MUSTANIR ONLINE
3.24K subscribers
865 photos
163 videos
56 files
900 links
Sharing audio, tulisan karya Dr Adian Husaini, Dr Hamid Fahmy Zarkasyi serta pemikir muslim kontemporer lainnya.
Download Telegram
*PENDIDIKAN ISLAM MEWUJUDKAN GENERASI GEMILANG MENUJU NEGARA ADIDAYA 2045*

Catatan penulis:
Buku ini sangat penting dipahami orang tua, guru, dan para praktisi pendidikan.
Sebab:
(1) Menegaskan bhw rumusan pendidikan Islam sdh baku, yaitu: beradab kemudian berilmu. Ini pernah disampaikan oleh Umar bin Khathab r.a.: Taaddabuu tsumma ta'allamuu! Artinya : Beradablah kemudian berilmulah! Rumus ini berlaku sepanjang zaman.
(2) Merumuskan, menjabarkan, dan membuktikan bahwa konsep pendidikan berbasis adab adalah konsep yg bisa diaplikasikan dlm berbagai jenjang pendidikan. Dalam buku dipaparkan contoh bagaimana menyusun tujuan dan kurikulum pendidikan yang beradab. Juga contoh kurikulum yang tidak beradab.
(3) Konsep pendidikan berbasis adab ini telah saya sampaikan dalam acara Roundtable Discussion tentang Pendidikan Nasional di lembaga Pengkajian MPR RI, 24 Oktober 2017. Konsep ini sejalan dengan pasal 31 ayat C UUD 1945.
(4) Melalui buku ini saya mengajak kaum Muslimin Indonesia untuk serius dalam memahami model pendidikan ideal yang terbukti telah melahirkan tiga generasi unggul, yaitu generasi sahabat Nabi, generasi Shalahudin alAyyubi dan generasi Muhammad Alfatih. Bahkan generasi santri tahun 1945 terbukti mampu mempertahankan kemerdekaan RI. Begitu kuatnya peran ulama sebagai guru dan pemimpin umat. Karena itu dlm buku ini saya menekankan pentingnya umat utk melahirkan ulama dan guru yang unggul. Inilah kunci kebangkitan suatu bangsa.
(5) Buku ini memaparkan pentingnya keluarga sebagai institusi pendidikan yang utama, dan orangtua sebagai guru terpenting. (6) Terakhir, berdasar kajian nash AlQuran dan hadits, tradisi pendidikan dlm sejarah Islam, serta telaah tantangan pendidikan kontemporer, kita yakin, inilah jalan kebangkitan umat Islam dan bangsa Indonesia.

Selamat membaca buku ini dan semoga meraih hikmah dari Allah SWT.

Dr. Adian Husaini
(penulis).
--------------------------
Harga Rp. 150.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.

Syukran...
*Bolu Pisang dan Es Krim*
😭😭😭

"Ma, kakak ranking satu, mana janji mama mau beliin es krim," rengek Dika putra sulungku. Sejak pulang sekolah ia selalu saja menagih janjiku. Mana kutahu bila si sulung yang baru kelas dua SD akan meraih ranking satu, pikirku saat berjanji paling dia hanya akan masuk sepuluh besar saja seperti biasa.

"Sabar ya, Nak, tunggu ibu gajian tanggal satu," janjiku, padahal aku pun tahu tanggal satu nanti upah menjadi buruh cuci separuhnya akan habis menyicil hutang pengobatan ketika almarhum suami sakit dulu.

Dika cemberut. Aku tahu dia kecewa. Tak banyak pinta anak ini sebenarnya, hanya sebuah es krim ketika ia ranking satu. Tapi bagiku itu barang mahal.

Ah seandainya saja Dika ranking dua atau tak usahlah ranking sekalian, ia pasti tak sekecewa ini.

Keterpurukan hidupku bermulai ketika suami yang tiap hari bekerja sebagai buruh bangunan kecelakaan dan lumpuh. Tiap Minggu harus bolak balik kontrol ke rumah sakit, walau pakai BPJS namun kerepotan ini tetap membutuhkan biaya hingga hutang pun menumpuk.

Ketika suami akhirnya pergi selamanya, hutang-piutang pun berdatangan meminta haknya untuk dilunasi.

Aku pasrah. Memohon kepada si pemberi hutang agar memberi kelonggaran dengan mencicil.

Bukan tak mau bekerja lebih giat lagi, namun selain Dika, aku memiliki Anita putri bungsuku yang masih berusia dua tahun. Tak semua orang mau menerima pekerja rumah tangga yang membawa balita.

Sejak itu aku melakukan kerja apapun, mulai dari buruh cuci, hingga upahan membuat kue. Kebetulan kata orang-orang bolu pisang buatanku enak.

(Mbak, bisa buatin bolu pisang?) Sebuah pesan masuk.

Aku bersorak. Alhamdulillah tak sia-sia mengisi pulsa data beberapa hari yang lalu dan mengaktifkan WA ku. Ada pesanan masuk.

(Bisa Mbak, mau berapa loyang?)

(2 loyang, ngambilnya habis Zuhur bisa?)

(Bisa Mbak.) Aku menyanggupi.

(Tapi bolu pisangnya jangan pakai gula ya, biar manisnya ngambil dari pisangnya saja. Anakku alergi gula.)

(Siap, Mbak. Otw dibuat.)

(Berapa harganya?)

(50.000 Mbak.)

(40.000 saja ya, kan gak pakai gula.)

Aku menelan ludah. Ya Tuhan, padahal dalam tiap loyangnya aku hanya mengambil untung 20.000.

(Ya sudah karena Mbak ngambil dua, aku kasih.)

(Oke, tapi aku gak bisa ngambil ke rumah ya, Mbak. Aku mau pergi liburan, jadi jam 1 aku tunggu di depan SMP yang ada di simpang itu.)

(Oke siap.)

Aku segera gerak cepat menyiapkan semua bahan dan mulai bekerja. Baru jam sembilan berarti masih banyak waktu luang. Kebetulan ada pisang Ambon yang belum terpakai jadi gak perlu beli ke pasar.

Alhamdulillah aku bisa mendapat untung dua puluh ribu dari penjualan dua loyang bolu pisang.

Sepuluh ribunya bisa buat beli es krim harga lima ribu untuk si sulung dan bungsu dan sisanya untuk tambahan belanja besok.

Setelah sholat Zuhur, jam 12.30 aku segera berangkat menuju tempat yang dijanjikan. Si sulung mengekor langkahku dengan riang karena terbayang es krim yang bakal didapat. Si bungsu sedang tidur siang jadi kugendong saja.

Tempat janjian kami cukup jauh sekitar setengah kilometer dari rumah. Walau tengah hari dan terik matahari tengah garang menyerang, aku tetap semangat, demi 20.000.

Jam satu kurang lima menit kami telah tiba di tempat janjian. Mungkin sebentar lagi yang memesan akan datang.

Sepuluh menit, dua puluh menit hingga tiga puluh menit berlalu namun tak kunjung ada tanda bila si pemesan akan datang.

Beberapa pesan telah kukirim sejak tadi namun hanya terkirim dan belum dibaca.

Aku menelpon berkali-kali pun tak kunjung diangkat. Sudah hampir satu jam menanti.

Si sulung telah lelah dan merengek sementara si bungsu telah bangun dan ikut meraung karena kepanasan.

Ting! Sebuah pesan masuk. Hatiku bersorak, dari si pemesan kue.

(Ya Allah Mbak, maaf ya aku lupa. Ini suami berubah pikiran, awalnya dia bilang berangkat habis Zuhur eh tahunya jam sepuluh udah mau buru-buru. Jadi gak sempat kasih kabar. Mbak, jual bolunya sama orang lain saja ya, aku udah otw ke kampung.)

Aku langsung terduduk lemas. Ya Allah, ya Allah, ya Allah. Apalagi ini? Aku tak meminta ban
yak ya Allah, hanya es krim saja.

Peluhku yang sudah sejak tadi mengucur, kini bercampur dengan air mata.

Siapa yang ingin membeli bolu pisang tanpa gula dengan rasa manis yang alakadarnya?

Ya Allah, berkali aku menyeka air mata yang terus membasahi wajah.

Sulungku berhenti merengek, ia langsung diam melihat air mataku. Lama ia menatapku iba. Kedua netranya mulai berkaca. Tak tega hati ini melihatnya. Ia hanya ingin es krim seharga 5000 ya Allah.

"Dika gak akan minta es krim lagi Bu, tapi ibu jangan nangis." Dika kecilku berkata dengan suara yang bergetar. Sepertinya ia pun menahan tangis.

"Kita pulang, Nak," ucapku. Dika mengangguk, si bungsu pun tangisnya mulai mereda. Sepertinya ia mengerti akan kegundahan hati ini.

Ya Allah, beginilah rasanya. Sakit ya Allah, sakit, sakit, sepele bagi mereka namun begitu berat bagiku. Bahan-bahan bolu itu adalah modal terakhir dan kini seolah sia-sia.

Ya Allah, berkali aku menyebut nama-Nya. Berat, sungguh berat, belum lama suamiku pergi dan kini rasanya aku lemah.

Tak banyak ya Allah hanya ingin es krim saja, itu saja, untuk menyenangkan buah hatiku dan kini bukan untung yang kudapat malah kerugian yang telah nyata di depan mata.

Aku baru saja memasuki halaman rumah kontrakan ketika Bu Tia tetanggaku kulihat telah menunggu.

"Eh, ibunya Dika, dicariin, untung cepat pulang."

"Ada apa Bu?" tanyaku. Semoga saja wanita baik ini akan memberikanku perkerjaan. Apa saja boleh, bahkan yang terkasar sekalipun akan kuterima. Tapi gak mungkin, di rumah besarnya sudah ada dua pembantu yang siap sedia. Aku kembali membuang anganku.

"Gini, ibu jangan tersinggung ya." Bu Tia menatapku.

Aku mengangguk, ingin kukatakan bila rasa tersinggung itu sudah lama lenyap dalam kamus hidupku.

"Papanya anak-anak kan baru pulang jemput kakek neneknya dari bandara. Ya dasar laki-laki tahunya kan cuma nyenengin anak tapi gak tahu yang baik. "

Aku mengangguk walau belum paham kemana arah pembicaraan.

"Masa dia ngebeliian anak-anak es krim sampai lima buah. Padahal anakku kan masih batuk pilek parah. Jadi, daripada buat rusuh, mau ya Bu nerima es krim ini, untuk Dika dan adiknya." Bu Tia menyerahkan plastik putih berisi es krim padaku.

Aku terdiam tak sanggup berkata-kata.

"Asikkk." Dika bersorak, aku masih bergeming.

"Lo, yang ibu bawa itu apa?" tanya Bu Tia melirik kantong hitam berisi dua kotak bolu pisangku.

"Bolu pisang Bu, tapi gak manis, kebetulan yang mesan batal. "

"Wah kebetulan, neneknya di rumah itu diabetes jadi gak bisa makan manis. Saya beli ya untuk cemilan."

"Benar Bu?" Aku bertanya tak percaya.

"Iya, berapa harganya?"

"Berapa saja, Bu. Terserah, asal jadi uang."

"Ya sudah." Bu Tia menyerahkan dua lembar uang merah ke dalam genggamanku.

"Ya Allah Bu ini kebanyakan ," ucapku.

"Sudah, gak apa. Ambil saja, kalau mesan yang kayak gini emang mahal kok Bu." Bu Tia langsung mengambil kantong berisi bolu pisang dan bergegas pergi.

Aku masih diam dengan air mata yang mulai menetes lagi. Baru saja mengeluh akan pahitnya hidup dan kini semua telah terbayar lunas.

***

Bu Tia meletakkan bolu pisang yang baru ia beli di atas meja makan.

Ia duduk dan memandang dua kotak bolu pisang itu dengan tatapan berkaca.

Sungguh zolim sebagai tetangga, bahkan ada seorang janda yang kesusahan pun ia tak tahu. Sementara baru saja ia membeli tas branded seharga jutaan dan tak jauh dari rumahnya ada seorang anak yatim merengek pada ibunya hanya demi sebuah es krim.

Untung saja Fahri putranya bercerita, bila tidak pastilah kezoliman ini akan terus berlangsung.

"Ma, tadi yang juara 1 Dika, tetangga kita yang di ujung itu." lapor putra sulungnya.

"Bagus dong, les dimana dia?"

"Gak les kok, Ma. Orang dia miskin kok."

"Hey, gak boleh menghina orang lain." Bu Tia melotot pada putranya.

"Gak menghina kok. Kenyataan emang dia miskin. Kasihan deh Ma, masa kan ibunya janji mau beliin dia es krim kalau ranking satu eh pas dia ranking malah ibunya bilang tunggu ada uang. Kasihan banget Dika ya , Ma. Mana kalau di sekolah dia suka mandang jajanan temannya kayak ngeiler g
itu tapi pas dikasih dia nolak. Malu mungkin ya, Ma." Fahri bercerita panjang lebar.

Bu Tia terdiam.

Ya Allah mengapa ia tak tahu? Selama ini, ia aktiv ikut kegiatan sosial, mengunjungi panti asuhan ini dan itu. Namun ia abai akan keadaan di sekitar.

"Ma, bolunya gak ada rasa, kurang enak," ucap Fachri membuyarkan lamunannya.

"Sengaja, makannya bukan gitu. Tapi kamu oles mentega dan taburi meses atau kamu oles selai buah."

"Ohhh, gitu ya. Tumben mama pesan bolu tawar."

"Lagi pengen aja."

Bu Tia menghela napas panjang. Tak akan terulang lagi, jangan sampai ada tangis anak yatim yang kelaparan di sekitarnya.

Anak yatim itu bukan tanggung jawab ibunya saja tapi keluarga dan orang sekitar.

***

Sepele bagi kita namun berarti bagi mereka.

Ada kala sisa nasi kemarin sore yang tak tersentuh di atas meja makan kita adalah mimpi dari anak-anak yang telah berhari-hari terpaksa hanya berteman dengan ubi rebus saja.

Jangan heran menatap binar seseorang yang begitu terharu ketika gaun pesta yang menurut kita sudah ketinggalan jaman itu kita berikan pada mereka.

Uang lima puluh ribu yang sangat mudah lenyap ketika dibawa ke mini market bertukar dengan kinderj*y dan beraneka jajanan yang habis dalam sekejap itu adalah setara dengan hasil kerja keras seorang buruh dari subuh hingga menjelang Magrib.

Bersedekah itu gak perlu banyak, sedikit saja dari yang kita punya. Memberi itu jangan menunggu kaya, saat kekurangan lah justru diri harus lebih bermurah hati.

Beruntunglah bila di sekitar begitu banyak ladang sedekah dimana kita dapat menukar rupiah menjadi pahala. Kaya itu bukan pada jumlah harta tapi bagaimana kita membelanjakannya. Akherat itu ada dan sudah kah kita menyiapkan hunian di sana?
--------------------
Copas
BUKU PUTIH IHYA ‘ULUMUDDIN IMAM AL-GHAZALI

Buku ini merupakan buku yang memberishkan buku karya Imam Al-Ghazali Ihya’ Ulumuddin, dari hadits-hadits palsu dan lemah serta kesalahan-kesalahan lainnya.

DAFTAR ISI:
- Ilmu
- Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah
- Rahasia-Rahasia Thaharah
- Rahasia-Rahasia Shalat
- Rahasia-Rahasia Zakat
- Rahasia-Rahasia Puasa
- Rahasia-Rahasia Haji
- Jihad Di Jalan Allah
- Adab-Adab Tilawah Alquran
- Dzikir-Dzikir dan Doa-Doa
- Adab-Adab Makan, Undangan dan Menjamu
- Adab-Adab Menikah dan Himbauan Melakukannya
- Adab-Adab Bekerja dan Mencari Nafkah
- Halal dan Haram
- Uzlah dan Mukhalathah
- Adab-Adab Bepergian
- Menyimak
- Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar
- Sifat-Sifat Nabi dan Akhlak Muhammad
- Riyadhah (Latihan) Jiwa Dalam Proses dan Perbaikannya
- Bencana-Bencana Lisan
- Celaan Terhadap Kemarahan, Iri dan Dengki
- Celaan Terhadap Dunia
-Celaan Terhadap Kekikiran dan Cinta Harta
- Celaan Terhadap Popularitas dan Riya’
-Celaan Terhadap Sifat Takabbur dan Ujub
- Celaan Terhadap Keterpedayaan
- Taubat
- Sabar dan Syukur
- Penuh Harap dan Rasa Takut
- Kefakiran dan Kezuhudan
- Tawakal
- Mahabatullah (Cinta Kepada Allah)
- Niat, Ikhlas dan Jujur
- Muhasabah dan Muraqabah
- Tafakur
- Mengingat Maut dan Setelahnya.
----------------
Buku Putih Ihya ‘Ulumuddin Imam Al-Ghazali
Penulis Syaikh Jamaluddin Al-Qasimi
Isi 708 halaman
Sampul: hardcover
Ukuran: 16 x 24,5 cm
Berat: 1kg
Harga Rp. 140.000,-

Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.

Syukran....
ISLAM, KOMUNIS DAN PANCASILA
Oleh: Dr. Adian Husaini

Sejarah perjalanan kehidupan bernegara di Indonesia mencatat satu babak tentang perebutan memaknai Pancasila antar berbagai kelompok ideologi di Indonesia. Pergulatan pemikiran itu secara intensif pernah terjadi dalam Majlis Konstituante, dimana kekuatan Islam dan sekulerisme kembali terlibat dalam perdebatan tentang Dasar Negara Indonesia. Kekuatan komunis pernah menggunakan Pancasila untuk memuluskan penerapan ideologi komunisme di Indonesia.

Mantan Wakil Kepala BIN, As'ad Said Ali, menulis dalam bukunya, Negara Pancasila, (hlm. 170-171), bahwa munculnya semangat para tokoh Islam untuk memperjuangkan Islam sebagai dasar negara, dalam Majelis Konstituante, antara lain juga didorong oleh masuknya kekuatan komunis (melalui Partai Komunis Indonesia/PKI) ke dalam blok pendukung Pancasila.

"Kalangan Islam langsung curiga. Muncul kekhawatiran Pancasila akan dipolitisasi oleh kelompok-kelompok komunis untuk selanjutnya diminimalisasi dimensi religiusitasnya. Kekhawatiran tersebut semakin mengkristal karena adanya peluang perubahan konstitusi sehubungan UUDS mengamanatkan perlunya dibentuk Majelis Konstituante yang bertugas merumuskan UUD yang definitif," tulis As'ad dalam bukunya tersebut.

Dalam pidatonya di Majelis Konstituante tanggal 13 November 1957, tokoh Islam Kasman Singodimedjo banyak mengkritisi pandangan dan sikap PKI terhadap Pancasila. Kasman menilai PKI hanya membonceng Pancasila untuk kemudian diubah sesuai paham dan ideologi komunisme. Ketika itu PKI bermaksud mengubah sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi "kebebasan beragama". Termasuk dalam cakupan "kebebasan beragama" adalah "kebebasan untuk tidak beragama."

Mr. Kasman Singodimedjo adalah Jaksa Agung RI 1945-1946 dan Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (1945-1950). Ia juga dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah. Dalam Sidang Konstituante itu mengingatkan: "Saudara ketua, sama-sama tokh kita mengetahui bahwa soko guru dari Pancasila itu adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, dan sama-sama kita mengetahui bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu justru telah mempunyai peraturan-peraturan yang tentu-tentu bagi umat manusia yang lazimnya dinamakan agama. Saudara ketua, sama-sama kita tahu, bahwa PKI dan komunis pada umum nya dan pada dasarnya justru anti Tuhan dan anti-Agama!." (Lihat buku Hidup Itu Berjuang, Kasman Singodimedjo 75 Tahun, hlm. 480-481).

Masuknya kaum komunis ke dalam blok pembela Pancasila kemudian dipandang oleh kubu Islam sebagai upaya membelokkan Pancasila dari prinsip dasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagai contoh, pada 20 Mei 1957, tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) Ir. Sakirman mendukung pandangan Fraksi Katolik yang menyatakan, bahwa "Rakyat Indonesia terdiri dari berbagai-bagai golongan dengan berbagai-bagai kepercayaan atau keyakinan masing-masing bersifat universal."

Karena itu Sakirman menyeru kepada golongan Islam: "Betapa pun universal, praktis dan objektifnya Islam, tetapi karena Islam hanya merupakan salah satu dari sekian banyak kepercayaan dan keyakinan, yang hidup dalam masyarakat Indonesia, maka Pancasila sebagai apa yang dinamakan oleh Partai Kristen Indonesia (Parkindo) suatu "grootste gemene deler" yang mempertemukan keyakinan dan kepercayaan kita semua, akan tetapi lebih praktis lebih objektif dan lebih universal dari pada Islam."

Dalam Sidang Konstituante tanggal 2 Desember 1957, Kasman mengkritik ucapan Nyoto dari PKI pada Sidang Konstituante 28 November 1957 yang menyatakan: "Pancasila itu bersegi banyak dan berpihak ke mana-mana." Kasman berkomentar: "Itu artinya, dan menurut kehendak dan tafsiran PKI, bahwa Pancasila itu dapat dan boleh saja bersegi ateis dan politeis, pun dapat/ boleh saja berpihak ke syaitan dan neraka." Begitulah sikap para tokoh Islam dalam sidang Konstituante yang memang merupakan forum untuk merumuskan dasar negara yang baru. Tapi, ketika forum itu di bubarkan dan dikeluarkan Dekrit pada 5 Juli 1959, Kasman dan para tokoh Islam lain nya, menerimanya karena telah sah secara konstitusional. (Hidup Itu Berjuang, Kasman Singodimedjo 75 Tahun, hlm. 536-540).

D
alam bukunya, Renungan dari Tahanan, Kasman menulis: "… seluruh rakyat Indonesia, termasuk seluruh umat Islam yang meliputi mayoritas mutlak dari rakyat Indonesia itu kini harus mengindahkan Dekrit Presiden itu sepenuh-penuhnya." (Lihat, Kasman Singodimedjo, Renungan dari Tahanan, (Jakarta: Tintamas, 1967), hlm. 34).

Memang, Ir. Sakirman pernah berpidato dalam Majlis Kontituante dengan menyebutkan adanya rumusan sila kelima yang diajukan Bung Karno pada 1 Juni 1945, yang berbeda dengan rumusan risalah sidang BPUPK, yaitu (5) "Ke-Tuhanan yang berkebudayaan atau Ke-Tuhanan yang berbudi luhur atau Ke-Tuhanan yang hormat menghormati satu sama lain." Sakirman juga mengakui, bahwa PKI memang menginginkan agar sila Ketuhanan Yang Maha Esa diganti dengan sila "Kemerdekaan Beragama dan Berkeyakinan Hidup." (Pidato Ir. Sakirman dikutip dari buku Pancasila dan Islam: Perdebatan antar Parpol dalam Penyusunan Dasar Negara di Dewan Konstituante, editor: Erwien Kusuma dan Khairul (Jakarta: BAUR Publishing, 2008), hlm. 275.

Fakta komunisme
Tajamnya perbedaan antara Islam dan Komunisme, tidak menyurutkan usaha untuk menyatukan kekuatan agama dan komunisme. Tapi, sejarah kemudian mencatat, upaya penyatuan antara kelompok Nasionalis, Agama, dan Komunis, di bawah payung Pancasila mengalami kegagalan.

Golongan Islam melakukan perlawanan habis-habisan melawan komunisme. Dalam Muktamar Ulama se-Indonesia tanggal 8- 11 September 1957 di Palembang, para ulama memutuskan: (1) Ideologi/ajaran Komunisme adalah kufur hukumnya, dan haram bagi umat Islam menganutnya, (2)

Bagi orang yang menganut ideologi/ajaran Komunisme dengan keyakinan dan kesadaran, maka kafirlah dia dan tiada sah menikah dan menikahkan orang Islam, tiada pusaka-mempusakai dan haram hukumnya jenazahnya diselenggarakan secara Islam, (3) Bagi orang yang memasuki organisasi/Partai yang berideologi komunisme (PKI, Sobsi, Pemuda Rakyat dll; tidak dengan keyakinan dan kesadaran, sesatlah dia dan wajib bagi umat Islam menyeru mereka meninggalkan organisasi dan partai tersebut, (4) Walaupun Republik Indonesia belum menjadi negara Islam, namun haram hukumnya bagi umat Islam mengangkat/ memilih kepala negara yang berideologi Komunisme, (5) Memperingatkan kepada pemerintah RI agar bersikap waspada terhadap gerakan aksi subversif asing yang membantu perjuangan kaum Komunis/ Atheis Indonesia, (6) Mendesak kepada Presiden RI untuk mengeluarkan dekrit menyatakan PKI dan mantel organisasinya sebagai partai terlarang di Indonesia. (Lihat buku Muktamar Ulama se-Indonesia di Palembang tanggal 8-11 September 1957, yang disusun oleh H. Husin Abdul Mu'in, (Palembang: Panitia Kongres Alim Ulama Seluruh Indonesia, 1957).

Dalam sambutannya untuk Muktamar tersebut, mantan wakil Presiden RI Mohammad Hatta mengingatkan kepada para ulama, bahwa perkembangan Komunisme di Indonesia, terutama dihasilkan melalui kerja keras mereka dan kondisi kemiskinan rakyat. "Kemajuan PKI tidak disebabkan oleh kegiatan orang-orang komunis mengembangkan ideologi yang belum di mengerti oleh rakyat, melainkan dengan kegiatannya bekerja dalam kalangan rakyat serta janji-janjinya akan membagikan tanah dan memperbaiki hidup rakyat yang miskin… Apabila kaum Ulama kita tidak menilai masalah kemasyarakatan ini dengan ukuran yang tepat, Muktamar tidak akan dapat menyusun rencana yang tepat terhadap gerakan Atheisme," kata Hatta dalam sambutannya. Hatta mengajak agar Ulama berusaha menegakkan keadilan Islam. Kata Hatta lagi, "Apabila berlaku keadilan Islam di Indonesia, maka dengan sendirinya Komunisme akan lenyap dari bumi Indonesia.

Apabila berlaku keadilan Islam di bumi kita ini, tidak ada yang akan dituntut oleh Komunisme. Keadilan Islam adalah keadilan yang setinggi-tingginya, keadilan Ilahi. Keadilan Islam menumbuhkan rasa damai, rasa bahagia dan sejahtera."

Perjuangan melawan komunisme, dalam sejarah perjuangan umat Islam, bisa dikatakan sudah mendarah daging di berbagai penjuru dunia. Sebab, kekejaman komunisme di berbagai belahan dunia sudah terbukti. Di Indonesia, salah seorang sastrawan terkemuka yang aktif melawan komun
isme, sejak zaman Orde Lama sampai zaman kini adalah Taufik Ismail. Berbagai buku yang menjelaskan bahaya dan kegagalan komunisme ditulis oleh Taufik Ismail, termasuk buku-buku saku yang disebarluaskan secara gratis kepada masyarakat luas.

Taufiq mengaku risau dengan generasi muda yang tidak lagi mengenal hakekat dan kekejaman kaum komunis. Dalam sebuah buku saku berjudul Tiga Dusta Raksasa Palu Arit Indonesia: Jejak Sebuah Ideologi Bangkrut di Pentas Jagad Raya, (Jakarta: Titik Infinitum, 2007), Taufiq menyajikan data yang menarik: Komunisme adalah ideologi penindas dan penggali kuburan massal terbesar di dunia. Dalam mengeliminasi lawan politik, kaum komunis telah membantai 120 juta manusia, dari tahun 1917 sampai 1991. Itu sama dengan pembunuhan terhadap 187 nyawa per jam, atau satu nyawa setiap 20 detik. Itu dilakukan selama ¾ abad (sekitar 75 tahun) di 76 negara. Karl marx (1818-1883) pernah berkata: "Bila waktu kita tiba, kita tak akan menutup-nutupi terorisme kita."

Vladimir Ilich Ullyanov Lenin (1870- 1924) juga menyatakan: "Saya suka mendengarkan musik yang merdu, tapi di tengah revolusi sekarang ini, yang perlu adalah membelah tengkorak, menjalankan keganasan dan berjalan dalam lautan darah." Satu lagi tulisannya: "Tidak jadi soal bila ¾ penduduk dunia habis, asal yang tinggal ¼ itu komunis. Untuk melaksanakan komunisme, kita tidak gentar berjalan di atas mayat 30 juta orang."

Lenin bukan menggertak sambal. Semasa berkuasa (1917-1923) ia membantai setengah juta bangsanya sendiri. Dilanjut kan Joseph Stalin (1925-1953) yang menjagal 46 juta orang; ditiru Mao Tse Tung (RRC) 50 juta (1947-1976); Pol Pot (Kamboja) 2,5 juta jiwa (1975-1979) dan Najibullah (Afghanistan) 1,5 juta nyawa (1978-1987). Buku saku lain tentang komunis me yang ditulis oleh Taufiq Ismail adalah Komunisme=Narkoba dan Komunis Bakubunuh Komunis, serta Karl Marx, Tukang Ramal Sial yang Gagal (Jakarta: Infinitum, 2007).

Sepatutnya, bangsa Indonesia mau belajar dari sejarah. Ketika agama dibuang; Tuhan disingkirkan, jadilah manusia laksana binatang. Anehnya, kini ada yang mulai berkampanye tentang perlunya "kebebasan beragama" harus mencakup juga "kebebasan untuk tidak beragama". Dalam kondisi seperti ini, Islam dan kekuatan anti-komunisme lainnya, diharapkan memainkan perannya yang signifikan. Jangan sampai elite-elite muslim lupa diri; sibuk memikirkan kepentingan diri dan kelompoknya; sibuk saling caci; tanpa sadar komunisme dalam kemasan baru semakin mendapat simpati masyarakat. Na'udzubillahi min dzalika.
*MENJERAT GUS DUR*
Penulis: Virdika Rizky Utama
Penerbit: Numedia Digital Indonesia
Tebal buku: xxi+376 hlm, 17,6 x 25 cm
ISBN: 978-602-53420-6-9

- Ditulis berdasarkan dokumen rahasia penjatuhan Gus Dur.

Harga Rp. 165.000,-

Pemesanan silahknan sms/whatsapp ke 087878147997.

Syukran.
"Saya mengimbau kepada orang Islam, mulai bergeser dari kitab suci ke konstitusi kalau dalam berbangsa dan bernegara. Sama, semua agama. Jadi kalau bahasa hari ini, konstitusi di atas kitab suci. Itu fakta sosial politik," kata Yudian seperti dilansir Tempo, Kamis (13/2/2020).

https://www.google.com/amp/s/m.jitunews.com/amp/read/114938/pernyataanya-kembali-jadi-polemik-kepala-bpip-sebut-konstitusi-harus-di-atas-kitab-suci
Pernyataan Sikap MIUMI
*"AGAMA DAN PANCASILA SEJALAN BUKAN UNTUK DIPERTENTANGKAN"*

Setelah memperhatikan, menelaah, dan mengkaji wawancara Prof. Yudian Wahyudi yang dimuat di detik.com pada hari Rabu tanggal 12 Februari 2020. Pada wawancaranya tersebut Prof. Yudian Wahyudi menyatakan bahwa "musuh utama Pancasila adalah agama" dan memperhatikan juga respon masyarakat, maka Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) menyatakan bahwa:

1. Pernyataan yang disampaikan Prof. Yudian Wahyudi, terutama dalam posisinya sebagai Kepala BPIP, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Guru Besar Studi Islam, adalah pernyataan yang tidak bertanggung jawab dan membahayakan, sebab:
a. Tidak sesuai dengan nilai historis dan filosofis Pancasila itu sendiri.
b. berpotensi memecah belah persatuan bangsa akibat mempertentangkan agama dan Pancasila.
c. Dapat memberikan legitimasi kepada Kelompok ekstrimis, baik agama maupun sekuler, yang berpandangan Pancasila bertentangan dengan agama.
d. Merusak citra lembaga BPIP yang misinya adalah memperkuat ketahanan nasional.

2. Mendukung pihak-pihak yang melaporkan Prof. Yudian Wahyudi kepada pihak yang berwajib untuk diproses secara hukum karena telah memenuhi unsur-unsur pidana panistaan agama dan membahayakan ketahanan negara.

3. Memohon kepada Bapak Presiden Joko Widodo untuk mempertimbangkan kembali jabatan Prof. Yudian Wahyudi sebagai kepala BPIP dan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Demikian pernyataan Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini dibuat sebagai tanggung jawab kami dalam memperkuat persatuan bangsa dan kesatuan Negara Republik Indonesia. Semoga dapat menjadi tadzkiroh untuk yang bersangkutan dan kita semua.

-------- dikeluarkan pada :
Jakarta, 14 Februari 2020 / 20 Jumadil Akhir 1441

Tertanda

_Dr. H. Hamid Fahmy Zarkasyi, MA, M.Phil',_
Ketua Umum MIUMI
9 Langkah Mudah Menghafal Al-Quran

Sinopsis:
Sebenarnya, menghafal AlQuran dan mengamalkanya adalah impian hidup kita sebagai seorang muslim, bahkan agenda terpenting hidup kita. Tapi kita sering beralasan tidak memiliki waktu dan kemampuan sehingga sampai saat ini kita tak kunjung berusaha untuk menghafal Al Quran.

Penulis telah menelaah berbagai buku yang ditulis tentang teknik menghafal Al-Quran, dan menyimpulkan bahwa semua buku tersebut masih memerlukan sebuah buku yang ditulis berdasarkan ilmu modern. Terutama tentang riset otak manusia, kekuatan ingatan, dan teori belajar modern dalam praktiknya, penulis juga telah menggelar seminar dan pelatihan menghafal Al-Quran melalui metode belajar modern dan berhasil secara efektif.

Gaya bahasa yang dipakai dalam buku ini sangat komunikatif, seolah penulis sedang bertutur langsung di depan kita, mengajak kita, bertanya kepada kita, dan memandu kita. Satu hal lagi, “9 langkah” yang dipaparkan di dalam buku ini sangat realistis untuk diterapkan, baik untuk anak, remaja, maupun orang tua.
----------------------------
9 Langkah Mudah Menghafal Al-Quran
Penulis: Majdi Ubaid Al-Hafizh
Halaman: 244 Halaman
Sampul: Hardcover
Ukuran : 17 x 24 cm
Berat: 500 gr
ISBN: 978-979-039-331-8
Harga: Rp. 88.000,-

Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.

Syukran....
MINHAJ: BERISLAM DARI RITUAL HINGGA INTELEKTUAL
Karya terbaru dari Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi

Sinopsis:
Buku ini mencoba menggambarkan pemahaman tentang makna dan cara (Minhaj) berislam dari yang tingkat ritual (syari'ah), diikuti tingkat mental emosional ('aqidah) yang dijaga dengan ketaqwaan dan dibuktikan dalam perbuatan sosial (ihsan). Namun, masih diperlukan satu langkah lagi yaitu berislam secara intelektual yaitu berfikir secara Islam berbasis pandangan hidup (worldview).

Dengan keempat tingkatan ini diharapkan Muslim dapat berislam dalam keluarga, dalam masyarakat, dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, dan lain-lain.

Penulis mengatakan:
"Dalam Islam pelaku tindakan mencuri, korupsi, berzina dan sebagainya itu adalah termasuk pendosa besar. Tapi yang lebih besar dosanya adalah adalah orang mengatakan bahwa itu semua bukan dosa dan tidak apa-apa jika ada yang melakukannya untuk tujuan yang baik. Ini berarti dosa pikiran itu lebih besar darpada dosa perbuatan. Maka dari itu seorang Muslim terpelajar perlu memahami bagaimana berislam dengan syariah, aqidah dan akhlaq.

Penjelasan lebih detail tentang hal ini baca buku saya MINHAJ (berislam dari ritual hingga intelektual)".
---------------------
MINHAJ: BERISLAM DARI RITUAL HINGGA INTELEKTUAL
Sampul: Soft Cover
Ukuran: 13,5 cm x 20,5 Cm.
Kertas | isi: imperial 72 gsm | 346 halaman.
------------------
Catatan:
BUKU AKAN DIKIRIM INSYAALLAH MULAI TANGGAL 7 MARET 2020.
-----------------
Harga: Rp. 135.000,-

Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.

Atau tekan tombol whatsapp yang ada di bawah gambar cover buku Minhaj.

Syukran....