Inti kehidupan itu adalah kepercayaan atau keyakinan. Apa yang menjadi keyakinan dalam hidup seseorang itulah yang akan menjadi kunci keberhasilannya. Seorang penguasaha yang yakin akan keberhasilan usahanya akan bekerja keras untuk mewujudkan keyakinannya itu. Seorang politisi yang yakin akan kesuksesan karir politiknya akan bekerja keras untuk itu. Seorang dosen yang yakin akan manfaat ilmu yang diyakininya akan belajar dan bekerja keras untuk itu. Tapi ketahuilah bahwa keyakinan yang paling menjanjikan kesuksesan segala usaha adalah keyakinan atau keimanan kepada Allah. Akan tetapi keimanan kepada Allah itu bertingkat-tingkat : ada yang sekedar yakin, ada yang benar-benar yakin dan ada yang benar-benar sangat yakin sehingga kekuatan keyiakinannya menjelma menjadi kekuatan beramal, berkorban, beribadah kepada Allah. Jadi rahasia keuntungan pengusaha, kesuksesan politisi, keunggulan dosen atau ilmuwan dan lain-lain itu adalah kerja kerasnya dan keyakinannya atau keimanannya. (Lihat Ali Imran 139)
Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
PROPHETIC PARENTING
CARA NABI MENDIDIK ANAK
Penulis Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid
Sinopsis:
Buku ini mendapat banyak rekomendasi dari para ulama, di antaranya: Syaikh Abul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi, Syaikh Dr. Muhammad Fauzi Faidullah, Syaikh Abdurrahman Hasan Habnakah, Syaikh Ahmad Qallasy, Syaikh Dr. Mahmud Ath-Thahhan. Buku ini diterjemahkan dari kitab yang berjudul Manhaj Tarbiyah Nabawiyah lith Thifl. Yang mana artinya adalah metode pembelajaran dalam membentuk kepribadian anak sedikit demi sedikit sampai mencapai tingkatan lengkap dan sempurna.
Parenting Bermula dari Mana? Pendidikan bagi anak bermula dari ketika kedua orang tua menikah. Kemudian hubungan kedua orang tua, kesalehan mereka dan kesepakatan mereka dalam melakukan kebajikan, memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam membentuk sisi psikis dan kecenderungan bagi sang anak. Penulis juga mengetengahkan tentang pentingnya pertumbuhan anak di gendongan ibunya, keluarga dan lingkungannya serta hubungan kekerabatan dengan kedua orang tua dan karib kerabatnya. Juga tentang pentingnya menjaga nilai-nilai Islami dalam masa pertumbuhannya dan membiasakannya untuk selalu berpikir. Penulis juga menekankan tentang pentingnya memakai berbagai media dan alat peraga yang sesuai dengan usia anak. Itu semua beliau simpulkan dari metode pendidikan Islam, hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pernyataan para pakar pendidikan Islam.
Imam Ghazali menyebutkan bahwa ada seseorang datang kepada Abdullah bin Mubarak untuk mengadukan kedurhakaan anaknya. Abdullah bin Mubarak bertanya kepadanya? “Apakah engkau sudah mendoakan keburukan atasnya?” Dia menjawab, “Benar.” Abdullah berkata, “Kalau begitu engkau telah merusaknya.”
Daripada menjadi penyebab rusaknya anak dengan mendoakan keburukan padanya, lebih baik kita mendoakan kebaikan padanya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah yang mendoakan kebaikan bagi anak-anak, sehingga Allah memberkati masa depan mereka dengan amal saleh, harta benda, dan anak yang banyak.
---------------------
Prophetic Parenting
Cara Nabi Mendidik Anak
Penulis Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid
Sampul: softcover,
Tebal buku: 610 halaman
Ukuran buku: 16 x 24 cm
Berat buku: 750 gram
Harga Rp. 110.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran....
CARA NABI MENDIDIK ANAK
Penulis Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid
Sinopsis:
Buku ini mendapat banyak rekomendasi dari para ulama, di antaranya: Syaikh Abul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi, Syaikh Dr. Muhammad Fauzi Faidullah, Syaikh Abdurrahman Hasan Habnakah, Syaikh Ahmad Qallasy, Syaikh Dr. Mahmud Ath-Thahhan. Buku ini diterjemahkan dari kitab yang berjudul Manhaj Tarbiyah Nabawiyah lith Thifl. Yang mana artinya adalah metode pembelajaran dalam membentuk kepribadian anak sedikit demi sedikit sampai mencapai tingkatan lengkap dan sempurna.
Parenting Bermula dari Mana? Pendidikan bagi anak bermula dari ketika kedua orang tua menikah. Kemudian hubungan kedua orang tua, kesalehan mereka dan kesepakatan mereka dalam melakukan kebajikan, memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam membentuk sisi psikis dan kecenderungan bagi sang anak. Penulis juga mengetengahkan tentang pentingnya pertumbuhan anak di gendongan ibunya, keluarga dan lingkungannya serta hubungan kekerabatan dengan kedua orang tua dan karib kerabatnya. Juga tentang pentingnya menjaga nilai-nilai Islami dalam masa pertumbuhannya dan membiasakannya untuk selalu berpikir. Penulis juga menekankan tentang pentingnya memakai berbagai media dan alat peraga yang sesuai dengan usia anak. Itu semua beliau simpulkan dari metode pendidikan Islam, hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pernyataan para pakar pendidikan Islam.
Imam Ghazali menyebutkan bahwa ada seseorang datang kepada Abdullah bin Mubarak untuk mengadukan kedurhakaan anaknya. Abdullah bin Mubarak bertanya kepadanya? “Apakah engkau sudah mendoakan keburukan atasnya?” Dia menjawab, “Benar.” Abdullah berkata, “Kalau begitu engkau telah merusaknya.”
Daripada menjadi penyebab rusaknya anak dengan mendoakan keburukan padanya, lebih baik kita mendoakan kebaikan padanya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah yang mendoakan kebaikan bagi anak-anak, sehingga Allah memberkati masa depan mereka dengan amal saleh, harta benda, dan anak yang banyak.
---------------------
Prophetic Parenting
Cara Nabi Mendidik Anak
Penulis Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid
Sampul: softcover,
Tebal buku: 610 halaman
Ukuran buku: 16 x 24 cm
Berat buku: 750 gram
Harga Rp. 110.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran....
IMAMAH
Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Salah satu konsep penting yang membedakan antara Ahlussunnah dan Syiah adalah imamah (kepemimpinan). Setelah Nabi wafat persoalan yang pertama timbul adalah siapa “pengganti” Nabi sebagai pemimpin.
Istilah yang disepakati untuk pengganti oleh para sahabat waktu itu khalifah. Karena khawatir akan berarti khalifatu Allah (pengganti Allah) maka Abu Bakar segera menegaskan artinya Khalifatu Rasulillah.
Tapi menurut Syiah pengganti Nabi bukan Khalifah tapi imam (pemimpin). Kata imam dalam al-Qur’an tidak khusus. Ada istilah imam orang kafir (a’immatul kufr), artinya pemimpin, imam rakyat (imam al-ra’iyyah) artinya khalifah, imam tentara (imam al-jundi) adalah jenderalnya, imam para imam (imam al-a’immah) adalah gelar Nabi Muhammad SAW.
Perbedaan istilah khalifah atau imam menurut Sunni dan Shia’ah bukan soal bahasa, tapi sudah soal keyakinan. Sebab bagi Sunni, khalifah pengganti Nabi yang disepakati oleh para sahabat ada empat: Abu Bakar, Umar, Uthman dan terakhir Ali bin Abi Talib.
Tapi bagi Syiah yang menjadi pengganti Nabi hanyalah Ali bin Abi Talib dan anak cucunya. Dan itu, menurut Syiah merupakan ketetapan Allah. Dalam kitab Syiah al-Usul min al-Kafi, Kitab al-Hujjah juz 1 hal 277, disebut bahwa keimamam Ali adalah ketetapan dari Allah dan diketahui oleh orang perorang.
Tapi dalam kitab Nahjul Balaghah Ali menolak menjadi pengganti Uthman bin Affan dan bahkan akan patuh kepada siapapun yang jadi Khalifah. Kepada Talhah dan Zubair ia mengatakan: ”Sungguh Aku tidak ingin menjadi Khalifah, atau kekuasaan seperti ini” (Nahjul Balaghah, Khutbah ke 29). Apakah berarti Ali menolak ketetapan Allah?
Sementara Syiah tidak mengakui ketiga khalifah itu sebagai khalifah apalagi sebagai imam. Imam hanyalah Ali dan Ali itu bukan khalifah. Anak turun Ali yang dianggap mewaisi kepemimpinan Ali adalah 2) Hasan, 3) Husain, 4) Zainal Abidin, 5) al-Baqir, 6) Ja’far al-Sadiq, 7) Musa al-Kazim, 8) Ali Ridha, 9) Muhammad al-Jawad, 10) Ali al-Hadi, 11) Hasan Askari 12) Muhammad yang ditunggu atau al-Mahdi
Umat Islam yang sunni (ahlussunnah wal jamaah) tidak membedakan gelar khalifah dan imam. Menurut Ibn Khaldun dalam Muqaddimah nya dan al-Mawardi dalam al-Ahkam al-Sultaniyyah, dan juga Rasyid Ridha imam, khilafah, imamah al-‘Udhma dan amir al-mu’minin adalah sama yaitu pengganti Rasul dalam menjaga agama dan politik dunia (siyasat al-dunya).
Karena istilah imam maknanya sama dengan khalifah, maka Al-Mawardi, al-Taftazani dan al-Iji sependapat bahwa imam adalah pemimpin umum dalam agama dan berperan sebagai pengganti Nabi, tapi mempunyai kekuasaan terbatas. Batasannnya dijelaskan oleh Abdul Ghani dalam al-Khilafah wa Sultatu-l-Imamah yaitu tidak berhak meletakkan syariah, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Hukum yang dikeluarkan oleh mereka bersifah ijtihadiyah.
Jadi dalam mazhab Sunni khalifah hanya pemimpin agama dan politik. Ia bisa ditegur, dan bisa dikritik oleh rakyatnya jika salah. Namun dalam Syiah tidak demikian. Dalam kitab al-Kafi, imam, adalah sederajat dengan Nabi-nabi. Imam adalah wakil Allah dan Rasul. Dengan mempercayai imam maka shalat, zakat, puasa, haji, rampasan, sadaqah menjadi sah. Imam bisa menghalalkan yang haram dan mengharamkan dan halal. Imam itu suci dari dosa, bebas dari aib. Imam itu memiliki kelebihan khusus tanpa mencari dan menguasahakannya, karena diberi oleh Allah.
Menurut al-Mufid Ulama Mazhab Imamiyah, seperti dikutip dalam kitab Biharl al-Anwar, karya al-Majlisi (Juz 23 hal 230) yang mengingkari salah seorang dari 12 orang imam, atau menolak untk taat seperti yang diwajibkan Allah maka ia telah “kafir dan masuk neraka”. Bahkan menurut Khomaini (seperti dikutip Ihsan Ilahi Zahir) derajat imam tidak mungkin dicapai malaikat yang paling dekat dengan Tuhan sekalipun atau oleh Nabi yang diutus oleh Allah.
Namun, Dr. Ahmad Mahmud Subhi dalam bukunya al-Imamah Laday al-Syiah al-Ihna Ashriyyah mempertanyakan mengapa kepemimpinan politik tiba-tiba berubah menjadi aqidah?. Padahal Nabi sendiri sebagai pemimpin politik tidak mengklaim bahwa segala k
Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Salah satu konsep penting yang membedakan antara Ahlussunnah dan Syiah adalah imamah (kepemimpinan). Setelah Nabi wafat persoalan yang pertama timbul adalah siapa “pengganti” Nabi sebagai pemimpin.
Istilah yang disepakati untuk pengganti oleh para sahabat waktu itu khalifah. Karena khawatir akan berarti khalifatu Allah (pengganti Allah) maka Abu Bakar segera menegaskan artinya Khalifatu Rasulillah.
Tapi menurut Syiah pengganti Nabi bukan Khalifah tapi imam (pemimpin). Kata imam dalam al-Qur’an tidak khusus. Ada istilah imam orang kafir (a’immatul kufr), artinya pemimpin, imam rakyat (imam al-ra’iyyah) artinya khalifah, imam tentara (imam al-jundi) adalah jenderalnya, imam para imam (imam al-a’immah) adalah gelar Nabi Muhammad SAW.
Perbedaan istilah khalifah atau imam menurut Sunni dan Shia’ah bukan soal bahasa, tapi sudah soal keyakinan. Sebab bagi Sunni, khalifah pengganti Nabi yang disepakati oleh para sahabat ada empat: Abu Bakar, Umar, Uthman dan terakhir Ali bin Abi Talib.
Tapi bagi Syiah yang menjadi pengganti Nabi hanyalah Ali bin Abi Talib dan anak cucunya. Dan itu, menurut Syiah merupakan ketetapan Allah. Dalam kitab Syiah al-Usul min al-Kafi, Kitab al-Hujjah juz 1 hal 277, disebut bahwa keimamam Ali adalah ketetapan dari Allah dan diketahui oleh orang perorang.
Tapi dalam kitab Nahjul Balaghah Ali menolak menjadi pengganti Uthman bin Affan dan bahkan akan patuh kepada siapapun yang jadi Khalifah. Kepada Talhah dan Zubair ia mengatakan: ”Sungguh Aku tidak ingin menjadi Khalifah, atau kekuasaan seperti ini” (Nahjul Balaghah, Khutbah ke 29). Apakah berarti Ali menolak ketetapan Allah?
Sementara Syiah tidak mengakui ketiga khalifah itu sebagai khalifah apalagi sebagai imam. Imam hanyalah Ali dan Ali itu bukan khalifah. Anak turun Ali yang dianggap mewaisi kepemimpinan Ali adalah 2) Hasan, 3) Husain, 4) Zainal Abidin, 5) al-Baqir, 6) Ja’far al-Sadiq, 7) Musa al-Kazim, 8) Ali Ridha, 9) Muhammad al-Jawad, 10) Ali al-Hadi, 11) Hasan Askari 12) Muhammad yang ditunggu atau al-Mahdi
Umat Islam yang sunni (ahlussunnah wal jamaah) tidak membedakan gelar khalifah dan imam. Menurut Ibn Khaldun dalam Muqaddimah nya dan al-Mawardi dalam al-Ahkam al-Sultaniyyah, dan juga Rasyid Ridha imam, khilafah, imamah al-‘Udhma dan amir al-mu’minin adalah sama yaitu pengganti Rasul dalam menjaga agama dan politik dunia (siyasat al-dunya).
Karena istilah imam maknanya sama dengan khalifah, maka Al-Mawardi, al-Taftazani dan al-Iji sependapat bahwa imam adalah pemimpin umum dalam agama dan berperan sebagai pengganti Nabi, tapi mempunyai kekuasaan terbatas. Batasannnya dijelaskan oleh Abdul Ghani dalam al-Khilafah wa Sultatu-l-Imamah yaitu tidak berhak meletakkan syariah, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Hukum yang dikeluarkan oleh mereka bersifah ijtihadiyah.
Jadi dalam mazhab Sunni khalifah hanya pemimpin agama dan politik. Ia bisa ditegur, dan bisa dikritik oleh rakyatnya jika salah. Namun dalam Syiah tidak demikian. Dalam kitab al-Kafi, imam, adalah sederajat dengan Nabi-nabi. Imam adalah wakil Allah dan Rasul. Dengan mempercayai imam maka shalat, zakat, puasa, haji, rampasan, sadaqah menjadi sah. Imam bisa menghalalkan yang haram dan mengharamkan dan halal. Imam itu suci dari dosa, bebas dari aib. Imam itu memiliki kelebihan khusus tanpa mencari dan menguasahakannya, karena diberi oleh Allah.
Menurut al-Mufid Ulama Mazhab Imamiyah, seperti dikutip dalam kitab Biharl al-Anwar, karya al-Majlisi (Juz 23 hal 230) yang mengingkari salah seorang dari 12 orang imam, atau menolak untk taat seperti yang diwajibkan Allah maka ia telah “kafir dan masuk neraka”. Bahkan menurut Khomaini (seperti dikutip Ihsan Ilahi Zahir) derajat imam tidak mungkin dicapai malaikat yang paling dekat dengan Tuhan sekalipun atau oleh Nabi yang diutus oleh Allah.
Namun, Dr. Ahmad Mahmud Subhi dalam bukunya al-Imamah Laday al-Syiah al-Ihna Ashriyyah mempertanyakan mengapa kepemimpinan politik tiba-tiba berubah menjadi aqidah?. Padahal Nabi sendiri sebagai pemimpin politik tidak mengklaim bahwa segala k
❤1
eputusannya dari Allah dan harus ditaati sebagai aqidah.
Pada peristiwa perang Badar misalnya, umat Islam berhenti pada tempat yang tak berair. Salah seorang sahabat bertanya:”wahai Rasulullah apakah keputusan berhenti disini ini atas perintah Allah atau dari diri Rasullah sendiri. Nabi menjawab:”itu dari ide saya sendiri.” Sahabat lalu mengusulkan agar berhenti ditempat yang ada airnya. Nabi pun mengatakan :”Anda benar!” Ini menunjukkan bahwa keputusan pemimpin (imam) dalam Sunni adalah masalah ijtihadiyah, bukan otoritas mutlak seorang pemimpin. Apalagi pemimpin dalam al-Qur’an diperintahkan untuk bermusyawarah.
Masalahnya, jika orang Syiah mengklaim pendukung Ali akan selamat, penentangnya kafir dan celaka. Dan pendukung selain Ali adalah sesat dan Musyrik. Sementara menurut Imam Syiah sendiri yaitu Sayyid Murtadho dari Ja’far tidak begitu. Buktinya Ali sendiri pernah berkhutbah “Abu Bakar dan Umar adalah Imam yang bijaksana….orang yang paling utama setelah Nabi. Jika Abu Bakar tidak pantas jadi khalifah, aku pasti tidak tinggal diam”. Maka siapa yang benar?
Pada peristiwa perang Badar misalnya, umat Islam berhenti pada tempat yang tak berair. Salah seorang sahabat bertanya:”wahai Rasulullah apakah keputusan berhenti disini ini atas perintah Allah atau dari diri Rasullah sendiri. Nabi menjawab:”itu dari ide saya sendiri.” Sahabat lalu mengusulkan agar berhenti ditempat yang ada airnya. Nabi pun mengatakan :”Anda benar!” Ini menunjukkan bahwa keputusan pemimpin (imam) dalam Sunni adalah masalah ijtihadiyah, bukan otoritas mutlak seorang pemimpin. Apalagi pemimpin dalam al-Qur’an diperintahkan untuk bermusyawarah.
Masalahnya, jika orang Syiah mengklaim pendukung Ali akan selamat, penentangnya kafir dan celaka. Dan pendukung selain Ali adalah sesat dan Musyrik. Sementara menurut Imam Syiah sendiri yaitu Sayyid Murtadho dari Ja’far tidak begitu. Buktinya Ali sendiri pernah berkhutbah “Abu Bakar dan Umar adalah Imam yang bijaksana….orang yang paling utama setelah Nabi. Jika Abu Bakar tidak pantas jadi khalifah, aku pasti tidak tinggal diam”. Maka siapa yang benar?
Ensiklopedi Adab Islam
Edisi lengkap 1 Set (2 jilid)
Penulis: Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada
Seluruh syariat Islam, baik yang hukumnya wajib, sunnah, mustahab, maupun mubah baik yang berhubungan secara vertikal, antara hamba dengan Penciptanya, maupun secara horizontal, antar sesama hamba, berfungsi untuk menjaga hubungan baik dengan Pencipta dan dengan sesama mereka secara beradab. Apabila seorang hamba telah memberikan hak-hak dan melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Penciptanya dan kepada sesama hamba, berarti dia tergolong hamba yang beradab. Sebaliknya, apabila dia tidak melaksanakan hal-hal tersebut, maka dia digolongkan ke dalam golongan hamba yang tidak beradab. Semua itu telah diatur sedemikian rupa oleh syari'at Islam.
Seorang Muslim yang telah melaksanakan adab-adab tersebut sesuai dengan syari'at Islam berarti ia telah beradab dengan adab islami. Dalam hal ini, Rasulullah laihi saw adalah teladan bagi setiap Muslim dalam beradab islami. Setiap hari selama 24 jam, beliau selalu menjaga hubungan baik dengan Penciptanya dan dengan sesama hamba. Mulai dari masalah kecil keseharian, seperti tidur, mandi, makan, minum, dan lain-lain, hingga yang besar, seperti mengatur negara, berperang, berdamai, dan lain-lain mulai dari urusan ukhrawi ibadah hingga urusan duniawi. Dengan demikian, tampaklah suatu peradaban yang indah, harmonis, demokratis, tertib, rapi, manusiawi, sekaligus bersifat ilahiyah yang jauh dari kesan kekerasan, kekejaman, diskriminasi, dan kesan-kesan negatif lainnya.
Dan semua itu hanya ada di dalam agama Islam sehingga Islam layak disebut sebagai agama yang berperadaban dan penganutnya adalah manusia-manusia yang berperadaban tinggi (masyarakat madani).Lantas, dari manakah kesan terorisme dan teroris didapatkan? Ataukah stigma seperti itu sengaja dipropagandakan oleh musuh-musuh Islam untuk memojokkannya?
-------------------------------------
Ensiklopedi Adab Islam
Edisi lengkap 1 Set (2 jilid)
Penulis: Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada
Ukuran: 17 X 24 cm
Sampul: Hardcover
Jilid 1: 544 halaman
Jilid 2: 576 halaman
Kertas isi: HVS
Berat: 2 Kg
Harga: Rp. 280.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran...
Edisi lengkap 1 Set (2 jilid)
Penulis: Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada
Seluruh syariat Islam, baik yang hukumnya wajib, sunnah, mustahab, maupun mubah baik yang berhubungan secara vertikal, antara hamba dengan Penciptanya, maupun secara horizontal, antar sesama hamba, berfungsi untuk menjaga hubungan baik dengan Pencipta dan dengan sesama mereka secara beradab. Apabila seorang hamba telah memberikan hak-hak dan melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Penciptanya dan kepada sesama hamba, berarti dia tergolong hamba yang beradab. Sebaliknya, apabila dia tidak melaksanakan hal-hal tersebut, maka dia digolongkan ke dalam golongan hamba yang tidak beradab. Semua itu telah diatur sedemikian rupa oleh syari'at Islam.
Seorang Muslim yang telah melaksanakan adab-adab tersebut sesuai dengan syari'at Islam berarti ia telah beradab dengan adab islami. Dalam hal ini, Rasulullah laihi saw adalah teladan bagi setiap Muslim dalam beradab islami. Setiap hari selama 24 jam, beliau selalu menjaga hubungan baik dengan Penciptanya dan dengan sesama hamba. Mulai dari masalah kecil keseharian, seperti tidur, mandi, makan, minum, dan lain-lain, hingga yang besar, seperti mengatur negara, berperang, berdamai, dan lain-lain mulai dari urusan ukhrawi ibadah hingga urusan duniawi. Dengan demikian, tampaklah suatu peradaban yang indah, harmonis, demokratis, tertib, rapi, manusiawi, sekaligus bersifat ilahiyah yang jauh dari kesan kekerasan, kekejaman, diskriminasi, dan kesan-kesan negatif lainnya.
Dan semua itu hanya ada di dalam agama Islam sehingga Islam layak disebut sebagai agama yang berperadaban dan penganutnya adalah manusia-manusia yang berperadaban tinggi (masyarakat madani).Lantas, dari manakah kesan terorisme dan teroris didapatkan? Ataukah stigma seperti itu sengaja dipropagandakan oleh musuh-musuh Islam untuk memojokkannya?
-------------------------------------
Ensiklopedi Adab Islam
Edisi lengkap 1 Set (2 jilid)
Penulis: Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada
Ukuran: 17 X 24 cm
Sampul: Hardcover
Jilid 1: 544 halaman
Jilid 2: 576 halaman
Kertas isi: HVS
Berat: 2 Kg
Harga: Rp. 280.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran...
WhatsApp.com
Eko Heru Prayitno
Business Account
Syamail Muhammad
(Mengenal Pribadi Agung Rasulullah)
Penulis: Imam At-Tirmidzi
Sinopsis:
Buku ini mengupas karakteristik sifat-sifat Nabi meliputi:
Perawakan Fisik ●Tanda Kenabian ● Pakaian & Penampilan ●Perhiasan●Baju Perang ●Akhlak dan sikap●Gaya berjalan dan duduk ●Cara makan dan minum ●Cara bertutur dan bercanda ●dll
Betapa besar rasa cinta para sahabat kepada beliau ditunjukan didalam sebuah hadits:
"Jika beliau berwudhu maka mereka hampir saja saling berkelahi demi memperebutkan sisa wudhunya, jika ia berbicara maka merekapun merendahkan suara mereka dan mereka tidak mampu mempertajam (melamakan) pandangan mereka kepadanya kerena keagungannya."
(HR. Al-Bukhari no.2731)
Dengan mengenal Rasulullah secara lebih dekat, semoga kita bisa meraih manisnya iman lewat kecintaan pada beliau.
---------------------------
Syamail Muhammad
(Mengenal Pribadi Agung Rasulullah)
Penulis: Imam At-Tirmidzi
Sampul: Hard Cover
Berat: 625 gr
Harga: Rp.125.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997. Atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran...
(Mengenal Pribadi Agung Rasulullah)
Penulis: Imam At-Tirmidzi
Sinopsis:
Buku ini mengupas karakteristik sifat-sifat Nabi meliputi:
Perawakan Fisik ●Tanda Kenabian ● Pakaian & Penampilan ●Perhiasan●Baju Perang ●Akhlak dan sikap●Gaya berjalan dan duduk ●Cara makan dan minum ●Cara bertutur dan bercanda ●dll
Betapa besar rasa cinta para sahabat kepada beliau ditunjukan didalam sebuah hadits:
"Jika beliau berwudhu maka mereka hampir saja saling berkelahi demi memperebutkan sisa wudhunya, jika ia berbicara maka merekapun merendahkan suara mereka dan mereka tidak mampu mempertajam (melamakan) pandangan mereka kepadanya kerena keagungannya."
(HR. Al-Bukhari no.2731)
Dengan mengenal Rasulullah secara lebih dekat, semoga kita bisa meraih manisnya iman lewat kecintaan pada beliau.
---------------------------
Syamail Muhammad
(Mengenal Pribadi Agung Rasulullah)
Penulis: Imam At-Tirmidzi
Sampul: Hard Cover
Berat: 625 gr
Harga: Rp.125.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997. Atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran...
WhatsApp.com
Eko Heru Prayitno
Business Account
*ISA BIN MARYAM*
*Kelahiran, kerasulan, Kisah Penyaliban Hingga Turunnya Kembali di Akhir Zaman*
Diilhami dari sebuah diskusi perdamaian antar agama di Italia tahun 2015.
Ketika penulis mengisahkan bagaimana Al-Quran begitu mengangungkan dan memuliakan Nabi Isa AS.
Tiba-tiba.....
Sang penerjemah yang juga seorang pendeta wanita itu terisak menangis.
Jika penjelasan singkat saja mampu menggerakkan hati manusia, bagaimana jika mereka mengetahui kisah selengkapnya.
Lahirlah buku istimewa ini. Hingga akhirnya, pertama terbit di Indonesia. Membahas tiga hal sekaligus: Nabi Isa, Maryam, dan Keluarga Imran
Buku ini merupakan kajian ilmiah berdasar Al-Qur'an dan As-Sunnah
-----------------------
ISA BIN MARYAM
Kelahiran, kerasulan, Kisah Penyaliban Hingga Turunnya Kembali di Akhir Zaman
Penulis: Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi
Sampul: Hard Cover.
Isi: hvs 70 gr, 696 hlalaman.
Ukuran: 17x24 cm.
Harga: Rp. 170.000,-
Berat: 1,2 Kg.
ISBN: 978-602-6579-47-8
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran....
*Kelahiran, kerasulan, Kisah Penyaliban Hingga Turunnya Kembali di Akhir Zaman*
Diilhami dari sebuah diskusi perdamaian antar agama di Italia tahun 2015.
Ketika penulis mengisahkan bagaimana Al-Quran begitu mengangungkan dan memuliakan Nabi Isa AS.
Tiba-tiba.....
Sang penerjemah yang juga seorang pendeta wanita itu terisak menangis.
Jika penjelasan singkat saja mampu menggerakkan hati manusia, bagaimana jika mereka mengetahui kisah selengkapnya.
Lahirlah buku istimewa ini. Hingga akhirnya, pertama terbit di Indonesia. Membahas tiga hal sekaligus: Nabi Isa, Maryam, dan Keluarga Imran
Buku ini merupakan kajian ilmiah berdasar Al-Qur'an dan As-Sunnah
-----------------------
ISA BIN MARYAM
Kelahiran, kerasulan, Kisah Penyaliban Hingga Turunnya Kembali di Akhir Zaman
Penulis: Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi
Sampul: Hard Cover.
Isi: hvs 70 gr, 696 hlalaman.
Ukuran: 17x24 cm.
Harga: Rp. 170.000,-
Berat: 1,2 Kg.
ISBN: 978-602-6579-47-8
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran....
Kalau Kartini hanya menyampaikan ide-idenya dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang berinisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan).
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1688447224628554&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1688447224628554&id=153825841424041
22 JUTA ORANG KELAPARAN, ADA APA DENGAN NEGERI KITA
Oleh: Dr. Adian Husaini
Pada 6 November 2019, CNN Indonesia menurunkan berita berjudul : ‘’ADB Laporkan 22 Juta Orang Kelaparan di Era Jokowi.” Ditulis dalam berita itu: "Banyak dari mereka tidak mendapat makanan yang cukup dan anak-anak cenderung stunting. Pada 2016-2018, sekitar 22,0 juta orang di Indonesia menderita kelaparan," terang laporan tersebut dikutip dari laman resmi ADB, Rabu (6/11).
Indonesia kini menempati urutan ke-65 di antara 113 negara dengan Indeks Keamanan Pangan Global (GFSI) yang dirilis Economist Intelligence Unit (The Economist 2018). Peringkat Indonesia itu terbawah dibandingkan Singapura pada urutan pertama, Malaysia ke-40, Thailand ke-54, serta Vietnam ke-62.
"Karena akses untuk mendapatkan makanan di Indonesia cukup rendah," kata laporan itu. Demikian berita cnnindonesia. (https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191106150657-532-446069/adb-laporkan-22-juta-orang-kelaparan-di-era-jokowi).
Tak masuk akal
Berita itu sulit masuk di akal saya. Bagaimana kelaparan itu bisa terjadi? Negeri kita ini sangat subur. Lautnya begitu luas dan melimpah ikannya. Ribuan pulau kosong tak berpenghuni. Jutaan hektar lahan masih ‘nganggur’ dan bisa ditanami aneka tanaman pangan.
Alhamdulillah, saya telah diberi kesempatan mengungjungi sejumlah Pulau – Pulau Buru Maluku, Pulau Kera NTT, Pulau Ugar Papua dan lain-lain – dan juga berbagai daerah dan propinsi di Indonesia.
Dua tahu lalu saya berkunjung ke Pulau Buru. Pulau ini sangat subur. Biji semangka ditabur saja di depan rumah, sudah tumbuh dan berbuah tanpa dipupuk. Ikannya berlimpah. Pantainya indah tiada tara. Kelapa tinggal memetik dari pohonnya. Harga lahan masih sangat murah.
Jika ditelaah, solusi yang ditawarkan lembaga-lembaga internasional adalah “industrialisasi pertanian yang efektif”. Ini mungkin tepat. Tapi, tidak sepenuhnya. Sebab, faktanya, problem kita bukan hanya soal produksi dan stok pangan.
Masalah utama kita adalah masalah “Manusia Indonesia” itu sendiri. Khususnya, persepsi manusia Indonesia tentang kehidupan, tentang pangan, tentang pertanian, dan juga tentang makna hidup sukses.
Di sebuah Pulau yang kekayaan alamnya melimpah, saya dikabari bahwa para lulusan SMA-nya tidak bangga dan tidak bercita-cita untuk mengelola kekayaan alam sendiri. Sukses hidup bagi mereka adalah “melanjutkan kuliah ke luar pulau, lalu menjadi karyawan perusahaan besar atau bekerja menjadi pegawai negeri”.
Persepsi kehidupan
Tampaknya, persepsi tentang “hidup sukses” ini terkait dengan orientasi pendidikan yang sangat “industrial oriented”. Kurikulum pendidikan kita masih mengajarkan bahwa orang sukses hidupnya adalah yang kaya, populer, dan punya jabatan tinggi. Pemerintah pun mentargetkan, tahun 2045 Indonesia akan menjadi negara maju dengan pendapatan perkapita sekitar Rp 27 juta/bulan.
Maka, pendidikan pun diarahkan sepenuhnya untuk mengejar kesuksesan materi itu. Akibatnya, terjadi komersialisasi sejumlah program studi di Perguruan Tinggi yang dianggap memberikan peluang pekerjaan “basah” – yakni pekerjaan yang diduga kuat menghasilkan banyak uang.
Tahun 2016, Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro, Dirjen Pendidikan Tinggi (1999-2007), pernah menulis artikel berjudul “Bom Waktu Fakultas Kedokteran”. Disebutkan: “Persepsi yang berkembang di masyarakat adalah bahwa fakultas kedokteran akan mendatangkan pendapatan cukup besar bagi perguruan tinggi dan dengan cara yang sangat mudah, yaitu dengan menerapkan uang pendaftaran dan uang kuliah yang sangat tinggi kepada para calon mahasiswa. Besaran uang tersebut bahkan mencapai ratusan juta rupiah, suatu besaran yang sangat tidak manusiawi dan tidak sepatutnya diberlakukan.
Animo masyarakat untuk masuk fakultas kedokteran sangat tinggi, bahkan mereka bersedia membayar berapa pun asalkan diterima sebagai mahasiswa kedokteran. Mereka beranggapan, pekerjaan sebagai dokter akan menghasilkan pendapatan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan profesi-profesi lainnya.
Perguruan tinggi mengantisipasi gejala tersebut dengan mengajukan pembuk
Oleh: Dr. Adian Husaini
Pada 6 November 2019, CNN Indonesia menurunkan berita berjudul : ‘’ADB Laporkan 22 Juta Orang Kelaparan di Era Jokowi.” Ditulis dalam berita itu: "Banyak dari mereka tidak mendapat makanan yang cukup dan anak-anak cenderung stunting. Pada 2016-2018, sekitar 22,0 juta orang di Indonesia menderita kelaparan," terang laporan tersebut dikutip dari laman resmi ADB, Rabu (6/11).
Indonesia kini menempati urutan ke-65 di antara 113 negara dengan Indeks Keamanan Pangan Global (GFSI) yang dirilis Economist Intelligence Unit (The Economist 2018). Peringkat Indonesia itu terbawah dibandingkan Singapura pada urutan pertama, Malaysia ke-40, Thailand ke-54, serta Vietnam ke-62.
"Karena akses untuk mendapatkan makanan di Indonesia cukup rendah," kata laporan itu. Demikian berita cnnindonesia. (https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191106150657-532-446069/adb-laporkan-22-juta-orang-kelaparan-di-era-jokowi).
Tak masuk akal
Berita itu sulit masuk di akal saya. Bagaimana kelaparan itu bisa terjadi? Negeri kita ini sangat subur. Lautnya begitu luas dan melimpah ikannya. Ribuan pulau kosong tak berpenghuni. Jutaan hektar lahan masih ‘nganggur’ dan bisa ditanami aneka tanaman pangan.
Alhamdulillah, saya telah diberi kesempatan mengungjungi sejumlah Pulau – Pulau Buru Maluku, Pulau Kera NTT, Pulau Ugar Papua dan lain-lain – dan juga berbagai daerah dan propinsi di Indonesia.
Dua tahu lalu saya berkunjung ke Pulau Buru. Pulau ini sangat subur. Biji semangka ditabur saja di depan rumah, sudah tumbuh dan berbuah tanpa dipupuk. Ikannya berlimpah. Pantainya indah tiada tara. Kelapa tinggal memetik dari pohonnya. Harga lahan masih sangat murah.
Jika ditelaah, solusi yang ditawarkan lembaga-lembaga internasional adalah “industrialisasi pertanian yang efektif”. Ini mungkin tepat. Tapi, tidak sepenuhnya. Sebab, faktanya, problem kita bukan hanya soal produksi dan stok pangan.
Masalah utama kita adalah masalah “Manusia Indonesia” itu sendiri. Khususnya, persepsi manusia Indonesia tentang kehidupan, tentang pangan, tentang pertanian, dan juga tentang makna hidup sukses.
Di sebuah Pulau yang kekayaan alamnya melimpah, saya dikabari bahwa para lulusan SMA-nya tidak bangga dan tidak bercita-cita untuk mengelola kekayaan alam sendiri. Sukses hidup bagi mereka adalah “melanjutkan kuliah ke luar pulau, lalu menjadi karyawan perusahaan besar atau bekerja menjadi pegawai negeri”.
Persepsi kehidupan
Tampaknya, persepsi tentang “hidup sukses” ini terkait dengan orientasi pendidikan yang sangat “industrial oriented”. Kurikulum pendidikan kita masih mengajarkan bahwa orang sukses hidupnya adalah yang kaya, populer, dan punya jabatan tinggi. Pemerintah pun mentargetkan, tahun 2045 Indonesia akan menjadi negara maju dengan pendapatan perkapita sekitar Rp 27 juta/bulan.
Maka, pendidikan pun diarahkan sepenuhnya untuk mengejar kesuksesan materi itu. Akibatnya, terjadi komersialisasi sejumlah program studi di Perguruan Tinggi yang dianggap memberikan peluang pekerjaan “basah” – yakni pekerjaan yang diduga kuat menghasilkan banyak uang.
Tahun 2016, Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro, Dirjen Pendidikan Tinggi (1999-2007), pernah menulis artikel berjudul “Bom Waktu Fakultas Kedokteran”. Disebutkan: “Persepsi yang berkembang di masyarakat adalah bahwa fakultas kedokteran akan mendatangkan pendapatan cukup besar bagi perguruan tinggi dan dengan cara yang sangat mudah, yaitu dengan menerapkan uang pendaftaran dan uang kuliah yang sangat tinggi kepada para calon mahasiswa. Besaran uang tersebut bahkan mencapai ratusan juta rupiah, suatu besaran yang sangat tidak manusiawi dan tidak sepatutnya diberlakukan.
Animo masyarakat untuk masuk fakultas kedokteran sangat tinggi, bahkan mereka bersedia membayar berapa pun asalkan diterima sebagai mahasiswa kedokteran. Mereka beranggapan, pekerjaan sebagai dokter akan menghasilkan pendapatan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan profesi-profesi lainnya.
Perguruan tinggi mengantisipasi gejala tersebut dengan mengajukan pembuk
aan fakultas kedokteran. Karena motifnya hanya mencari uang, perguruan tinggi menghalalkan segala cara untuk mendapatkan izin pembukaan fakultas kedokteran, bahkan apabila perlu melanggar ketentuan yang berlaku. Pada saat ini sedang terjadi komersialisasi pendidikan kedokteran yang jika dibiarkan terus akan menjatuhkan reputasi pendidikan kedokteran Indonesia.” (https://gagasanhukum.wordpress.com/2016/04/25/bom-waktu-fakultas-kedokteran/)
Karena itu, jika kita ingin mengubah masa depan negeri kita, maka yang perlu diubah pertama kali adalah tentang konsep pembangunan dan pendidikan kita. Pendidikan kita harus memberikan pendangan hidup (worldview) yang benar. Kaum muslim, misalnya, perlu memiliki Islamic Worldview, sehingga paham tentang hakikat diri dan tujuan hidupnya.
Bahwa manusia adalah hamba Allah dan khalifatullah fil-ardl. Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada Allah. Bukan hidup untuk makan, tetapi makan untuk ibadah. Dunia ini adalah kehidupan sementara dan kesenangan yang menipu. Misi hidup manusia adalah meneladani dan melanjutkan perjuangan para Nabi, bukan hidup seperti binatang, mengejar syahwat satu ke syahwat lain (QS 47:12).
Seharusnya, pendidikan kita mampu melahirkan insan-insan pelopor peradaban (insan adabiy). Inilah manusia-manusia tangguh yang memahami hakikat diri, Tuhan, dan hidupnya, cinta ilmu dan kerja keras, serta mampu mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin.
InsyaAllah – dengan dukungan pemerintah dan orang tua -- mereka sanggup menghidupkan setiap jengkal tanah yang ‘nganggur’ dan kemudian mewujudkan peradaban mulia di bumi Indonesia. Wallahu A’lam bish-shawab. (Depok, 29 Januari 2020).
Karena itu, jika kita ingin mengubah masa depan negeri kita, maka yang perlu diubah pertama kali adalah tentang konsep pembangunan dan pendidikan kita. Pendidikan kita harus memberikan pendangan hidup (worldview) yang benar. Kaum muslim, misalnya, perlu memiliki Islamic Worldview, sehingga paham tentang hakikat diri dan tujuan hidupnya.
Bahwa manusia adalah hamba Allah dan khalifatullah fil-ardl. Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada Allah. Bukan hidup untuk makan, tetapi makan untuk ibadah. Dunia ini adalah kehidupan sementara dan kesenangan yang menipu. Misi hidup manusia adalah meneladani dan melanjutkan perjuangan para Nabi, bukan hidup seperti binatang, mengejar syahwat satu ke syahwat lain (QS 47:12).
Seharusnya, pendidikan kita mampu melahirkan insan-insan pelopor peradaban (insan adabiy). Inilah manusia-manusia tangguh yang memahami hakikat diri, Tuhan, dan hidupnya, cinta ilmu dan kerja keras, serta mampu mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin.
InsyaAllah – dengan dukungan pemerintah dan orang tua -- mereka sanggup menghidupkan setiap jengkal tanah yang ‘nganggur’ dan kemudian mewujudkan peradaban mulia di bumi Indonesia. Wallahu A’lam bish-shawab. (Depok, 29 Januari 2020).
SIRAH NABAWIYAH
Ibnu Hisyam
Edisi 1 Set berisi 2 Jilid
Sirah Nabawiyah adalah kajian vital dan aktual sepanjang masa bagi kaum Muslimin. Di dalamnya tergambar esensi penerapan Islam paripurna yang tercermin pada diri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dan Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam melukiskan kesempurnaan jati diri Rasulullah dengan jernih dan utuh dari hasil buah tangan ulama salaf yang hidup abad kedua dan ketiga Hijriyah. Sudah tentu banyak penulisan kitab-kitab sirah kontemporer menjadikan Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam rujukan utamanya.
Bahkan banyak ulama mengatakan Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam adalah duplikat kitab Al-Maghazi-nya Ibnu Ishaq yang diyakini sebagai kitab Sirah Nabawiyah terbaik dan terpercaya. Insya Allah, dari kelengkapan dan kedekatannya dengan masa Rasulullah menjadikan buku ini menghadirkan Anda di sisi beliau, Amiin.
---------------------------
SIRAH NABAWIYAH
Ibnu Hisyam
Edisi 1 Set berisi 2 Jilid
Ukuran: 16 cm x 24 cm
Sampul: Hard Cover
Berat: 2.2 Kg
Tebal per jilid: +/- 780 halaman.
Harga Rp. 265.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
Ibnu Hisyam
Edisi 1 Set berisi 2 Jilid
Sirah Nabawiyah adalah kajian vital dan aktual sepanjang masa bagi kaum Muslimin. Di dalamnya tergambar esensi penerapan Islam paripurna yang tercermin pada diri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dan Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam melukiskan kesempurnaan jati diri Rasulullah dengan jernih dan utuh dari hasil buah tangan ulama salaf yang hidup abad kedua dan ketiga Hijriyah. Sudah tentu banyak penulisan kitab-kitab sirah kontemporer menjadikan Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam rujukan utamanya.
Bahkan banyak ulama mengatakan Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam adalah duplikat kitab Al-Maghazi-nya Ibnu Ishaq yang diyakini sebagai kitab Sirah Nabawiyah terbaik dan terpercaya. Insya Allah, dari kelengkapan dan kedekatannya dengan masa Rasulullah menjadikan buku ini menghadirkan Anda di sisi beliau, Amiin.
---------------------------
SIRAH NABAWIYAH
Ibnu Hisyam
Edisi 1 Set berisi 2 Jilid
Ukuran: 16 cm x 24 cm
Sampul: Hard Cover
Berat: 2.2 Kg
Tebal per jilid: +/- 780 halaman.
Harga Rp. 265.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
*RINGKASAN AL BIDAYAH WAN NIHAYAH*
*Perjalanan Hidup Manusia dari Terciptanya Adam Hingga Akhir Zaman*
Buku yang singkat tapi syarat makna, yang mengulas dan menceritakan penciptaan langit dan bumi, malaikat, jin, serta perjalanan hidup manusia dari terciptanya Adam dan Hawa hingga akhir zaman dan masih banyak penjelasannya dalam buku ini.
Ibnu Katsir meneliti tentang permulaan khalifah (orang pertama di muka bumi), kisah-kisah para Nabi – alaihi salam ajma’in-, bermacam-macam ujian yang menimpa umat manusia dan berbagai kisah peperangan yang membawa banyak korban (al malahim) dengan penelitian yang sangat mendalam, beliau menyusun bahan-bahannya langsung bersumber dari Al Quran dan Sunnah Nabi saw . Ibnu katsir mengelaborasi antara tafsir dan sejarahnya, meneliti sejarah Islam hingga tahun 767 Hijriyah, menghimpun berbagai peristiwa dan biografi orang-orang terkenal.
Berawal dari semua inilah, sangat tampak keistimewaan penulis buku sejarah ini adalah orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dari kalangan ulama ahli hadits, yang mengerti berbagai dasar-dasar periwayatan, karakteristik yang membedakan, kritik dan riwayat yang bisa diterima dan dan ditolak.
-----------------------------------
Ringkasan Al Bidayah Wan Nihayah
Penulis: Al-Hafizh Ibnu Katsir,
Isi: 735 halaman,
Sampul: hardcover,
Ukuran: 1,5 x 24,4 cm,
Berat: 1,4 Kg,
Harga: Rp. 182.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
*Perjalanan Hidup Manusia dari Terciptanya Adam Hingga Akhir Zaman*
Buku yang singkat tapi syarat makna, yang mengulas dan menceritakan penciptaan langit dan bumi, malaikat, jin, serta perjalanan hidup manusia dari terciptanya Adam dan Hawa hingga akhir zaman dan masih banyak penjelasannya dalam buku ini.
Ibnu Katsir meneliti tentang permulaan khalifah (orang pertama di muka bumi), kisah-kisah para Nabi – alaihi salam ajma’in-, bermacam-macam ujian yang menimpa umat manusia dan berbagai kisah peperangan yang membawa banyak korban (al malahim) dengan penelitian yang sangat mendalam, beliau menyusun bahan-bahannya langsung bersumber dari Al Quran dan Sunnah Nabi saw . Ibnu katsir mengelaborasi antara tafsir dan sejarahnya, meneliti sejarah Islam hingga tahun 767 Hijriyah, menghimpun berbagai peristiwa dan biografi orang-orang terkenal.
Berawal dari semua inilah, sangat tampak keistimewaan penulis buku sejarah ini adalah orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dari kalangan ulama ahli hadits, yang mengerti berbagai dasar-dasar periwayatan, karakteristik yang membedakan, kritik dan riwayat yang bisa diterima dan dan ditolak.
-----------------------------------
Ringkasan Al Bidayah Wan Nihayah
Penulis: Al-Hafizh Ibnu Katsir,
Isi: 735 halaman,
Sampul: hardcover,
Ukuran: 1,5 x 24,4 cm,
Berat: 1,4 Kg,
Harga: Rp. 182.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
10 SAHABAT YANG DIJAMIN MASUK SURGA
Buku ini merangkum biografi 10 Sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang dijamin masuk surga. Mereka adalah manusia terbaik di kalangan kaum Quraisy, sosok terbaik di kalangan pemeluk Islam generasi awal, terbaik di kalangan kaum muhajirin (yang hijrah ke Madinah), terbaik di kalangan pasukan perang Badar, terbaik di kalangan para pembai’at Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan pemuka umat ini baik di dunia maupun di akhirat.
Kesepuluh shahabat tersebut adalah:
- Abu Bakar,
- Umar bin Khaththab,
- Utsman bin Affan,
- Ali bin Abu Thalib,
- Abu Ubaidah bin Jarrah,
- Abdurrahman bin Auf,
- Thalhah bin Ubaidillah,
- Zubair bin Awwam,
- Sa’id bin Zaid, dan
- Sa’ad bin Abi Waqqash.
Semoga ketakwaan, kesalehan dan keteguhan yang dimiliki oleh para shahabat mulia ini dapat dijadikan teladan bagi umat islam khususnya generasi muda islam, sehingga kelak akan menghantarkan mereka menjadi generasi penerus Islam yang tangguh, tokoh kebanggaan dunia dan penghias lembaran sejarah sepanjang zaman.
---------------------------
10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga
Penulis: Abdus Sattar Asy-Syaikh
Ukuran:16 × 24,5 cm
Tebal: 964 hlm
Berat: 1,3 Kg
ISBN: 978-602-8406-71-0
Harga: Rp. 180.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.
Buku ini merangkum biografi 10 Sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang dijamin masuk surga. Mereka adalah manusia terbaik di kalangan kaum Quraisy, sosok terbaik di kalangan pemeluk Islam generasi awal, terbaik di kalangan kaum muhajirin (yang hijrah ke Madinah), terbaik di kalangan pasukan perang Badar, terbaik di kalangan para pembai’at Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan pemuka umat ini baik di dunia maupun di akhirat.
Kesepuluh shahabat tersebut adalah:
- Abu Bakar,
- Umar bin Khaththab,
- Utsman bin Affan,
- Ali bin Abu Thalib,
- Abu Ubaidah bin Jarrah,
- Abdurrahman bin Auf,
- Thalhah bin Ubaidillah,
- Zubair bin Awwam,
- Sa’id bin Zaid, dan
- Sa’ad bin Abi Waqqash.
Semoga ketakwaan, kesalehan dan keteguhan yang dimiliki oleh para shahabat mulia ini dapat dijadikan teladan bagi umat islam khususnya generasi muda islam, sehingga kelak akan menghantarkan mereka menjadi generasi penerus Islam yang tangguh, tokoh kebanggaan dunia dan penghias lembaran sejarah sepanjang zaman.
---------------------------
10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga
Penulis: Abdus Sattar Asy-Syaikh
Ukuran:16 × 24,5 cm
Tebal: 964 hlm
Berat: 1,3 Kg
ISBN: 978-602-8406-71-0
Harga: Rp. 180.000,-
Pemesanan silahkan sms ke 087878147997 atau Whatsapp:
https://wa.me/6287878147997
Syukran.