft Cover, Full Colour
Harga: Rp. 150.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
KSATRIA PILIHAN ALLAH
-Isi 5 buku-
Perang bukanlah satu-satunya cara mendakwahkan Islam, Islam juga bukan agama paksaan. Namun jika suatu kaum memaksakan sebagian lain bahkan menghalangi mereka masuk Islam maka Islam datang membebaskan mereka dari agama yang bathil menuju agama yang mulia.
Serial Ksatria Pilihan Allah menuliskan sejarah para panglima yang mempunyai peran penting tersebarnya Islam. Keberanian, kesabaran, dan semangat mereka mendorong untuk menegakkan agama Allah Subhanahu wa Ta'ala di berbagai belahan bumi. Semoga kita dapat meniru semangat dan keberanian mereka sehingga kita semua dapat ikut memuliakan Islam. Amiin.
Serial Ksatria Pilihan Allah ini berisi 5 buku, yaitu:
1. Uqbah bin Nafi'
2. Shalahuddin Al-Ayyubi
3. Sultan Muhammad Al-Fatih
4. Qutaibah bin Muslim
5. Musa bin Nushair & Thariq bin Ziyad
-------------------------------------
Buku Anak:
Ksatria Pilihan Allah
(Isi 5 buku)
Penulis: Ustadz Abu Syafi' Misthorotun dan Ustadz Mukhlis Sanga Rape
Tebal: 24 x 20 Cm
Berat: 800 gram.
Soft Cover, Full Colour
Harga: Rp. 150.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
TAFSIR AL AZHAR
[[DISKON Rp. 400.000,- & GRATIS ONGKOS KIRIM WILAYAH JAWA]]
Tafsir al-Azhar adalah hasil karya terbesar dari ulama ternama yaitu Prof. Dr. HAMKA. Dalam penyusunan Tafsir al-Azhar (sebagian ditulis ketika beliau di penjara) Buya HAMKA menggunakan metode tahlili (analitis) tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, tafsir Al-Qur’an dengan hadits, pendapat sahabat dan tabi’in, tafsir dengan tafsir muktabar, penggunaan syair, menggunakan analisis bilma’tsur, menganalisis dengan kemampuan analisis sendiri dan disusun tanpa membawa pertikaian antar madzhab.
Tafsir al-Azhar menitikberatkan penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an dengan ungkapan yang teliti menjelaskan makna-makna yang dimaksud dalam Al-Qur’an dengan bahasa yang indah dan menarik dan menghubungkan ayat dengan realitas sosial dan sistem budaya yang ada. Buya HAMKA membicarakan permasalahan sejarah sosial dan budaya di Indonesia. Beliau juga mendemonstrasikan keluasan pengetahuan, menekankan pemahaman ayat secara menyeluruh (mengutip ulama-ulama terdahulu) mendialogkan antara teks Al-Qur’an dengan kondisi umat Islam saat Tafsir al-Azhar ditulis.
------------------------------
Tafsir Al-Azhar
Penulis: Buya Hamka
DISKON Rp. 400.000,- UNTUK PEMBELIAN 1 SET menjadi 2.327.000,- dan GRATIS ONGKOS KIRIM WILAYAH JAWA (Harga normal Rp. 2.727.000,-)
1 set berisi 9 jilid (plus box) dengan berat 16 Kg.
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
[[DISKON Rp. 400.000,- & GRATIS ONGKOS KIRIM WILAYAH JAWA]]
Tafsir al-Azhar adalah hasil karya terbesar dari ulama ternama yaitu Prof. Dr. HAMKA. Dalam penyusunan Tafsir al-Azhar (sebagian ditulis ketika beliau di penjara) Buya HAMKA menggunakan metode tahlili (analitis) tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, tafsir Al-Qur’an dengan hadits, pendapat sahabat dan tabi’in, tafsir dengan tafsir muktabar, penggunaan syair, menggunakan analisis bilma’tsur, menganalisis dengan kemampuan analisis sendiri dan disusun tanpa membawa pertikaian antar madzhab.
Tafsir al-Azhar menitikberatkan penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an dengan ungkapan yang teliti menjelaskan makna-makna yang dimaksud dalam Al-Qur’an dengan bahasa yang indah dan menarik dan menghubungkan ayat dengan realitas sosial dan sistem budaya yang ada. Buya HAMKA membicarakan permasalahan sejarah sosial dan budaya di Indonesia. Beliau juga mendemonstrasikan keluasan pengetahuan, menekankan pemahaman ayat secara menyeluruh (mengutip ulama-ulama terdahulu) mendialogkan antara teks Al-Qur’an dengan kondisi umat Islam saat Tafsir al-Azhar ditulis.
------------------------------
Tafsir Al-Azhar
Penulis: Buya Hamka
DISKON Rp. 400.000,- UNTUK PEMBELIAN 1 SET menjadi 2.327.000,- dan GRATIS ONGKOS KIRIM WILAYAH JAWA (Harga normal Rp. 2.727.000,-)
1 set berisi 9 jilid (plus box) dengan berat 16 Kg.
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
DZULQARNAIN: SANG PENAKLUK TIMUR DAN BARAT
Tinjuan Al-Qur'an, Hadits, dan Sejarah
Raja dunia itu ada empat; Dua mukmin dan dua kafir. Yang mukmin: Sulaiman bin Dawud dan Dzulqarnain. Yang kafir; Namrud dan Nebukadnezar." (Tarikh Ibnul Jauzi dari Ibnu Abbas). Dzulqarnain pemimpin hebat disebut dalam Al-Qur'an. Para pakar sejarah perdebatkan siapakah Dzulqarnain?. Apakah ia Alexander Mecadonia, Koresh Akhmeniyah, Ash-Sha'ab atau laki-laki shaleh hidup di masa Nabi Ibrahim?
Di buku ini, Syaikh Ramadhan Yusuf paparkan studi mendalam tentang Dzulqarnain berdasarkan sudut pandang Al-Qur'an, hadits dan literatur sejarah klasik; mulai siapakah Dzulqarnain, mengapa ia digelari dzulqarnain (bertanduk dua), hidup di masa siapa? Apakah ia nabi, malaikat atau hamba shaleh. Serta, bagaimana tinjauan literatur Timur dan Barat serta sejarah Islam? Apa sifat dan karakter utamanya, siapa Ya'juj wa Ma'juj, apa dan dimana benteng Ya'juj wa Ma'juj hari ini? Serta aneka pelajaran dan catatan berharga bagi pemimpin dunia dan masyarakat awam.
Dengan lebih dari 131 sumber referensi, penulis sajikan semua tema dengan ilmiah dan bahasa mudah dipahami. Kehadiran buku ini diharapkan memberikan wawasan luas dan pemahaman lurus tentang Dzulqarnain.
----------------------------------
DZULQARNAIN: SANG PENAKLUK TIMUR DAN BARAT
Tinjuan Al-Qur'an, Hadits, dan Sejarah
Penulis: Syaikh Muhammad Khair Ramadhan Yusuf
ISBN: 9789795928911
Sampul: Soft Cover
Isi: 449 halaman.
Ukuran: 15,5 x 24 cm
Berat: 500 gr
Harga: Rp 99.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
Tinjuan Al-Qur'an, Hadits, dan Sejarah
Raja dunia itu ada empat; Dua mukmin dan dua kafir. Yang mukmin: Sulaiman bin Dawud dan Dzulqarnain. Yang kafir; Namrud dan Nebukadnezar." (Tarikh Ibnul Jauzi dari Ibnu Abbas). Dzulqarnain pemimpin hebat disebut dalam Al-Qur'an. Para pakar sejarah perdebatkan siapakah Dzulqarnain?. Apakah ia Alexander Mecadonia, Koresh Akhmeniyah, Ash-Sha'ab atau laki-laki shaleh hidup di masa Nabi Ibrahim?
Di buku ini, Syaikh Ramadhan Yusuf paparkan studi mendalam tentang Dzulqarnain berdasarkan sudut pandang Al-Qur'an, hadits dan literatur sejarah klasik; mulai siapakah Dzulqarnain, mengapa ia digelari dzulqarnain (bertanduk dua), hidup di masa siapa? Apakah ia nabi, malaikat atau hamba shaleh. Serta, bagaimana tinjauan literatur Timur dan Barat serta sejarah Islam? Apa sifat dan karakter utamanya, siapa Ya'juj wa Ma'juj, apa dan dimana benteng Ya'juj wa Ma'juj hari ini? Serta aneka pelajaran dan catatan berharga bagi pemimpin dunia dan masyarakat awam.
Dengan lebih dari 131 sumber referensi, penulis sajikan semua tema dengan ilmiah dan bahasa mudah dipahami. Kehadiran buku ini diharapkan memberikan wawasan luas dan pemahaman lurus tentang Dzulqarnain.
----------------------------------
DZULQARNAIN: SANG PENAKLUK TIMUR DAN BARAT
Tinjuan Al-Qur'an, Hadits, dan Sejarah
Penulis: Syaikh Muhammad Khair Ramadhan Yusuf
ISBN: 9789795928911
Sampul: Soft Cover
Isi: 449 halaman.
Ukuran: 15,5 x 24 cm
Berat: 500 gr
Harga: Rp 99.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
"Loss Of Adab" Dan Solusinya | Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
https://www.facebook.com/153825841424041/posts/1815349188605023/
https://www.facebook.com/153825841424041/posts/1815349188605023/
Paket Novel Hamka:
- MERANTAU KE DELI
- TERUSIR
- MENUNGGU BEDUK BERBUNYI
- TUAN DIREKTUR
Paket Novel sarat nasehat dan penuh hikmah hasil karya Buya Hamka, seorang ulama dan sastarawan terkemuka dunia, salah satu putra terbaik bangsa.
MERANTAU KE DELI
Poniem seorang perempuan Jawa yang ketika di perantauan harus rela hidup sebagai istri simpanan dari Tuan Tanah di Deli dan Leman seorang pemuda asal Minangkabau yang penuh keyakinan dan optimis di tanah perantauan loyal setia dan percaya kepada sanak familinya. Benih cinta tumbuh. Mereka kemudian menikah dan pergi dari kehidupan perkebunan. Memulai hidup baru dan hidup berumah tangga dengan perbedaan budaya. Kehidupan rumah tangga mereka mengalami goncangan hebat ketika muncul dorongan keluarga besar Leman di kampung agar Leman beristrikan perempuan Minangkabau. Dengan Mariatun gadis asli Minangkabau Leman kemudian menikah lagi. Selain itu kehadiran Suyono laki-laki asal Jawa juga memainkan peran penting dalam kehidupan Leman dan Poniem. Kehidupan rumah tangga mereka tidak lagi sama. Gelombang yang mengguncang rumah tangga mereka semakin besar. Bagaimanakah Leman mempertahankan biduk rumah tangga dengan kedua istrinya dan juga kehadiran Suyono dalam rumah mereka? Berhasilkah Leman?
MENUNGGU BEDUK BERBUNYI
Tuan Sharif terpaksa bekerja untuk Belanda karena tuntutan ekonomi kebutuhan keluarga. Demi kehidupan yang layak untuk keluarganya dia pada akhirnya menjadi seorang Federalist orang yang dibenci para pejuang kemerdekaan. Lebih dari itu tidak hanya masyarakat yang membenci anak yang sangat dicintainya pun ikut membenci dirinya. Sharif sudah terperosok ke lubang yang begitu dalam. Dia sudah pasrah dengan keterpurukan dan tekanan batin. Di saat seperti itu menunggu beduk berbunyilah yang kembali menyadarkan dirinya akan makna hidup. Berlatar belakang masa penjajahan dan kemerdekaan Hamka berhasil dengan apik menggelontorkan alur cerita ini dengan baik dan menarik sehingga seakan-akan kita kembali ke suasana era perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
TERUSIR
Mariah dia Mariah. Ibu sekaligus perempuan halus perasaan dan cantik rupanya ini harus terusir karena sang suami Azhar yang termakan dan menelan fitnah itu dengan bulat-bulat. Lika-liku kehidupannya yang tak berantah pun dimulai. Mariah harus terusir harus terdampar di Medan hingga terjerembab di dunia gelap dan remang di Jakarta. Sebuah mahakarya dari Buya Hamka sang sastrawan Pujangga Baru. Novel yang akan memainkan dan mencampuradukkan emosi dan perasaan terdalam kita soal cinta kehilangan fitnah permusuhan dan kasih sayang.
TUAN DIREKTUR
Jazuli seorang pemuda dari Banjar mencoba peruntungannya di Surabaya. Bermodal kekerasan hati ia berhasil memiliki hotel mewah dan toko emas juga berlian yang cukup terkenal hingga ke luar negeri. Demi mencapai posisi puncak dan mempertahankan posisinya, Tuan Direktur rela menyingkirkan semua sahabat dan orang-orang terdekatnya. Sebaliknya, Tuan Direktur justru mengambil orang-orang bermulut manis dan bermuka menjadi orang terdekatnya.
Hawa nafsunya mengembangkan bisnis membawanya harus berurusan dengan Pak Yasin seorang kakek tua pemilik tanah dan rumah sewa di daerah kumuh di pinggir kota. Segala cara dihalalkan Jazuli asalkan dia dapat mendapatkan tanah Pak Yasin. Namun,........................
---------------------------------------
Paket Novel Hamka:
- MERANTAU KE DELI Rp. 53.500,-
- TERUSIR Rp. 39.000,-
- MENUNGGU BEDUK BERBUNYI Rp. 35.500-
- TUAN DIREKTUR Rp. 38.000,-
Harga 1 paket: Rp. 166.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
- MERANTAU KE DELI
- TERUSIR
- MENUNGGU BEDUK BERBUNYI
- TUAN DIREKTUR
Paket Novel sarat nasehat dan penuh hikmah hasil karya Buya Hamka, seorang ulama dan sastarawan terkemuka dunia, salah satu putra terbaik bangsa.
MERANTAU KE DELI
Poniem seorang perempuan Jawa yang ketika di perantauan harus rela hidup sebagai istri simpanan dari Tuan Tanah di Deli dan Leman seorang pemuda asal Minangkabau yang penuh keyakinan dan optimis di tanah perantauan loyal setia dan percaya kepada sanak familinya. Benih cinta tumbuh. Mereka kemudian menikah dan pergi dari kehidupan perkebunan. Memulai hidup baru dan hidup berumah tangga dengan perbedaan budaya. Kehidupan rumah tangga mereka mengalami goncangan hebat ketika muncul dorongan keluarga besar Leman di kampung agar Leman beristrikan perempuan Minangkabau. Dengan Mariatun gadis asli Minangkabau Leman kemudian menikah lagi. Selain itu kehadiran Suyono laki-laki asal Jawa juga memainkan peran penting dalam kehidupan Leman dan Poniem. Kehidupan rumah tangga mereka tidak lagi sama. Gelombang yang mengguncang rumah tangga mereka semakin besar. Bagaimanakah Leman mempertahankan biduk rumah tangga dengan kedua istrinya dan juga kehadiran Suyono dalam rumah mereka? Berhasilkah Leman?
MENUNGGU BEDUK BERBUNYI
Tuan Sharif terpaksa bekerja untuk Belanda karena tuntutan ekonomi kebutuhan keluarga. Demi kehidupan yang layak untuk keluarganya dia pada akhirnya menjadi seorang Federalist orang yang dibenci para pejuang kemerdekaan. Lebih dari itu tidak hanya masyarakat yang membenci anak yang sangat dicintainya pun ikut membenci dirinya. Sharif sudah terperosok ke lubang yang begitu dalam. Dia sudah pasrah dengan keterpurukan dan tekanan batin. Di saat seperti itu menunggu beduk berbunyilah yang kembali menyadarkan dirinya akan makna hidup. Berlatar belakang masa penjajahan dan kemerdekaan Hamka berhasil dengan apik menggelontorkan alur cerita ini dengan baik dan menarik sehingga seakan-akan kita kembali ke suasana era perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
TERUSIR
Mariah dia Mariah. Ibu sekaligus perempuan halus perasaan dan cantik rupanya ini harus terusir karena sang suami Azhar yang termakan dan menelan fitnah itu dengan bulat-bulat. Lika-liku kehidupannya yang tak berantah pun dimulai. Mariah harus terusir harus terdampar di Medan hingga terjerembab di dunia gelap dan remang di Jakarta. Sebuah mahakarya dari Buya Hamka sang sastrawan Pujangga Baru. Novel yang akan memainkan dan mencampuradukkan emosi dan perasaan terdalam kita soal cinta kehilangan fitnah permusuhan dan kasih sayang.
TUAN DIREKTUR
Jazuli seorang pemuda dari Banjar mencoba peruntungannya di Surabaya. Bermodal kekerasan hati ia berhasil memiliki hotel mewah dan toko emas juga berlian yang cukup terkenal hingga ke luar negeri. Demi mencapai posisi puncak dan mempertahankan posisinya, Tuan Direktur rela menyingkirkan semua sahabat dan orang-orang terdekatnya. Sebaliknya, Tuan Direktur justru mengambil orang-orang bermulut manis dan bermuka menjadi orang terdekatnya.
Hawa nafsunya mengembangkan bisnis membawanya harus berurusan dengan Pak Yasin seorang kakek tua pemilik tanah dan rumah sewa di daerah kumuh di pinggir kota. Segala cara dihalalkan Jazuli asalkan dia dapat mendapatkan tanah Pak Yasin. Namun,........................
---------------------------------------
Paket Novel Hamka:
- MERANTAU KE DELI Rp. 53.500,-
- TERUSIR Rp. 39.000,-
- MENUNGGU BEDUK BERBUNYI Rp. 35.500-
- TUAN DIREKTUR Rp. 38.000,-
Harga 1 paket: Rp. 166.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
al-Qur’an
Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Brad Thor, seorang penulis novel yang produkif. Tulisannya yang agak mutakhir berjudul The Last Patriot, Thriller. Detail mengenai novel ini tidak penting. Tapi yang aneh karya fiksi ini memasukkan fakta-fakta sejarah Islam yang difiksikan atau dikarangnya sendiri. Ia misalnya menulis bahwa “pada bulan juni 632 Nabi Muhammad menerima wahyu terakhir. Dalam beberapa hari (kemudian) ia terbunuh”. Selain itu ia juga menyatakan bahwa wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad hilang. Tapi, di akhir buku itu, dalam Author’s Note ia menulis bahwa “pendapat tentangnya hilangnya wahyu Muhammad itu adalah karangan saya” dan pendapat tentang terbunuhnya Muhammad oleh sahabatnya itu adalah rekayasa saya (meskipun ada bukti bahwa Muhammad itu dibunuh”
Dalam novel itu Brad Thor mengaku bahwa diantara yang menjadi konsultannya adalah tentang Islam adalah Daniel Pipes dan Robert Spencer. Kedua konsultan ini banyak menulis Islam secara negatif. Robert Spencer menulis buku berjudul Islam Unveiled (DiIndonesiakan dan diterbitkan oleh Paramadina menjadi Islam Ditelanjangi).
Di dalam buku ini ia menggambarkan bahwa al-Qur’an tidak punya konsep damai dengan kafir and musyrik. Ia juga menyitir ayat-ayat perang terhadap kafir dan juga ahlul kitab. Itu berarti bahwa inti dari ajaran Islam, yakni al-Qur’an memang sudah memusuhi orang kafir. Bahkan dia menolak pernyataan Harun Yahya bahwa al-Qur’an buka sumber kekerasan. Kisah-kisah pembunuhan di zaman Nabi terhadap musuh-musuh Islam ((yang berlum jelas kesahihannya) dibeberkan. Masih banyak lagi. Selain mengorek apakah Islam itu agama damai, ia juga “memojokkan” Islam dalam soal HAM dan soal Perempuan. Pendek kata Spencer melihat secara khusus sisi negatif Islam dari pemahamannya sendiri dan tidak menyebut sisi positifnya.
Ini seperti memberi tahu orang Barat bahwa Islam adalah masalah besar bagi Barat. Solusi yang ditawarkan Robert secara implisit muncul dalam bentuk pertanyaan: Apakah Islam kompatibel dengan Demokrasi Liberal? Dapatkah Islam Disekularkan, Dicocokkan dengan Pluralisme Barat? Apakah Islam toleran terhadap non-Muslim? Jawaban dari dua pertanyaan pertama adalah positif, sedangkan jawaban pertanyaan terakhir adalah negatif. Artinya, solusi masalahnya, Islam harus di Baratkan, disekularkan atau diliberalkan.
Robert Spencer seperti menegaskan bahwa masalah terbesar hubungan Islam dan Barat adalah al-Qur’an itu sendiri. Dan mustahil terjadi rekonsiliasi dengan Islam. Jalan satu-satunya yang harus ditempuh adalah mem-Barat-kan, mensekularkan, meliberalkan Muslim. Dan ini sudah berhasil di beberapa kasus.
Sejatinya, pembakaran al-Qur’an oleh John Terry atau siapapun tidak berdampak apa-apa bagi Muslim. Orang masih bisa mencetak lagi. Kita perlu marah karena ghirah kita, karena keimanan kita dan karena merusak sesuatu yang kita sucikan. Jangankan al-Qur’an bendera kita dibakar pun mengundang demo besar-besaran. Bagi yang tidak demo akan dicap rendah jiwa patriotismenya dan lemah nasionalismenya.
Memang mendemo pembakar Qur’an perlu, supaya tahu arti kitab suci bagi Muslim. Namun, yang lebih perlu adalah mendemo tulisan orientalis dan murid-muridnya yang merusak aqidah, menafikan syariah dan merendahkan status al-Qur’an dari wahyu menjadi sekedar “karangan” Nabi Muhammad. Karena menyerang ajaran al-Qur’an itu lebih dahsyat dari sekedar membakar mushaf al-Qur’an. Al-Qur’an adalah ilmu dan ilmu itu cahaya, karena itu cahaya itu harus diperjuangkan agar tetap hidup dalam diri kita.
Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Brad Thor, seorang penulis novel yang produkif. Tulisannya yang agak mutakhir berjudul The Last Patriot, Thriller. Detail mengenai novel ini tidak penting. Tapi yang aneh karya fiksi ini memasukkan fakta-fakta sejarah Islam yang difiksikan atau dikarangnya sendiri. Ia misalnya menulis bahwa “pada bulan juni 632 Nabi Muhammad menerima wahyu terakhir. Dalam beberapa hari (kemudian) ia terbunuh”. Selain itu ia juga menyatakan bahwa wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad hilang. Tapi, di akhir buku itu, dalam Author’s Note ia menulis bahwa “pendapat tentangnya hilangnya wahyu Muhammad itu adalah karangan saya” dan pendapat tentang terbunuhnya Muhammad oleh sahabatnya itu adalah rekayasa saya (meskipun ada bukti bahwa Muhammad itu dibunuh”
Dalam novel itu Brad Thor mengaku bahwa diantara yang menjadi konsultannya adalah tentang Islam adalah Daniel Pipes dan Robert Spencer. Kedua konsultan ini banyak menulis Islam secara negatif. Robert Spencer menulis buku berjudul Islam Unveiled (DiIndonesiakan dan diterbitkan oleh Paramadina menjadi Islam Ditelanjangi).
Di dalam buku ini ia menggambarkan bahwa al-Qur’an tidak punya konsep damai dengan kafir and musyrik. Ia juga menyitir ayat-ayat perang terhadap kafir dan juga ahlul kitab. Itu berarti bahwa inti dari ajaran Islam, yakni al-Qur’an memang sudah memusuhi orang kafir. Bahkan dia menolak pernyataan Harun Yahya bahwa al-Qur’an buka sumber kekerasan. Kisah-kisah pembunuhan di zaman Nabi terhadap musuh-musuh Islam ((yang berlum jelas kesahihannya) dibeberkan. Masih banyak lagi. Selain mengorek apakah Islam itu agama damai, ia juga “memojokkan” Islam dalam soal HAM dan soal Perempuan. Pendek kata Spencer melihat secara khusus sisi negatif Islam dari pemahamannya sendiri dan tidak menyebut sisi positifnya.
Ini seperti memberi tahu orang Barat bahwa Islam adalah masalah besar bagi Barat. Solusi yang ditawarkan Robert secara implisit muncul dalam bentuk pertanyaan: Apakah Islam kompatibel dengan Demokrasi Liberal? Dapatkah Islam Disekularkan, Dicocokkan dengan Pluralisme Barat? Apakah Islam toleran terhadap non-Muslim? Jawaban dari dua pertanyaan pertama adalah positif, sedangkan jawaban pertanyaan terakhir adalah negatif. Artinya, solusi masalahnya, Islam harus di Baratkan, disekularkan atau diliberalkan.
Robert Spencer seperti menegaskan bahwa masalah terbesar hubungan Islam dan Barat adalah al-Qur’an itu sendiri. Dan mustahil terjadi rekonsiliasi dengan Islam. Jalan satu-satunya yang harus ditempuh adalah mem-Barat-kan, mensekularkan, meliberalkan Muslim. Dan ini sudah berhasil di beberapa kasus.
Sejatinya, pembakaran al-Qur’an oleh John Terry atau siapapun tidak berdampak apa-apa bagi Muslim. Orang masih bisa mencetak lagi. Kita perlu marah karena ghirah kita, karena keimanan kita dan karena merusak sesuatu yang kita sucikan. Jangankan al-Qur’an bendera kita dibakar pun mengundang demo besar-besaran. Bagi yang tidak demo akan dicap rendah jiwa patriotismenya dan lemah nasionalismenya.
Memang mendemo pembakar Qur’an perlu, supaya tahu arti kitab suci bagi Muslim. Namun, yang lebih perlu adalah mendemo tulisan orientalis dan murid-muridnya yang merusak aqidah, menafikan syariah dan merendahkan status al-Qur’an dari wahyu menjadi sekedar “karangan” Nabi Muhammad. Karena menyerang ajaran al-Qur’an itu lebih dahsyat dari sekedar membakar mushaf al-Qur’an. Al-Qur’an adalah ilmu dan ilmu itu cahaya, karena itu cahaya itu harus diperjuangkan agar tetap hidup dalam diri kita.
ERDOGAN: MUADZIN ISTANBUL PENAKLUK SEKULARISME TURKI
Recep Tayyip Erdogan adalah politisi yang dijuluki sebagai "Muadzin Istanbul Penumbang Sekularisme Turki". Erdogan mampu mengembalikan masa keemasan Turki, setelah sebelumnya terjerat dalam gurita sekularisme dan otoritarianisme yang memarginalkan Islam dan menjerumuskan negeri yang indah ini ke dalam kegelapan.
Dengan kepiawaiannya berpolitik, Erdogan mampu meyakinkan rakyatnya bahwa dengan identitas Islam, Turki bisa mengembalikan kejayaan Kekhilafahan Utsmani, kekhilafahan yang tidak hanya kuat dalam segi pertahanan, tapi juga dalam perekonomian. Dengan keyakinan bahwa "Islam adalah Solusi" (Al-Islam huwa Al-Hall), Erdogan yang dibesarkan dalam lingkungan keislaman, mampu membangkitkan kembali Turki dari julukan "the Sick Man in Europe" menjadi negara yang sehat dan tumbuh berkembang, bahkan diperhitungkan sebagai negara yang mampu memberikan kontribusi dalam menciptakan perdamaian.
Dengan kesantunannya, Erdogan mampu menumbangkan "berhala sekularisme Attaturk" tanpa melakukan kudeta dan melesatkan peluru sebutir pun. Sekularisme yang disucikan oleh militer, dan dijaga oleh kekuatan senjata, mampu ditumbangkan dengan 'kudeta tanpa senjata' oleh Erdogan. Keraguan kelompok sekular Turki yang menyebut Erdogan sebagai sosok "islamis reaksioner" dijawab olehnya dengan kerja nyata dalam mensejahterakan rakyat Turki dan menjadikan negaranya sebagai kekuatan penyeimbang dalam kancah globalisasi. Erdogan mampu membawa Turki menjadi negara dengan stabilitas ekonomi yang kuat, mandiri, dan mampu bersaing di dunia internasional.
Erdogan adalah contoh politisi dan pemimpin yang tidak larut dalam kekuasaan, sehingga melupakan identitas keislamannya. Jejak rekamnya dalam membela kaum muslimin yang tertindas, terutama di Palestina, sudah tidak diragukan lagi. Ketika kekuasaan sudah di tangan, maka tak ada alasan untuk tidak berkhidmat pada Islam. Inilah teladan dari sosok Erdogan.
-----------------------------------
ERDOGAN: MUADZIN ISTANBUL PENAKLUK SEKULARISME TURKI
Sampul: Soft Cover
Isi: 518 halaman
Ukuran: 15,5 x 24 cm
Berat: 500gr
Harga: Rp 99.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran...
Recep Tayyip Erdogan adalah politisi yang dijuluki sebagai "Muadzin Istanbul Penumbang Sekularisme Turki". Erdogan mampu mengembalikan masa keemasan Turki, setelah sebelumnya terjerat dalam gurita sekularisme dan otoritarianisme yang memarginalkan Islam dan menjerumuskan negeri yang indah ini ke dalam kegelapan.
Dengan kepiawaiannya berpolitik, Erdogan mampu meyakinkan rakyatnya bahwa dengan identitas Islam, Turki bisa mengembalikan kejayaan Kekhilafahan Utsmani, kekhilafahan yang tidak hanya kuat dalam segi pertahanan, tapi juga dalam perekonomian. Dengan keyakinan bahwa "Islam adalah Solusi" (Al-Islam huwa Al-Hall), Erdogan yang dibesarkan dalam lingkungan keislaman, mampu membangkitkan kembali Turki dari julukan "the Sick Man in Europe" menjadi negara yang sehat dan tumbuh berkembang, bahkan diperhitungkan sebagai negara yang mampu memberikan kontribusi dalam menciptakan perdamaian.
Dengan kesantunannya, Erdogan mampu menumbangkan "berhala sekularisme Attaturk" tanpa melakukan kudeta dan melesatkan peluru sebutir pun. Sekularisme yang disucikan oleh militer, dan dijaga oleh kekuatan senjata, mampu ditumbangkan dengan 'kudeta tanpa senjata' oleh Erdogan. Keraguan kelompok sekular Turki yang menyebut Erdogan sebagai sosok "islamis reaksioner" dijawab olehnya dengan kerja nyata dalam mensejahterakan rakyat Turki dan menjadikan negaranya sebagai kekuatan penyeimbang dalam kancah globalisasi. Erdogan mampu membawa Turki menjadi negara dengan stabilitas ekonomi yang kuat, mandiri, dan mampu bersaing di dunia internasional.
Erdogan adalah contoh politisi dan pemimpin yang tidak larut dalam kekuasaan, sehingga melupakan identitas keislamannya. Jejak rekamnya dalam membela kaum muslimin yang tertindas, terutama di Palestina, sudah tidak diragukan lagi. Ketika kekuasaan sudah di tangan, maka tak ada alasan untuk tidak berkhidmat pada Islam. Inilah teladan dari sosok Erdogan.
-----------------------------------
ERDOGAN: MUADZIN ISTANBUL PENAKLUK SEKULARISME TURKI
Sampul: Soft Cover
Isi: 518 halaman
Ukuran: 15,5 x 24 cm
Berat: 500gr
Harga: Rp 99.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran...
KHAWARIJ & SYIAH
Sejarah, Ideologi & Penyimpangan Menurut Ahlussunnah Wal Jama'ah
Syiah Rafidhah dan Khawarij merupakan dua sekte yang muncul secara bersamaan dalam satu waktu, bahkan dari sumber yang sama. Meski demikian, di antara keduanya ada kesamaan dalam sebagian perkara dan ada perbedaan dalam beberapa perkara lainnya.
Beberapa poin kesamaan antara Khawarij dan Syiah Rafidhah di antaranya: mereka sama-sama berpandangan ekstrim, berpikir pendek, dangkal dalam pemahaman agamanya, mudah mengkafirkan kaum muslimin yang berseberangan dengan mereka, menolak hadits yang shahih meskipun mutawatir, dan taklid kepada para tokoh mereka.
Asal-Usul Khawarij
Para ulama berbeda pendapat tentang asal-usul Khawarij menjadi tiga pendapat. Pertama, Semenjak munculnya Dzul Khuwaisirah. Salah seorang yang memprotes pembagian harta ghanimah yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan berkata: “Berbuat adil lah ya Muhammad!”. Kedua, Para pemberontak di masa Utsman. Dan yang ketiga, Mereka yang meninggalkan Ali setelah peperangan Shiffin (yang disebabkan Ali berdamai dengan Mu’awiyah).
Adapun tarjihnya (kesimpulan berdasarkan pendapat yang kuat) bahwa munculnya Dzul Khuwaisirah merupakan bibit awal lahirnya Khawarij di kemudian hari. Rasulullah menegaskan, “Sesungguhnya akan lahir dari orang ini suatu kaum yang membaca al Qur’an tapi tidak sampai melewati kerongkongannya, mereka membunuh orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala, mereka terlepas dari islam sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya. Jika aku menjumpai mereka sungguh akan aku perangi mereka sebagaimana memerangi kaum ‘Ad.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sedangkan yang kedua, para pemberontak di masa Utsman bergerak dengan motif emosi belaka. Setelah itu pun mereka tidak lantas berkumpul membuat pergerakan. Lalu kompromi yang terakhir, mereka yang membelot dari bai’at kepada Ali kemudian membuat perkampungan sendiri di sebuah tempat bernama Harura’ (karena hal itu, mereka dilaqabi Haruriyah). Tidak berhenti disitu, anak keturunannya saling mewarisi ideologi jelek tersebut (baca: paham takfir).
Sejarah Berdarah Kaum Syi’ah
Lain lagi dengan aktor antagonis Syi’ah, jika Khawarij memerangi Ali dan kaum muslimin pada umumnya. Sedangkan Syi’ah justru membela Ali hingga berlebih-lebihan. Ujung-ujungnya mereka dimintai taubat untuk kembali kepada aqidah yang benar dan menjauhi penyimpangan (berupa: menganggap Ali sebagai Tuhan). Di zaman awal Syi’ah sudah kelewatan bejatnya dan makin tahun tambah keji lagi perbuatannya. Mereka adalah ‘Musuh Dalam Selimut’, mereka menolong tentara Mongol untuk menghancurkan kaum muslimin sehancur-hancurnya. Fenomena tersebut dapat Anda saksikan dalam berbagai literatur sejarah.
Buku ini merupakan hasil penelitian ilmiah yang obyektif tentang Khawarij dan Syiah Rafidhah yang dilakukan oleh penulis, Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi. Di dalamnya, Penulis menguraikan secara gambling tentang sejarah, ideology, serta penyimpangan kedua sekte tersebut menurut pandangan Ahlussunnah wal Jama’ah.
Penulis sangat piawai dalam memaparkan pembahasannya, dengan merujuk kepada buku-buku tulisan ulama terkemuka dan juga merujuk kepada buku-buku utama tulisan Syiah Rafidhah yang dijadikan sebagai rujukan; guna membantah kesesatan mereka. Dengan demikian, melalui karya ini akan terkuaklah ajaran Khawarij dan Syiah Rafidhah, hingga umat Islam bias selamat dari kesesatan keduanya.
----------------------------------------------
KHAWARIJ & SYIAH
Sejarah, Ideologi & Penyimpangan Menurut Ahlussunnah Wal Jama'ah
Penulis: Prof.Dr.Ali Muhammad Ash-Shallabi
Ukuran: 17×24
Tebal: 591
ISBN: 978-602-7637-50-4
Harga: Rp 138.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran...
Sejarah, Ideologi & Penyimpangan Menurut Ahlussunnah Wal Jama'ah
Syiah Rafidhah dan Khawarij merupakan dua sekte yang muncul secara bersamaan dalam satu waktu, bahkan dari sumber yang sama. Meski demikian, di antara keduanya ada kesamaan dalam sebagian perkara dan ada perbedaan dalam beberapa perkara lainnya.
Beberapa poin kesamaan antara Khawarij dan Syiah Rafidhah di antaranya: mereka sama-sama berpandangan ekstrim, berpikir pendek, dangkal dalam pemahaman agamanya, mudah mengkafirkan kaum muslimin yang berseberangan dengan mereka, menolak hadits yang shahih meskipun mutawatir, dan taklid kepada para tokoh mereka.
Asal-Usul Khawarij
Para ulama berbeda pendapat tentang asal-usul Khawarij menjadi tiga pendapat. Pertama, Semenjak munculnya Dzul Khuwaisirah. Salah seorang yang memprotes pembagian harta ghanimah yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan berkata: “Berbuat adil lah ya Muhammad!”. Kedua, Para pemberontak di masa Utsman. Dan yang ketiga, Mereka yang meninggalkan Ali setelah peperangan Shiffin (yang disebabkan Ali berdamai dengan Mu’awiyah).
Adapun tarjihnya (kesimpulan berdasarkan pendapat yang kuat) bahwa munculnya Dzul Khuwaisirah merupakan bibit awal lahirnya Khawarij di kemudian hari. Rasulullah menegaskan, “Sesungguhnya akan lahir dari orang ini suatu kaum yang membaca al Qur’an tapi tidak sampai melewati kerongkongannya, mereka membunuh orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala, mereka terlepas dari islam sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya. Jika aku menjumpai mereka sungguh akan aku perangi mereka sebagaimana memerangi kaum ‘Ad.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sedangkan yang kedua, para pemberontak di masa Utsman bergerak dengan motif emosi belaka. Setelah itu pun mereka tidak lantas berkumpul membuat pergerakan. Lalu kompromi yang terakhir, mereka yang membelot dari bai’at kepada Ali kemudian membuat perkampungan sendiri di sebuah tempat bernama Harura’ (karena hal itu, mereka dilaqabi Haruriyah). Tidak berhenti disitu, anak keturunannya saling mewarisi ideologi jelek tersebut (baca: paham takfir).
Sejarah Berdarah Kaum Syi’ah
Lain lagi dengan aktor antagonis Syi’ah, jika Khawarij memerangi Ali dan kaum muslimin pada umumnya. Sedangkan Syi’ah justru membela Ali hingga berlebih-lebihan. Ujung-ujungnya mereka dimintai taubat untuk kembali kepada aqidah yang benar dan menjauhi penyimpangan (berupa: menganggap Ali sebagai Tuhan). Di zaman awal Syi’ah sudah kelewatan bejatnya dan makin tahun tambah keji lagi perbuatannya. Mereka adalah ‘Musuh Dalam Selimut’, mereka menolong tentara Mongol untuk menghancurkan kaum muslimin sehancur-hancurnya. Fenomena tersebut dapat Anda saksikan dalam berbagai literatur sejarah.
Buku ini merupakan hasil penelitian ilmiah yang obyektif tentang Khawarij dan Syiah Rafidhah yang dilakukan oleh penulis, Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi. Di dalamnya, Penulis menguraikan secara gambling tentang sejarah, ideology, serta penyimpangan kedua sekte tersebut menurut pandangan Ahlussunnah wal Jama’ah.
Penulis sangat piawai dalam memaparkan pembahasannya, dengan merujuk kepada buku-buku tulisan ulama terkemuka dan juga merujuk kepada buku-buku utama tulisan Syiah Rafidhah yang dijadikan sebagai rujukan; guna membantah kesesatan mereka. Dengan demikian, melalui karya ini akan terkuaklah ajaran Khawarij dan Syiah Rafidhah, hingga umat Islam bias selamat dari kesesatan keduanya.
----------------------------------------------
KHAWARIJ & SYIAH
Sejarah, Ideologi & Penyimpangan Menurut Ahlussunnah Wal Jama'ah
Penulis: Prof.Dr.Ali Muhammad Ash-Shallabi
Ukuran: 17×24
Tebal: 591
ISBN: 978-602-7637-50-4
Harga: Rp 138.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran...
*ESENSI ISLAM ADALAH ILMU*
Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Sejak jatuhnya Baghdad 1258 dan pengusiran Muslim dari Spanyol 1492, kondisi umat Islam dianggap mundur. Anggapan ini tampaknya benar sebab Barat terbukti telah sukses menjajah dunia Islam hingga abad ke-20. Kemunduran umat dan kolonialisasi menggenggam masalah. Tapi, apa masalahnya dan apa pula solusinya?
Para politikus Muslim akan menganggap politik sebagai masalah utama dan solusinya tentu melalui politik. Penggerak ekonomi Islam tentu akan mengklaim ekonomi adalah solusi. Para juru dakwah mungkin menekankan pada kesalehan ritual dan sosial. Demikian yang lain-lain akan memiliki skala prioritasnya sendiri-sendiri.
Namun, dari sekian banyak tawaran solusi, tawaran Syed Mohammad Naquib al-Attas sungguh menarik. Baginya, ilmu adalah solusi dari segala persoalan umat. Tawaran ini tampaknya relevan dengan esensi dari kekuatan Islam sendiri.
Memang, esensi Islam adalah ilmu. Alquran merupakan kitab suci yang sarat dengan ilmu dan harus dipahami dengan ilmu. Bahkan, sejarah membuktikan bahwa dari Alquran keluar puluhan disiplin ilmu (ilmu tafsir, ilmu hukum, ilmu waris, ilmu kesehatan, ilmu gramatika, dsb). Akidah Islam harus diyakini dengan ilmu. Syariat Islam hanya dapat diamalkan dengan ilmu dan dapat menghasilkan ilmu.
Bahkan, dalam Islam pemilik ilmu lebih utama dari pada ahli ibadah (HR Abu Daud no 3641). Mu'adz bin Jabal pun malah menganggap aktivitas mencari ilmu sama dengan ibadah dan jihad.
Namun, ilmu yang dimaksud al-Attas bukan sekadar ilmu pengetahuan. Ilmu dalam Islam adalah ilmu untuk menanamkan kebaikan ataupun keadilan dalam diri manusia. Manusia baik dalam Islam adalah manusia beradab. Karena makna adab berasal dari Alquran (ma'dubah atau hidangan adab), maka pengajaran ilmu yang sesungguhnya adalah transformasi kandungan Alquran. Itulah rahasianya mengapa akhlak Rasulullah adalah Alquran.
Secara disipliner, al-Attas memahami makna ilmu dalam Islam tidak terbatas pada suatu disiplin yang sempit dalam bentuk spesialisasi khusus. Ilmu meliputi berbagai bidang studi secara integral dan koheren yang mencerminkan worldview Islam. Maka dari itu, ilmuwan Muslim (ulama) bukan spesialis-spesialis yang lepas dari induk dan sumber ilmu dalam Islam. Ilmuwan Muslim harus berilmu universal meski berangkat dari yang spesial.
Dengan makna seperti itu, ilmuwan Muslim (ulama) bagi al-Attas adalah ulama yang memiliki kapasitas untuk mengonseptualisasikan, menjelaskan, dan mendefinisikan konsep-konsep penting yang relevan dalam masalah-masalah budaya, pendidikan, keilmuan, dan epistemologi yang dihadapi Muslim pada zaman sekarang ini.
Selanjutnya, tugas ilmuwan Muslim dengan kapasitas itu adalah memberikan jawaban Islam terhadap tantangan-tantangan intelektual dan kebudayaan dari dunia modern dan berbagai macam kelompok aliran pemikiran, agama, dan ideologi.
Tampaknya, al-Attas melihat bahwa ulama selama ini belum melakukan penjelasan, konseptualisasi, dan definisi masalah-masalah penting yang dihadapi umat. Benar! Memang dalam soal politik, misalnya, umat Islam masih gamang membedakan antara makna syura dan demokrasi, pemimpin Muslim dan kafir, dsb. Dalam ekonomi, makna welfare dan fallah masih tumpang tindih dan banyak yang lain. Kekaburan konsep tersebut akan berpengaruh pada bagaimana ulama memberikan solusi terhadap problematika umat.
Jika memang tidak ada ulama yang dapat memberi solusi, mungkin kita sudah sampai pada suatu kondisi yang digambarkan Rasulullah, "Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-Nya sekaligus, akan tetapi akan mencabut ilmu dengan menghilangkan para ulama, sehingga apabila tidak ada seorang pun yang berilmu maka orang-orang akan menjadikan pemimpin dari orang-orang yang tidak berilmu, kemudian mereka memberikan fatwa yang sesat dan menyesatkan." (HR Bukhari).
Dari uraian di atas jelaslah bahwa esensi Islam adalah ilmu dan ilmu dalam Islam berdimensi adab, maka peradaban Islam adalah peradaban yang harus dihidupkan dengan ilmu yang berdimensi adab. Oleh sebab itu, seluruh persoalan yang timbul dalam peradaba
Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Sejak jatuhnya Baghdad 1258 dan pengusiran Muslim dari Spanyol 1492, kondisi umat Islam dianggap mundur. Anggapan ini tampaknya benar sebab Barat terbukti telah sukses menjajah dunia Islam hingga abad ke-20. Kemunduran umat dan kolonialisasi menggenggam masalah. Tapi, apa masalahnya dan apa pula solusinya?
Para politikus Muslim akan menganggap politik sebagai masalah utama dan solusinya tentu melalui politik. Penggerak ekonomi Islam tentu akan mengklaim ekonomi adalah solusi. Para juru dakwah mungkin menekankan pada kesalehan ritual dan sosial. Demikian yang lain-lain akan memiliki skala prioritasnya sendiri-sendiri.
Namun, dari sekian banyak tawaran solusi, tawaran Syed Mohammad Naquib al-Attas sungguh menarik. Baginya, ilmu adalah solusi dari segala persoalan umat. Tawaran ini tampaknya relevan dengan esensi dari kekuatan Islam sendiri.
Memang, esensi Islam adalah ilmu. Alquran merupakan kitab suci yang sarat dengan ilmu dan harus dipahami dengan ilmu. Bahkan, sejarah membuktikan bahwa dari Alquran keluar puluhan disiplin ilmu (ilmu tafsir, ilmu hukum, ilmu waris, ilmu kesehatan, ilmu gramatika, dsb). Akidah Islam harus diyakini dengan ilmu. Syariat Islam hanya dapat diamalkan dengan ilmu dan dapat menghasilkan ilmu.
Bahkan, dalam Islam pemilik ilmu lebih utama dari pada ahli ibadah (HR Abu Daud no 3641). Mu'adz bin Jabal pun malah menganggap aktivitas mencari ilmu sama dengan ibadah dan jihad.
Namun, ilmu yang dimaksud al-Attas bukan sekadar ilmu pengetahuan. Ilmu dalam Islam adalah ilmu untuk menanamkan kebaikan ataupun keadilan dalam diri manusia. Manusia baik dalam Islam adalah manusia beradab. Karena makna adab berasal dari Alquran (ma'dubah atau hidangan adab), maka pengajaran ilmu yang sesungguhnya adalah transformasi kandungan Alquran. Itulah rahasianya mengapa akhlak Rasulullah adalah Alquran.
Secara disipliner, al-Attas memahami makna ilmu dalam Islam tidak terbatas pada suatu disiplin yang sempit dalam bentuk spesialisasi khusus. Ilmu meliputi berbagai bidang studi secara integral dan koheren yang mencerminkan worldview Islam. Maka dari itu, ilmuwan Muslim (ulama) bukan spesialis-spesialis yang lepas dari induk dan sumber ilmu dalam Islam. Ilmuwan Muslim harus berilmu universal meski berangkat dari yang spesial.
Dengan makna seperti itu, ilmuwan Muslim (ulama) bagi al-Attas adalah ulama yang memiliki kapasitas untuk mengonseptualisasikan, menjelaskan, dan mendefinisikan konsep-konsep penting yang relevan dalam masalah-masalah budaya, pendidikan, keilmuan, dan epistemologi yang dihadapi Muslim pada zaman sekarang ini.
Selanjutnya, tugas ilmuwan Muslim dengan kapasitas itu adalah memberikan jawaban Islam terhadap tantangan-tantangan intelektual dan kebudayaan dari dunia modern dan berbagai macam kelompok aliran pemikiran, agama, dan ideologi.
Tampaknya, al-Attas melihat bahwa ulama selama ini belum melakukan penjelasan, konseptualisasi, dan definisi masalah-masalah penting yang dihadapi umat. Benar! Memang dalam soal politik, misalnya, umat Islam masih gamang membedakan antara makna syura dan demokrasi, pemimpin Muslim dan kafir, dsb. Dalam ekonomi, makna welfare dan fallah masih tumpang tindih dan banyak yang lain. Kekaburan konsep tersebut akan berpengaruh pada bagaimana ulama memberikan solusi terhadap problematika umat.
Jika memang tidak ada ulama yang dapat memberi solusi, mungkin kita sudah sampai pada suatu kondisi yang digambarkan Rasulullah, "Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-Nya sekaligus, akan tetapi akan mencabut ilmu dengan menghilangkan para ulama, sehingga apabila tidak ada seorang pun yang berilmu maka orang-orang akan menjadikan pemimpin dari orang-orang yang tidak berilmu, kemudian mereka memberikan fatwa yang sesat dan menyesatkan." (HR Bukhari).
Dari uraian di atas jelaslah bahwa esensi Islam adalah ilmu dan ilmu dalam Islam berdimensi adab, maka peradaban Islam adalah peradaban yang harus dihidupkan dengan ilmu yang berdimensi adab. Oleh sebab itu, seluruh persoalan yang timbul dalam peradaba
n Islam, baik bersumber dari luar ataupun dalam diri umat Islam, semestinya dapat diselesaikan dengan ilmu.
Maka, sabda Nabi sungguh tepat, "Barang siapa menghendaki dunia maka wajib berilmu, barang siapa menghendaki akhirat maka ia wajib berilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya berilmu." (HR Tirmidhi).
Maka, sabda Nabi sungguh tepat, "Barang siapa menghendaki dunia maka wajib berilmu, barang siapa menghendaki akhirat maka ia wajib berilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya berilmu." (HR Tirmidhi).
YANG PENTING TUJUAN DAN GURUNYA
Kurikulum adalah jalan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Menurut UUD 1945 pasal 31 ayat 3, Pendidikan Nasional harus meningkatkan keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia! Kalo kurikulum dan guru2 nya tidak mengarah kepada Tujuan tersebut, maka Pendidikan Kita akan tetap terpuruk. Percayalah!
-Dr. Adian Husaini-
Kurikulum adalah jalan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Menurut UUD 1945 pasal 31 ayat 3, Pendidikan Nasional harus meningkatkan keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia! Kalo kurikulum dan guru2 nya tidak mengarah kepada Tujuan tersebut, maka Pendidikan Kita akan tetap terpuruk. Percayalah!
-Dr. Adian Husaini-
*HIKMAH*
Oleh: Dr Hamid Fahmy Zarkasyi
Sila keempat dari Pancasila berbunyi: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Hikmat ini tentu bukan personal, bukan Presiden atau kedua DPR atau MPR.
Hikmat adalah suatu kondisi kejiwaan dan dalam sila ini dikaitkan dengan sikap dalam bermusyawarah dan menentukan kebijakan. Artinya sistem permusyawaratan dan perwakilan dalam bernegara di Indonesia ini mestinya dipimpin oleh moralitas yang tinggi.
Dalam bahasa umum hikmah dipahami sebagai kebijaksanaan atau bijaksana. Dalam al-Qur’an terdapat perintah untuk berdakwah dengan bijaksana (bi al-hikmah). Maka orang yang memutuskan perkara demi menegakkan keadilan disebut hakim.
Hikmah juga berkaitan dengan berpikir yang logis dan mendalam. Karena itu Ibn Rusyd menerjemahkan “hikmah” dengan filsafat dan hakim dengan filosof. Lalu apa sebenarnya makna “hikmah” itu?
Istilah itu asli dari al-Qur’an dan disebut sebanyak 20 kali. Namun para ulama mengembangkannya menjadi berbagai makna. Ada hikmah ilahiyah, hikmah khuluqiyah, hikmah tabi’iyyah, hikmah amaliyyah dan sebagainya. Namun dalam konteks kehidupan individu dalam berbangsa pendapat para filosof dan sufi menarik dicermati.
Menurut al-Ghazzali hikmah adalah salah satu dari unsur akhlaq mulia selain keberanian, kejujuran dan keadilan. Maka berakhlaq mulia dalam Islam itu bukan sekedar berperilaku baik, tapi juga berilmu tentang kebaikan, bersikap berani menyatakan kebenaran, berlaku adil terhadap segala sesuatu alias tidak zalim.
Agar memiliki hikmah, keberanian, kejujuran dan keadilan diperlukan ilmu. Sebab berani dan adil tanpa ilmu bisa salah jalan alias sesat. Orang berilmu yang tidak jujur, ilmunya tidak manfaat. Demikian pula kekuatan dan manfaat ilmu dapat dilihat ketika seseorang itu dapat membedakan antara kejujuran dan kebohongan, antara haq dan batil, antara baik dan buruk.
Jadi hikmah menurut al-Ghazzali adalah keadaan kejiwaan seseorang yang dapat mengetahui yang baik dari yang buruk benar dalam segala perbuatan. (Ihya, III, hal. 54). Ibn Arabi dalam Futuhat juga berpendapat sama.
Lisan al-Din al-Khatib, ulama abad ke 14, dalam kitab Raudat al-Ta’rif memahami hikmah seperti keadilan, yaitu meletakkan sesuatu pada tempatnya. Syaratnya, harus memahami letak-letak segala sesuatu.
Tapi meletakkan sesuatu pada tempat bukanlah kerja mudah. Menurut Naqsyabandi, dalam kitab Jami al-Usul, hikmah itu adalah ilmu tentang segala sesuatu, sifat-sifatnya, kekhususannya, hukum-hukumnya, hubungan sebab-akibat dan mengamalkan sesuai yang dibutuhkan.
Ikhwanussafa menjelaskan orang yang memiliki hikmah atau “al-hakim” adalah yang perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan; kerjanya tekun, perkataannya benar, moralnya baik, pendapatnya betul, amalnya bersih dan ilmunya benar, yaitu ilmu tentang segala sesuatu.
al-Ghazzali menambahkan al-hakim adalah orang yang jiwanya memiliki kekuatan mengontrol dirinya sendiri (tamakkun) dalam soal keimanan, akhlak dan dalam berbicara. Jika kekuatan ini terbentuk maka akan diperoleh buah dari hikmah, sebab hikmah itu adalah inti dari akhlak mulia.
Maka “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan” menggambarkan nilai sebuah sistem yang dikusai oleh semangat hikmat. Artinya sistem kenegaraan Indonesia harus berada di tangan orang-orang yang “hakim”. Yaitu orang yang berilmu hikmah, yang pasti tahu kebenaran yang berkata benar; yang tahu dan berani memutuskan yang salah itu salah dan yang benar itu benar; yang tahu meletakkan segala sesuatu pada tempatnya; tidak akan pernah meletakkan kepentingan dirinya diatas kepentingan rakyat atau umat, tidak meletakkan perbuatan dosa atau maksiat dalam dirinya yang fitri dan seterusnya.
Walhasil, jika sistem permusyawaratan di negeri ini dikontrol oleh akal pikiran dan jiwa yang demikian itu maka tidak akan ada kebijakan yang salah di negeri ini. Tidak akan ada korupsi di pemerintahan dan tidak akan ada kebohongan publik.
Negeri ini pasti akan menjadi makmur dan sejahtera karena semua berjalan diatas jiwa-jiwa yang penuh hikmah alias hakim. Sebab al-
Oleh: Dr Hamid Fahmy Zarkasyi
Sila keempat dari Pancasila berbunyi: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Hikmat ini tentu bukan personal, bukan Presiden atau kedua DPR atau MPR.
Hikmat adalah suatu kondisi kejiwaan dan dalam sila ini dikaitkan dengan sikap dalam bermusyawarah dan menentukan kebijakan. Artinya sistem permusyawaratan dan perwakilan dalam bernegara di Indonesia ini mestinya dipimpin oleh moralitas yang tinggi.
Dalam bahasa umum hikmah dipahami sebagai kebijaksanaan atau bijaksana. Dalam al-Qur’an terdapat perintah untuk berdakwah dengan bijaksana (bi al-hikmah). Maka orang yang memutuskan perkara demi menegakkan keadilan disebut hakim.
Hikmah juga berkaitan dengan berpikir yang logis dan mendalam. Karena itu Ibn Rusyd menerjemahkan “hikmah” dengan filsafat dan hakim dengan filosof. Lalu apa sebenarnya makna “hikmah” itu?
Istilah itu asli dari al-Qur’an dan disebut sebanyak 20 kali. Namun para ulama mengembangkannya menjadi berbagai makna. Ada hikmah ilahiyah, hikmah khuluqiyah, hikmah tabi’iyyah, hikmah amaliyyah dan sebagainya. Namun dalam konteks kehidupan individu dalam berbangsa pendapat para filosof dan sufi menarik dicermati.
Menurut al-Ghazzali hikmah adalah salah satu dari unsur akhlaq mulia selain keberanian, kejujuran dan keadilan. Maka berakhlaq mulia dalam Islam itu bukan sekedar berperilaku baik, tapi juga berilmu tentang kebaikan, bersikap berani menyatakan kebenaran, berlaku adil terhadap segala sesuatu alias tidak zalim.
Agar memiliki hikmah, keberanian, kejujuran dan keadilan diperlukan ilmu. Sebab berani dan adil tanpa ilmu bisa salah jalan alias sesat. Orang berilmu yang tidak jujur, ilmunya tidak manfaat. Demikian pula kekuatan dan manfaat ilmu dapat dilihat ketika seseorang itu dapat membedakan antara kejujuran dan kebohongan, antara haq dan batil, antara baik dan buruk.
Jadi hikmah menurut al-Ghazzali adalah keadaan kejiwaan seseorang yang dapat mengetahui yang baik dari yang buruk benar dalam segala perbuatan. (Ihya, III, hal. 54). Ibn Arabi dalam Futuhat juga berpendapat sama.
Lisan al-Din al-Khatib, ulama abad ke 14, dalam kitab Raudat al-Ta’rif memahami hikmah seperti keadilan, yaitu meletakkan sesuatu pada tempatnya. Syaratnya, harus memahami letak-letak segala sesuatu.
Tapi meletakkan sesuatu pada tempat bukanlah kerja mudah. Menurut Naqsyabandi, dalam kitab Jami al-Usul, hikmah itu adalah ilmu tentang segala sesuatu, sifat-sifatnya, kekhususannya, hukum-hukumnya, hubungan sebab-akibat dan mengamalkan sesuai yang dibutuhkan.
Ikhwanussafa menjelaskan orang yang memiliki hikmah atau “al-hakim” adalah yang perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan; kerjanya tekun, perkataannya benar, moralnya baik, pendapatnya betul, amalnya bersih dan ilmunya benar, yaitu ilmu tentang segala sesuatu.
al-Ghazzali menambahkan al-hakim adalah orang yang jiwanya memiliki kekuatan mengontrol dirinya sendiri (tamakkun) dalam soal keimanan, akhlak dan dalam berbicara. Jika kekuatan ini terbentuk maka akan diperoleh buah dari hikmah, sebab hikmah itu adalah inti dari akhlak mulia.
Maka “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan” menggambarkan nilai sebuah sistem yang dikusai oleh semangat hikmat. Artinya sistem kenegaraan Indonesia harus berada di tangan orang-orang yang “hakim”. Yaitu orang yang berilmu hikmah, yang pasti tahu kebenaran yang berkata benar; yang tahu dan berani memutuskan yang salah itu salah dan yang benar itu benar; yang tahu meletakkan segala sesuatu pada tempatnya; tidak akan pernah meletakkan kepentingan dirinya diatas kepentingan rakyat atau umat, tidak meletakkan perbuatan dosa atau maksiat dalam dirinya yang fitri dan seterusnya.
Walhasil, jika sistem permusyawaratan di negeri ini dikontrol oleh akal pikiran dan jiwa yang demikian itu maka tidak akan ada kebijakan yang salah di negeri ini. Tidak akan ada korupsi di pemerintahan dan tidak akan ada kebohongan publik.
Negeri ini pasti akan menjadi makmur dan sejahtera karena semua berjalan diatas jiwa-jiwa yang penuh hikmah alias hakim. Sebab al-
Qur’an sendiri menjamin “Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak....” (QS. 2 : 269).