MUSTANIR ONLINE
3.23K subscribers
865 photos
163 videos
56 files
900 links
Sharing audio, tulisan karya Dr Adian Husaini, Dr Hamid Fahmy Zarkasyi serta pemikir muslim kontemporer lainnya.
Download Telegram
iman tapi saya akan tetap menggambarkan Tuhan dengan akal saya sendiri”. Wilfred Cantwell Smith nampaknya setuju. Dalam makalahnya berjudul Philosophia as One of the Religious Tradition of Mankind, ia mengategorikan tradisi intelektual Yunani sebagai agama. Apa arti agama baginya tidak penting, malah kalau perlu istilah ini dibuang.

Akhirnya, sama juga mengamini Nietzche bahwa tuhan hanyalah realitas sobyektif dalam fikiran manusia, alias khayalan manusia yang tidak ada dalam realitas obyektif. Konsep tuhan rasional inilah yang justru menjadi lahan subur bagi ateisme. Sebab tuhan bisa dibunuh.

Jika Imam al-Ghazzali dikaruniai umur hingga abad ini mungkin ia sudah menulis berjilid-jilid Tahafut. Sekurang-kurangnya ia akan menolak jika Islam dimasukkan kedalam definisi religion versi Barat dan Allah disamakan dengan Tuhan spekulatif. Jika konsep Unmoved Mover Aristotle saja ditolak, kita bisa bayangkan apa reaksi al-Ghazzali ketika mengetahui tuhan di Barat kini is no longer Supreme Being (Tidak lagi Maha Kuasa).

Konsep Tuhan di Barat kini sudah hampir sepenuhnya rekayasa akal manusia. Buktinya tuhan ‘harus’ mengikuti peraturan akal manusia. Ia “tidak boleh” menjadi tiran, “tidak boleh” ikut campur dalam kebebasan dan kreativitas manusia. Tuhan yang ikut mengatur alam semesta dianggap absurd.

Tuhan yang personal dan tirani itulah yang pada abad ke 19 “dibunuh” Nietzche dari pikiran manusia. Tuhan Pencipta tidak wujud pada nalar manusia produk kebudayaan Barat. Agama disana akhirnya tanpa tuhan atau bahkan tuhan tanpa Tuhan. Disini kita baru paham mengapa Manchester United dengan penyokongnya itu like religion. Mungkin mereka hanya malu mengatakan it’s really religion but without god.

Kini di Indonesia dan di negeri-negeri Muslim lainnya cendekiawan Muslim mulai ikut-ikutan risih dengan konsep Allah Maha Kuasa (Supreme Being). Tuhan tidak lagi mengatur segala aspek kehidupan manusia. Bahkan kekuasaan Tuhan harus dibatasi. Benteng pemisah antara agama dan politik dibangun kokoh. Para kyai dan cendekiawan Muslim seperti berteriak “Politik Islam, No” tapi lalu berbisik “Berpolitik, Yes”….”Money Politik laa siyyama (apalagi)”.

Tapi ketika benteng pemisah agama dan politik dibangun, tiba-tiba tembok pemisah antar agama-agama dihancurkan. “Ini proyek besar bung”! kata fulan berbisik. “Ini zaman globalisasi dan kita harus akur” kata profesor pakar studi Islam. Santri-santri diajari berani bilang “Ya akhi tuhan semua agama itu sama, yang beda hanya namaNya”; “Gus! Maulud Nabi sama saja dengan maulud Isa atau Natalan”. Mahasiswa Muslim pun diajari logika relativis “Anda jangan menganggap agama anda paling benar”. Tak ketinggalan para ulama diperingati “Jangan mengatasnamakan Tuhan”.

Kini semua orang “harus” membiarkan pembongkaran batas antar agama, menerima pluralitas dan pluralisme sekaligus. Sebab, kata mereka, pluralisme seperti juga sekularisme, adalah hukum alam. Samar-samar seperti ada suara besar mengingatkan “Kalau anda tidak pluralis anda pasti teroris”

Anehnya, untuk menjadi seorang pluralis kita tidak perlu meyakini kebenaran agama kita. Kata-kata Hamka “yang bilang semua agama sama berarti ia tidak beragama” mungkin dianggap kuno. Kini yang laris manis adalah konsep global theology-nya John Hick, atau kalau kurang kental pakai Transcendent Unity of Religions-nya F. Schuon.

Semua agama sama pada level esoteris. Di negeri Muslim terbesar di dunia ini, lagu-lagu lama Nietzche tentang relativisme dan nihilisme dinyanyikan mahasiswa Muslim dengan penuh emosi dan semangat. “Tidak ada yang absolut selain Allah” artinya ‘tidak ada yang tahu kebenaran selain Allah’. Syariat, fiqih, tafsir wahyu, ijtihad para ulama adalah hasil pemahaman manusia, maka semua relatif.

Walhal, Tuhan tidak pernah meminta kita memahami yang absolut apalagi menjadi absolut. Dalam Islam Yang relatif pun bisa mengandung yang absolut. Secara kelakar seorang kawan membayangkan di Jakarta nanti ada papan iklan besar bergambar seorang kyai dengan latar belakang ribuan santri dengan tulisan singkat “Yesus Tuhan kita juga”.
KITAB TAUHID
Penulis: Dr. Shalih bin Fuzan Al-Fauzan

Selama 13 tahun di Makkah, sesudah diangkat menjadi Rasul, Nabi Muhammad SAW mengajak manusia kepada tauhid, karena hal itu merupakan pondasi bangunan Islam. Oleh karena itu, ilmu tauhid adalah ilmu yang harus dijaga baik dengan mempelajari maupun mengajarkannya serta mengamalkannya. Hal itu agar amal seseorang menjadi amal yang saleh, diterima disisi Allah, dan bermanfaat bagi semesta alam. Terlebih aliran-aliran sesat telah tersebar di mana-mana dan siap memangsa siapa saja.

Buku ini adalah terjemahan dari kitab tauhid 1, 2, dan 3 karya Dr. Shalih bin Fauzan yang sudah tidak asing lagi di dunia. Di dalamnya dijabarkan berbagai persoalan tauhid secara lengkap serta disampaikan dengan bahasa ringkas dan mudah dipahami. Sumbernya pun hanya diambil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah serta karya-karya ulama yang terpercaya.
------------------------------------------------
Kitab Tauhid
Penulis: Dr. Shalih bin Fuzan Al-Fauzan
Ukuran: 15 x 23 cm
Tebal: 462 hlm
ISBN: 978-602-7637-01-6
Harga: Rp. 98.000,-

Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997

Syukran.
Tapi, Allah juga memberi tahu jika Anda memilih menjadi atheis niscaya akan menuai azab di neraka jahannam yang sangat pedih dan jika memilih beriman maka ia akan mendapatkan pahala surga yang kekal abadi.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1714145335392076&id=153825841424041
KECERDASAN DALAM PANDANGAN ISLAM
Penulis: Ibnul Jauzi

Buku ini adalah salah satu buku terjemah Kitab  buah karya ulama  dan cendekiawan Muslim terkemuka, Ibnul Jauzi , yang berjudul Akbar Al Adzkiya.

Dalam buku ini dibahas tentang Akal, kecerdasan, serta kisah orang-orang cerdas dalam menghadapi dan menyikapi berbagai permasalahan hidup.

Diawali dengan sisi kecerdasan para Nabi, kemudian para sahabat, para ulama, cendekiawan, dan diakhiri dengan sisi kecerdasan yang dimiliki hewan. Metode pemaparan yang digunakan penulis pun sangat menarik, karena kisah-kisah yang dibawakan berdasarkan riwayat hadits dan atsar, sehingga validitas dan keotentikan kisahnya tak perlu diragukan lagi.
-----------------------
KECERDASAN DALAM PANDANGAN ISLAM
Penulis: Ibnul Jauzi
Ukuran: 16 cm x 24,5 cm
Cover: Hard Cover
Berat: 1 Kg
Tebal: 684 halaman
Harga: Rp. 171.000,-

Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997

Syukran.
Syed M. Naquib al-Attas dalam bukunya A Commentary on the Hujjat al-Shiddiq of Nur al-Din al- Raniri (Kuala Lumpur: Kementerian Kebudayaan, 1986) halaman 200 mengatakan, "Kebodohan itu terdiri dari 2 jenis. Pertama, kebodohan yg ringan yaitu kurangnya ilmu mengenai apa yg seharusnya diketahui. Kedua, kebodohan yg berat, yaitu keyakinan yg salah yg bertentangan dg fakta dan realitas, meyakini sesuatu yg berbeda dg sesuatu itu sendiri, atau melakukan sesuatu dg cara2 yg berbeda dari bagaimana seharusnya sesuatu itu dilakukan."

Kebodohan yg ringan bisa diobati dg pengajaran atau pendidikan. Tapi kebodohan yg berat adalah penyebab utama dari kejahatan manusia dan berbahaya bagi pembangunan moralitas individu maupun masyarakat. Sebab kebodohan jenis ini bersumber dari spiritualitas yg tidak sempurna yg dinyatakan dg sikap menolak kebenaran.

Contoh yg mudah. Orang pandai mengerjakan operasi 2+3=5. Orang bodoh jenis pertama mengerjakan 2+3=23 karena dia tidak tahu cara mengerjakannya. Tapi orang bodoh jenis kedua mengerjakan 2+3=23 karena sengaja utk maksud2 tertentu, demi kepentingan tertentu.

Mari kita berantas semua bentuk kebodohan, terutama kebodohan jenis kedua.

-Dr. Budi Handrianto-
Jika konsep manusia yang digunakan untuk mendidik sudah keliru, maka tidak mudah untuk mendidik dengan benar. Sebab, tujuan dan kurikulum utamanya akan berbeda. Konsep yang salah tentang manusia ini akan berdampak besar pada perjalanan hidupnya.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1716432838496659&id=153825841424041
Ia berpesan “tugas kalian bukan mengkristenkan orang Islam tapi merobah cara berfikir orang Islam, agar nanti lahir generasi Muslim yang memusuhi agamanya”.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1723448601128416&id=153825841424041
*WARISAN SANG MURABBI*
*Pilar-Pilar Asasi*

Suatu hari Syaqiq Albilkhi datang kepada Harun Alrasyyid, penguasa di zamannya, tentu saja bukan untuk mengharap atau meminta sesuatu atau menjilat penguasa, hal yang karenanya para ulama bertahan untuk tidak pernah mendatangi pintu mereka.

la segera minta segelas air minum. Setelah gelas itu di genggamnya, ia bertanya, “Harun, apa sikapmu jika di tengah padang pasir engkau kehabisan air yang kau perlukan untuk menyambung hidup?” Harun menjawab “Setengah kerajaanku akan kulepaskan untuk menebus segelas air itu.”

Syaqiq bertanya lagi, “Bagaimana bila suatu hari segelas air yang setiap hari engkau keluarkan dari tubuhmu, tak dapat keluar dan menyebabkan engkau sangat menderita?” Harun menjawab lugas, “Seluruh kerajaanku akan kulepaskan untuk bisa mengeluarkan air itu.”

Syaqiq lantas menutup dialog dengan pesan yang tajam, membuat Harun menangis, “Nah, karenanya hati-hatilah dengan kekuasaan yang nilainya tak lebih dari segelas air ini.”

WARISAN SANG MURABBI
Pilar-pilar Asasi
🖋 Penulis: KH. Rahmat Abdullah
📄 Kertas isi: Book Paper 55 gr
📖 Isi: 348 halaman (b/w)
📏 Ukuran 15,5 x 24 cm
📙 Sampul: Soft Cover
Laminating Doft ; Spot UV
🔖 Harga : Rp 99.000,-

Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997

Syukran.
Banyak peristiwa membuktikan, bahwa pemikiran, keyakinan, dan sikap masyarakat, tidak selalu sejalan dengan penguasa. Di masa Khalifah al-Makmun, yang Muktazily, umat Islam lebih mengikuti para ulama Ahlu Sunnah, ketimbang paham Muktazilah. Di masa penjajahan Belanda, umat Islam tidak mengikuti agama penjajah, dan lebih mengikuti kepemimpinan ulama.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1726366167503326&id=153825841424041
Kita memerintahkan anak kita menolong fakir miskin, menyantuni anak yatim, karena itu perintah Allah SWT, sesuai ajaran Islam; bukan karena perintah Pancasila. Dan yakinlah kita, di akhirat nanti, tidak akan ditanya oleh Allah, apakah kita sudah mengamalkan Pancasila atau tidak!
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1726727210800555&id=153825841424041
ENSIKLOPEDIA MATAN FIKIH SYAFI'I POPULER
Penulis: Syaikh Salim bin Sumair al-Hadrami, et. al.

Madzhab Syafi'i adalah madzhab terbesar di Indonesia. Masyarakat muslim Indonesia, dari bermacam suku, wilayah, organisasi dan lembaga, banyak yang menganut dan menisbatkan diri pada madzhab yang didirikan oleh Imam Abu Abdullah Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i Al-Muththalibi Al-Quraisy ini. Maka, belajar dan mengajarkan apa yang menjadi kandungan dari madzhab in menjadi sebuah kebutuhan yang tak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, menghadirkan sebuah buku yang menghimpun materi belajar dan mengajar fikih Syafi'i bagi santri dan pemula, menjadi sebuah perkara yang penting untuk dilakukan.

Buku ini istimewa, karena ia menghimpun empat matan fikih yang cukup penting dan masyhur di kalangan para pencari ilmu, terutama yang mendalami fikih madzhab Syafi'i. Empat matan fikih tersebut yakni :

1. Matan Safinatun Najah (Syaikh Salim bin Sumair Al-Hadrami w. 1271 H)
2. Al-Mukhtashar Al-Lathif (Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Bafadhal w. 918 H)
3. Matan ABu Syuja (Abu Syuja' Al-Ashfahani w. 593 H)
4. Al-Yaqut An-Nafis (Syaikh Ahmad bin Umar Asy-Syathiri w. 1360 H)

Semoga hadirnya buku in membawa sebuah kemanfaatan yang besar bagi kaum muslimin, khususnya para santri dan pemula yang hendak memulai belajar fikih madzhab Syafi'i.
------------------------------------
ISLAM ENSIKLOPEDIA MATAN FIKIH SYAFI'I POPULER
Penulis: Syaikh Salim bin Sumair al-Hadrami, et. al.
Sampul: Hard Cover
Tebal: 626 Halaman
Ukuran: 24,7 x 17,5 x 3,2 cm
Berat: 1,07 kg
Harga: Rp. 165.000,-

Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997

Syukran.
Dulu, di awal tahun 1960-an, lulus SMP saya mendaftar Sekolah Guru Atas (SGA). Rapor saya dilihat, dan saya ditolak. Lalu, saya mendaftar ke SMA terbaik di Surabaya. Rapor saya dilihat, dan saya diterima,” kata pria 70 tahun yang kemudian menjadi dosen di ITS.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1729943537145589&id=153825841424041
Waktu itu, tidak ada yang mengeluarkan fatwa haram ikut pemilu, dengan alasan pemilu adalah sistem demokrasi. Padahal, para ulama Indonesia sudah mengkaji kitab-kitab para ulama tentang fiqih politik, seperti kitab al-Ahkam al-Sulthaniyyah ditulis Imam Mawardi (w. 450 H/sekitar 1072 M).
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1730442750429001&id=153825841424041
KOMUNISME
Oleh: Dr Hamid Fahmy Zarkasyi

Di Barat ketika Katolik tidak bicara kehidupan di dunia, Protestan mulai menyoal "Mengapa agama tidak menjamin kemakmuran hidup". Mereka pun bekerja keras untuk hidup makmur. Hidup makmur tidak cukup, makmur harus dijamin oleh kapital yang besar dan bertahan lama. Mereka pun terbukti sukses. Max Weber mencatat, bahwa ternyata di abad ke 16, di Jerman, kapitalis dan pengusaha besar serta pekerja yang terampil di perusahaan-perusahaan modern adalah kaum Protestan.

Jadi kapitalis-kapitalis itu hanya ingin hidup makmur. Tapi makmur ternyata perlu sistim dan kekuasaan yang melibatkan masyarakat. Dari sini sistim sosial, sistim pasar, sistim pemerintahan pun berkembang bersama kapitalisme. Singkatnya lahirlah kapitalisme sebagai sistim ekonomi dan sosial. Tujuan akhirnya kemakmuran.

Kemakmuran gaya kapitalisme bukan tanpa cacat. Maka pada awal abad ke 19 lahirlah gerakan sosialisme. Robert Owen (1771-1858) di Inggris dan Saint Simon (1760-1825) di Perancis adalah diantara perumusnya. Ide dasarnya tetap bagaiman hidup makmur.

Tapi makmur ala sosialis mengutamakan kebersamaan. Sistim dikontrol dan dicengkeram penguasa. Pribadi dikalahkan oleh rakyat dan buruh. Sosialisme pun diikuti oleh komunisme. Paham yang dicetuskan oleh Karl Marx ini memusuhi kapitalisme dan segala sistimnya. Kapitalis-kapitalis itu dianggap menindas kaum buruh.

Pimpinan Negara adalah borjuis dan kaum buruh adalah proletar. Keduanya diteorikan sebagai musuh abadi. Jika kapitalis bersaing dengan sistim pasar bebas, komunis melawan dengan cara apapun. Jika kapitalis menciptakan persaingan dengan cara kejam, komunis tidak kalah kejamnya menciptakan konflik dan jika perlu pertumpahan darah untuk mencapai tujuan.

Jika kapitalis tidak lagi mementing kan Tuhan, kaum komunis mengingkari adanya Tuhan. Jika kapitalis dengan sis tim ekonominya menciptakan masya rakat elitis, komunis menciptakan masya rakat tanpa kelas. Masalahnya, kapitalisme menghasilkan pertumbuhan ekonomi tapi melupakan pemerataan. Sedangkan komunisme mengobesikan pemerataan tapi tidak memikirkan partumbuhan.

Kini kapitalisme menguasai sistim ekonomi Negara-negara Eropah dan bahkan sistim ekonomi dunia. Namun, kesejahteraan dan kemakmuran yang dibawa sistim ini ternyata hanya dinik mati oleh segelintir orang. Sistim eko nomi kapitalis ternyata berdampak buruk pada tata sosial-politik. Persaingan pasar berdampak pada persaingan politik dan persaingan politik-ekonomi berujung pada pertumpahan darah pula.

Sedangkan komunisme sebagai sistim social ekonomi, belum memberi kan apa-apa kepada rakyat yang diperjuangkannya. Obsesi untuk bisa makmur bersama gagal. Hampir semua Negara komunis adalah miskin (proletar), sedang kan para pemimpinnya ternyata tidak beda dari borjuis-borjuis kapitalis.

Cita-cita ideologi komunis adalah membela rakyat kecil. Tapi di negerinegeri yang rakyatnya telah makmur, komunis kehilangan misinya. Dalam kondisi seperti ini perjuangan komunis bukan lagi membela rakyat lemah, tapi menghancurkan kapitalisme.

Menghancurkan kapitalisme tidak perlu menunggu hingga ia matang, kata Lenin, tapi setiap ada kesempatan kaum buruh harus merebut kekuasaan. Perebutan kekuasaan ujung-ujungnya adalah pertumpahan darah. Kapitalisme dan komunisme sama-sama anyir berbau darah.

Diakui atau tidak kapitalisme telah terbukti membawa kemakmuran materi lebih baik dari komunisme. Namun, ia telah gagal membawa sistim sosial-po litik yang membawa ketenangan jiwa dan kedamaian ruhani. Dengan kapitalisme dunia semakin tidak aman dan damai.

Jika komunisme ingin menggantikan peran kapitalisme dalam memakmurkan rakyat, maka komunisme akan mengganti kemakmuran dengan pemerataan. Pemerataan tidak akan menghasilkan kemakmuran. Jika komunisme tidak mampu memberi kesejahteraan dan kemakmuran material kepada rakyat du nia, bagaimana mungkin dengan atheismenya ia akan menjanjikan ketenangan jiwa dan kedamaian ruhani.

Di banyak negeri Islam, para tokohnya mengagumi sosialisme. Mereka berteriak seperti menemukan sesuatu "Islam adalah kiri". "Nabi adalah pelindung orang
lemah", Nabi adalah pelindung anak yatim (sosial) alias orang miskin dan ia akan bersama mereka di sorga. Masih banyak lagi dalih untuk justifikasi kiri Islam.

Tapi orang lupa bahwa Islam bisa berbau kapitalis. Saudagar kaya (kapi talis) yang jujur, misalnya, akan berada di surga bersama para nabi dan syuhada. Nabi pun menyukai Muslim yang kaya dan kuat. Orang akan lengkap rukun Islamnya jika ia kaya dan mampu membayar zakatnya.

Masyarakat dunia kini sedang meng alamai kekeringan nilai, kehausan spiritual, dan kekosongan moral. Sistim apapun untuk mengatur kesejahteraan material, baik kapitalisme maupun komunisme, tidak akan menyelesaikan nestapa manusia modern. Dunia mulai menyadari ketidak mampuan kapitalis dan kegagalan komunis. Tapi mengapa Muslim dengan secara cerdas tidak segera menjadikan Islam sebagai alternatif dari dua sistim yang gagal itu.
--------------
Dimuat di Republika online dan ISLAMIA Republika, Kamis 19 Mei 2016.
Pemikiran bukan untuk pengetahuan, tapi untuk kepentingan (kekuasaan atau politik). Buktinya dari pemikiran mereka tiba-tiba menggalang komunitas, gerakan sosial dan bahkan menjelma menjadi pressure group. Demi memasarkan paham pluralisme agama, misalnya, pertama-tama mereka menolak adanya kebenaran mutlak, yang ada hanya kebenaran relatif.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1732969516842991&id=153825841424041