KajianIslamTemanggung

سنه أكثر صبيان ثم قد يكونون مختلفين أشد الاختلاف من حيث التربية و التأديب و التذكير بآداب المساجد لكن نتكلم كلاما عاما فنقول إذا كان من عادة هؤلاء الأولاد أنهم يثابرون على متابعة الصلاة من أوّلها إلى آخرها بحيث أن لا يفل و لا يهرب أحدهم فينقطع الصف لاشك أننا لا نستطيع أن نقول بأن الصف انقطع لكن ما هو الواقع ؟ الواقع أن كثير من هؤلاء الأولاد هو الآن معك لكن بعد شوية

Penanya: Wahai Syaikh, jika berkenan, terkadang seorang anak kecil yang belum mencapai usia tamyiz (belum bisa membedakan baik dan buruk) meminta untuk pergi ke masjid untuk shalat. Bagaimana hukumnya? Apakah seorang ayah boleh mengizinkannya pergi ke masjid meskipun anak tersebut belum mencapai usia tamyiz?

Syaikh: Saya kira tadi kamu akan bertanya, apakah seorang ayah boleh membawa anaknya ke masjid tanpa permintaan dari si anak.

Penanya: Tidak, menurut saya, sebaiknya seorang ayah tidak membawanya ke masjid sebelum mencapai usia tujuh tahun.

Syaikh: Saya mengira tadi kamu akan bertanya, apakah seorang ayah boleh membawa anaknya ke masjid tanpa permintaan dari anak tersebut. Menurutmu, apakah itu diperbolehkan atau tidak?

Penanya: Jadi, apakah anak tersebut ikut shalat atau hanya sekadar datang ke masjid?

Syaikh: Tidak masalah, terserah bagaimana kamu memahaminya.

Penanya: Jika hanya membawanya ke masjid, tidak ada larangan. Tetapi jika untuk shalat, itu persoalan lain.

Syaikh: Bukankah shalat lebih utama dari hal lainnya, seperti yang kamu katakan?

Penanya: Sebelum usia tujuh tahun?

Syaikh: Itu pokok pembahasan kita.

Penanya: Iya, hahaha.

Syaikh: Hahaha. Kamu pasti tahu, wahai ustadz, bahwa para salaf terdahulu…

Penanya: Iya.

Syaikh: Termasuk tokoh mereka Nabi kita, shallallahu ‘alaihi wa sallam…

Penanya: Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Syaikh: Mereka membiarkan anak-anak mereka masuk ke masjid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kamu tentu masih ingat kisah yang diriwayatkan oleh salah seorang sahabat. Suatu hari, dia shalat Ashar di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Nabi memperpanjang sujudnya lebih lama dari biasanya. Sahabat tersebut pun mengangkat kepalanya karena khawatir terjadi kematian pada Nabi.

Penanya: Iya.

Syaikh: Ternyata, ia melihat pemandangan yang aneh. Nabi masih bersujud, sementara cucunya, Hasan atau Husain, sedang menaiki punggung beliau. Sahabat itu pun merasa tenang dan kembali bersujud. Setelah shalat selesai, para sahabat bertanya kepada Nabi, “Ya Rasulullah, tadi engkau bersujud sangat lama.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, “Sesungguhnya cucuku ini menaiki punggungku, dan aku tidak ingin membuatnya tergesa-gesa.” Anak kecil ini datang ke masjid untuk shalat, padahal dia masih belum mencapai usia tamyiz sebagaimana engkau katakan.

Penanya: Iya.

Syaikh: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengingatkan para sahabat baik laki-laki maupun perempuan, untuk tidak membawa anak-anak mereka ke masjid, bahkan beliau membiarkan dan Menyetujui mereka akan hal itu (bawa anak ke masjid). Berbeda dengan hadis yang terkenal—yang sanadnya tidak sahih—yang menyatakan: “Jauhkanlah anak-anak kalian, orang gila, serta aktivitas jual beli dari masjid kalian.” Bagian terakhir dari hadis ini memang sahih karena didukung oleh hadis-hadis lain yang juga shahih. Yang jelas, Nabi tidak pernah melarang anak-anak masuk masjid, bahkan beliau justru menetapkan hukum khusus terkait hal ini.

Beliau juga mempertimbangkan perasaan para ibu yang ikut shalat di belakangnya. Jika seorang ibu membawa bayinya dan anak itu menangis, Nabi perhatian dengan itu padahal beliau sedang bermunajat kepada Allah yaitu di sana ada seorang wanita yang ikut sholat dan bersamanya anaknya, beliau masuk ke shalatnya. Sebagaimana sabda beliau:

"Aku memulai shalat dengan niat memperpanjangnya, tetapi ketika aku mendengar tangisan seorang bayi, aku mempercepat shalat agar ibunya dapat segera menenangkannya."

2.8K views09:28