Makna Akhlaq
Oleh: Dr Hamid Fahmy Zarkasyi
“It’s better to be moralist rather than religious”. Lebih baik moralis daripada religious. Itulah salah satu cara orang liberal-sekuler-humanis membunuh agama. Di Barat sana agama memang pernah menjadi sumber fundamentalisme dan kekerasan. Disini, di negeri-negeri Islam tidak. Tapi untuk bisa diberi cap yang sama, agama direkayasa agar melakukan kekerasan. Ini misinya.
Caranya agama dihancurkan dari konsep dasarnya. Salah satunya adalah makna akhlaq. Yang sekuler berupaya mensekulerkan maknanya. Maka ber-akhlaq itu sama dengan bermoral. Yang liberal dan humanis berusaha menghapus konsepnya. Bagi mereka “Muslim tidak perlu ber-akhlaq, berbuat baik pada sesama itu lebih mulia”. Masalahnya apa bedanya moral dan akhlaq serta apa pula makna karakter dan etika itu.
Akhlaq adalah kata jama’ dari kata khulq. Akar katanya serumpun dengan khalaqa (menciptakan). Artinya adalah sifat jiwa yang melekat (malakah) dalam diri seseorang sesuai dengan asal mula diciptakannya (ahsanu taqwim).
Alasannya jelas, jiwa manusia itu diciptakan Allah dengan fitrah-Nya (fitratallah alliti fatarannas alaiha). Maka ber-akhlaq adalah berpikir, berkehendak dan berperilaku sesuai dengan fitrah (nurani) nya.
Lalu mengapa manusia melawan fitrahnya? Karena kerja orang tua. Orang tua menanam benih kejahatan pada anaknya. Jika ia tanam benih kebaikan, maka sempurnakan fitrah anaknya.
Hadis Nabi jelas, orang tua berkuasa membuat anaknya Muslim atau kafir. Agar fitrah manusia itu sempurna Allah menurunkan fitrah yang lain yaitu al-Qur’an. Ibn Taymiyyah menyebutnya fitrah munazzalah. Dengan al-Qur’an fitrah manusia akan berkembang sempurna.
Fitrah manusia yang berkembang mengikuti al-Qur’an adalah Nabi Muhammad. Karena itulah maka pribadinya menjadi teladan umatnya. Jiwanya memancarkan cahaya. Perilakunya menjadi hukum dan tata etika. Nafasnya adalah dzikir yang berirama. Kalamnya meluncur penuh hikmah bijaksana.
Itulah makna kesimpulan Aisyah bahwa akhlaq Nabi adalah al-Qur’an (Khuluquhu al-Qur’an). Sebab jiwa Nabi tidak saja sesuai tapi tenggelam dalam samudera kebaikan dan kesempurnaan al-Qur’an.
Bagaimana al-Qur’an bisa menjadi akhlaq, bisa dijelaskan. Fakhruddin al-Razi. Misalnya, menulis buku Kitab al-Nafs wa al-Ruh, Fi ‘ilm al-Akhlaq. Didalamnya terdapat 32 pasal tentang akhlaq dan penyembuhan penyakitnya.
Jiwa manusia (nafs), misalnya, terbagi menjadi tiga tingkatan. Yang pertama adalah mereka yang tenggelam dengan Nur Ilahi disebut al-Muqarrabun. Kedua adalah mereka yang berorientasi ke langit dan terkadang ke bumi untuk urusan dunianya yang dinamakan al-Muqtasidun atau golongan kanan (ashab al-yamin).
Terakhir, dan terendah adalah yang tenggelam dalam cengkeraman hawa nafsu dan kenikmatan jasmani, disebut al-Zalimun atau golongan kiri (ashab al-syimal). Ilmu untuk mencapai yang pertama adalah olah batin (riyadah ruhaniyah). Ilmu untuk mencapai yang kedua adalah ilmu akhlaq. Makna akhlaq dilacak dari sumber perilaku manusia yang berupa aql, ruh, nafs, qalb dan cara kerjanya.
Berbeda dari akhlaq, istilah “moral” dalam Oxford English Dictionary dan kamus-kamus lain diartikan sebagai perilaku baik-buruk manusia. Prinsip-prinsipnya disebut etika atau filsafat moral. Ketika moral menjadi semangat atau sikap masyarakat ia disebut “etos”. Itu semua, termasuk baik buruk yang pastinya bersumber dari kesepakatan manusia (human convention).
Bahkan apa yang disebut “hukum moral” atau dharma dalam agama Hindu juga berasal dari kebiasaan sosial. Maknanya moral dan etika menjadi longgar. Jadi bermoral artinya berperilaku sesuai dengan aturan masyarakat, yang tidak selalu bersifat ilahi dan religious.
Orang ber-akhlaq dalam arti yang benar pasti bermoral, tapi tidak semua yang bermoral itu ber-akhlaq. Pemimpin yang tidak zalim, pembela kaum lemah, tidak korup dan sebagainya. bisa dianggap bermoral. Tapi ia tidak berakhlaq jika ia seorang lesbi/homo, pezina, korup, “peminum”, penjudi dan sebagainya. Saudagar kaya raya yang dermawan, zakatnya milyaran, pekerjanya ribuan, peran sosialnya lumayan, bisa
Oleh: Dr Hamid Fahmy Zarkasyi
“It’s better to be moralist rather than religious”. Lebih baik moralis daripada religious. Itulah salah satu cara orang liberal-sekuler-humanis membunuh agama. Di Barat sana agama memang pernah menjadi sumber fundamentalisme dan kekerasan. Disini, di negeri-negeri Islam tidak. Tapi untuk bisa diberi cap yang sama, agama direkayasa agar melakukan kekerasan. Ini misinya.
Caranya agama dihancurkan dari konsep dasarnya. Salah satunya adalah makna akhlaq. Yang sekuler berupaya mensekulerkan maknanya. Maka ber-akhlaq itu sama dengan bermoral. Yang liberal dan humanis berusaha menghapus konsepnya. Bagi mereka “Muslim tidak perlu ber-akhlaq, berbuat baik pada sesama itu lebih mulia”. Masalahnya apa bedanya moral dan akhlaq serta apa pula makna karakter dan etika itu.
Akhlaq adalah kata jama’ dari kata khulq. Akar katanya serumpun dengan khalaqa (menciptakan). Artinya adalah sifat jiwa yang melekat (malakah) dalam diri seseorang sesuai dengan asal mula diciptakannya (ahsanu taqwim).
Alasannya jelas, jiwa manusia itu diciptakan Allah dengan fitrah-Nya (fitratallah alliti fatarannas alaiha). Maka ber-akhlaq adalah berpikir, berkehendak dan berperilaku sesuai dengan fitrah (nurani) nya.
Lalu mengapa manusia melawan fitrahnya? Karena kerja orang tua. Orang tua menanam benih kejahatan pada anaknya. Jika ia tanam benih kebaikan, maka sempurnakan fitrah anaknya.
Hadis Nabi jelas, orang tua berkuasa membuat anaknya Muslim atau kafir. Agar fitrah manusia itu sempurna Allah menurunkan fitrah yang lain yaitu al-Qur’an. Ibn Taymiyyah menyebutnya fitrah munazzalah. Dengan al-Qur’an fitrah manusia akan berkembang sempurna.
Fitrah manusia yang berkembang mengikuti al-Qur’an adalah Nabi Muhammad. Karena itulah maka pribadinya menjadi teladan umatnya. Jiwanya memancarkan cahaya. Perilakunya menjadi hukum dan tata etika. Nafasnya adalah dzikir yang berirama. Kalamnya meluncur penuh hikmah bijaksana.
Itulah makna kesimpulan Aisyah bahwa akhlaq Nabi adalah al-Qur’an (Khuluquhu al-Qur’an). Sebab jiwa Nabi tidak saja sesuai tapi tenggelam dalam samudera kebaikan dan kesempurnaan al-Qur’an.
Bagaimana al-Qur’an bisa menjadi akhlaq, bisa dijelaskan. Fakhruddin al-Razi. Misalnya, menulis buku Kitab al-Nafs wa al-Ruh, Fi ‘ilm al-Akhlaq. Didalamnya terdapat 32 pasal tentang akhlaq dan penyembuhan penyakitnya.
Jiwa manusia (nafs), misalnya, terbagi menjadi tiga tingkatan. Yang pertama adalah mereka yang tenggelam dengan Nur Ilahi disebut al-Muqarrabun. Kedua adalah mereka yang berorientasi ke langit dan terkadang ke bumi untuk urusan dunianya yang dinamakan al-Muqtasidun atau golongan kanan (ashab al-yamin).
Terakhir, dan terendah adalah yang tenggelam dalam cengkeraman hawa nafsu dan kenikmatan jasmani, disebut al-Zalimun atau golongan kiri (ashab al-syimal). Ilmu untuk mencapai yang pertama adalah olah batin (riyadah ruhaniyah). Ilmu untuk mencapai yang kedua adalah ilmu akhlaq. Makna akhlaq dilacak dari sumber perilaku manusia yang berupa aql, ruh, nafs, qalb dan cara kerjanya.
Berbeda dari akhlaq, istilah “moral” dalam Oxford English Dictionary dan kamus-kamus lain diartikan sebagai perilaku baik-buruk manusia. Prinsip-prinsipnya disebut etika atau filsafat moral. Ketika moral menjadi semangat atau sikap masyarakat ia disebut “etos”. Itu semua, termasuk baik buruk yang pastinya bersumber dari kesepakatan manusia (human convention).
Bahkan apa yang disebut “hukum moral” atau dharma dalam agama Hindu juga berasal dari kebiasaan sosial. Maknanya moral dan etika menjadi longgar. Jadi bermoral artinya berperilaku sesuai dengan aturan masyarakat, yang tidak selalu bersifat ilahi dan religious.
Orang ber-akhlaq dalam arti yang benar pasti bermoral, tapi tidak semua yang bermoral itu ber-akhlaq. Pemimpin yang tidak zalim, pembela kaum lemah, tidak korup dan sebagainya. bisa dianggap bermoral. Tapi ia tidak berakhlaq jika ia seorang lesbi/homo, pezina, korup, “peminum”, penjudi dan sebagainya. Saudagar kaya raya yang dermawan, zakatnya milyaran, pekerjanya ribuan, peran sosialnya lumayan, bisa
dianggap bermoral tinggi. Tapi jika ia adalah pengusaha narkoba atau prostitusi, atau rentenir ia tidak ber-akhlaq.
Kini akhlaq juga diganti dengan istilah “karakter” (Yunani: kharakter). Character diartikan sebagai ciri yang membedakan seseorang karena kekuatan moral atau reputasi. Tapi character juga dimaknai sebagai sifat yang dimainkan seorang aktor dalam sebuah sandiwara, drama atau lakonan.
Berkarakter baik bisa diartikan sebagai ber”peran” baik. Ia bukan sifat yang melekat erat dalam identitas diri. Bukan dorongan jiwa tapi dorongan masyarakat. Mungkin nampak sangat manusiawi, tapi tidak yang mesti berdimensi ilahi.
Maka berkarakter juga tidak mesti berakhlaq. Di masa lalu, misalnya, terdapat seorang gubernur yang dianggap berkarakter tinggi. Ia tegas, berdisiplin tinggi, konsisten, berwibawa dan berwawasan luas. Tapi ia membolehkan perjudian dan pelacuran menjadi sumber APBD. Siapapun menentangnya akan dicemooh. Ia berkarakter tapi tidak ber-akhlaq. Begitulah Muslim bisa bermoral dan berkarakter, tapi tidak mesti ber-akhlaq.
Tapi jika makna ber-akhlaq hanya dibatasi secara sempit maka ia akan sesempit makna moral. Ber-akhlaq yang sempit hanya berpedoman halal-haram atau wajib-sunnah. Hubungannya dengan Tuhan tidak disempurnakan dengan hubungan antar manusia (mu’amalah ma’annas).
Ibadahnya sempurna, pakaiannya sederhana, lidahnya fasih melantunkan ayat-ayatNya. Tapi, tindakan dan ucapannya menyakiti sesamanya atau orang-orang dibawahnya. Inilah makna ber-akhlaq yang salah. Maka jangan heran jika ada tokoh agama terjerumus skandal tahta, harta dan wanita.
Sebaliknya, bagi Muslim sekuler-liberal-humanis, standar halal-haram, wajib-sunnah ditinggalkan. Standar baik-buruk hanya dari kesepakatan manusia.
Akibatnya, meniru akhlaq Nabi pun menjadi aneh kalau tidak utopis. Berjanggut seperti Nabi kini dianggap seperti berpedang atau bersenjata. Menolak ajakan korupsi dianggap “sok suci”. Berdemo sambil bertakbir sama dengan “ngajak” perang. Menghukumi kesesatan dan kemaksiatan dianggap fundamentalis, teroris dan anti HAM. Berdakwah tidak boleh menggurui dan sebagainya.
Begitulah, karena sekularisme, liberalisme dan humanisme maka beragama menjadi tidak mudah, apalagi ber-akhlaq. Padahal Francis Fukyama mengingatkan bahwa ketahanan suatu bangsa tergantung pada keberagamaan masyarakat dan etikanya.
Dengan etika, katanya, ekonomi dan politik akan berfungsi dengan baik. Mungkin maksudnya akhlaq. Jauh sebelum itu ulama arif bijaksana juga telah mengingatkan “Bangsa-bangsa akan kekal jika masih ber-akhlaq. Jika hilang akhlaq-nya maka hilang pula bangsa itu.
al-Qur’an lebih tegas lagi jika suatu bangsa itu bertaqwa maka akan diturunkan berkah dari langit, dan jika tidak lagi ber-akhlaq maka pasti dihancurkan oleh Allah.
Jadi sesungguhnya bangsa ini sedang dihancurkan. Bukan oleh kekuatan militer. Tapi oleh upaya penghancuran moral dan bahkan akhlaq pemimpinnya, anak mudanya, anggota DPR-nya, hakim-hakimnya dan cendekiawan Muslimnya dan sebagainya.
Kini akhlaq juga diganti dengan istilah “karakter” (Yunani: kharakter). Character diartikan sebagai ciri yang membedakan seseorang karena kekuatan moral atau reputasi. Tapi character juga dimaknai sebagai sifat yang dimainkan seorang aktor dalam sebuah sandiwara, drama atau lakonan.
Berkarakter baik bisa diartikan sebagai ber”peran” baik. Ia bukan sifat yang melekat erat dalam identitas diri. Bukan dorongan jiwa tapi dorongan masyarakat. Mungkin nampak sangat manusiawi, tapi tidak yang mesti berdimensi ilahi.
Maka berkarakter juga tidak mesti berakhlaq. Di masa lalu, misalnya, terdapat seorang gubernur yang dianggap berkarakter tinggi. Ia tegas, berdisiplin tinggi, konsisten, berwibawa dan berwawasan luas. Tapi ia membolehkan perjudian dan pelacuran menjadi sumber APBD. Siapapun menentangnya akan dicemooh. Ia berkarakter tapi tidak ber-akhlaq. Begitulah Muslim bisa bermoral dan berkarakter, tapi tidak mesti ber-akhlaq.
Tapi jika makna ber-akhlaq hanya dibatasi secara sempit maka ia akan sesempit makna moral. Ber-akhlaq yang sempit hanya berpedoman halal-haram atau wajib-sunnah. Hubungannya dengan Tuhan tidak disempurnakan dengan hubungan antar manusia (mu’amalah ma’annas).
Ibadahnya sempurna, pakaiannya sederhana, lidahnya fasih melantunkan ayat-ayatNya. Tapi, tindakan dan ucapannya menyakiti sesamanya atau orang-orang dibawahnya. Inilah makna ber-akhlaq yang salah. Maka jangan heran jika ada tokoh agama terjerumus skandal tahta, harta dan wanita.
Sebaliknya, bagi Muslim sekuler-liberal-humanis, standar halal-haram, wajib-sunnah ditinggalkan. Standar baik-buruk hanya dari kesepakatan manusia.
Akibatnya, meniru akhlaq Nabi pun menjadi aneh kalau tidak utopis. Berjanggut seperti Nabi kini dianggap seperti berpedang atau bersenjata. Menolak ajakan korupsi dianggap “sok suci”. Berdemo sambil bertakbir sama dengan “ngajak” perang. Menghukumi kesesatan dan kemaksiatan dianggap fundamentalis, teroris dan anti HAM. Berdakwah tidak boleh menggurui dan sebagainya.
Begitulah, karena sekularisme, liberalisme dan humanisme maka beragama menjadi tidak mudah, apalagi ber-akhlaq. Padahal Francis Fukyama mengingatkan bahwa ketahanan suatu bangsa tergantung pada keberagamaan masyarakat dan etikanya.
Dengan etika, katanya, ekonomi dan politik akan berfungsi dengan baik. Mungkin maksudnya akhlaq. Jauh sebelum itu ulama arif bijaksana juga telah mengingatkan “Bangsa-bangsa akan kekal jika masih ber-akhlaq. Jika hilang akhlaq-nya maka hilang pula bangsa itu.
al-Qur’an lebih tegas lagi jika suatu bangsa itu bertaqwa maka akan diturunkan berkah dari langit, dan jika tidak lagi ber-akhlaq maka pasti dihancurkan oleh Allah.
Jadi sesungguhnya bangsa ini sedang dihancurkan. Bukan oleh kekuatan militer. Tapi oleh upaya penghancuran moral dan bahkan akhlaq pemimpinnya, anak mudanya, anggota DPR-nya, hakim-hakimnya dan cendekiawan Muslimnya dan sebagainya.
Pertanyaan mengapa orang Barat umumnya cerdas? Jawabnya karena banyak kemudahan, kemakmuran dan kualitas pendidikan yang tinggi. Tapi mengapa orang Barat banyak yang ateis? Jawabnya bukan karena mereka itu cerdas, tapi lebih karena agama disana sengaja di marginalkan dan disingkirkan dari ruang publik bahkan dari sains.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1671459506327326&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1671459506327326&id=153825841424041
MUSLIMLAH DARIPADA LIBERAL
Penulis: Dr. Adian Husaini
Sinopsis:
Ingris meruapakan negeri liberal. Karya ini adlah kisah perjalanan seorang Adian Husaini selama di Inggris yang mengulas tentang kehidupan umat Muslim di sana.
Secara apik Adian Husaini menggambarkan kondisi umat di sana. Dalam balutan kata-kata, ia potret masjid-masjid yang bertumbuhan, Muslimin lndonesia yang berbaur dengan kaum Musliman dari penjuru dunia lainnya, para penduduk lokal yang berduyun-duyun masuk lslam, serta sebagian lslamofobia yang masih tersisa. Adian Husaini berhasil memotret itu semua.
Selamat membaca!
------------
MUSLIMLAH DARIPADA LIBERAL
Penulis: Dr. Adian Husaini
Isi: HVS 226 halaman.
Sampul: Softcover
Harga Rp. 49.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Penulis: Dr. Adian Husaini
Sinopsis:
Ingris meruapakan negeri liberal. Karya ini adlah kisah perjalanan seorang Adian Husaini selama di Inggris yang mengulas tentang kehidupan umat Muslim di sana.
Secara apik Adian Husaini menggambarkan kondisi umat di sana. Dalam balutan kata-kata, ia potret masjid-masjid yang bertumbuhan, Muslimin lndonesia yang berbaur dengan kaum Musliman dari penjuru dunia lainnya, para penduduk lokal yang berduyun-duyun masuk lslam, serta sebagian lslamofobia yang masih tersisa. Adian Husaini berhasil memotret itu semua.
Selamat membaca!
------------
MUSLIMLAH DARIPADA LIBERAL
Penulis: Dr. Adian Husaini
Isi: HVS 226 halaman.
Sampul: Softcover
Harga Rp. 49.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
KEHIDUPAN DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN
Penulis: Dr. Ahzami Samiun Jazuli
Buku yang ditulis oleh sahabat baik saya, Dr. Ahzami Samiun Jazuli, tentang kehidupan (al-hayah) dalam al-Qur’an berhasil dihadirkan dalam pembahasan yang rinci, jelas dan mendalam. Ia merupakan buah karya disertainya di Universitas Muhammad Ibnu Suud, Arab Saudi. Bahasa yang digunakan pun mudah dipahami oleh pembaca. Buku ini layak untuk dimiliki oleh mereka yang ingin menyelami hakikat kehidupan secara mendalam dan komprehensif. (Dr. Hidayat Nur Wahid)
Sikap dan prilaku seseorang ditentukan oleh apa yang menjadi landasan filosofi hidupnya. Buku ini membahas secara lengkap tentang berbagai aspek hidup dan kehidupan menurut Islam. Penting untuk dibaca agar aqidah Islam dan filosofi hidup kita sesuai dengan ajaran Islam. (Dr. Miftah Faridl)
Kehidupan dan kematian merupakan ciptaan Allah. Untuk memahami hakikat kehidupan, kita harus merujuk kepada Penciptanya. Kematian di dunia bukanlah akhir kehidupan seseorang. Bahkan ia merupakan awal kehidupan yang sebenarnya. Buku ini sangat membantu bagi siapapun yang ingin memahami hakikat kehidupan sebagaimana yang Allah kehendaki dan selanjutnya memutuskan apakah dirinya ingin masuk kategori mukmin, kafir atau munafik. (Muhammad Ihsan Tandjung).
Sebagian daftar isi:
- Hakikat Kehidupan Akhirat
- Kehidupan Adalah Bukti Kekuasaan Allah
- RAGAM KEHIDUPAN MANUSIA
- Kehidupan Orang Beriman di Akhirat
- Kehidupan Orang Kafir Di Dunia
- Kehidupan Orang Kafir pada Hari Kiamat
- Kehidupan Orang Munafik di Dunia dan Akhirat
- Jenis Kehidupan Lain yang Dipaparkan dalam AlQuran
- TUJUAN DAN MANFAAT KEHIDUPAN
- Manfaat Kehidupan di Dunia dan - -Akhirat dalam Tinjauan AlQuran
-------------------------------------
KEHIDUPAN DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN
Penulis: Dr. Ahzami Samiun Jazuli
Berat: 1,6 Kg.
Isi: 590 halaman.
Sampul: Hardcover
Harga: Rp. 225.000,-
Pemrsanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran....
Penulis: Dr. Ahzami Samiun Jazuli
Buku yang ditulis oleh sahabat baik saya, Dr. Ahzami Samiun Jazuli, tentang kehidupan (al-hayah) dalam al-Qur’an berhasil dihadirkan dalam pembahasan yang rinci, jelas dan mendalam. Ia merupakan buah karya disertainya di Universitas Muhammad Ibnu Suud, Arab Saudi. Bahasa yang digunakan pun mudah dipahami oleh pembaca. Buku ini layak untuk dimiliki oleh mereka yang ingin menyelami hakikat kehidupan secara mendalam dan komprehensif. (Dr. Hidayat Nur Wahid)
Sikap dan prilaku seseorang ditentukan oleh apa yang menjadi landasan filosofi hidupnya. Buku ini membahas secara lengkap tentang berbagai aspek hidup dan kehidupan menurut Islam. Penting untuk dibaca agar aqidah Islam dan filosofi hidup kita sesuai dengan ajaran Islam. (Dr. Miftah Faridl)
Kehidupan dan kematian merupakan ciptaan Allah. Untuk memahami hakikat kehidupan, kita harus merujuk kepada Penciptanya. Kematian di dunia bukanlah akhir kehidupan seseorang. Bahkan ia merupakan awal kehidupan yang sebenarnya. Buku ini sangat membantu bagi siapapun yang ingin memahami hakikat kehidupan sebagaimana yang Allah kehendaki dan selanjutnya memutuskan apakah dirinya ingin masuk kategori mukmin, kafir atau munafik. (Muhammad Ihsan Tandjung).
Sebagian daftar isi:
- Hakikat Kehidupan Akhirat
- Kehidupan Adalah Bukti Kekuasaan Allah
- RAGAM KEHIDUPAN MANUSIA
- Kehidupan Orang Beriman di Akhirat
- Kehidupan Orang Kafir Di Dunia
- Kehidupan Orang Kafir pada Hari Kiamat
- Kehidupan Orang Munafik di Dunia dan Akhirat
- Jenis Kehidupan Lain yang Dipaparkan dalam AlQuran
- TUJUAN DAN MANFAAT KEHIDUPAN
- Manfaat Kehidupan di Dunia dan - -Akhirat dalam Tinjauan AlQuran
-------------------------------------
KEHIDUPAN DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN
Penulis: Dr. Ahzami Samiun Jazuli
Berat: 1,6 Kg.
Isi: 590 halaman.
Sampul: Hardcover
Harga: Rp. 225.000,-
Pemrsanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran....
Kejeniusan Rasulullah, Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali
Penulis: Abbas Mahmud Al Aqqad
Sinopsis:
Nabi Muhammad SAW laksana cahaya untuk menerangi kegelapan jiwa kita. Kisah perjalanan Rasulullah sungguh sangat menabjubkan, tak pernah lekang oleh zaman dan selalu menjadi inspirasi kita semua. Beliau adalah sebaik baik suri tauladan.
Dibawah bimbingan beliaulah generasi-generasi terbaik dan jenius terbentuk, seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar, Usman, Ali dan sahabat-sahabat lainnya.
Kejeniusan yang dimiliki Nabi Muhammad SAW tergambar jelas dari semua aspek kehiduan, baik dari segi ekonomi, segi politik, segi kepemimpinan, segi keluarga, sosial maupun budaya. Kejeniusan inilah yang kemudian diikuti oleh para sahabat-sahabat beliau.
Dengan hadirnya buku “Kejeniusan Rasulullah, Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali” ini, penulis mengajak kita untuk menyelami kejeniusan Rasulullah serta para sahabat-sahabat beliau. Sehingga kita dapat kembali menjadi umat terbaik yang menjadi teladan bagi umat-umat yang lain
Ukuran: 15.5 x 23.5 cm
Tebal: 1.215 halaman
Berat: 1,7 Kg
Harga Rp. 245.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Penulis: Abbas Mahmud Al Aqqad
Sinopsis:
Nabi Muhammad SAW laksana cahaya untuk menerangi kegelapan jiwa kita. Kisah perjalanan Rasulullah sungguh sangat menabjubkan, tak pernah lekang oleh zaman dan selalu menjadi inspirasi kita semua. Beliau adalah sebaik baik suri tauladan.
Dibawah bimbingan beliaulah generasi-generasi terbaik dan jenius terbentuk, seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar, Usman, Ali dan sahabat-sahabat lainnya.
Kejeniusan yang dimiliki Nabi Muhammad SAW tergambar jelas dari semua aspek kehiduan, baik dari segi ekonomi, segi politik, segi kepemimpinan, segi keluarga, sosial maupun budaya. Kejeniusan inilah yang kemudian diikuti oleh para sahabat-sahabat beliau.
Dengan hadirnya buku “Kejeniusan Rasulullah, Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali” ini, penulis mengajak kita untuk menyelami kejeniusan Rasulullah serta para sahabat-sahabat beliau. Sehingga kita dapat kembali menjadi umat terbaik yang menjadi teladan bagi umat-umat yang lain
Ukuran: 15.5 x 23.5 cm
Tebal: 1.215 halaman
Berat: 1,7 Kg
Harga Rp. 245.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
TERNYATA! Banyak Orang Tua yang Tak Paham Cara Mendidik Anak - Ust. Dr. Adian Husaini. MA
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1677745769032033&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1677745769032033&id=153825841424041
JURNAL AL INSAN.
Stok @ 7eks.
Harga perjudul 65rb.
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Stok @ 7eks.
Harga perjudul 65rb.
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
INTISARI TAFSIR AL-QUR’AN
Mengungkap Rahasia & Keagungan Ayat-ayat Pilihan tentang Akidah, Ibadah, Muamalah, dan Kisah Para Nabi yang Dilengkapi Dengan Hikmah dan Pelajaran.
Al-Qur
Buku ini mengulas ayat-ayat penting dalam al-Qur
12. Ayat-ayat tentang hudud, sumpah dan yang sejenis dengannya.
13. Ayat-ayat tentang makanan, berburu, dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
14. Hukum-hukum dan permasalahan-permasalahan yang cakupannya luas dalam bidang pokok dan cabang agama.
15. Kisah-kisah dalam al-Qur
-------------------------
INTISARI TAFSIR AL-QUR’AN
Mengungkap Rahasia & Keagungan Ayat-ayat Pilihan tentang Akidah, Ibadah, Muamalah, dan Kisah Para Nabi yang Dilengkapi Dengan Hikmah dan Pelajaran.
Penulis: Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di
Tebal Buku: viii+480 Halaman.
Sampul: Hard Cover
Berat: 1kg
Ukuran Buku: 16 x 24 cm.
Harga: Rp. 110.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Mengungkap Rahasia & Keagungan Ayat-ayat Pilihan tentang Akidah, Ibadah, Muamalah, dan Kisah Para Nabi yang Dilengkapi Dengan Hikmah dan Pelajaran.
Al-Qur
an mengandung petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa dalam mengarungi kehidupan ini agar bisa meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Namun tentu saja petunjuk ini tidak dapat diraih kecuali dengan berusaha memahami kandungan al-Qur
an.Buku ini mengulas ayat-ayat penting dalam al-Qur
an yang bisa dikatakan mewakili ayat-ayat lainnya. Isinya disusun secara tematik agar memudahkan pembaca, yang mencakup:
1. Ilmu tauhid, akidah, dan ushuluddin, serta manfaat merealisasikannya.
2. Ayat-ayat yang memotivasi agar menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak makhluk.
3. Ketentuan-ketentuan syariat yang beragam mengenai shalat dan zakat serta makna-makna lainnya yang diindukkan kepada keduanya.
4. Bersuci dengan air dan bertayamum.
5. Shalat Jumat, safar, dan azan.
6. Puasa dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
7. Haji dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
8. Ayat-ayat tentang jihad dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
9. Jual beli dan macam-macam transaksi.
10. Ayat-ayat tentang warisan, pernikahan, dan hukum-hukum yang berkaitan dengannya.
11. Ayat-ayat tentang ila
, zhihar, li’an;12. Ayat-ayat tentang hudud, sumpah dan yang sejenis dengannya.
13. Ayat-ayat tentang makanan, berburu, dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
14. Hukum-hukum dan permasalahan-permasalahan yang cakupannya luas dalam bidang pokok dan cabang agama.
15. Kisah-kisah dalam al-Qur
an, seperti kisah para nabi bersama kaum mereka, termasuk Nabi kita, Muhammad, kisah Dzulqarnain, dan kisah Ashhabul Kahfi, yang dilengkapi dengan faidah-faidah yang dapat diambil dari kisah-kisah tersebut.
16. Faidah-faidah yang beraneka ragam.
17. Faidah mengenai sebab yang disebutkan Allah dalam al-Qur
an yang menyampaikan ke tujuan-tujuan yang luhur, dan definisi lafazh-lafazh yang sering disinggung dalam al-Quran, baik berupa perintah maupun larangan, pujian maupun celaan.
Buku ini layak kita baca untuk mengetahui tafsir al-Qur
an secara tematik, ringkas dan mudah.-------------------------
INTISARI TAFSIR AL-QUR’AN
Mengungkap Rahasia & Keagungan Ayat-ayat Pilihan tentang Akidah, Ibadah, Muamalah, dan Kisah Para Nabi yang Dilengkapi Dengan Hikmah dan Pelajaran.
Penulis: Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di
Tebal Buku: viii+480 Halaman.
Sampul: Hard Cover
Berat: 1kg
Ukuran Buku: 16 x 24 cm.
Harga: Rp. 110.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
KHAWARIJ DAN SYIAH
Sejarah, Ideologi & Penyimpangan Menurut Ahlussunnah Wal Jama'ah
Syiah Rafidhah dan Khawarij merupakan dua sekte yang muncul secara bersamaan dalam satu waktu, bahkan dari sumber yang sama. Meski demikian, di antara keduanya ada kesamaan dalam sebagian perkara dan ada perbedaan dalam beberapa perkara lainnya.
Beberapa poin kesamaan antara Khawarij dan Syiah Rafidhah di antaranya: mereka sama-sama berpandangan ekstrim, berpikir pendek, dangkal dalam pemahaman agamanya, mudah mengkafirkan kaum muslimin yang berseberangan dengan mereka, menolak hadits yang shahih meskipun mutawatir, dan taklid kepada para tokoh mereka.
Asal-Usul Khawarij
Para ulama berbeda pendapat tentang asal-usul Khawarij menjadi tiga pendapat. Pertama, Semenjak munculnya Dzul Khuwaisirah. Salah seorang yang memprotes pembagian harta ghanimah yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan berkata: “Berbuat adil lah ya Muhammad!”. Kedua, Para pemberontak di masa Utsman. Dan yang ketiga, Mereka yang meninggalkan Ali setelah peperangan Shiffin (yang disebabkan Ali berdamai dengan Mu’awiyah).
Adapun tarjihnya (kesimpulan berdasarkan pendapat yang kuat) bahwa munculnya Dzul Khuwaisirah merupakan bibit awal lahirnya Khawarij di kemudian hari. Rasulullah menegaskan, “Sesungguhnya akan lahir dari orang ini suatu kaum yang membaca al Qur’an tapi tidak sampai melewati kerongkongannya, mereka membunuh orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala, mereka terlepas dari islam sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya. Jika aku menjumpai mereka sungguh akan aku perangi mereka sebagaimana memerangi kaum ‘Ad.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sedangkan yang kedua, para pemberontak di masa Utsman bergerak dengan motif emosi belaka. Setelah itu pun mereka tidak lantas berkumpul membuat pergerakan. Lalu kompromi yang terakhir, mereka yang membelot dari bai’at kepada Ali kemudian membuat perkampungan sendiri di sebuah tempat bernama Harura’ (karena hal itu, mereka dilaqabi Haruriyah). Tidak berhenti disitu, anak keturunannya saling mewarisi ideologi jelek tersebut (baca: paham takfir).
Sejarah Berdarah Kaum Syi’ah
Lain lagi dengan aktor antagonis Syi’ah, jika Khawarij memerangi Ali dan kaum muslimin pada umumnya. Sedangkan Syi’ah justru membela Ali hingga berlebih-lebihan. Ujung-ujungnya mereka dimintai taubat untuk kembali kepada aqidah yang benar dan menjauhi penyimpangan (berupa: menganggap Ali sebagai Tuhan). Di zaman awal Syi’ah sudah kelewatan bejatnya dan makin tahun tambah keji lagi perbuatannya. Mereka adalah ‘Musuh Dalam Selimut’, mereka menolong tentara Mongol untuk menghancurkan kaum muslimin sehancur-hancurnya. Fenomena tersebut dapat Anda saksikan dalam berbagai literatur sejarah.
Buku ini merupakan hasil penelitian ilmiah yang obyektif tentang Khawarij dan Syiah Rafidhah yang dilakukan oleh penulis, Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi. Di dalamnya, Penulis menguraikan secara gambling tentang sejarah, ideology, serta penyimpangan kedua sekte tersebut menurut pandangan Ahlussunnah wal Jama’ah.
Penulis sangat piawai dalam memaparkan pembahasannya, dengan merujuk kepada buku-buku tulisan ulama terkemuka dan juga merujuk kepada buku-buku utama tulisan Syiah Rafidhah yang dijadikan sebagai rujukan; guna membantah kesesatan mereka. Dengan demikian, melalui karya ini akan terkuaklah ajaran Khawarij dan Syiah Rafidhah, hingga umat Islam bias selamat dari kesesatan keduanya.
----------------------------------------------
KHAWARIJ DAN SYIAH
Sejarah, Ideologi & Penyimpangan Menurut Ahlussunnah Wal Jama'ah
Penulis: Prof.Dr.Ali Muhammad Ash-Shallabi
Ukuran: 17×24
Tebal: 591
ISBN: 978-602-7637-50-4
Harga: Rp 138.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Sejarah, Ideologi & Penyimpangan Menurut Ahlussunnah Wal Jama'ah
Syiah Rafidhah dan Khawarij merupakan dua sekte yang muncul secara bersamaan dalam satu waktu, bahkan dari sumber yang sama. Meski demikian, di antara keduanya ada kesamaan dalam sebagian perkara dan ada perbedaan dalam beberapa perkara lainnya.
Beberapa poin kesamaan antara Khawarij dan Syiah Rafidhah di antaranya: mereka sama-sama berpandangan ekstrim, berpikir pendek, dangkal dalam pemahaman agamanya, mudah mengkafirkan kaum muslimin yang berseberangan dengan mereka, menolak hadits yang shahih meskipun mutawatir, dan taklid kepada para tokoh mereka.
Asal-Usul Khawarij
Para ulama berbeda pendapat tentang asal-usul Khawarij menjadi tiga pendapat. Pertama, Semenjak munculnya Dzul Khuwaisirah. Salah seorang yang memprotes pembagian harta ghanimah yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan berkata: “Berbuat adil lah ya Muhammad!”. Kedua, Para pemberontak di masa Utsman. Dan yang ketiga, Mereka yang meninggalkan Ali setelah peperangan Shiffin (yang disebabkan Ali berdamai dengan Mu’awiyah).
Adapun tarjihnya (kesimpulan berdasarkan pendapat yang kuat) bahwa munculnya Dzul Khuwaisirah merupakan bibit awal lahirnya Khawarij di kemudian hari. Rasulullah menegaskan, “Sesungguhnya akan lahir dari orang ini suatu kaum yang membaca al Qur’an tapi tidak sampai melewati kerongkongannya, mereka membunuh orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala, mereka terlepas dari islam sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya. Jika aku menjumpai mereka sungguh akan aku perangi mereka sebagaimana memerangi kaum ‘Ad.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sedangkan yang kedua, para pemberontak di masa Utsman bergerak dengan motif emosi belaka. Setelah itu pun mereka tidak lantas berkumpul membuat pergerakan. Lalu kompromi yang terakhir, mereka yang membelot dari bai’at kepada Ali kemudian membuat perkampungan sendiri di sebuah tempat bernama Harura’ (karena hal itu, mereka dilaqabi Haruriyah). Tidak berhenti disitu, anak keturunannya saling mewarisi ideologi jelek tersebut (baca: paham takfir).
Sejarah Berdarah Kaum Syi’ah
Lain lagi dengan aktor antagonis Syi’ah, jika Khawarij memerangi Ali dan kaum muslimin pada umumnya. Sedangkan Syi’ah justru membela Ali hingga berlebih-lebihan. Ujung-ujungnya mereka dimintai taubat untuk kembali kepada aqidah yang benar dan menjauhi penyimpangan (berupa: menganggap Ali sebagai Tuhan). Di zaman awal Syi’ah sudah kelewatan bejatnya dan makin tahun tambah keji lagi perbuatannya. Mereka adalah ‘Musuh Dalam Selimut’, mereka menolong tentara Mongol untuk menghancurkan kaum muslimin sehancur-hancurnya. Fenomena tersebut dapat Anda saksikan dalam berbagai literatur sejarah.
Buku ini merupakan hasil penelitian ilmiah yang obyektif tentang Khawarij dan Syiah Rafidhah yang dilakukan oleh penulis, Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi. Di dalamnya, Penulis menguraikan secara gambling tentang sejarah, ideology, serta penyimpangan kedua sekte tersebut menurut pandangan Ahlussunnah wal Jama’ah.
Penulis sangat piawai dalam memaparkan pembahasannya, dengan merujuk kepada buku-buku tulisan ulama terkemuka dan juga merujuk kepada buku-buku utama tulisan Syiah Rafidhah yang dijadikan sebagai rujukan; guna membantah kesesatan mereka. Dengan demikian, melalui karya ini akan terkuaklah ajaran Khawarij dan Syiah Rafidhah, hingga umat Islam bias selamat dari kesesatan keduanya.
----------------------------------------------
KHAWARIJ DAN SYIAH
Sejarah, Ideologi & Penyimpangan Menurut Ahlussunnah Wal Jama'ah
Penulis: Prof.Dr.Ali Muhammad Ash-Shallabi
Ukuran: 17×24
Tebal: 591
ISBN: 978-602-7637-50-4
Harga: Rp 138.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Kata-kata dalam al-Quran memiliki kepastian makna; bukan spekulatif. Karena itu, metode hermeneutika tidak bisa diterapkan untuk al-Quran. Al-Quran dijaga oleh Allah SWT. Bukan hanya lafaznya, tapi juga cara baca, makna, dan metode penafsirannya. Ilmu Tafsir telah diterima secara Ijma’ oleh para ilmuwan muslim sebagai metode yang otoritatif dalam menafsirkan al-Quran.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1682538085219468&id=153825841424041
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1682538085219468&id=153825841424041
Ma'alim fi ath-Thariq
Sebuah buku yang mengantarkan penulisnya Syahid
Ma’alim fi Ath-Thariq (معالم في الطريق) adalah buku yang fenomenal dan revolusioner. Mengapa fenomenal? Sebab buku ini telah membuat penulisnya, Sayyid Quthb, digantung.
Sedangkan para pembacanya di banyak negara, dicurigai; kalau-kalau mereka bisa menjadi teroris. Buku ini sempat dilarang di beberapa negara yang represif seperti Mesir, negara asal Sayyid Quthb dan Ma’alim fi Ath-Thariq.
Ma’alim fi Ath-Tahriq ini terdiri dari 12 bab dan diawali dengan mukadimah. 4 bab di antaranya merupakan intisari Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, yaitu; طبيعة المنهج القراني (Karakter Manhaj Al-Qur’an), التصور الإسلامي والثقافة (Pandangan Islam dan Kebudayaan), الجهاد في سبيل الله (Jihad fii Sabiilillah), dan نشأة المجتمع المسلم وخصائصه (Tumbuhnya Masyarakat Muslim dan Karakteristiknya). Sementara 8 bab lain merupakan bab yang perlu dituliskan Sayyid Quthb untuk memperjelas dan memperkuat inti sari itu di samping untuk memenuhi tujuan utama buku ini ditulis.
Inilah Petunjuk Jalan!
Islam sesungguhnya sebuah proklamasi pembebasan manusia bagi seluruh manusia di seluruh penjuru bumi; bukan proklamasi pem bebasan khusus bagi bangsa Arab saja. Seseorang tidak bisa disebut “Muslim”, meski ia mengaku Muslim, manakala ia masih menjalankan praktik jahiliyah.
Betapa rapuhnya hidup tanpa keyakinan; betapa beratnya hidup tanpa kebebasan; dan betapa merananya hidup ketika jiwa-jiwa dibelenggu oleh orang-orang lalim yang telah membelenggu kebebasan diri! Walaupun kesesatan sedang berkuasa; meski kesesatan memiliki benteng dan tembok besar, serta massa dan pengikut yang banyak, hal ini tidak akan mengubah kebenaran sedikit pun.
“Sebuah buku yang dibayar mahal oleh penulisnya dengan mati di jalan Allah.”
(Syaikh Abdullah bin al-Hasan al-Qu’ud; anggota komisi fatwa
Al-Lajnah Ad-Daimah lil Buhuts Al-Ilmiyah wal Ifta Arab Saudi)
“Buku ini memberi semangat yang tinggi untuk berjuang membela Islam.”
(Adian Husaini, MA; cendikiawan Islam; MUI)
“Setelah saya menyaksikan penangkapan setiap orang yang membaca buku ini, saya pun pergi mencarinya lalu membacanya. Saya dapatkan pandangan yang sangat bernilai tinggi sehingga berhak mendapatkan pujian.”
(Yvonne Ridley; jurnalis senior Inggris Sunday Express)
-------------------------------
Ma'alim fi ath-Thariq
Penulis: Sayyid Qutb
Isi: 354 halaman.
Dimensi: 13,5x19,5 cm
Berat: 350 gram
Harga: Rp. 84.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran....
Sebuah buku yang mengantarkan penulisnya Syahid
Ma’alim fi Ath-Thariq (معالم في الطريق) adalah buku yang fenomenal dan revolusioner. Mengapa fenomenal? Sebab buku ini telah membuat penulisnya, Sayyid Quthb, digantung.
Sedangkan para pembacanya di banyak negara, dicurigai; kalau-kalau mereka bisa menjadi teroris. Buku ini sempat dilarang di beberapa negara yang represif seperti Mesir, negara asal Sayyid Quthb dan Ma’alim fi Ath-Thariq.
Ma’alim fi Ath-Tahriq ini terdiri dari 12 bab dan diawali dengan mukadimah. 4 bab di antaranya merupakan intisari Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, yaitu; طبيعة المنهج القراني (Karakter Manhaj Al-Qur’an), التصور الإسلامي والثقافة (Pandangan Islam dan Kebudayaan), الجهاد في سبيل الله (Jihad fii Sabiilillah), dan نشأة المجتمع المسلم وخصائصه (Tumbuhnya Masyarakat Muslim dan Karakteristiknya). Sementara 8 bab lain merupakan bab yang perlu dituliskan Sayyid Quthb untuk memperjelas dan memperkuat inti sari itu di samping untuk memenuhi tujuan utama buku ini ditulis.
Inilah Petunjuk Jalan!
Islam sesungguhnya sebuah proklamasi pembebasan manusia bagi seluruh manusia di seluruh penjuru bumi; bukan proklamasi pem bebasan khusus bagi bangsa Arab saja. Seseorang tidak bisa disebut “Muslim”, meski ia mengaku Muslim, manakala ia masih menjalankan praktik jahiliyah.
Betapa rapuhnya hidup tanpa keyakinan; betapa beratnya hidup tanpa kebebasan; dan betapa merananya hidup ketika jiwa-jiwa dibelenggu oleh orang-orang lalim yang telah membelenggu kebebasan diri! Walaupun kesesatan sedang berkuasa; meski kesesatan memiliki benteng dan tembok besar, serta massa dan pengikut yang banyak, hal ini tidak akan mengubah kebenaran sedikit pun.
“Sebuah buku yang dibayar mahal oleh penulisnya dengan mati di jalan Allah.”
(Syaikh Abdullah bin al-Hasan al-Qu’ud; anggota komisi fatwa
Al-Lajnah Ad-Daimah lil Buhuts Al-Ilmiyah wal Ifta Arab Saudi)
“Buku ini memberi semangat yang tinggi untuk berjuang membela Islam.”
(Adian Husaini, MA; cendikiawan Islam; MUI)
“Setelah saya menyaksikan penangkapan setiap orang yang membaca buku ini, saya pun pergi mencarinya lalu membacanya. Saya dapatkan pandangan yang sangat bernilai tinggi sehingga berhak mendapatkan pujian.”
(Yvonne Ridley; jurnalis senior Inggris Sunday Express)
-------------------------------
Ma'alim fi ath-Thariq
Penulis: Sayyid Qutb
Isi: 354 halaman.
Dimensi: 13,5x19,5 cm
Berat: 350 gram
Harga: Rp. 84.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran....